Anda di halaman 1dari 41

TANGGUNG JAWAB HUKUM DI

RUMAH SAKIT
Eko Rotary Nurtito
Lingkup
• Tanggungjawab Hukum
– Administratif
– Perdata
– Pidana
• Tanggungjawab Hukum di Rumah Sakit
– Perbuatan Manajerial
– Perbuatan Medis
– Perbuatan Pelayanan Lain
TANGGUNGJAWAB HUKUM
MANAJERIAL

Dalam Rumah Sakit


Tanggungjawab Hukum Management
• Pengoperasian Rumah Sakit
– Tanpa Izin operasional RS
– Mempekerjakan Nakes tak berizin
– Menggunakan Obat tanpa izin Edar, atau
Narkotika tanpa izin
– Tidak memenuhi persyaratan
– Tidak memenuhi standar (Akreditasi)
• Ketenagakerjaan
• Hubungan dg pihak ketiga (bisnis)
RS tanpa Izin
Pasal 62 UU 44/2009 ttg Rumah Sakit
• Setiap orang yang dengan sengaja
menyelenggarakan Rumah Sakit tidak memiliki
izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00- (lima milyar
rupiah).
Pasal 63
• (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan oleh korporasi,
selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi berupa pidana denda dengan
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.
• (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa:
– a. pencabutan izin usaha; dan/atau
– b. pencabutan status badan hukum.
Nakes tanpa izin
• Pasal 80 UU 29/2004 ttg Praktik Kedokteran
– Setiap orang yang dengan sengaja
mempekerjakan dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
– Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang
dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman
tambahan berupa pencabutan izin.
Obat tanpa izin
Pasal 197 UU 36/2009 ttg Kesehatan
• Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memiliki izin edar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah).
Administratif
• Tidak memenuhi Persyaratan RS
– TIDAK MEMPEROLEH IZIN

• Tidak memenuhi Akreditasi / Standar


– TIDAK DAPAT DIPERPANJANG IZIN
Ketenagakerjaan
Masalah:
• Rekrutmen : adil, non discriminative,
• Status kepegawaian: tetap, PKWTT, PKWT,
outsourcing
• Pembinaan : Career path, Penempatan, dik-
lat, recording, seragam, waktu kerja, cuti
• Pemeliharaan: kesehatan, kesehatan kerja
• Pendisiplinan: formiel dan materiel
• Pemutusan Hubungan Kerja
Pihak Ketiga (bisnis)
• Kontrak Kerja / Outsource : Cleaning, Laundry,
Security, Parking, Pemeliharaan bangunan,
Pemeliharaan Prasarana
• Supplier : Obat, Alkes, Makanan, Air, Gas
medik,
• Pajak
• Konsultan
• dll
TANGGUNGJAWAB HUKUM
PERBUATAN MEDIS
Dalam rumah sakit
Tanggungjawab Hukum Perbuatan
Medis
• INHEREN PADA SETIAP TINDAKAN MEDIS
• SEBAGIAN DIANGGAP ACCEPTABLE:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal
(umumnya bersifat foreseeable but unavoidable:
calculated, controllable)
2. Risiko “bermakna” tetapi harus diambil karena
“the only way” (unavoidable, unpreventable))
3. Risiko yg unforeseeable = untoward results

PERLU INFORMED CONSENT, SEHINGGA BILA TERJADI, DOKTER TIDAK


BERTANGGUNGJAWAB SECARA HUKUM (volenti non fit injuria)
RISIKO TINDAKAN KEDOKTERAN
• Sebagian besar risiko kedokteran dianggap
akseptabel:
– tingkat keparahan yang minimal,
– tingkat probabilitas terjadinya yang kecil,
– tingkat kedaruratannya,
– ketersediaan sumber-dayanya,
– nilai manfaat yang tak tergantikan,
– ketidakmungkinan penghindaran atau
pencegahannya,
– risiko yang tidak terduga atau tak terbayangkan
sebelumnya, yang tentu saja tidak mungkin
dapat dicegah atau dihindari
Lingkup
• Tanggungjawab Hukum Institusi
• Tanggungjawab Nakes
• Tanggungjawab Peserta Didik di RS Pendidikan
Tanggungjawab Institusi
• Memenuhi persyaratan RS:
– Bangunan
– Prasarana dan Sarana
– Peralatan Medis
– Perangkat lunak pengoperasian (SPK dan SPO)
– SDM yang memenuhi persyaratan dan berizin
– Farmasi sesuai standar
• Sehingga bidang ini yang menjadi “penyebab”
maka Institusi yg bertanggungjawab atau
setidaknya turut bertanggungjawab
Tanggungjawab Institusional/
Korporasi

