Anda di halaman 1dari 62

HUKUM KESEHATAN

R.FRESLEY HUTAPEA SH MH MARS

Sesi 8

Tanggung Jawab Hukum dalam


Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit

www.esaunggul.ac.id
MATERI PEMBAHASAN
1. Hubungan Pemberi dan Penerima Pelayanan
kesehatan
2. Perlindungan Hukum dalam pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit
3. Pemahaman tentang Tanggung Jawab Hukum
4. Tanggung Jawab Hukum dalam pelayanan
Kesehatan ( Hukum Perdata ,Hukum Pidana dan
Hukum Administrasi/TUN)
5. Tanggung jawab hukum di Rumah Sakit terhadap
Pasien,SDM dan masyarakat
2

www.esaunggul.ac.id
HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN

• Moral dasarnya prinsip sikap dan berbuat


baik selalu (beneficence)
Dahulu  • Prinsip tidak merugikan (primun noncere)
PATERNALISTIK • Kepercayaan (Trust )

• Cenderung adanya pemenuhan otonomi


Saat ini  pasien
• Masing-masing memiliki kebebasan
KONTRAKTUAL • Kedua belah pihak selalu mengadakan
perikatan
3

www.esaunggul.ac.id
HUBUNGAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN

TENAGA
Pasien
KESEHATAN

Prinsip : berupaya sesuai keahlian (inspanningverbittenis) Bukan Resultaatverbittenis


(menjanjikan hasil pengobatan/terapi/Tindakan) tapi adalah Upaya semaksimal
mungkin tapi dipengaruhi oleh :
• Kepatuhan Pasien
• .Kondisi Pasien (Stadium penyakit),
• Respon Individual terhadap obat
4
• Resiko di luar kemampuan dokter

www.esaunggul.ac.id
PERLINDUNGAN HUKUM (1)

Pasal 27 UU Kesehatan (UU no. 36/2009) ayat 1


Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan
dan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.

Pasal 50 huruf a UU Praktik Kedokteran


Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai hak memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar prosedur operasional
5

www.esaunggul.ac.id
GOOD SAMARITAN LAW
PERLINDUNGAN HUKUM (2)
Pasal 83 UU Kesehatan (UU no. 36/2009)
1) Setiap orang yang memberikan pelayanan Kesehatan pada
bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa,
pencegahan kecacatan lebih lanjut dan kepentingan terbaik
bagi pasien
2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap
orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki

• Zaakwaarneming (Belanda)
• Undertaking Theory (Inggris)
• Negotiorum gestion (Skotlandia)
6
• Good Samaritan Law (Amerika Serikat)

www.esaunggul.ac.id
PERLINDUNGAN HUKUM (3)
Sebagai upaya pencegahan kasus
1. Perizinan (Saryankes, Nakes, Alat)
2. Standar Pelayanan
3. Standar Profesi
4. SOP / SPO
5. Standar Kompetensi Dokter
6. Standar Keselamatan Pasien
7. Trilogi Rahasia Medis (Rekam Medis, Informed
Consent, dan Rahasia Medis)
8. Hukum Kedokteran / Hukum Kesehatan
9. Peraturan Internal RS (HBL / MSBL) dan NSBL
7
beserta turunannya Kebijakan,Pedoman dan SPO
www.esaunggul.ac.id
PERLINDUNGAN HUKUM (4)
7 Standar Kompetensi Dokter
1. Komukasi efektif
2. Ketrampilan Klinis
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan
5. Pengelolaan Informasi
6. Mawas Dan Pengembangan Diri
7. Etika, Moral, Medikolegal Dan Profesionalisme
Serta Keselamatan Pasien 8

www.esaunggul.ac.id
7PERLINDUNGAN
Standar Keselamatan (5)
HUKUM Pasien
1. Hak Pasien
2. Mendidik Pasien Dan Keluarga
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
4. Penggunaan Metode Peningkatan Kinerja Untuk
Melakukan Evaluasi Dan Program Peningkatan
Keselamatan Pasien
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan
Keselamatan Pasien
6. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
7. Komunikasi sebagai Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai 9
Keselamatan Pasien
www.esaunggul.ac.id
PERLINDUNGAN HUKUM (6)
Melaksanakan Kewajiban dokter antara lain :
Memiliki STR / SIP (Ps 36 UU 29/2004, Permenkes 2052/2011)
Melaksanakan Pelayanan sesuai Standar Profesi, Standar Pelayanan dan SOP (Ps39 UU 29/2004) .

Identitas (Papan nama, memperkenalkan diri) (Ps 40 UU 29/2004).

Persetujuan tindakan kedokteran ( ps 45 (1) DAN (2) UU 29/2004.

Memberikan penjelasan tindakan kedokteran (Ps 45 (3) UU 29/2009 dan Permenkes 290/2008).

Membuat Rekam Medis (Ps 46 UU 29/2004 dan Permenkes 269/2008.

Menjaga Rahasia Kedokteran (Ps 48 UU 29/2004) Permenkes 36/2012

Pengendalian mutu dan biaya ( Ps 49 UU 29/2004).

Merujuk pasien (Ps 51 huruf (b) UU 29/2004, Permenkes 1/2012 tentang Surat Rujukan

Melakukan pertolongan darurat (Ps 51 huruf (d) UU 29/2004 10


Menambah ilmu dan mengikuti perkembangan dunia kedokteran (Ps 51 huruf (e) UU 29/2004.
www.esaunggul.ac.id
Tanggung Jawab Hukum

• “Tanggung jawab Hukum adalah


keadaan wajib menanggung segala
Kamus Bahasa sesuatunya (bila dituntut
Indonesia dipersalahkan, diperkarakan dan lain-
lain)”

• “liability which converts recognise and enforce


as between parties litigant”
Black Law
Dictionary • (keadaan cakap terhadap beban kewajiban
atas segala sesuatu akibat perbuatannya)
11

www.esaunggul.ac.id
Tanggung jawab Hukum
Liability (Tanggung jawab) (Black’s Law
Dictionary, mempunyai tiga arti
 an obligation one is bound in law or justice to
perform; (kewajiban seseorang di dalam hukum atau
keadilan untuk melakukan sesuatu )
 condition of being responsible for a possible or
actual loss; and, (kondisi untuk bertanggung jawab
pada kemungkinan terjadinya kerugian)
 condition which creates a duty to perform an act
immediately or in the future. (kondisi yang
menciptakan seseorang untuk melakukan sesuatu
secepatnya atau segera di masa depan)

www.esaunggul.ac.id
PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB HUKUM
1. Tanggung jawab hukum : bahwa “seseorang
bertanggung jawab secara hukum atas suatu
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung
jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung
jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang
bertentangan. (Hans Kelsen )

2. “Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang


diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan
(negligence); dan kekhilafan satu jenis dari kesalahan
(culpa), yang terpenuhi kesalahan karena mengantisipasi
dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat,
akibat yang membahayakan.” (Hans Kelsen)

www.esaunggul.ac.id
Tanggung Jawab hukum
(Hans Kelsen )
1. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu
bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang
dilakukannya sendiri;
2. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang
individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang
dilakukan oleh orang lain
3. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang
berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas
pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan
diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;
4. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa
seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran
yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak
diperkirakan.
www.esaunggul.ac.id
Tanggung jawab Hukum
1. Tanggung jawab hukum adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja sebagai
perwujudan kesadaran dan kewajibannya dan juga merupakan
akibat atas konsekuensi kebebasan seseorang tentang
perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam
melakukan suatu perbuatan (Soekijo Notoatmojo ).
2. Tanggung jawab hukum bersumber atau lahir atas penggunaan
fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk
menggunakan hak dan/atau melaksanakan kewajibannya. setiap
pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak, baik yang
dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara
memadai pada dasarnya tetap harus disertai dengan
pertanggungjawaban, demikian pula dengan pelaksanaan
kekuasaan (Purbacaraka ).

www.esaunggul.ac.id
Tanggung jawab hukum
(Aspek Pidana )
1. Liability pertanggungjawaban hukum yaitu tanggung
gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek
hukumHal ini merupakan suatu konsep yang terkait
dengan kewajiban hukum seseorang yang bertanggung
jawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia
dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya
bertentangan dengan hukum
2. Responsibility berarti pertanggungjawaban atas suatu
kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan,
kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban
bertanggung jawab atas peraturan yang dilaksanakan.
Responsibility pertanggungjawaban politik yang
dipertanggung jawabkan secara umum ( publik )
3. .
www.esaunggul.ac.id
Tanggung jawab hukum(tort liability)
( Aspek Perdata )
 Tertiinonal tort liability) adalah tanggung jawab akibat
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan
sengaja oleh tergugat harus sudah melakukan perbuatan
yang merugikan penggugat.
 Negligence tort lilability adalah tanggung jawab akibat
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena
kelalaian (, didasarkan pada konsep kesalahan (concept of
fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah
bercampur baur (interminglend).
 Stirck liability) adalah tanggung jawab mutlak akibat
perbuatan melanggar hukum tanpa mempersoalkan
kesalahan, didasarkan pada perbuatannya baik secara
sengaja maupun tidak sengaja, (Abdukkadir M):
www.esaunggul.ac.id
BEBERAPA TEORI TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM

www.esaunggul.ac.id
1.Teori Vicarious Liability
 Doktrin Vicarious Liability di Belanda sesuai prinsip Hukum Romawi
(qui facit per alium facit per se ) yang berarti seseorang yang
berbuat melalui orang lain dianggap dia sendiri yang melakukan
perbuatannya secara pribadi. (Neyers,2005) Vicarious Liability pola
pertanggungjawaban hukum rumah sakit di USA menunjukkan
adanya pola perubahan mengarah pada pertanggungjawaban
perusahaan dimana fokus suatu gugatan adalah pada organisasinya
dan bukan pada individunya.
 Rumah sakit sebagai entitas bisnis harus bertanggung jawab
secara organisasi dan bukan semata-mata meletakkan tanggung
jawab pada individu staf yang bertugas di rumah sakit yang
merupakan representasi yang mewakili rumah sakit. Doktrin Vicarious
Liability berkembang dalam dua variasi yaitu Doktrin Respondeat
Superior dan Doktrin Ostensible/Apparent Agency.
1.  
www.esaunggul.ac.id
2.Teori Respondeat Superior
 Doktrin Respondeat Superior tanggung jawab seorang majikan yang
tidak tertumpu pada satu orang majikan saja namun lebih melibatkan
seluruh atasan superior yang berada di atas seorang bawahan.
bagaimana tanggung jawab majikan terhadap bawahanya,
 Doktrin Respondeat Superior perluasan dari Doktrin Vicarious
Liability.(sama-sama menggunakan konsep status majikan dan
bawahan dengan bentuk suatu kontrak kerja ) namun tidak dapat
diterapkan kepada bawahan yang bersifat outsourcing atau pegawai
lepasan atau kontrak, karena tidak memiliki hubungan secara
langsung atau hubungan tetap antara majikan dan bawahan.
Sehingga seorang atasan tidak memiliki tanggung jawab hukum
terhadap kesalahan yang dilakukan oleh bawahanya ketika
menjalankan tugas atau pekerjaannya.

www.esaunggul.ac.id
Teori Respondeat Superior
Pada prinsipnya RS tidak bertanggung jawab selaku
institusi ataupun respondent superior dengan alasan:
 RS adalah institusi sosial
 RS tidak dapat bertanggung jawab atas para
profesional yang membuat keputusan sendiri
 RS tidak memiliki kapasitas hubungan atasan
bawahan dengan para tenaga medis

www.esaunggul.ac.id
3Teori Otensible Agency
 Teori Otensible Agency(Doktrin Apparent Authority) bahwa
seseorang yang bekerja sebagai pihak ketiga melalui
outsourcing atau kontrak berjangka, dianggap sebagai
“ostensible agent” yaitu seseorang yang dianggap sebagai
kepanjangan tangan dari suatu pemberi kerja atau organisasi
maka majikan atau atasan memiliki kewajiban untuk
bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan oleh
pekerjanya.
 Teori ostensible agency menyatakan bahwa tenaga
kesehatan yang bekerja di rumah sakit dilihat oleh pihak lain
sebagai “orangnya rumah sakit” Teori Ostensible Agency
namum tidak hanya memperluas ruang lingkup area
pertanggungjawaban, tetapi juga memberikan konsep baru
mengenai definisi dari atasan dan bawahan.
  www.esaunggul.ac.id
4.Teori Identifikasi
 Doktrin ini bertumpu pada asumsi bahwa semua tindakan legal
maupun ilegal yang dilakukan oleh high level manager atau
direktur diidentifikasikan sebagai tindakan korporasi.
 Doktrin ini pembenaran atas pembebanan pertanggungjawaban
pidana kepada korporasi,misalnya sebuah perusahaan dapat
melakukan sejumlah delik secara langsung melalui orang-orang
yang sangat berhubungan erat dengan perusahaan dan dipandang
sebagai perusahaan sendiri sehingga perbuatan atau kesalahan
dari “pejabat senior” (senior officer) diidentifikasi sebagai
perbuatan atau kesalahan dari korporasi.
 (Doktrin pertanggungjawaban pidana korporasi yang berasal
dari negara Anglo Saxon yaitu Inggris dan Amerika).

www.esaunggul.ac.id
Teori Identifikasi
 Dalam era modern teori korporasi ini sulit dilaksakan karena
adanya pemisahan jabatan dan tanggungjawab, mencegah
adanya pelaku tunggal dengan kekuasaan yang luas
sehingga akan sulit untuk menentukan perbuatan mana
yang dilakukan oleh seorang top manajer yang dapat
diidentifikasikan sebagai perbuatan korporasi, karena
banyaknya pengurus lain yang terlibat dalam pengambilan
suatu keputusan..
 Doctrine identifikasi memiliki suatu pertanggungjawaban
pidana dengan dasar suatu perbuatan yang dilakukan oleh
individu yang diidentifikasikan sebagai tindakan korporasi.
maka individu tersebut harus bertindak sebagai directing
mind.

www.esaunggul.ac.id
5.Teori Korporasi
 Setiap korporasi bertanggung jawab atas kesalahan setiap
orang atau akibat dari barangnya yang berada dalam
pengawasannya. (Sampurna,2003)
 Rumah sakit sebagai suatu korporasi atau perusahaan
harus bertanggung jawab terhadap dokter yang bekerja di
rumah sakit. Rumah sakit berkedudukan sebagai majikan
yang bertanggung jawab terhadap karyawannya.
 Saat ini RS dianggap bertanggung jawab oleh karena :
“Teori corporate menyatakan bahwa setiap korporasi
bertanggung jawab atas kesalahan setiap orang atau
akibat dari barangnya yang berada dalam
pengawasannya”

www.esaunggul.ac.id
6.Teori Strict Liability
 Teori Strict liability adalah pertanggungjawaban mutlak
dimana unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh penggugat
sebagai dasar pembayaran ganti rugi
 Doktrin Strict liabillity merupakan doktrin pertanggungjawaban
pidana korporasi yang diadopsi dari doktrin dalam hukum
perdata. Doktrin ini sering diterapkan pada perbuatan melawan
hukum (the law of torts) dalam hukum perdata.
 Doktrin strict liability menyimpangi asas utama dalam hukum
pidana yakni asas kesalahan atau azas mens rea yang
memandang dalam pertanggungjawaban pidana cukup
dibuktikan bahwa pelaku tindak pidana telah melakukan
perbuatan atau actus reus yang merupakan perbuatan yang
memang dilarang..
 www.esaunggul.ac.id
Pertangung Jawab hukum

7. Teori reliance menyatakan bahwa pasien umumnya


merely kepada rumah sakit untuk memperoleh
pelayanan medis baginya, bukan kepada dokternya
(teori ini sebagian tidak tepat di Indonesia)

8. Teori non delegeable duty mengatakan bahwa


penyelenggaraan pelayanan medis adalah
kewajiban rumah sakit yang tidak dapat di
delegasikan, sehingga rumah sakit bertanggung
jawab atas pelayanan medis tersebut

www.esaunggul.ac.id
Tanggung Jawab hukum RS
1. Rumah sakit adalah suatu institusi /korporasi yang bertanggung
jawab (responsible, accountable dan reliable) atas tugas dan
fungsinya sebagai pembeli layanan rumah sakit.
2. Rumah sakit selaku institusi bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa seluruh pelayanan rumah sakit dilakukan oleh sumber daya
manusia dengan kualifikasi yang sesuai, kompeten dan
berwenang melakukan tiap tindakan yang dilakukan
3. Rumah sakit juga harus memastikan bahwa sumber daya manusia
di RS melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan rumah sakit, standar pelayanan profesi
masing-masing dan standar prosedur operasional yang berlaku di
rumah sakit

www.esaunggul.ac.id
Tanggung Jawab Hukum

Pasal 58 UU No. 36 Thn. 2009


Tentang Kesehatan
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1)
tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan
kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. 29

www.esaunggul.ac.id
Tanggung Jawab Hukum (3)

RS bertanggung jawab secara hukum terhadap semua


kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit
(Pasal 46 UURS)

Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas


kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri,
melainkan juga atas kerugian yang disebabkan
perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang
berada di bawah pengawasannya (pasal 1367 KUH
Perdata)
www.esaunggul.ac.id
Tanggung Jawab Hukum

Tanggung Jawab Perdata


• Wanprestasi (1239 KUH Perdata)
• Perbuatan Melawan Hukum (1365 KUH Perdata)
• Kelalaian Mengakibatkan Kerugian (1366 KUHP)
• Perbuatan bawahan atau tanggung jawab (1367 KUHP)

Tanggung Jawab Pidana


• Pelanggaran Hukum Tertulis
• Perbuatan Bertentangan dengan Hukum
• Perbuatan karena ada kesalahan dan kelalaian

Tanggung Jawab Administrasi


• Pernyataan Tertulis
• Pencabutan Izin Sementara
31

www.esaunggul.ac.id
Wanprestasi dalam Hukum
1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan
wajib dilakukan.
2. Melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan tetapi terlambat memenuhinya atau
tidak tepat waktu.
3. Melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan tetapi tidak sempurna.
4. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak
seharusnya dilakukan.

www.esaunggul.ac.id
RS sebagai pelayanan kesehatan
bertanggung jawab
1. Tanggung jawab yang berhubungan dengan duty of care
(kewajiban memberikan pelayanan yang baik dan wajar;
2. Tanggung jawab terhadap sarana dan peralatan
(keberadaan,kesiapan,uji kalibrasi dan tenaga yang mampu
menggunakan )
3. Tanggung jawab terhadap personalia mengandung pengertian
bahwa rumah sakit harus bertanggung jawab terhadap kualitas dari
personalia yang bekerja di rumah sakit.

Rumah Sakit yang menyatakan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara
hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. (Ps 46 UU No 44 Th 2009
tentang Rumah Sakit )

www.esaunggul.ac.id
Tanggung Jawab Hukum

Berkaitan dengan Pasien

Tanggung Jawab Hukum Berkaitan dengan SDM RS


di Rumah Sakit (Nakes dan Pegawai lain)

Berkaitan dengan publik

34

www.esaunggul.ac.id
Tanggung
Tanggung JawabHukum
Jawab HukumRSRS thd
Thd Pasien
Pasien
1. Standar Profesi
2. Standar Pelayanan
3. Standar Operatif Prosedur (SOP / SPO)
4. Clinical Pathway
5. Clinical Privilege
6. Pasien Safety
7. Panduan Rekam Medis,
8. Panduan Informed Consent,
35
9. Panduan Rahasia Medis
www.esaunggul.ac.id
TanggungJawab
Tanggung JawabHukum
HukumRS
RSthd
thdSDM
Nakes
1. Perizinan Tenaga Kesehatan ( Dokter, Perawat,
Tenaga Kesehatan lain)
2. HBL, MSBL, NSBL dengan turunannya : Kebijakan,
Pedoman dan SPO/SOP Credential
3. Penugasan Klinik (Clinical Appointment)
4. Jaminan Perlindungan Hukum
5. Asuransi Tenaga Kesehatan / SDM lain
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7. Pembelaan dan Pendampingan (Masalah Hukum, )
8. Jasa Medis, Remunerasi, Fee for Service 36

www.esaunggul.ac.id
Tanggung
Tanggung JawabHukum
Jawab HukumRSRS thd
thp Publik
Publik
1. Hak Publik (Pelayanan Publik (UU 21 / 2009),Keterbukaan
Informasi (UU 14 / 2008),Ombusdman )
2.Perlindungan Konsumen
3.Lingkungan Hidup (Limbah, dll)
4.Perizinan
a.Izin Saryankes (RS, Balai, dll)
b.Izin Prasarana (Boiler, Lift, Listrik, dll)
c.Izin Alkes (Radiologi, Radioaktif, dll)
5. Korupsi dan Kolusi,Nepotisme
6. Penyalahgunaan wewenang
7. Fraud (perbuatan curang)
37

www.esaunggul.ac.id
BAGAIMANA PELAKSANAAN
KESELAMATAN PASIEN
( PATIENT SAFETY )
DI RUMAH SAKIT

www.esaunggul.ac.id
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
 Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
a. Kejadian Tidak Diharapkan,
b. Kejadian Nyaris Cedera,
c. Kejadian Tidak Cedera
d. Kejadian Potensial Cedera.
 Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu
sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk 39
pembelajaran.
www.esaunggul.ac.id
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kondisi Potensial Cedera(KPC) adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
5. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius.

www.esaunggul.ac.id
Komite Naional Keselamatan Pasien
Fungsinya :
1. penyusunan standar dan pedoman keselamatan pasien
rumah sakit;
2. kerja sama dengan berbagai institusi dalam dan luar
negeri;
3. pengkajian Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
4. pengembangan dan pengelolaan sistem pelaporan
insiden untuk pembelajaran di rumah sakit; dan
5. monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
keselamatan pasien rumah sakit.
41

www.esaunggul.ac.id
Tim Keselamatan Pasien RS
 Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang
bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan
program dengan mengacu pada kebijakan
nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit :
 Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS)
yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit
yang keanggotaan TKPRS (Manajemen RS
dan unsur dari profesi kesehatan di RS )  42

www.esaunggul.ac.id
Tim Kesselamatan Pasien di RS
1. mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit
sesuai dengan kekhususan rumah sakit tersebut;
2. menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan
program keselamatan pasien rumah sakit;
3. menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi,
konsultasi, pemantauan (monitoring) dan penilaian
(evaluasi) tentang terapan (implementasi) program
keselamatan pasien rumah sakit;
4. bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah
sakit untuk melakukan pelatihan internal keselamatan pasien
rumah sakit;
5. melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden
serta mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
6. memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala
rumah sakit dalam rangka pengambilan kebijakan
Keselamatan Pasien RS
7. membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.
www.esaunggul.ac.id
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
 Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan
Pasien meliputi:
1. hak pasien;
2. mendidik pasien dan keluarga;
3. keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien;
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien;
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
www.esaunggul.ac.id
SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

Sasaran Keselamatan Pasien :


1. Ketepatan identifikasi pasien;
2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai;
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan; dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

www.esaunggul.ac.id
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit

1. membangun kesadaran akan nilai keselamatan


pasien;
2. memimpin dan mendukung staf
3. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. mengembangkan sistem pelaporan;
5. melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien
7. mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien

www.esaunggul.ac.id
Mengapa timbul
sengketa,tuntutan,gugatan
dalam pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit ???

47

www.esaunggul.ac.id
Kasus Gugatan/Sengketa Medis

Perbedaan Kepentingan antara kedua pihak/lebih

Yang merasa dirugikan dan tidak Yang merasa dirugikan dan


puas hanya meredam perasaan tidak puas atau menyatakan
atas keprihatinan secara langsung

Bukan Sengketa Sengketa


Health Provider VS Health Receiver
(Pemberi Pelayanan VS Penerima Pelayanan)

Terjadi gap atau kesenjangan antara yang


diharapkan (expected) dengan yang terjadi (fact) 48

www.esaunggul.ac.id
Timbulnya Kasus Gugatan/Sengketa Medis
1. Kesalahan/perbedaan penafsiran pasien dgn dokter/RS
2. Ketidakpuasan hasil pengobatan (tidak sesuai harapan)
3. Hubungan pasien dgn Dokter/RS tidak baik
4. Ketersinggungan atas pelayanan/ucapan petugas RS
5. Kecurigaan dan kurang percaya pasien terhadap dokter/RS
6. Tindakan yang tidak patut, curang atau tidak jujur (kinerja)
7. Diduga ada kelalaian, tidak taat pada aturan (kinerja)
8. Kurang transparan, timbul kesengajaan atau ketidakadilan
9. Ada kerugian di pihak pasien (Cacat, cedera, meninggal)
10. Dorongan kesadaran hukum dan arus reformasi
11. Ada pembanding negara lain (mudahnya dapat informasi)
12. Motivasi ganti rugi dan provokasi pihak tertentu
13. Perubahan paternalistik menuju based customer Oriented
14. Timbul komplain, somasi dan tuntutan hukum 49

www.esaunggul.ac.id
Mengapa timbul Klaim,Komplain di RS

Perubahan Masyarakat

Perubahan Pasien

Logika Umum/Pasien

Logika Medik

Faktor Lain
50

www.esaunggul.ac.id
Kenapa Timbul Kasus ,komplain
Perubahan Masyarakat
1. Sikap materialistis
2. Memahami haknya (tidak diikuti pemahaman
logika
medik dam logika hukum)
3. Sikap Litigious  gemar menuntut
4. Melihat Dokter bukan sebagai partnership.

5. Menerima konsep HAM sbg acuan bagi penentuan
kebijakan sosial dan hukum
51
6. Tinggi penghargaannya terhadap prinsip
Konsumerisme seperti: “pasien adalah raja”
www.esaunggul.ac.id
Kenapa Timbul Kasus ,komplain
Perubahan Pasien
1. Lebih berpendidikan
2. Lebih mudah mengakses informasi
3. Perubahan gaya hidup
4. Mencari keuntungan
5. Perbedaan antara kebutuhan dan harapan
(Timothy Low, 2004) 52

www.esaunggul.ac.id
Kenapa Timbul Kasus ,komplain
Logika Umum/Pasien

1. Berobat  cari kesembuhan bukan malpraktik


2. Bila terjadi masalah, kelalaian pasti pada dokter
3. Sakit membawa penderitaan dan pembiayaan
4. Datang kedokter pasti sembuh

Logika Kalangan Medis = RS

1. Ilmu kedokteran merupakan seni dan tidak pasti


2. Penyimpangan terhadap standar dan prosedur sangat mungkin terjadi
3. Hasil akhir tidak bisa ditentukan
4. Diharapakan pada situasi yang tidak dapat diprediksi

Faktor Lain

1. Faktor penyakit
2. Faktor pasien dan kondisi tubuh 53
3. Faktor RS dan management klinik
4. Faktor obat-obatan dan peralatan
5. Faktor nakes
www.esaunggul.ac.id
Tanggung jawab RS dalam Sengketa Medis
( Permenkes 4 th 2018)
Kewajiban RS apabila terjadi sengketa medis meliputi:
1. Memberikan konsultasi hukum
2. Memfasilitasi proses mediasi dan proses
peradilan
3. Memberikan advokasi hukum
4. Memberikan pendampingan dalam penyelesaian
sengketa medik
5. Mengalokasikan anggaran untuk pendanaan
proses hukum dan ganti rugi

www.esaunggul.ac.id
Antispasi RS dalam Penanganan Sengketa Medis
1. Membuat Pedoman,SPO yang detail dan rinci mengenai alur
penanganan sengketa medis dengan mengutamakan mediasi
sebagai alternative penyelesaian sengketa medis sebagai lini
pertama.
2. Membuat Kebijakan,Pedoman pertanggung jawaban Rumah Sakit
terhadap tenaga medis dalam proses penyelesaian sengketa
medis.
3. Membuat Kebijakan asuransi Profesi bersama seluruh tenaga
Kesehatan
4. Membuat pedoman mediasi internal di RS sebagai bahan acuan
untuk proses mediasi
5. Mengevaluasi faktor pemicu timbulnya sengketa medis di rumah
sakit,
6. Memberikan edukasi mengenai hukum kesehatan kepada seluruh
petugas rumah sakit

www.esaunggul.ac.id
STANDAR HUKUM MATERIIL

Standar Profesi

Standar Pelayanan

SPO / SOP

Norma Rekam Medis

Norma Informed Consent

Norma Kerahasiaan

Aturan – aturan pelayanan lainnya

56

www.esaunggul.ac.id
PERTANGGUNGJAWABAN RUMAH SAKIT

 Pertanggungjawaban Manajemen/Public Liability meliputi


Sarana Prasana dan Alat
Administritasi,Keuangan,kekayaan RS Pelayanan umum
dan pelayanan public menjadi Tanggung jawab : Pimpinan
RS/Managemen RS dan dapat di tuntutan Hukum :
Perdata dan Hukum Adminisitasi/TUN

 Pertanggung Jawab Profesional (Profesional Liability :


meliputi Pelayanan Kesehatan ,pelaksanaan profesi
dokter/nakes dengan pasien menjadi tanggung jawab
hukum para professional dan dapat dituntut secara
Pidana,Perdata dan Hukum Administrasi/TUN

www.esaunggul.ac.id
Tanggungjawaban Tenaga kesehatan

1. Hubungan dokter/nakes dan pasien tidak semata-mata


hubungan kebutuhan pelayanan kesehatan tapi
merupakan suatu hubungan hukum
2. Hubungan hukum harus diikuti konsekwensi tanggung
jawab hukum atas Tindakan yang dilakukan
3. Pertanggungjawaban Dokter/Nakes tidak sekedar
pertanggungjawaban moral dan profesional ethic tapi
juga meliputi pertanggungjawaban hukum (perdata,
pidana dan administrasi)

www.esaunggul.ac.id
PERTANGGUNGJAWABAN RUMAH SAKIT

 Pertanggungjawaban Manajemen/Public Liability meliputi


Sarana Prasana dan Alat
Administritasi,Keuangan,kekayaan RS Pelayanan umum
dan pelayanan public menjadi Tanggung jawab : Pimpinan
RS/Managemen RS dan dapat di tuntutan Hukum :
Perdata dan Hukum Adminisitasi/TUN

 Pertanggung Jawab Profesional (Profesional Liability :


meliputi Pelayanan Kesehatan ,pelaksanaan profesi
dokter/nakes dengan pasien menjadi tanggung jawab
hukum para professional dan dapat dituntut secara
Pidana,Perdata dan Hukum Administrasi/TUN

www.esaunggul.ac.id
Penutup
1. Tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan
meliputi tanggung jawab hukum Perdata,Pidana dan
Administrasi
2. Tanggung jawab hukum di Rumah Sakit meliputi
tanggung jawab terhadap Pasien ,SDM dan Publik .
3. Timbul kasus karena terjadi kesenjangan apa yang
diharapkan dengan fakta
4. Setiap orang harus taat aturan dan penerapan
aturan baru dilakukan secara terus menerus
60

www.esaunggul.ac.id
61

www.esaunggul.ac.id
Tugas Mahasiwa

Uraikan tanggung jawab hukum


Pimpinan RS sesuai peraturan
yang berlaku.

Jelaskan pula tanggung jawab


Tenaga Kesehatan dalam
pelaksanaan tugasnya

www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai