Komunikasi
FEBRUARI 2018
Forensik Medikoetikolegal
Visum et Repertum Surat Kematian
Tanatologi
Informed Consent
Traumatologi Forensik
Biomedical Ethics
Asfiksia
dokterpenllltnllh
dolderumum
dokter....
dolderlhll
dokterTNIIPolrl
SURAT KEMATIA
• Jika orang yang meninggal berada dalam • Dokter menerima laporan kematian →
perawatan seorang dokter, diagnosis Pemeriksaan luar terhadap mayat (tanpa
penyakitnya telah diketahui, dan surat permintaan visum et repertum dari
kematiannya diduga karena polisi) dan verbal autopsy pada keluarga
penyakitnya tersebut → Tidak ada tanda kekerasan atau
keracunan serta kecurigaan lain →
Memutuskan kematian adalah wajar →
Menyerahkan jenazah pada keluarga →
Membuat serta menandatangani surat
keterangan kematian (Formulir A)
• Kematian yang terjadi di dalam tahanan atau • Dokter menerima laporan kematian →
penjara Pemeriksaan awal dan verbal autopsy pada orang
• Kematian terjadi bukan karena penyakit dan di sekitar lokasi → Mencurigai bahwa kematian
bukan karena hukuman mati terjadi secara tidak wajar → Melaporkan kepada
penyidik berdasarkan pasal 108 KUHAP →
• Adanya penemuan mayat di mana penyebab dan
Penyidik membuat surat permintaan visum et
informasi mengenai kematiannya tidak ada repertum jenazah → Meminta izin keluarga
• Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa untuk dilakukan autopsy dalam 2x24 jam (jika
kemungkinan kematian akibat perbuatan lebih dari waktu ini keluarga btlum
melanggar hukum menyampaikan persetujuan, dokter dapat
• Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi langsung memeriksa tanpa “izin” → Dokter
kematiannya mengindikasikan akibat bunuh diri melakukan pemeriksaan jenazah dan autopsy →
• Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter Dokter yang melakukan pemeriksaan membuat
VeR dan menandatangani surat keterangan
• Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak kematian (Formulir A) → Menyerahkan
dapat memastikan penyebab kematiannya jenazah kepada keluarga setelah pemeriksaan
selesai
• Staatsblad (Lembaran Negara) No 350 Tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang menyatakan VeR adalah “Suatu Keterangan
tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda yang diperiksanya
yang mempunyai daya bukti dalam perkara pidana”
• Pasal 133 KUHAP: “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”
Dasar Hukum • PP No 27 tahun 1983: “Penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, kepangkatan
penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya adalah Sersan Dua”
Surat permintaan VeR tersebut harus diantar oleh petugas kepolisian dan hasilnya diserahkan langsung kepada
penyidik.
Salinan VeR tidak boleh diserahkan kepada siapapun. Selain penyidik POLRI, Instansi lain yang berwenang meminta
VeR adalah Polisi Militer, hakim, jaksa penyidik dan jaksa penuntut umum.
Sebelum tindakan pemeriksaan untuk pembuatan VeR, perlu dibuatkan informed consent. Apabila korban/keluarga
menolak untuk diperiksa maka hendaknya dokter meminta pernyataan tertulis secara singkat penolakan tersebut
dari korban/keluarga disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan, agar mencatatnya didalam rekam
medis.
Repertum ->
KUHAP pasal 2. Keterangan ahli
Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat
Keterangan ahli →
atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:
tidak hanya terbatas
• Serita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
pada
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian
“apa yang dilihat dan
atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan
ditemukan oleh si
yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
pembuat”
• surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang·undangan atau surat yang
dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
Visum et Repertum →
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.
terbatas pada “apa yang
• surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yangdiminta secara resmi dan padanya;
dilihat dan ditemukan
• surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian
oleh si pembuat”,
yang lain. sehingga dimasukkan ke
dalam alat bukti surat
©Bimbel UKDI MANTAP
Jenis Visum et Repertum
VeR perlukaan
1 (termasuk Deskripsi luka Penyebab luka Derajat luka
keracunan)
2 VeR kejahatan
susila
Bukti
persetubuhan
Bukti kekerasan Perkiraan umur
Pantas tidaknya
korban untuk
dikawin
Visum
hidup
3
Kejahatan
Psikodinamik
VeR psikiatrik Penyakit jiwa sebagai produk
kejahatan
penyakit jiwa
memerlukan tindakan khusus atau perawatan •••••••••• JIIIGII lilJftCCill ••• •••••••••J.,.•P
•"
••• • •••• •• •• , ,:'!f\.; wrbni.).:I \::t\!1'-D
1;;1,ie
.SO.r-, "-
rt.o.ni:• ioolllJln
1
(tflc..h 111.1, d*i,qr •••• , • , , ••••••• , •• , ,
luka ringan
cl.,
................. -,*"'Pin •1is:2tn,, \."1"'t.o~l •••••••••••••• ttJ.ab ~~ "'Vlt 4a.n, ·····:················ ···•, '«ti4'1(1i;)l
...,.r 1
•••••••••••••••••••••
2. Visum sementara adalah visum yang dibuat t.CT! il.l.lV;• ~l!IJ I •••••••••• ••••••••••••••••••••••••
4f.QQPtlC
I•"-' ... JaflllS MMZ'lll 4\t.,I':.~
llt<zn:ttr1 •••••••••••••••••••••••••••••••
·-••••••••••• J~ bltrd..J\ •••••••••••••..-t' ••••••••••• ~~~ •••••••• 1 .I~• klllb~ •••••••••••••••••, ianur •••••••••··••• Wl11rt,'t:O
untuk sementara berhubung korban memerlukan )Gk,ar~ll •••••••••• at.a.no, ••• ••••••• ••, •• J~~" ~·lLDn •• •• ·········• ! ~:,•n ••··•· ·• ••••••••••••••••,. ••••••••••••
ti POLlr:i..rto:X/ JU1llrJI. Slll'l
•• •• •1-mt •••••••• •• • •••• •• •••••••
•••• , , , •.. , •• , , , • , •,,., •, •,,.,,,,,.,.,,,., ••• ,
,
dokter membuat visum tentang apa yang dijumpai llltol.m.liQn dari »ait•l#D dS i<>t,ULJ1u.:..1 &liU SA.KU• ••••••••••••••••••
kemudian
podllt le?'lf:C'I \ • • • • • • • .. • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • noftO:r •••••••••••• , •••••••••••
3.Visum lanjutan adalah visum yang 4.itSl9lOCbn di ltamlb fwlltit •••••••••••••••• ~1.n t.."l!'lie'Pl •••••••• •• , , , , •••
setelah berakhir masa perawatan dari korban ht~ dasat UbiM\ oltil ,t,A;t•r 1 :"t1 -.r,,w,\ po:'lld~tt., "'~ :ii&,.l:lh !!!:'¥EWY! ;
oleh dokter yang merawatnya yang puff,O\.,~ •• ,°"'~ l,
~ab.II ._U'WI. ot 1e._-,n111.161111Nn\Ot"I $.1'11i .JU,u, o~• $IIClJl>h/
sebelumnya
telah dibuat visum sementara untuk awal
penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu l',l.1,::Jb::t.J\';, •• ••••••••••••••••• •••••
l 1
jika korban datang ke Palisi terlebih dahulu, Palisi akan membuatkan
Surat Permintaan Visum (SPV) ke RS
Karban dari IGD/Poliklinik kemudian dirujuk ke Pusat Pelayanan
PENYIDIK IGD I Terpadu (PPT) RS untuk mendapatkan pelayanan komprehensif
(POLISI) POLIKLINIK termasuk medikolegal. Bila korban telah membawa Surat Permintaan
Visum dari Palisi maka dokter akan membuatkan visum. Sedangkan
jika korban tidak membawa SPV maka hanya akan dibuatkan Surat
Keterangan Dokter atau hanya dibuatkan rekam medik forensik jika
PUSAT PELAYANAN diduga terkait kasus pidana.
TERPADU
Selain itu visum ini juga menguraikan tentang segi kejiwaan manusia, bukan segi
fisik atau raga manusia
rate 71-.c ~
I .S
tni:-!1 ~ I.he
e0c hour~
·de.th
nn~
••AJtJ1jo,Q i:, iJ>c, coob:g
Erector pili: • terpengaruh oleh rigor, sehingga rambut terkesan lebih panjang
(goose flesh appearance).
Diagnosis Banding Kaku Mayat
Kekakuan karena panas (Heat Kekakuan karena dingin (Cold Spasme cadaver (Cadaveric
stiffening) stiffening) spasm, instantaneous rigor)
• Terjadi jika mayat terpapar pada • Pada suhu yang sangat dingin, • Keadaan ini terjadi jika sebelum
suhu yang lebih tinggi dari 75oC, terjadi pembekuan jaringan meninggal, korban melakukan
atau jika mayat terkena arus lemak dan otot aktivitias tinggi, sehingga lebih
listrik tegangan tinggi → terjadi • Bila sendi ditekuk akan terdengar cepat mengalami kekakuan
koagulasi protein sehingga otot bunyi pecahnya es dalam rongga setelah meninggal
menjadi kaku sendi • Pada kekakuan ini tidak
• Pada kasus terbakar, keadaan • Bila mayat dipindahkan ke mengalami tahapan relaksasi
mayat menunjukan postur tempat dengan suhu lingkungan primer dan bentuk kekakuan
tertentu yang disebut dengan yang lebih tinggi maka kekakuan menunjukkan aktivitas terakhir
pugilistic attitude, yaitu suatu akan hilang korban
posisi di mana semua sendi
berada dalam keadaan fleksi dan
tangan terkepal
• Perbedaan antara kaku mayat
dan kaku karena panas adalah
adanya tanda bekas terbakar,
otot akan mengalami laserasi bila
dipakasa untuk diregangkan, dan
tidak terjadi relaksasi primer
maupun sekunder
Uji Reinsch Arsen 10 cc darah + 10 cc HCl pekat dipanaskan hingga terbentuk AsCl3.
Celupkan batang tembaga ke dalam larutan
HASIL: akan terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada
permukaan batang tembaga tersebut
Uji Dilusi Alkali CO •Siapkan 2 tabung reaksi. Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam
tabung pertama dan 1-2 tetes darah normal ke dalam tabung kedua
(sebagai kontrol negatif).
•Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna
merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung
CO akan tampak merah jernih sedang darah kontrol berwarna merah
keruh.
•Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung
kemudian dikocok.
HASIL: Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah
hijau kecoklatan karena terbentuk hematin alkali.
Nama Tes Senyawa Cara & hasil
Uji kertas Sianida Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab.
saring Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering,
kemudian teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes
HASIL: positif bila warna berubah menjadi ungu
Uji guajacol Sianida Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring (panjang 3-4
(Schonbein- cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu
Pagenstecher) celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di atas
jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan,
agar KCL mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan
HASIL positif akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring.
Traumatologi Forensik
Lecet gores
Lecet serut
Vulnus
excoriatum/lecet
Lecet tekan
Tumpul Contusio/memar
Trauma
Stab/tusuk
Vulnus
Tajam incisum/iris
Compression and
Brush (luka lecet serut) sliding (luka lecet geser)
©Bimbel UKDI MANTAP
Antemortem Abrasions
• Reddish-brown color
• Margins are blurred due to
vital reactions
Lecet geser
Postmortem Abrasions
• Yellowish in color
• Translucent area
• Margins are sharply defined
Figure 8.4 (a) variable depth abrasions (grazes) caused by
• Absence of vital reactions
impact against coocrete surface. (b) Linear abrasions
caused by filgernail scratching on torso.
Lecet tekan
Ex. tyre marks
Contusio Infiltration or extravasation of blood into the tissue due to
luka memar rupture of vessels by the application of blunt force
Luka tusuk pisau mata satu Luka tusuk pisau mata dua
Luka iris:
jembatan Luka bacok:
jaringan (-), tepi luka rata,
tepi luka rata panjang=dalam
Etiologi
• Penyebab alamiah → penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri
atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru
• Trauma mekanik → trauma yang mengakibatkan asfiksia mekanik melalui sumbatan atau halangan pada
saluran napas
• Keracunan → bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan
Fase Dispnea
• Penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksida → merangsang respiratory center di
medulla oblongata → amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat sebagai kompensasi → terjadi dyspnea
Fase Konvulsi
• Peningkatan karbon dioksida lebih lanjut → merangsang susunan saraf pusat → terjadi konvulsi (kejang)
→ kejang klonik → kejang tonik → spasme opistotonik
Fase Apnea
• Depresi respiratory center → pernapasan melemah → kesadaran menurun dan relaksassi sfingter
Fase Akhir
• Paralisis pusat pernapasan lengkap
Penyumbatan Pencekikan
Pembekapan Penjeratan Gantung Tenggelam
(Smothering) (Gagging dan (Manual (Strangulation) (Hanging) (Drowning)
Choking) Strangulation)
• Penekanan leher dengan tangan, yang • Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang,
menyebabkan dinding saluran napas bagian atas tertekan rantai, kawat dan sebagainya melingkari atau mengikat
dan terjadi penyempitan saluran napas sehingga udara leher hingga saluran pernapasan tertutup
pernapasan tidak dapat lewat • Bunuh diri (self strangulation) → pengikatan oleh
• Pemeriksaan luar korban sendiri dengan simpul hidup dengan jumlah lilitan
• Pembendungan muka dan kepala akibat lebih dari satu
tertekannya pembuluh vena dan arteri superfisial • Pembunuhan → pengikatan biasanya dengan simpul mati
• Luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulan sabit akibat • Kecelakaan → misalnya pekerja yang bekerja dengan tali
penekanan kuku jari kemudian terjatuh dan terlilit
• Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior • Pemeriksaan luar
kartilago thyroid unilateral • Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas
jerat pada kasus gantung
• Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan
transparent scotch tape, kemudian dilihat di bawah
mikroskop
• Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat
.. , -
,_ ._..
. ....,-,,
,..31.1 1 u
..._
ti..L. .- _ •• ~- <.'! ...
Definition
s
• Drowning is death within 24 hours from suffocation by submersion in a
liquid. normally fresh water or sea water.
• Near drowning is survival for more than 24 hours (even if temporary) from suffocation
by submersion.
• Secondary drowning is a nonspecific term for death after 24 hours from Air driven out
Need for air of lungs
complications of submersion.
• Immersion syndrome is sudden cardiac arrest on cold immersion. It may be
vagal response coupled with vasoconstriction.
©Bimbel UKDI MANTAP
Air Tawar: Konsentrasi elektrolit lebih rendah → Hemodilusi
darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli → Hemolisis
→ Pelepasan ion K⁺→ terjadi perubahan keseimbangan ion K⁺ dan
Ca⁺⁺ dalam serabut otot jantung dan mendorong terjadinya
fibrilasi ventrikel
Asfiksia (Wet
Drowning)
Air Asin: Konsentrasi elektrolit lebih tinggi → air akan ditarik dari
sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru → oedem
Mekanisme Spasme Laring (Dry pulmonal → hemokonsentrasi, hipovolemi → syok hipovolemik
Kematian Drowning) dan henti jantung
Refleks Vagal
(Immersion Drowning Types
Syndrome)
• I → Dry Drowning or Immersion Syndrome
• IIa → Fresh water
• IIb → Salt water
Pemeriksaan Diatom
• Merupakan alga bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat
• Pemeriksaan Destruksi Asam pada Paru
• Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram → tambahkan asam sulfat pekat → diamkan selama
kurang lebih setengah hari agar jaringan hancur → dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam
nitrat
pekat sampai terbentuk cairan yang jernih → dinginkan dan lakukan sentrifugasi hingga terbentuk sedimen
→
lihat di bawah mikroskop
• Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan
• Pemeriksaan Getah Paru
• Paru disiram air bersih →iris bagian perifer → ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer → taruh
pada gelas objek → amati di bawah mikroskop
SMOKE
GUNPOWDER
BULLET
FLAME
BARREL
©Bimbel UKDI MANTAP
Luka Tembak Masuk Luka Tembak Keluar
The bullet is the most responsible for causing the wound
Exit Wound
• Principally, a bullet causes an entrance wound, consisting
of two part: a hole surrounded by abrasion zone • If the bullet hits the body and the penetrating power
• Because the form of the wall inside the barrel is spiral strong enough, it can pass the body and causing an
groove, the bullet passing it will rotate on its axis exit wound on the opposite side of the body
• This rotating movement keep the bullet move relatively in • Beside have no marginal abrasion, exit wounds are
a straight line after leaving the barrel characteristically large and irregular, consisting of
• When it touches the skin, its rotating movement holes and lacerations
scratches the soft tissue causing an abrasion zone
• Because the kinetic energy of the bullet is far more
• This large and irregular wound take place when
powerful than the elasticity of the skin, the bullet splintered bone is carried out with the bullet at exit
penetrate the skin easily and causing a bullet hole
• Laceration Like
Bullet Hole
• No Abrasion Zone
Abrasion Zone
©Bimbel UKDI MANTAP
A Bullet Hits the Target
Perpendicularly
Abrasion
Zone
Bullet Hole
Soot
Dirty Bullet Hole
Gunpowder
Particles
Abrasion Zone Muzzle Rim Mark
Burn Blackish Abrasion
©Bimbel UKDI MANTAP
Zone
Hard Contact Soft Contact
• Hard pressure of the gun muzzle • Because soft pressure of the gun
to the target brings about a muzzle to the target produces an
perfect contact in that the skin imperfect contact, there may be
forms a seal around the muzzle some openings along the contact
• So that the flinging back of the area
firing power and hot gas will • What follows is that the flinging
violently pass through the soft back of the firing power and
tissue, causing irregular combustions products will escape
lacerations surrounding the sideways passing these openings,
wound with a muzzle mark on the causing blackish and dirty abrasion
outside of the wound surrounding the wound with or
without a muzzle mark on the
outside of the wound
....
The abrasion ring, and a very clear This is a soft contact range gunshot entrance
muzzle imprint, are seen in this hard wound with grey-black discoloration from
contact range gunshot wound the burned powder
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 15 cm (LUKA TEMBAK
JARAK SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA
TEMBAK JARAK SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “ berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH“, ini mengandung arti:
• 1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu
yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
• 2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata
ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Panas Complete epidermal necrosis can occur at 44°C if exposed for 6 hours, while such necrosis
occurs within 5 seconds at 60°C and less than 1 second at 70°C
Scalding → where the heat source is wet with moist heat from hot water, steam and other
hot
liquids
Hyperthermia – a condition where the core body temperature is greater than 40°C (100°F) –
occurs when heat is no longer effectively dissipated, leading to excessive heat retention
figure 17 .12 App:ean::e of 'pugis1ic a..'1rtl.l:iea' s a :eepose Flgure 17.14 Pos.-mortem fre.rela:ed sk.JI fracues n
a severely marred body. There is a reddialrD'n'Ml heat
t> ©Bimbel UKDI MANTAP haema:oma/extradural m1erncrmage on the nner surface r:J.
hea.. Ef.lect mxe a, lexor 11:11 ~ nu.de grasp.
the carbonized crana va.Jt.
Box 17.2 Examples of reasons for
failureto escape from a fire
• Deceased was already dead before the start of the fire Immediate
• Deceased was intoxicated (alcohol and/or drugs)
• Deceased was elderly and/or disabled • Toxic gas inhalation – CO (most common),
• Deceased was immobile cyanide, acrolein, nitrogen dioxide, hydrochloric
• Deceased was rapidly overcome by fumes/smoke because of acid
'poor physiological reserve' (e.g. ischaemic heart disease or - Often see soot in nose/mouth
chronic obstructive airways disease) - May produce edema, mucosal necrosis of upper
• Deceased had insufficient time to escape the fire owing to the airway, or bronchospasm
nature of the fire itself (an explosion or 'flash fire') - CO levels usually 30-60% in fire deaths
• There was panic/confusion • Neurogenic shock secondary to severe pain
• Escape routes were obstructed (deliberately or accidentally)
• Trauma
• Deceased was in an unfamiliar environment (and did not know
where the escape route was)
Delayed
• Indistinct red or purple skin discoloration “frost erythema” over large joints, such as the elbows, hips or knees
(and in areas of skin in which such discoloration cannot be hypostasis)
• Haemorrhagic gastric lesions “Wischnewsky spots”
• Tissue injury that varies in severity from erythema to infarction and necrosis following microvascular injury and
thrombosis “frostbite”
• Paradoxical undressing is a phenomenon that describes the finding of partially clothed – or naked – individuals in a
setting of lethal hypothermia → confusion and abnormal processing of peripheral cutaneous stimuli in a cold
environment, leading the individual to perceive warmth and thus to shed clothing
• The phenomenon of ‘hide and die syndrome’ describes the finding of a body that appears to be hidden →
terminal primitive ‘self-protective’ behavior and may be more commonly
Kedalaman
• Membuktikan hubungan yang terjadi bersifat
persetubuhan atau hanya pelecehan seksual
Pemeriksaan Laboratorium Korban Kejahatan Seksual
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menentukan adanya Cairan vagina Pewarnaan Malachite- Bagian basis kepala sperma
sperma green pada apusan di gelas berwarna ungu, bagian hidung
objek merah muda
Menentukan adanya Bercak Pakaian Pewarnaan BAECCHI Kepala sperma merah, bagian
sperma bagian tengah ekor biru muda, kepala sperma
tampak menempel pada serabut
Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Dr. Abdul Mun’im benang
Idries
Pemeriksaan motilitas sperma dapat
memperkirakan kejadian persetubuhan
• Cairan semen masih dapat ditemukan pada :
- Oral → 6 jam setelah persetubuhan
- Anorectal → 24 jam setelah persetubuhan
- Vaginal → 72 jam setelah persetubuhan
- Cervix → >72 jam setelah persetubuhan
• Sperma Motil masih dapat ditemukan pada :
- Vagina → 6 – 12 jam setelah persetubuhan
- Cervix → 5 hari setelah persetubuhan
Menentukan adanya air Cairan vagina Kristal Kolin Kristal kholin-periodida tampak
mani bentuk jarum-jarum berwarna
coklat
Menentukan adanya air Cairan vagina Kristal spermin/Berberio Kristal spermin pikrat berbentuk
mani rombik/jarum kompas warna
kuning kehijauan
Menentukan adanya air Pakaian 1. Inhibisi as.fosfatase 1. Warna ungu timbul di kerats
mani dengan L(+)as.tartrat saring pertama, dan tidak di
2. Reaksi dengan as.fosfatase kertas saring kedua
3. Sinar UV;visual;taktil dan 2. Warna ungu pada pakaian
penciuman 3. 3. Fluoresensi pada pakaian
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menemukan kuman Sekret uretra dan Pewarnaan Gram Kuman
N.Gonorrhea sekret serviks uteri
Menentukan golongan Cairan vagina yang Serologi ABO Gol.darah dari air mani berbeda
darah berisis air mani dan dengan gol.darah korban (hanya
darah pada tersangka dengan
golongan sekretor)
•
Anti-A Anti-A
••
Arlti-B Anti-13
Kristal kolin warna coklat Kristal spermin seperti jarum Penentuan gol.darah
kompas kuning kehijauan
Pemeriksaan Laboratorium Pelaku Kejahatan Seksual
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menentukan adanya Cairan yang masih Menempelkan gelas objek Epitel dinding vagina berbentuk
sel epithel vagina, melekat di korona mengelilingi korona glandis heksagonal warna coklat/coklat
pada penis glandis lalu ditetesi lugol kekuningan
• Tes Presipitin
Tes Penentuan spesies
• Tes absorpsi elusi
Tes Penentuan gol darah
Pemeriksaan Bercak Darah
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menentukan adanya Bercak darah kering Tes Benzidin Warna hijau-biru (tidak spesifik
hemoglobin tapi sangat sensitif > dari
teichmann dan takayama)
Melihat bercak Bercak darah kering Tes luminol Bercak darah bersinar
bersinar (Luminescence) ➔ tes paling
sensitif
Melihat kristal Bercak darah kering Tes Teichmann Kristal hemin-HCL bentuk batang
coklat (lebih spesifik tapi kurang
sensitif dibanding benzidin)
Melihat kristal Bercak darah kering Tes Takayama Kristal piridin hemokromogen
bentuk bulu warna jingga (lebih
spesifik tapi kurang sensitif
dibanding benzidin)
Pemeriksaan Bercak Darah
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menentukan bercak Bercak darah kering Tes Presipitin Terbentuk cincin keruh
darah manusia (presipitat)
t
Tes Teichmann – batang warna coklat
Tes Benzidin – hijau-biru
• Anak mengatakan dirinya dianiaya • Banyak memar dan memar jauh dari • Manajemen tergantung tipe kekerasan
• Membalik/menyangkal cerita yang penonjolan tulang. (pada kasus non yang dialami anak
diungkapkan sebelumnya kekerasan memar sering di penonjolan • Kerjasama dari berbagai pihak : Dokter,
• Takut berlebih terhadap ortu tulang) Paling sering di kepala dan RS, polisi, psikolog
• Agresif/menarik diri berlebih leher • Untuk prevensi : Pelatihan dalam
• Sulit berhubungan dengan teman • Umur memar berbeda-beda menjadi ortu yang baik dan pengenalan
• Memar besar, multiple, dan muncul tentang tumbuh kembang anak, home
• Terlalu penurut,pasif visit dokter/pelayan kesehaatan lain,
berkelompok
• Mencederai diri program yang meningkatkan kerjasama
• Memar karena kekerasan pada anak
• Kabur dari rumah yang immobile biasanya pada jaringan antar anggota keluarga
• Menghindari kontak mata lunak, multiple, berbentuk sama satu
• Gangguan tidur dengan yang lainnya.
• Kenakalan remaja • Kasus tenggelam → ada jejak ikatan
• Tanda penelantaran : Malnutrisi, yang jelas batasnya dan simetris
dehidrasi, lusuh, gangguan tumbuh • Kasus luka bakar → luka bakar yang
simetris dan jelas batasnya
• Fraktur tanpa trauma yang jelas,
biasanya multiple dengan derajat
penyembuhan yang berbeda
• Shaken baby syndrome
• Kerusakan organ abdomen
KDRT (UU 23 thn 2004)
Kekerasan dalam rumah tangga:
• Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelanntaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan , atau perampasan
kemerdekaan secra melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Abortus
Indikasi ibu
spontan
Abortus Terapeutikus
Abortus
Indikasi anak
Provokatus
Kriminalis
Hukum
Kitab Undang-undang
Definis
dilakukan oleh seorang ibu sengaja merampas nyawa sendiri yang dapat dihukum,
atas anaknya pada saat anaknya karena takut apabila orang lain turut
dilahirkan atau tidak berapa ketahuan diancam karena membantu maka orang lain
Faktor
lama setelah dilahirkan, pembunuhan anak sendiri tersebut diancam sebagai
karena takut ketahuan dengan pidana penjara 7 tindak pembunuhan biasa
bahwa ia melahirkan anak tahun Waktu → Tidak disebutkan
Pasal 342 → Apabila batasan waktu, hanya
didahului oleh niat atau dinyatakan “pada saat
rencana membunuh dilahirkan atau tidak lama
sebelumnya, diancam karena kemudian” → belum timbul
melakukan pembunuhan rasa kasih sayang seorang
anak sendiri dengan rencana ibu
dengan pidana penjara 9 Psikis → Terdorong oleh
tahun rasa ketakutan akan
diketahu orang telah
melahirkan anak
Problems CLOSE
in Mass
• The probable names of all the victims are known, as
Disasters the number of individuals belonging to a fixed
identifiable group.
Need
coordination Difficult
transportation
inter- MIXED
to the area
department
Steps in Investigating
Mass Disasters
Disaster
Victim Initial Action at the Disaster
Investigations Site
Prosedur standar yang dikembangkan
oleh Interpol (International Criminal Collecting Post Mortem Data
Police Organization) untuk
mengidentifikasi korban yang
meninggal akibat bencana massal Collecting Ante Mortem Data
Justice
Concerns the
Non-maleficence distribution of scarce
health resources, and
“first, do no harm”
the decision of who gets
(primum non nocere) what treatment
(fairness and equality)
(lustitia)
Beneficence
Protect and defend Remove conditions
Prevent harm from Help persons with Rescue persons in
the right of others occurring to others that will cause disabilities danger
harm to others
Non-maleficence
Do not cause Do not deprive
Do not Do not cause
Do not kill pain or others of the
incapacitate offense
suffering goods of life
Justice
To each person To each person
To each person an To each person To each person To each person
equal share according to need according to effort according to according to merit according to free-
contribution market exchanges
Accountability
•Bertanggung jawab terhadap pasien ( memenuhi kontrak dokter-pasien) , masyarakat ( meningkatkan kesehatan masyarakat) dan profesi ( mematuhi
peraturan etik )
Excellence
•Berusaha untuk melakukan pelayanan terbaik diatas ekspektasi pasien dan komitmen untuk long-life learning
Duty
•Komitmen dalam melakukan pelayanan. (Selalu bersedia dan cepat respon ketika di hubungi, mencari penanganan terbaik untuk pasien walau ketiadaan
biaya, berperan aktif dalam organisasi profesional, menerima segala resiko terhadap diri sendiri ketika menangani pasien dan bersedia memenuhi
kebetuhan pasien)
•Konsisten untuk selalu berperilaku dengan standard tertinggi dan menolak untuk melanggar aturan profesional
•Mencakup berbuat adil, jujur, menepati janji dan berterus terang kepada pasien.
Threshold • Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis
• Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa,
Element sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan
Information • Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman)
• Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi
Element kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa
sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat
Consent • Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
dan authorization (persetujuan)
• Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.
Element Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang bersikap
seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya
©Bimbel UKDI MANTAP
Persetujuan Tindakan Kedokteran dalam Keadaan Gawat
Darurat
Pasal 4
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.
(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dokter atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien
setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat.
(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien
dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.
(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan
diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar.
(3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang•
kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadl:
dan e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan.
Urutan Proxy Consent: suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.
Proxy consent harus diberikan dengan pertimbangan yang matang dan ketat.
©Bimbel UKDI MANTAP
Presumed Consent
2. S arana pe la ya nan ke seh atan ada la h tern pat yang di gu nakan untuk
me nyel eng ga rakan u pay a kese hat an bai k u ntuk raw at j a la n m au pun
rawat nginap yang dikelola oleh pemerintah atau swasta.
4. Tenaga kes ehatan Iain ada la h ten aga kes eh ata n yang i kut m em b eri
kan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.
MtaAnNTAPMasyarakat.
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Kerahasiaan Rekam Medis
Pasal 8
(1) Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya
untuk jangka waktu 5 (lirna) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau
dipulangkan.
(2) Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebaga1rnana olrnaksue pada ayat (1) dilampaul,
rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan
medik.
(3) Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat
(2} harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut.
(4) Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dlrnaksud pada ayat
(1), dan, ayat (3), dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pirnplnan sarana
pelayanan kesehatan.
(1) Penjelasan tentang 1si rekarn medis hanya boleh dilakukan oleh dokler atau dokter
gigi yang merawat pasien dengan lzin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pimpinan sarans pelayanan kesehatan dapat rnenjelaskan isl rekarn rnedis secara
tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan
perundang-undangan. ©Bimbel UKDI MANTAP
Kepemilikan Rekam Medis
Pasal12
(1) Berkas rekam med is mihk sarana pelayanan kesehatan.
(2) lsi rekam medis merupakan milik pasien.
(3) Isl rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat ,(2) dafam bentuk ringkasan rekam
med is.
(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan.
dicatat, atau dicqpy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas
persetuJuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu
Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin
sebagaimana dimaksud diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik
Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
©Bimbel UKDI MANTAP
Manfaat Rekam Medis Permenkes no 269 Tahun
2008
• Pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan pasien Penelitian → Keperluan pendidikan dan penelitian
• Alat bukti dalam proses
penegakkan hukum, Administrasi → Dasar pembayaran biaya pelayanan
Pasal 13, disiplin kedokteran dan
kesehatan
Pemanfaatan kedokteran gigi Alat bukti → Alat bukti dalam proses
Rekam Medis • Keperluan pendidikan penegakkan hukum, disiplin kedokteran dan
kedokteran gigi
dan penelitian
dapat dipakai • Dasar pembayaran biaya
sebagai pelayanan kesehatan
Statistik Medis → Data statistik kesehatan
Kegagalan • Acceptable
• Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak berhubungan dengan
tindakan medis yang dilakukan dokter.
medis/hasil yang • Hasil dari suatu risiko yang tak dapat dihindari, yaitu
• Risiko yang tak dapat diketahui sebelumnya (unforeseeable); atau
buruk dapat • Risiko yang meskipun telah diketahui sebelumnya (foreseeable) tetapi tidak
dapat/tidak mungkin dihindari (unavoidable) atau karena tindakan yang dilakukan
disebabkan oleh
adalah satu-satunya cara terapi. Risiko tersebut harus diinformasikan terlebih
dahulu.
Medical Adverse
Error Event
Potential
Adverse
Events
• Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
Kejadian sentinel
Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari
sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice
Malpractice
Ethical Juridical
Malpractice Malpractice
Klasifikasi Juridical Malpractice
Kesengajaan/Intentional/dolus
Abortus Criminalis ( Pasal 338 KUHP, Pasal 344 Euthanasia (Pasal 338 KUHP, Pasal 344 KUHP, Pasal
KUHP, Pasal 346 KUHP, Pasal 347 KUHP, Pasal 345 KUHP) Keterangan palsu (Pasal 267-268 KUHP)
348
KUHP , Pasal 349 KUHP )
Kealpaan/Kelalaian/Negligence/culpa
Kematian (Pasal 359 KUHP) Luka Berat (Pasal 360 KUHP, Pasal 90 KUHP)
©Bimbel UKDI
2. Civil Malpractice (Malpraktik Perdata)
• Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau
tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang
dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
• a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
• b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya
• c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
• d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
• Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung
gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.
Res ipsa loquitur often arises in the "scalpel left behind" variety of case. For example, a person goes to a doctor with abdominal pains after having his appendix removed. X-rays show the
patient has a metal object the size and shape of a scalpel in his abdomen. It requires no further explanation to show the surgeon who removed the appendix was negligent, as there is no
legitimate
reason for a doctor to leave a scalpel in a body at the end of an appendectomy.
POLISI
PEU-.NOOARAN I
ETIK
AHL ERAtl
TIO\K
KEOOKT
eASAl.AH
MKEK
PENl"IOIKAN
PERDATA
PEN.JNTurAN
I PENGAOILAN I
Norma dalam Praktik Pelanggaran dan Penanganan Norma Praktik
Kedokteran Kedokteran
ETIKA . MKEK
-
Disiplin
Aturan Penerapan
Keilmuan DR DISIPLIN
Kedokteran MKDKI
DRG
SENGKETA HUKUM / PERADILAN PIDANA
Etika
Aturan Hukum '\. PERADILAN PERDATA
Penerapan Etika Aturan Hukum
Kedokteran Kedokteran PERADILAN TUN
(KODEKI) SENGKETA
NON HUKUM
--------- LEMBAGA MEDIASI
(ADR)
ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
ETIK DISIPLIN HUKUM
Kewajiban
Umum
Diatur dalam
Kewajiban Kewajiban
Kode Etik
Dokter Dokter
Kedokteran
terhadap Diri terhadap
Sendiri Indonesia
Pasien
(KODEKI)
Kewajiban
Dokter
terhadap
Teman
Sejawat
Kewajiban Umum
PasaJ 1
Setiap dokter haru:s menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.
PasaJ 2
Se.orang dokter harus senantiasa berupaya melak:sanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi.
Pasal3
Oalam me-lakukan petcerjaan ke-dokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan da:n Pasal7c
kemandirian profesi. Seorang dokter harus menghonnati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan
hak tenaga kesenatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal4
Setiap dolcter harus menghindarxan diri dari pert>uatan yang bersifat memuji
diri. Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
PasaJ 5 makhluk insani.
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya d1betikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh pes-setujuan pasien.
Pasal8
Oalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
PasaJ 6 kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumLmtkan dan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kurntif dan rehabilitatif), baik
menerapkan se-tiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan haJ-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. lisck maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyamkat yang sebe.nar-benamya.
Pasal 7
Se.orang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperik:sa sendiri kebenamnnya
Pasal9
Setiap dokter dalam bek.efja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan
Pasal 7a dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Se.orang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya,
disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas manabat
manusia.
Pasal 7b
Se.orang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk meng:ingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memillki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang m©eBliamkbueklaUnKDI MANTAP
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien
Kewajiban Dokter terhadap Pasien
Pasal 10
Setiap dokter wajib bers ap tulus ikhlas dan n-.empergunakan segala itmu
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Oa am hal tni la tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
persetuiuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal11
Setiap dokter harus menlberikan kesempatan kepada pasien agar senanfiasa
dapat berhubungan dengan ke1uarga dan penasehatnya dalam benbadat dan
atau dalam rnasalah lainnya.
Pasal12
Setiap dokter wajib merahasiakan seqala sesuatu yang diketahuinya tentang
aeorang paslen, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia
Pasal 13
Setiap dokter wajib rnetakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuafi bila la yakin ada orang lain bersedia dan
mampu
memberikan nya.
IP,aSia ll il6
1
Sefi~p ,dJWer ·Iida~ tdem rme111gambill ·alllm pasre111 dari te:ma111 seja,wm;, koouali
,ill!engam peF....etiltjua1i11 atau lbeJdisiSla'rkan pirosed'Ltr·yang rem ..
PasaJ 16
Sefiap dokter harus memehnara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
balk.
PasaJ17
Setiap dokter harus senantiasa n1engikuti perkembanqan ilmu pengetahuan
dan teknolog kedokteranlkesehatan.
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan
yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga
tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang
sah, sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien
atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau
pengampunya.
©Bimbel UKDI MANTAP
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau etika profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan,
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum diterima
atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian,
tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang diakui pemerintah.
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA)
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien, di
tempat praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat
kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki, baik lisan
ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan
atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemerik~n
Proses Pombuktian
PELAKSANAANKEPUTUSAN
s-.retaiat
M KDKI/M KDKI-P
DoklerJdokter Dokterl
glgl doktergigl
Konsil Kedokteran Indonesia
Pasal 4
(1) Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan dokter dan dokter gigi dibentuk
Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil
Nama dan Kedudukan Kedokteran Gigi.
Pasal 7
(1) Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas:
a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan
c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran
yang dilaksanakan bersama lembaga terkatt sesuai dengan fungsi
Tugas KKI masing-masing.
(2) Standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang disahkan
Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan bersama oleh
Konsil Kedokteran Indonesia dengan kolegium kedokteran, kolegium
kedokteran gigi, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asostasi institusi
pendidikan kedokteran gigi, dan asosiesl rumah sakit pendidikan.
©Bimbel UKDI MANTAP
Pasal 8
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Konsil
Kedokteran
Indonesia mempunyai wewenang :
a. menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi;
Wewenang KKI
c. mengesahkan stander kompetensi dokter dan dokter gigi;
d. melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi;
e. mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi;
f. melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai
pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi; dan
g. melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi
oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan
etika
protest,
HAK
• Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan
dilakukan dokter.
• Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
• Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
• Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
• Bisa mendapat informasi rekam medis.
KEWAJIBAN
• Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah
kesehatannya.
• Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
• Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
• Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Hak dan Kewajiban Dokter (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 50 dan 51)
HAK
• Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan standar operasional prosedur.
• Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.
• Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
• Menerima imbalan jasa.
KEWAJIBAN
• Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis.
• Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain
yang mempunyai kemampuan lebih baik.
• Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien
itu meninggal dunia.
• Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang mampu melakukannya.
• Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Penjabaran Hak dan Kewajiban Dokter (Kode Etik Kedokteran 2004)
Anggota keluarga wali dapat memberikan persetujuan atau consent untuk DNR hanya jika pasien tidak
mampu memutuskan bagi dirinya sendiri dan pasien belum memutuskan/memilih orang lain untuk mengambil
keputusan tersebut. Contohnya, dalam keadaan:
• Pasien dalam kondisi sakit terminal
• Pasien yang tidak sadar secara permanen
• CPR tidak akan berhasil (medical futility)
• CPR akan menyebabkan kondisi akan menjadi lebih buruk
Definisi
• Secara harafiah → Mati secara baik
dan mudah
• Secara medis → Membantu pasien
untuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaan
akibat penyakitnya
©Bimbel UKDI MANTAP
Klasifikasi Euthanasia
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberikan secara tertulis.
Low High
Low Default Paternalism
High Consumerist Mutuality
Reprinted with permission from Sage Publications from Stewart & Roter ( 1989 p. 21 ).
Source Receiver
Sends Message Receives
I 11 11 I . Decodes Perceived
Intended Encodes
meaning ' meaning
Channel
Feedback
'
Noise
• Physical
distraction
• Semantic problems
• Cultural
differences
4
Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan
berolah raga”
5
Dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien.
“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah
mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat,
khawatir”
Breaking Bad News (SPIKES)
SETTING UP Arrange some privacy, Involve significant others, Sit down, Make connection
(eye contact, physical contact), Manage time and interruptions
PERCEPTION “What have you been told about your medical situation so far?” or “What is your
understanding of the reasons we did the MRI?”
INVITATION “How would you like me to give the information about the test results? Would
you like me to give you all the information or sketch out the results and spend
more time discussing the treatment plan?”
KNOWLEDGE First, start at the level of comprehension and vocabulary of the patient.
Second, try to use nontechnical words such as “spread” instead of
“metastasized” and “sample of tissue” instead of “biopsy.”
Third, avoid excessive bluntness (e.g., “You have very bad cancer and unless you get
treatment immediately you are going to die.”)
EMOTION Give time, show empathy.
SUMMARY & Patients who have a clear plan for the future are less likely to feel anxious and
STRATEGY uncertain. Before discussing a treatment plan, it is important to ask patients if
they are ready at that time for such a discussion
Konseling
• Counseling is a professional relationship that empowers diverse individuals,
families, and groups to accomplish mental health, wellness, education, and
career goals.
ARRANGE
ASSISST
ASSESS
ADVICE
ASK
Refleksi
• Refleksi Isi: Parafrase
• Refleksi perasaan: Keterampilan untuk dapat memantulkan perasaan
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal
klien
• Refleksi pengalaman: Keterampilan untuk dapat memantulkan pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien
Refleksi Perasaan
•Dalam proses konseling, refleksi perasaan misalnya ketika klien
mengatakan : “Si A itu sialan." "Saya membencinya." "Saya tidak akan
berteman lagi dengannya." "Sampai kapan pun saya tidak akan berteman
lagi dengannya.“ Mendengar perkataan tersebut, konselor merefleksikan
dengan mengatakan: " Tampaknya Anda sungguh-sungguh marah
dengan si A."
Refleksi Pengalaman
•Dalam proses konseling, refleksi pengalaman misalnya ketika klien
mengatakan: "Saya trauma dengan masa lalu saya yang hampir tidak ada
yang menyenangkan". Konselor merefleksi dengan mengatakan:
"Adakah yang Anda maksudkan adalah peristiwa-peristiwa sedih yang
Anda alami pada masa lalu".
Kübler-Ross model (five stages of grief)
Denial As the reality of loss is hard to face, one of the first reactions to follow the loss is Denial. What
this means is that the person is trying to shut out the reality or magnitude of their situation,
and begin to develop a false, preferable reality.
Anger "Why me? It's not fair!"; "How can this happen to me?"; '"Who is to blame?"
Once in the second stage, the individual recognizes that denial cannot continue. Because of
anger, the person is very difficult to care for due to misplaced feelings of rage and envy.
Bargaining The third stage involves the hope that the individual can somehow undo or avoid a cause of
grief. Psychologically, the individual is saying, "I understand I will die, but if I could just do
something to buy more time…" "Can we still be friends?" when facing a break-up. Bargaining
rarely provides a sustainable solution, especially if it is a matter of life or death.
Depression It is a kind of acceptance with emotional attachment. It is natural to feel sadness, regret, fear,
and uncertainty when going through this stage. Feeling those emotions shows that the person
has begun to accept the situation. Oftentimes, this is the ideal path to take, to find closure
and make their ways to the fifth step, Acceptance.
I'm so sad, why bother with anything?"; "I'm going to die soon so what's the point?"; "I miss
my loved one, why go on?"
Acceptance "It's going to be okay."; "I can't fight it, I may as well prepare for it."
In this last stage, individuals begin to come to terms with their mortality or inevitable future,
or that of a loved one, or other tragic event.
contemplaiton
Aware a problem exists
pre-con
templation No commltunent to action
No tntentlon ot
changing b
ehavlow·
/ --
, preparation
I ',.
Intent upon
relapse
I
Fall bade Into Old
patterns or llebavlom
f l
'
-
II>~
....._ ~rd SP!
-
~\.~
Su
ne
Pengantar
-, ./
r:
'
Kepesertaan dan Iuran I
'- ,/
/'
'
Manfaat Jaminan Kesehatan
"
Fasilitas Kesehatan
/.
PENGANTAR
BPJS KESEHATAN
P~t'.Sl!:)E;N
PRESIOEN
RCPIUBLll'I. INCONIE~IA
RE:PUSLIK INOONESIA
TENT ANG
n.-:Nr. '1 R HVI ·r-r,·H N v NC:'" H .-:.s HADAN PP:NYF.LP:NGGARA .JAMI NAN SOSIAL
Pn.E~mtN n:EP~TOL Tl< r,,.,,:,o,"'"E~I •
UU No. 40 tahun 2004 – Ruang Lingkup Jaminan UU No. 24 tahun 2011 - Ruang Lingkup BPJS
BPJS KESEHATAN
'~ 1 ,
e -r- ~•
\~~
BPJSKesehatan
Baden Penyele11g_gara Jaminan So~lal
Pentahapan Kepesertaan
Jaminan Kesehatan
• PBI Seluruh
(Jamkesma penduduk
s) yang
• belum
TNI/POL masuk
RI dan sebagai
Pensiuna Peserta
n BPJS
• PNS & Kesehata
Pensiuna n
n paling
• lambat
tanggal
JPK
BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal
II
KEPESERTAAN JAMINAN
KESEHATAN
dan IURAN
BPJS KESEHATAN
KEPESERTAAN
JAMINAN
KESEHATAN
NASIONAL 303
PESERTA BPJS
KESEHATAN
PEGAWAI PEGAWAI
PEMERINTAH NON INDIVIDU PENERIMA VETERAN,
Perintis
1. INVESTOR
2. PEMBERI
PEMERINTAH PENSIUN Kemerdekaan KERJA
JAMINAN
KESEHATAN
NASIONAL 305
,~;, BPJS Kesehatan
~~' Badan Penyelenggara Jami nan Sosial
Iuran
(
--------- :_1 --~>
• Dibayar oleh pemerintah
BPJS KESEHATAN
,~;, BPJS Kesehatan
\~; Sadan Penyelenggara Jaminan Sosial
BPJS KESEHATAN
Manfaat Akomodasi
Peserta
Bukan Penerima Bantuan
Penerima Bantuan Iuran (PBI) Iuran (PBI)
Pekerja
Pekerja
Bukan Bukan Orang Tidak
Penerima Fakir Miskin
Penerima Pekerja Mampu
Upah
Upah
BPJS KESEHATAN
,~;, BPJS Kesehatan Manfaat Akomodasi
~~' Badan Penyelenggara Jami nan Sosial
• Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang
II beserta anggota keluarganya;
• Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I
dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
• Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I
dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
• Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
• Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 1.5 (satu koma lima) kali penghasilan tidak
kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya; (RP. ≤
4.000.000)
• Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II;
BPJS KESEHATAN
,~;, BPJS Kesehatan
\~; Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Manfaat Akomodasi
BPJS KESEHATAN
Kebijakan kenaikan kelas perawatan
BPJS KESEHATAN
«» BPJS
Kesehatan
.... ~. B~<1n Pen~e1en.i~ari1Jamir1Ni Sosial
PHK dan Cacat Total Tetap
BPJS KESEHATAN
BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jamlnan Soslal
PENDAFTAR
AN
PESERTA PEKERJA BUKAN
PENERIMA UPAH
1. Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS Kesehatan
6. Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN.
Pendaftaran selain di Kantor BPJS Kesehatan, dapat melalui Website BPJS Kesehatan
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal
III
MANFAAT JAMINAN
KESEHATAN
BPJS KESEHATAN
,r.;
\~~
BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jeminan Sosial
BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal
BPJS KESEHATAN
, 1~1, BPJS Kesehatan Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin
\~~ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BPJS KESEHATAN
'\ ~r.;BPJS4, Kesehatan
Bad an Penyelenggara Jami nan Sosi
Peserta
Rujuk / Rujuk Balik
Faskes Primer
Klaim
BPJS
Branch Office
BPJS KESEHATAN
KRITERIA GAWAT DARURAT
haik ,a1'9 beketjasama ~'~ BPJS K~ehat.111 maupun tidak beketjasama den,::t:' hAkny:11.
nl
(4) Fasili:as kesehatan )'ang tidak beke.asama den~an BP.S Kesel'a1an sebagaima11a (2) Ot\Jtu11 hal t.>c:ntl>t:ricu, pelo.y.O.flfit• 11u1-vat
dimaK&i,c pada ayat (SJ herus ~era 1rerujuk ke fasmt.is <esehatan ,·ang beker,asana
dcngon B"JS Kcse•J1an setelah <codaan darurotn,a tcwtosi dan pasc-i daam l<0ndisi druurul, FaAilitas Kcschatsn. baik yan~
dapat diplndahkan hckc:rja ssma maupun yang tide.le bckcrja sama
Penanganan 67 %
=
• Equity .. soesialistik
56 %
76 %
tergantung income
• Biaya mahal
• Status Kesehatan tidak baik Gatekeeper
Primer Gate Keeper
Kapitasiuitybesar
• (aksesibelbagi Semua keluhan
muagolongan) -----:---11ke1sehatan,
Eqpromotif, 15 % 24 % 33 %
se aya terjangkau reventif
survailans
• StatusKesehatanmasih baik
BPJS KESEHATAN
., . .
~'~. 1 BPJS Kesehatan
,
\~4 Sadan Penyelenggara Jaminan Sosial
INA-CBGs
• Tujuan utama : efisiensi
Karakteristik Fee for service INA CBG’S
Basis pembayaran Per pelayanan Per episode pelayanan
(paket)
Efisiensi pembayaran Rendah Mendorong peningkatan
efisiensi
Perhitungan tarif Data costing Data costing dan data
coding
Motivasi pelayanan ya Motivasi untuk efektif sebanyak
banyaknya dan efisien
Motivasi mengendalikan tidak ya biaya kesehatan
FASILITAS KESEHATAN
BPJS KESEHATAN
'~ 1 ,
e -r- ~•
\~~
BPJSKesehatan
Baden Penyele11g_gara Jaminan So~lal
• memenuhi persyaratan
(credentialing)
• wajib bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan
• memenuhi persyaratan
(credentialing)
• dapat menjalin kerjasama
dengan BPJS Kesehatan
BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal
VI
BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal
BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal
BPJS KESEHATAN
SOSIALISASI PROGRAM
JAMINAN SOSIAL
BPJS KETENAGAKERJAAN
B~S PENGERTIAN JAMINAN SOSIAL
Ketenagakerjaan TENAGA KERJA
•KECELAKAAN
•MENINGGAL
•HARI TUA
""f} i
~
BPJS
Ketenagakerjaan 1. JAMINAN KECELAKAAN KERJA
(JKK)
RUANG LINGKUP