Pasal 46 UU 44/2009 ttg RS


• Rumah Sakit bertanggung jawab secara
hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Pasal 45 UU 44/2009
• (1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab
secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif.
• (2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
Tanggungjawab Tenaga Kesehatan
• Memiliki persyaratan / kualifikasi dan
mempertahankannya:
– Memiliki Sertifikat Kompetensi, Surat Tanda
Registrasi, Surat Iziin Praktik / Kerja, dll
• Mematuhi Kode Etik Profesi
• Mematuhi Standar Profesi
• Mematuhi Standar Pelayanan dan SPO
Hak menuntut ganti rugi
Pasal 58 UU 36/2009 ttg Kesehatan
• (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
• (2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan
yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.
Perlindungan hukum
Pasal 50 UU 29/2004 ttg Praktik Kedokteran
• Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran mempunyai hak :
– memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
– memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional;
Pendelegasian
• Dokter dapat mendelegasikan tindakan kepada
tenaga kesehatan lain, dengan persyaratan:
– Kewenangan ada pada dokter
– Penerima delegasi memiliki kompetensi
melakukannya (hanya psikomotor yg
didelegasikan)
– Pendelegasian harus jelas dan tercatat
– Supervisi
– Tanggungjawab tetap berada pada pendelegasi
Standar
• SPO disusun dalam bentuk panduan
penatalaksanaan klinis (clinical practise
guidelines) yang dilengkapi dengan alur klinis
(clinical pathway), algoritme, protokol,
prosedur dan standing order.
• SPO harus memuat sekurang-kurangnya
mengenai pengertian, anamnesis,
pemeriksaan fisik, kriteria diagnosis, diagnosis
banding, pemeriksaan penunjang, terapi,
edukasi, prognosis dan kepustakaan.
• Kepatuhan kepada SPK (Pedoman Nasional
dan SPO) menjamin pemberian pelayanan
kesehatan dengan upaya terbaik di fasilitas
pelayanan kesehatan, tetapi tidak menjamin
keberhasilan upaya atau kesembuhan pasien;
• Modifikasi SPK hanya dapat dilakukan atas
dasar keadaan yang memaksa, antara lain
keadaan khusus pasien, kedaruratan dan
keterbatasan sumber daya.
Tanggungjawab Nakes vs Institusi
• UU RS menyatakan Tgjwb Institusi
– RS harus mampu “menguasai” seluruh RS,
termasuk SDM nya
– RS bertanggungjawab “keluar”, tetapi dapat
membagi tanggungjawab kepada Nakes
• UU Kes dan UU Pradok menyatakan Nakes Bisa
bertanggung-jawab
– RS dan Nakes berbagi sesuai dengan “Peraturan
Internal RS” atau “Perjanjian”
Tanggungjawab Peserta Didik
• Mahasiswa / Co-ass
– Belum memiliki kewenangan
– Tidak bertanggungjawab bila dianggap
melaksanakan perintah jabatan
– Pidana: bisa bertanggungjawab sendiri, atau
penyertaan,
– Perdata: tidak bertanggungjawab
• PPDS/PPDGS
– Bertanggungjawab sebatas kompetensinya
– Tanggungjawab DPK / DPJP untuk yg belum
menjadi kompetensinya
TANGGUNGJAWAB HUKUM PIDANA
Tanggungjawab Hukum Pidana
• Ketentuan Pidana dalam KUHP
• Ketentuan Pidana dalam UU 29/2004
• Ketentuan Pidana dalam UU 36/2009
• Ketentuan Pidana dalam UU 35/2009
• dll
KETENTUAN PIDANA – KUHP

• KELALAIAN : 359-361 KUHP


• KETERANGAN PALSU : 267-268 KUHP
• ABORSI ILEGAL : 347-349 KUHP
• PENIPUAN : 382 BIS KUHP
• PERPAJAKAN : 209, 372 KUHP
• EUTHANASIA : 344 KUHP
• PENYERANGAN SEKS : 284-294 KUHP
Terima Kasih
Pertolongan pada darurat
Pasal 190 UU 36/2009 ttg Kesehatan
• Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau
tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau
pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Organ / Jaringan
Pasal 192 UU 36/2009
• Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh
dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Bedah plastik
Pasal 193 UU 36/2009
• Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
bedah plastik dan rekonstruksi untuk tujuan
mengubah identitas seseorang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 diancam dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)
Aborsi
Pasal 194 UU 36/2009
• Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Jual Darah
Pasal 195 UU 36/2009
• Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan darah dengan dalih
apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
90 Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Praktik Kefarmasian
Pasal 198
• Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
ASI Eksklusif
Pasal 200 UU 36/2009
• Setiap orang yang dengan sengaja
menghalangi program pemberian air susu ibu
eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
TANGGUNGJAWAB HUKUM
PERDATA
KETENTUAN PERDATA
• PS 1365 KUH PERDATA :
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantinya
• PS 1366 KUH PERDATA
– Juga yang disebabkan kelalaian
• PS 1367 KUH PERDATA
– Juga akibat respondeat superior
• PS 1338 KUH PERDATA: WANPRESTASI
KETENTUAN HUKUM
• PS 1370 KUH PERDATA :
– Dalam hal kematian akibat kesengajaan atau kelalaian,
ahli waris berhak menuntut ganti rugi, yg dinilai menurut
kedudukan & kekayaan kedua pihak
• PS 1371 KUH PERDATA :
– Dalam hal luka / cacat, ganti rugi : biaya penyembuhan
dan kerugian akibat luka / cacat tersebut
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai