Anda di halaman 1dari 97

Peraturan Hukum

Terkait Profesi Dokter


(termasuk Forensik)
dr. Norbert Tanto Harjadi, Sp.F
Profesi Dokter dan Hukum
Seorang dokter dapat dituntut dalam hal:
• Pidana → pengadilan pidana
• Perdata → pengadilan perdata
• Administrasi → pengadilan TU Negara
• Disiplin → MKDKI
• Etika → MKEK

Ke-lima-nya dapat berjalan bersamaan dalam


periode waktu yang sama.
Asas-Asas dalam Peraturan
Perundang-undangan
• Lex Superior derogat legi inferiori
• Lex Specialis derogat legi generali
• Lex Posterior derogat legi priori
• Asas Legalitas (peraturan perundang-undangan
tidak boleh berlaku surut)

Kecuali dinyatakan secara spesifik dalam


peraturan perundang-undangan yang baru bahwa
ia tidak membatalkan peraturan yang lama.
Cara membaca Peraturan
Perundang-undangan
• Baca terlebih dahulu pasal 1 karena
perngertian dan batasan istilah-istilah yang
dipakai tercantum didalamnya.
• Cari pasal yang sesuai dengan masalah, bila
tidak ada maka masalah tidak diatur.
• Baca syarat-syarat berlakunya pasal tersebut.
• Baca penjelasan pasal tersebut di bagian
penjelasan peraturan perundang-undangan
tersebut.
Peraturan Hukum untuk Dokter
• UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(unsur pidana penjara sudah dihapus melalui
keputusan Mahkamah Konstitusi no. 4/PUU-V/2007)
pasal:
– (ketentuan umum) 1.
– (pendidikan dan pelatihan) 28.
– (registrasi) 29, 30, 31, 32, 33, 35.
– (penyelenggaraan praktik) 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44,
45, 46, 47, 48, 50, 51.
– (hak dan kewajiban pasien) 52, 53.
Peraturan Hukum untuk Dokter
• UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal:
– (hak) 5, 7, 8.
– (tenaga kesehatan) 22, 23, 24, 27, 28, 29.
– (teknologi dan produk teknologi) 44.
– (perlindungan pasien) 56, 57, 58.
– (penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan) 63, 64,
65, 66, 67, 68, 69, 70.
– (kesehatan reproduksi) 72, 74, 75, 76.
– (bedah mayat) 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125.
– (ketentuan pidana) 190, 192, 193, 194.
PP no. 10/1966 tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran.
Peraturan Hukum untuk Dokter
• Peraturan-peraturan hukum lain yang bersifat lex
spesialis.
• Peraturan-peraturan hukum lain yang kedudukannya
dibawah undang-undang (Peraturan Pemerintah,
Permenkes, dll.
• Hukum kebiasaan.
Peraturan Hukum terkait Forensik
• UU no. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana pasal:
– (ketentuan umum) 1.
– (penyelidik, penyidik dan penuntut umum) 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15.
– (penyidikan) 108, 120, 133, 134, 135, 136.
– (pemeriksaan di sidang pengadilan) 160, 161, (162, 163,
164, 165, 166, 167, 168), 170, 179, 180.
– (putusan) 183, 184, 186, 187, 188.
– (lain-lain) 227, 229.
Peraturan Hukum terkait Forensik
• Kitab Undang-undang Hukum Pidana pasal:
– (penghapus, pengurang atau pemberat) 48, 50, 51.
– (hapusnya kewenangan menuntut dan menjalankan) 77, 78,
83, 84.
– (istilah) 89, 90, 97.
– (keamanan negara) 112.
– (ketertiban umum) 170, 179, 180, 181.
– (kejahatan pada penguasa umum) 216, 221, 222, 224, 225.
– (sumpah palsu dan keterangan palsu) 242.
– (pemalsuan surat) 267.
– (pelanggaran pada penguasa umum) 522.
Pasal 133 KUHAP
• Penyidik, dalam menangani kasus baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena tindak pidana, dapat meminta
bantuan ahli kedokteran kehakiman,
dokter atau ahli lainnya
• Merupakan kewajiban hukum, jika
dilanggar ada sanksinya:
– Pasal 216 KUHP
– Pasal 224 KUHP
Peraturan Hukum untuk Forensik
• Peraturan-peraturan hukum lain yang bersifat lex
spesialis:
– UU Perlindungan Anak.
– UU Penghapusan KDRT.
– UU Narkotika, dll
• Peraturan-peraturan hukum lain yang kedudukannya
dibawah undang-undang (Peraturan Pemerintah,
Permenkes, dll.
• Hukum kebiasaan.
UU no. 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
UU no. 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
UU no. 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
• (perbuatan yang dilarang): 27, 32, 36.
• (pidana) 45, 48, 51, 52
UU no. 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
UU no. 14/2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik
UU no. 14/2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik
UU no. 14/2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik
MALPRAKTIK
PENGERTIAN MALPRAKTIK
• KATA MALPRAKTIK TIDAK ADA DALAM
PERATURAN PER-UU-AN DI
INDONESIA
• Pasal 58 UU No 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan : “Setiap orang berhak menuntut
ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan
yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya”.
• Pasal 50 UU No 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran : “dokter dan dokter
gigi berhak memperoleh perlindungan
hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional”.
JADI, ……
MALPRAKTIK BILA TERJADI “KESALAHAN”/ “KELALAIAN”,
ATAU “TAK SESUAI STANDAR PROFESI”, “TAK SESUAI
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL”
PEMAHAMAN AWAM
• MALPRAKTIK DISAMAKAN DENGAN:
– HASIL BURUK (ADVERSE EVENTS)
– PASIEN MASUK RUMKIT DALAM
KEADAAN “SEGAR”, PULANG DALAM
KEADAAN CEDERA ATAU MENINGGAL
– PASIEN TIDAK PUAS ATAS HASIL
LAYANAN MEDIS

PENILAIAN PADA “HASIL” BUKAN PADA


“UPAYA”, TIDAK TEPAT UNTUK KATA
MALPRAKTIK
MALPRACTICE
• PROFESSIONAL MISCONDUCT OR
UNREASONABLE LACK OF SKILL.
• FAILURE OF ONE RENDERING PROFESSIONAL
SERVICES TO EXERCISE THAT DEGREE OF SKILL
AND LEARNING COMMONLY APPLIED UNDER ALL
THE CIRCUMSTANCES IN THE COMMUNITY BY
THE AVERAGE PRUDENT REPUTABLE MEMBER
OF THE PROFESSION WITH THE RESULT OF
INJURY, LOSS OR DAMAGE TO THE RECIPIENT
OF THOSE SERVICES OR TO THOSE ENTITLED
TO RELY UPON THEM.
BLACK’S LAW DICTIONARY
KATA “MALPRAKTIK”
UNTUK SEMUA PROFESIONAL
• HUKUM : Mafia Peradilan
• KEDOKTERAN : Malpraktik Medik
• PERBANKAN : BLBI, dll
• AKUNTANSI : Kasus2 Korupsi
• PENDIDIKAN : Jual-beli gelar
• MANAJEMEN : Mis-manajemen
LEGAL MALPRACTICE
(Malpraktik Hukum)
“consists of failure of an attorney to use
such skill, prudence, and diligence as
lawyers of ordinary skill and capacity
commonly possess and exercise in
performance of tasks which they undertake,
and when such failure proximately causes
damage it gives rise to an action in tort”
(Black’s Law Dictionary)
Kategori Hukum dari Legal
Malpratice
• Criminal malpractice (malpraktik dalam
ranah pidana).
• Civil malpractice (malpraktik dalam ranah
perdata).
• Administrative malpractice (malpraktik
dalam ranah administratif).
MEDICAL MALPRACTICE
Medical malpractice involves the
physician’s failure to conform to the
standard of care for treatment of the
patient’s condition, or lack of skill, or
negligence in providing care to the
patient, which is the direct cause of
an injury to the patient.

World Medical Association, 1992


Malpraktik Medik (disesuaikan
dengan hukum Indonesia)
Kesalahan dalam pemberian tindakan medis oleh
dokter kepada pasien, yang merupakan suatu:
1.perbuatan tercela (pidana), dan/atau
2.menimbulkan kerugian bagi pasien (perdata),
dan/atau
3.di luar/melebihi kewenangannya (administratif),
dan/atau
4.tidak sesuai dengan standar pelayanan/
prosedur/kompetensi (disiplin keilmuan).
MALPRAKTIK MEDIK
• INTENTIONAL
– PROFESSIONAL MISCONDUCTS
• NEGLIGENCE
– MALFEASANCE: error of planning
– MISFEASANCE: error of execution
– NONFEASANCE: failure to do
• LACK OF SKILL
– DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI
– DI LUAR KOMPETENSI
MISCONDUCT
• FRAUD / MISREPRESENTASI
• PELANGGARAN STANDAR SECARA
SENGAJA (DELIBERATE VIOLATION)
• PIDANA UMUM:
– KETERANGAN PALSU
– PENAHANAN PASIEN
– BUKA RAHASIA KEDOKTERAN TANPA HAK
– ABORSI ILEGAL
– EUTHANASIA
– PENYERANGAN SEKSUAL

VIOLATION BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI


LACK OF SKILL
• KOMPETENSI KURANG ATAU DI
LUAR KOMPETENSI /
KEWENANGAN
– SERING MENJADI PENYEBAB ERROR
ATAU KELALAIAN
– SERING DIKAITKAN DENGAN
KOMPETENSI INSTITUSI (LIMITED
RESOURCES)
– KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA
SITUASI-KONDISI LOKAL TERTENTU
(LOCALITY RULE)

ERRORS BERHUBUNGAN DENGAN INFORMASI


KELALAIAN MEDIK
• JENIS MALPRAKTIK TERSERING
• BUKAN KESENGAJAAN
• TIDAK MELAKUKAN YG SEHARUSNYA
DILAKUKAN, MELAKUKAN YG
SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN
OLEH ORANG2 YG SEKUALIFIKASI
PADA SITUASI DAN KONDISI YG
IDENTIK
SYARAT KELALAIAN (4D)
• DUTY (Duty of care)
– KEWAJIBAN PROFESI
– KEWAJIBAN KONTRAK DG PASIEN
• DERELICTION / BREACH OF DUTY
– PELANGGARAN KEWAJIBAN TSB
• DAMAGES
– CEDERA, MATI ATAU KERUGIAN
• DIRECT CAUSALSHIP
– HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT, SETIDAKNYA
PROXIMATE CAUSE
Kapan terjadi malpraktek ?

* Jika ada penyimpangan / pelanggaran


standar profesi medis:
a. Lalai: tidak hati-hati, tidak
peduli, tidak tahu, tidak acuh
b. Kesalahan/kekeliruan
* Jika melakukan wanprestasi
Standar profesi medis (Leenen)
• Bekerja teliti, hati-hati dan seksama
• Sesuai ukuran medis
• Sesuai kemampuan rata-rata dokter dari
keahlian yang sama
• Situasi sebanding
• Dengan sarana dan upaya yang sebanding
dengan tujuan tindakan medis tsb
Principle of Liability

• The doctor has to posses SKILL,


KNOWLEDGE and JUDGEMENT of the
AVERAGE group of technician to which he
belongs
JADI, MALPRAKTIK:
• DINILAI BUKAN DARI “HASIL”
PERBUATANNYA, MELAINKAN DARI
“PROSES” PERBUATANNYA.

• Dugaan adanya malpraktik kedokteran harus


ditelusuri dan dianalisis terlebih dahulu untuk
dapat dipastikan ada atau tidaknya malpraktik,
kecuali apabila faktanya sudah membuktikan
bahwa telah terdapat kelalaian – yaitu pada res
ipsa loquitur (the thing speaks for itself)
KARENA, HASIL BURUK
dapat diakibatkan oleh:

1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya


sendiri, tidak berhubungan dengan tindakan
medis.
2. Hasil dari suatu risiko yang tak dapat
dihindari, yaitu risiko yang tak dapat
diketahui sebelumnya (unforeseeable); atau
risiko yang meskipun telah diketahui
sebelumnya (foreseeable) tetapi dianggap
acceptable.
3. Hasil dari suatu kelalaian medik.
4. Hasil dari suatu kesengajaan.
Resiko Medik
Kemungkinan terjadinya hasil/akibat yang
tidak diharapkan akibat dilakukan/tidak
dilakukannya tindakan medis, baik yang
diketahui maupun yang tidak diketahui.

Untuk yang diketahui biasanya dinyatakan


dalam bentuk persentase atau rasio.
KONSTRUKSI MEDIS DAN HUKUM

UNDERLYING PERJALANAN PENYAKIT


DISEASE DAN KOMPLIKASI

NO
ERROR ACCEPTABLE ADVERSE
RISKS EVENTS
UNFORESEEABLE (Kejadian yg tak
RISKS diharapkan)

PREVENTABLE
PREVENTABLE
ACTIVE ERRORS ADVERSE
ADVERSE EVENTS
EVENTS
LATENT
ERRORS (Error of planning &
error of execution) NEGLIGENT
ADVERSE EVENTS
DUTY + BREACH OF DUTY (KELALAIAN/MALPRAKTIK
+ DAMAGE MEDIS)
+ CAUSALITY
JALUR-JALUR
PENYELESAIAN
JALUR ETIKA: MKEK, MKEKG, MAKERSI

JALUR DISIPLIN : MDTK, MKDKI

JALUR HK PERDATA : NON LITIGASI

JALUR HUKUM PERDATA : LITIGASI

JALUR HUKUM PIDANA : POLISI


SANKSI ETIKA DAN
PENDISIPLINAN

SALAH SATU CARA


MENCEGAH
MALPRAKTIK
PENYELESAIAN DISIPLIN PROFESI
• TUJUAN : JAGA AKUNTABILITAS PROFESI
– PROTECT THE PATIENT, GUIDE THE
DOCTORS
– PENJERAAN DOKTER
• SIFAT : PEER REVIEW, AUDIT KLINIK
• SANKSI : DISIPLIN PROFESI
• BADAN :
– KOMITE MEDIK, PANITIA ETIK
– MKEK, MAKERSI, DEWAN ETIK PDSp
– MDTK, MKDKI
TUJUAN PATIENT SAFETY
dilakukan di institusi ybs
• BUKAN MENCARI SIAPA YANG
BERSALAH (NON-BLAMING CULTURE)
• MENCARI ADAKAH KESALAHAN DAN
SEBAB KESALAHAN
– SEBAB KESALAHAN SELALU MULTI-FAKTOR
• CARI CARA MENGOREKSINYA ATAU
PENCEGAHAN PENGULANGAN
– PEMECAHAN : SISTEMIK
– REVISI SOFTWARE, HARDWARE, LIVEWARE
RESOLUTION OF ERROR
NEGLECT / USED WRONG PROCEDURE(S)

DID NOT KNOW KNEW CORRECT


CORRECT PROCEDURE
PROCEDURE(S)

NEVER KNEW FORGOT DELIBERATE,


INTENTIONAL

LACKED LACKED TOLERATED


TRAINING INFORMATION
PRESSURES
LACKED LACKED TRAINING LACKED
EXPERIENCE OR PRACTICE DISCIPLINE

MANAGEMENT ACTION TO CORRECT THE SYSTEM PUNISHMENT


MKDKI:

• Pasal 1 butir 14 UU No 29 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran :“MKDKI adalah
lembaga yang berwenang untuk menentukan
ada tidaknya kesalahan yang dilakukan
dokter dan dokter gigi dalam penerapan
disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi,
dan menetapkan sanksi”.
• Sedangkan pasal 55 ayat (1) UU tersebut :
“untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter
gigi dalam penyelenggaraan praktik
kedokteran, dibentuk MKDKI”.
MKDKI :

• Badan eksekutif yang memeriksa bidang disiplin dokter


dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokterannya,
• Memiliki kewenangan memberikan sanksi disiplin
kedokteran kepada dokter dan dokter gigi yang bersalah,
• Keputusannya mengikat bagi dokter maupun Konsil dan
otoritas kesehatan lain.
• Bukan badan peradilan, dan tidak ditujukan untuk
menyelesaikan sengketa antara dokter dengan pasiennya.
• Keputusannya adalah Keputusan Tata Usaha Negara

Laica Marzoeki, 2006


MANFAAT PENDISIPLINAN

• BAGIAN DARI PEMBINAAN YG


DILAKUKAN OLEH KKI-DINAS
KESEHATAN – ORG.PROFESI
• EFEK PENJERAAN BAGI PELAKU
MAUPUN BUKAN PELAKU
• PEMBELAJARAN: BELAJAR DARI
KESALAHAN
Malpraktek administrasi
• Dokter melanggar hukum administrasi
negara:
a. Praktek tanpa izin
b. Praktek tak sesuai izin
c. Izin kadaluarsa
d. Tak membuat rekam medis
• Sanksi: pembekuan/ pencabutan izin
praktek
PANDANGAN HUKUM
PIDANA
MALPRAKTIK = PIDANA ?
• TIDAK ADA SATU UNDANG-UNDANG /
KETENTUAN PIDANA YG MENYEBUT
KATA MALPRAKTIK
• MALPRAKTIK ADALAH “GENUS” DARI
BANYAK “SPECIES” TINDAK PIDANA
• “SPECIES” TERSEBUTLAH YG DIATUR
DALAM UU PIDANA
Tindak Pidana
• Khusus:
– Larangan dan sanksi pelanggaran larangan ada di peraturan
hukum diluar KUHP.
• Umum:
– Larangan dan sanksi pelanggaran larangan ada didalam KUHP.
– Larangan ada di peraturan hukum diluar KUHP namun sanksi
pelanggaran larangan ada didalam KUHP.
Terpidana Malpraktik
• KUHP pasal 55-60
Malpraktek Medik (pidana)
• Aborsi kriminalis (194 jo ps
• Lalai menyebabkan
75-76 UU No. 36/2009, ps
luka/mati (359, 360, 361)
77A jo ps 45A UU No.
35/2014) (dulu 299, 346- • Menipu pasien (378, 379)
349 KUHP) • Membuka rahasia (322)
• Sengaja membiarkan • Euthanasia (344)
pasien tidak tertolong (190 • Membuat keterangan
jo ps 32 UU No. 36/2009) palsu (263, 267, 268)
(dulu 531 KUHP) • Melanggar kesusilaan
• Memberi/menjual obat (290, 294(2), 285, 286);
palsu (196, 197 UU No. khusus terhadap anak
36/2009) (dulu 386 KUHP) (81 jo 76D, 82 jo 76E, 88
jo 76I UU No. 35/2014)
PASAL 359 KUHP
• Barangsiapa karena kealpaannya /
kelalaiannya menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun
PEMBUKTIAN PIDANA
• BERDASARKAN HUKUM ACARA
PIDANA
• JAKSA PENUNTUT UMUM YG HARUS
MEMBUKTIKAN (DIBANTU PENYIDIK)
• KEBENARANNYA HARUS MATERIIL
• KEPASTIANNYA HARUS “BEYOND
REASONABLE DOUBT”
Pembuktian Tindak Pidana
• Ada Actus rheus (perbuatan tercela).
• Melanggar hukum pidana tertulis.
• Ada Mens rhea (sikap batin yang salah):
– Sengaja (dolus)
– Lalai, alpa (culpa lata).
– Ceroboh (culpa levis).
• Ada tidaknya faktor penghapus pidana
dan/atau faktor pemaaf pidana
Sifat Sanksi Pidana
• Personal
• Pada badan hukum, dikenakan pada
pengurus badan hukum tersebut
• Tidak dapat dialihkan ke orang lain
• Berupa: hukuman badan dan/atau denda
• Umumnya tidak dapat langsung
dikenakan pada badan hukum: RS,
kecuali memenuhi persyaratan tertentu
(pidana korporasi), dan hanya berupa
hukuman denda.
PENYELESAIAN HUKUM PIDANA
HANYA LITIGASI
• “PENUNTUT” MELAPORKAN / MENGADUKAN
KEPADA PENYIDIK (POLISI)
• PEMERIKSAAN PENYIDIK:
– SAKSI, DOKUMEN, AHLI, TERSANGKA
– PENAHANAN ?
• BERKAS KE JAKSA PENUNTUT UMUM
– PEMERIKSAAN ?
• PENGADILAN
– TINGKAT KEPASTIAN: BEYOND REASONABLE
DOUBT
PANDANGAN HUKUM
PERDATA
Sifat sanksi perdata
• Personal
• Bisa terhadap badan hukum (RS), yang
ditujukan pada pemilik dan/atau jajaran
pimpinan/pengelola.
• Dapat dialihkan dan tanggung renteng
• Berupa: denda materiil dan immateriil
(denda immateriil baru bisa dikenakan
bila ada denda materiil)
Malpraktek Medik (perdata)
• Perbuatan melawan hukum (1365
KUHPer)
• Wanprestasi (1239, 1338 KUHPer)
• Melalaikan kewajiban (1367 KUHPer)
• Kelalaian menyebabkan kerugian (1366
KUHPer)
Malpraktek Medik (perdata)
• Bila dituntut banyak ranah sekaligus, ranah
lainnya didahulukan.
• Gugatan dapat dialihkan/menyertakan pihak
lain yang ikut bertanggung jawab:
– Atasan (vicarious liability, respondeat superior,
borrowed servant);
– Penanggung jawab tim (captaincy of the ship)
PERBUATAN MELANGGAR
HUKUM
• PS 1365 KUH PERDATA :
Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, menggantinya
• PS 1366 KUH PERDATA
– Juga yang disebabkan kelalaian
• PS 1367 KUH PERDATA
– Juga akibat respondeat superior
U.U. KHUSUS
• Ps 58 UU KESEHATAN :
– Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
• Ps 7 UU PERLINDUNGAN KONSUMEN :
– Membayar ganti rugi akibat penggunaan barang /
jasa
– Membayar ganti rugi akibat barang / jasa tidak
sesuai dengan perjanjian
TUNTUTAN GANTI RUGI
• PS 1370 KUH PERDATA :
– DALAM HAL KEMATIAN AKIBAT
KESENGAJAAN ATAU KELALAIAN, AHLI
WARIS BERHAK MENUNTUT GANTI RUGI,
YG DINILAI MENURUT KEDUDUKAN &
KEKAYAAN KEDUA PIHAK
• PS 1371 KUH PERDATA :
– DALAM HAL LUKA / CACAT, GANTI RUGI :
BIAYA PENYEMBUHAN DAN KERUGIAN
AKIBAT LUKA / CACAT TERSEBUT
PRINSIP PEMBUKTIAN
PERDATA
• BERDASARKAN HUKUM ACARA PERDATA
• PENDALIL (PENGGUGAT DAN/ATAU
TERGUGAT) YG HARUS MEMBUKTIKAN
• KEBENARANNYA CUKUP FORMIL
• KEPASTIANNYA CUKUP “PREPONDERANCE OF
EVIDENCE”
• ADA TIDAKNYA FAKTOR PENGHAPUS
PERDATA DAN/ATAU FAKTOR PEMAAF
PERDATA (SPESIFIK KASUS)
Pembuktian tak langsung

Mencari fakta-fakta berdasarkan doktrin Res


Ipsa Loquitor (the thing speaks for itself)
1. Tak mungkin terjadi jika tidak lalai/sengaja.
2. Kesalahan dalam bidang tanggung
jawab.
3. Pasien tak ikut menyebabkan kerugian
(tak ada contributory negligence).
TEKNIK PEMBUKTIAN dalam
PERDATA (4D)
• DUTY (Duty of care)
– ADA KEWAJIBAN:
• KEWAJIBAN PROFESI
• KEWAJIBAN KONTRAK DG PASIEN
• DERELICTION / BREACH OF DUTY
– TIDAK MELAKSANAKAN/PELANGGARAN
KEWAJIBAN TSB
• DAMAGES
– CEDERA, MATI ATAU KERUGIAN
• DIRECT CAUSALSHIP
– HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT LANGSUNG,
SETIDAKNYA PROXIMATE CAUSE
Unsur ke lima: Willing plaintiff
(keinginan menggugat)
• Masalah waktu-biaya-emosional
• Kekuatan hubungan dokter-pasien-perawat
• Ekspektansi pasien/keluarga
• Pengetahuan pasien/keluarga: komplikasi,
cedera iatrogenik, keparahan awal, perawatan
profesional (kompeten, responsif)
PENYELESAIAN KASUS PERDATA

• LITIGASI
– GUGATAN KE PENGADILAN NEGERI
– PEMBUKTIAN OLEH PENGGUGAT
– BUKTI: SAKSI, DOKUMEN, AHLI, DLL
– HAKIM MENGUPAYAKAN DAMAI DULU,
KEMUDIAN “RIGHT-BASED”
• TINGKAT KEPASTIAN: PREPONDERANCE OF EVIDENCE
• NON LITIGASI
– DAMAI DI LUAR PENGADILAN (ALTERNATIVE
DISPUTE RESOLUTION)
– “INTEREST BASED” (WIN-WIN SOLUTION)
Pasien berobat ke RS
1. Perjanjian pelayanan medis (kontrak
terapeutik):
dokter ===== pasien
2. Perjanjian perawatan (ruangan, fasilitas,
tindakan perawatan)
RS ===== pasien
Jika ada gugatan malpraktek
• Harus diklarifikasi
perjanjian mana yang
dilanggar
• Yang digugat:
1. Kontrak terapetik:
dokter (dan RS)
2. Perj. Perawatan:
perawat (dan RS)
Sahnya perjanjian perdata
(1320 KUHPer)

• Sepakat.
• Para pihak cakap secara hukum.
(bekwaam)
• Obyek tertentu.
• Sesuatu yang halal (tak melanggar
hukum, susila dan ketertiban).
Jenis perjanjian perdata

• Inspaning verbintenis (perjanjian upaya):


yang diperjanjikan adalah upaya
maksimal.

• Resultaat verbintenis (perjanjian hasil):


yang diperjanjikan adalah hasil tertentu.
Hubungan dokter dan RS

• Dokter internal: RS ikut


bertanggung jawab
(vicarious liability)

• Dokter eksternal (dokter


tamu): RS tidak ikut
bertanggung jawab
Doktrin Vicarious Liability
(Respondeat Superior)
• Sebagai profesional:
dokter bertanggung
jawab atas kerugian
pasien akibat
tindakannya
• Sebagai bawahan RS:
RS ikut digugat atas
kesalahan dokter
• Dasar: 1367 KUHPer
Doktrin Captaincy of the Ship
• Sebagai anggota tim: dokter bertanggung jawab
atas kerugian pasien akibat tindakannya
• Sebagai pimpinan tim: dokter
pimpinan/penanggung jawab pelayanan ikut
digugat akibat perbuatan anggota tim
• Sebagai bawahan RS: RS ikut digugat atas
kesalahan dokter
• Dasar: 1367 KUHPer
Doktrin Corporate Liability
* RS bertanggung jawab atas segala peristiwa di
RS (central responsibility).
* Jika RS menemukan kesalahan/kelalaian
bawahannya: RS dapat menggunakan hak
Regres (minta pertanggung jawaban kepada
yang lalai/salah tsb).
Hubungan dokter dan perawat

• Hubungan Rujukan:
bidang perawatan, mitra
 perawat tanggung
jawab mandiri.
• Hubungan Delegasi:
bidang kedokteran,
perawat membantu
dokter, dokter ikut
bertanggung jawab.
Teori Verlengde arm van de arts

• Semi-arts berwenang melakukan tindakan


kedokteran asalkan:
1. Dilakukan atas instruksi dokter
2. Dibawah pengawasan dokter
• Sebagai kepanjangan tangan dokter, yang
bertanggung jawab adalah dokter (arrest HR
4 Nov 1952)
Syarat Pendelegasian Wewenang
dokter ke perawat

• Diagnosis medis/kedokteran, terapi dan indikasi:


wewenang dokter.
• Dokter yakin perawat mampu.
• Pendelegasian tertulis jelas dan rinci.
• Ada bimbingan/pengawasan medik saat
pelaksanaan: hadir fisik/dapat dihadirkan
segera.
• Perawat berhak menolak jika tak sanggup.
Fakta seputar malpraktik

• Setiap orang berpotensi berbuat salah:


malpraktek tak selalu dapat dicegah.
• Pasien cacat/meninggal: potensi untuk
digugat.
• Kebanyakan gugatan karena TIDAK PUAS
atas CARA MEREKA DIPERLAKUKAN.
• Jarang akibat apa yang mereka dapat atau
tidak dapat dari pelayanan.
Fakta mengenai Malpraktik

• Dasar gugatan
biasanya karena
kesalahan pada
BASIC CARE
(capai, gangguan
personal concern)
• Bukan karena
pelayanan canggih
Pencegahan malpraktik
• Penuhi standar profesi • Libatkan pasien/ keluarga
• Rawat pasien dengan dalam tahapan th/, D/ dan
prognosis
compassionate
• Buat penilaian awal yang
(menghibur), caring
komprehensif
(perhatian) dan sensitif
• Buat rencana tindakan
• Rekam Medis yang rapi
• Hormati hak-hak pasien • Baca catatan tertulis
Pencegahan malpraktik
• Identifikasi pasien pra • Hubungan dokter-
tindakan / pemberian perawat yang baik
obat • Instruksi tertulis, ditanda
• Jangan menebak obat tangan
• Pendidikan berkelanjutan • Konsultasi / rujuk dimana
• Utamakan kepentingan perlu
pasien • Pendelegasian secara
bijaksana
Rekam Medis
• Best defence terhadap gugatan
malpraktek (legal value)

• Bernilai jika catatan akurat, efektif, up to


the minute, lengkap, dan mudah dibaca
Medical secrecy
• Dasar: hak pasien untuk menolak publikasi
data (personal, medical dan financial) pada
pihak ketiga
• Catatan Rekam Medis yang relevan dan
perlu saja
• Catat hanya data yang kurang rahasia
• Jaga Rekam Medis baik-baik
• Hindari membicarakan pasien
Defensive Medicine

• Positive Defensive Medicine (tipe 1):


Dokter melakukan sebanyak mungkin test 
biaya tinggi
• Negative Defensive Medicine (tipe 2):
Dokter menghindari tes / tindakan karena takut
komplikasi  kualitas pelayanan rendah,
kelambatan tindakan
BILA MEDIA MASSA “MENUDUH”
• HATI-HATI DALAM MERESPONS
• “DIAM” KADANG-KADANG LEBIH BAIK
• GUNAKAN HAK JAWAB BILA
INFORMASI MENYUDUTKAN ATAU
MENYESATKAN DAN DAPAT
MENGAKIBATKAN PERSEPSI BURUK,
TANPA MEMBUKA RAHASIA
KEDOKTERAN
PEMBUKTIAN DAN
PEMBELAAN
PEMBUKTIAN KELALAIAN
KEWAJIBAN DAN PELANGGARANNYA

• KEWAJIBAN PROFESIONAL
– STANDAR KOMPETENSI
– STANDAR PERILAKU
– STANDAR PELAYANAN
• KEWAJIBAN AKIBAT HUBUNGAN
DOKTER-PASIEN
– SIKAP DAN PERILAKU UMUM YG ETIS
– UPAYA YANG MAKSIMAL,
SETIDAKNYA REASONABLE
PEMBUKTIAN KELALAIAN
KERUGIAN DAN HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT

• ADAKAH KERUGIAN ?
– KERUGIAN AKIBAT PELANGGARAN
KEWAJIBAN
– INGAT : PREVENTABLE ADVERSE EVENTS
• ADAKAH HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT ?
– BUT FOR TEST DAN RELEVANCE THEORY
– DIRECTNESS OR REMOTENESS
– FORESEEABILITY
– ROOT-CAUSE ANALYSIS
PEMBUKTIAN KELALAIAN
• UMUMNYA SUKAR
• Perlu penilaian dari ahlinya.
• PEMBUKTIAN MUDAH PADA KEADAAN
“RES IPSA LOQUITUR” : FAKTA SUDAH
MEMBUKTIKAN ADANYA KELALAIAN
– MISALNYA : TERTINGGALNYA GUNTING
ATAU KASA DI DALAM LUKA OPERASI
PEMBUKTIAN Perbuatan
Melawan Hukum
• BUKAN DENGAN UNSUR 4-D
• CUKUP TERBUKTI ADANYA Perbuatan
Melawan Hukum, TANPA HARUS ADA
KERUGIAN DLL.
– MISALNYA MELAKUKAN TINDAKAN TANPA
INFORMED CONSENT
– SALAH ORANG / SALAH ORGAN
– PRODUCT LIABILITY
PEMBELAAN
• BANTAH SALAH SATU DARI “ 4-D ”
• CARI PEMBENAR:
– MEDICAL RISKS:
• ACCEPTABILITY, UNFORESEEABILITY, ADVERSE
EVENTS
– PERJALANAN PENYAKIT / KOMPLIKASI
• CARI PEMAAF:
– TEKANAN SITUASI-KONDISI
– LIMITED RESOURCES
– KONTRIBUSI PASIEN

Anda mungkin juga menyukai