Anda di halaman 1dari 231

Forensik, Medikoetikolegal, dan

Komunikasi
FEBRUARI 2018
Forensik Medikoetikolegal
Visum et Repertum Surat Kematian
Tanatologi
Informed Consent
Traumatologi Forensik
Biomedical Ethics
Asfiksia

Drowning Medical Record


Luka Tembak Medical Risk and Malpractice
Trauma Panas, Dingin, dan Listrik
Norma Praktik Kedokteran
Kasus Kejahatan Seksual dan Abortus
Hak dan Kewajiban Dokter-Pasien
Infanticide

Disaster Victim Management and Forensic Identification DNR & Euthanasia


©Bimbel UKDI MANTAP
Ilmu Kedokteran Forensik
“Salah satu cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran, yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum
serta keadilan.”

©Bimbel UKDI MANTAP


Surat Kematian
PENDAHULUAN

dokterpenllltnllh
dolderumum
dokter....
dolderlhll
dokterTNIIPolrl

SURAT KEMATIA

©Bimbel UKDI MANTAP


Kegunaan Surat Kematian

• Kepentingan pemakaman jenazah


• Kepentingan pengurusan asuransi
• Kepentingan pengurusan warisan
• Pengurusan pensiunan janda/duda
• Pengurusan hutang piutang
• Kepentingan statistik
• Dalam dunia ilmu kedokteran, dengan adanya kewaiban
pengisian formulir surat kematian oleh dokter pada setiap
kasus kematian, maka pada kasus kematian yang tidak wajar
(pembunuhan) tidak terlanjur dikubur sebelum delakukan
pemeriksaan bedah mayat
©Bimbel UKDI MANTAP
Aplikasi Surat Keterangan Kematian (Wajar)

Alur Tatalaksana Kematian di Dalam


Faskes Alur Tatalaksana Kematian di Luar Faskes

• Jika orang yang meninggal berada dalam • Dokter menerima laporan kematian →
perawatan seorang dokter, diagnosis Pemeriksaan luar terhadap mayat (tanpa
penyakitnya telah diketahui, dan surat permintaan visum et repertum dari
kematiannya diduga karena polisi) dan verbal autopsy pada keluarga
penyakitnya tersebut → Tidak ada tanda kekerasan atau
keracunan serta kecurigaan lain →
Memutuskan kematian adalah wajar →
Menyerahkan jenazah pada keluarga →
Membuat serta menandatangani surat
keterangan kematian (Formulir A)

©Bimbel UKDI MANTAP


Cara kematian pada kematian tidak wajar meliputi
Kematian Tidak pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan
Kategori kasus yang harus dilaporkan kepada
penyidik (Pasal 108 KUHAP) Alur Tatalaksana

• Kematian yang terjadi di dalam tahanan atau • Dokter menerima laporan kematian →
penjara Pemeriksaan awal dan verbal autopsy pada orang
• Kematian terjadi bukan karena penyakit dan di sekitar lokasi → Mencurigai bahwa kematian
bukan karena hukuman mati terjadi secara tidak wajar → Melaporkan kepada
penyidik berdasarkan pasal 108 KUHAP →
• Adanya penemuan mayat di mana penyebab dan
Penyidik membuat surat permintaan visum et
informasi mengenai kematiannya tidak ada repertum jenazah → Meminta izin keluarga
• Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa untuk dilakukan autopsy dalam 2x24 jam (jika
kemungkinan kematian akibat perbuatan lebih dari waktu ini keluarga btlum
melanggar hukum menyampaikan persetujuan, dokter dapat
• Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi langsung memeriksa tanpa “izin” → Dokter
kematiannya mengindikasikan akibat bunuh diri melakukan pemeriksaan jenazah dan autopsy →
• Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter Dokter yang melakukan pemeriksaan membuat
VeR dan menandatangani surat keterangan
• Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak kematian (Formulir A) → Menyerahkan
dapat memastikan penyebab kematiannya jenazah kepada keluarga setelah pemeriksaan
selesai

©Bimbel UKDI MANTAP


• Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik yang berwenang, mengenai
hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh
manusia berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan
Definisi Visum
et Repertum

• Staatsblad (Lembaran Negara) No 350 Tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang menyatakan VeR adalah “Suatu Keterangan
tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda yang diperiksanya
yang mempunyai daya bukti dalam perkara pidana”
• Pasal 133 KUHAP: “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”
Dasar Hukum • PP No 27 tahun 1983: “Penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, kepangkatan
penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya adalah Sersan Dua”

©Bimbel UKDI MANTAP


Visum et Repertum (VeR) dibuat atas permintaan dari penyidik Polri melalui surat resmi.

Surat permintaan VeR tersebut harus diantar oleh petugas kepolisian dan hasilnya diserahkan langsung kepada
penyidik.

Salinan VeR tidak boleh diserahkan kepada siapapun. Selain penyidik POLRI, Instansi lain yang berwenang meminta
VeR adalah Polisi Militer, hakim, jaksa penyidik dan jaksa penuntut umum.

Sebelum tindakan pemeriksaan untuk pembuatan VeR, perlu dibuatkan informed consent. Apabila korban/keluarga
menolak untuk diperiksa maka hendaknya dokter meminta pernyataan tertulis secara singkat penolakan tersebut
dari korban/keluarga disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan, agar mencatatnya didalam rekam
medis.

Mayat yang dikirim


diberi label yang
Pemeriksaan luka atau
Penyidik mencurigai memuat identitas mayat
Surat Permintaan Visum pemeriksaan mayat dan
tindak pidana atau pemeriksaan bedah dengan diberi cap
(Tertulis) jabatan yang diletakkan
mayat
pada ibu jari atau bagian
lain badan mayat

©Bimbel UKDI MANTAP


VeR Jenazah
• Pasal 134
• (1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian
bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
• (2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut.
• (3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik
segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
133 ayat (3) undang-undang ini.
• Apabila jenazah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat
keterangan kematian.

©Bimbel UKDI MANTAP


Nilai Visum et 1. Keterangan saksi

Repertum ->
KUHAP pasal 2. Keterangan ahli

sebagai alat 184: Alat bukti 3. Surat

bukti surat yang sah adalah: 4. Petunjuk


5. Keterangan terdakwa

Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat
Keterangan ahli →
atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:
tidak hanya terbatas
• Serita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
pada
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian
“apa yang dilihat dan
atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan
ditemukan oleh si
yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
pembuat”
• surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang·undangan atau surat yang
dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
Visum et Repertum →
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.
terbatas pada “apa yang
• surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yangdiminta secara resmi dan padanya;
dilihat dan ditemukan
• surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian
oleh si pembuat”,
yang lain. sehingga dimasukkan ke
dalam alat bukti surat
©Bimbel UKDI MANTAP
Jenis Visum et Repertum
VeR perlukaan
1 (termasuk Deskripsi luka Penyebab luka Derajat luka
keracunan)

2 VeR kejahatan
susila
Bukti
persetubuhan
Bukti kekerasan Perkiraan umur
Pantas tidaknya
korban untuk
dikawin
Visum
hidup

3
Kejahatan
Psikodinamik
VeR psikiatrik Penyakit jiwa sebagai produk
kejahatan
penyakit jiwa

Sebab Waktu Visum


4 VeR jenazah Mekanisme
Cara kematian perkiraan
kematia kematian
kematian mati
1, 2, 4: mengenai tubuh atau raga manusia yang berstatus sebagai korban
3: mengenai mental atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana

©Bimbel UKDI MANTAP


Visum pada orang hidup
Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk
Contoh Visum Hidup
korban hidup dapat dibedakan atas:
1.Visum seketika/definitif adalah visum yang
dibuat seketika oleh karena korban tidak iloao.t I ••••• •• • •• ••• •••••• '80,,,,,,,, ,, •• ,,

memerlukan tindakan khusus atau perawatan •••••••••• JIIIGII lilJftCCill ••• •••••••••J.,.•P
•"
••• • •••• •• •• , ,:'!f\.; wrbni.).:I \::t\!1'-D
1;;1,ie
.SO.r-, "-
rt.o.ni:• ioolllJln
1
(tflc..h 111.1, d*i,qr •••• , • , , ••••••• , •• , ,

dengan perkataan lain korban mengalami luka - clU10.ih 1.Ai,


•_. ••••••••.••••
oc,tt,,,,
, ~,v;IQD
,
~!\'IO,
aG-b,t:)L 4c,k-tor Jl!!,;') lflt'lll l:m!nh &kit..
,:t...!I' p,ce,lat."'n ••••••••••••4~.rl.,,.,
a•tia011 4ok-tw ~rlnt.lh p0,i, ihtn"lb

••Jtk "'~ff::lll ••••••• ,.,,,,t4l,a)l


a.,ut.
,,.;w.-a1 isoo~n,c p,ou'lw.11.'!, T-l~ IIO:W-l'Ut
.

luka ringan
cl.,
................. -,*"'Pin •1is:2tn,, \."1"'t.o~l •••••••••••••• ttJ.ab ~~ "'Vlt 4a.n, ·····:················ ···•, '«ti4'1(1i;)l
...,.r 1
•••••••••••••••••••••

2. Visum sementara adalah visum yang dibuat t.CT! il.l.lV;• ~l!IJ I •••••••••• ••••••••••••••••••••••••
4f.QQPtlC
I•"-' ... JaflllS MMZ'lll 4\t.,I':.~
llt<zn:ttr1 •••••••••••••••••••••••••••••••
·-••••••••••• J~ bltrd..J\ •••••••••••••..-t' ••••••••••• ~~~ •••••••• 1 .I~• klllb~ •••••••••••••••••, ianur •••••••••··••• Wl11rt,'t:O

untuk sementara berhubung korban memerlukan )Gk,ar~ll •••••••••• at.a.no, ••• ••••••• ••, •• J~~" ~·lLDn •• •• ·········• ! ~:,•n ••··•· ·• ••••••••••••••••,. ••••••••••••
ti POLlr:i..rto:X/ JU1llrJI. Slll'l
•• •• •1-mt •••••••• •• • •••• •• •••••••
•••• , , , •.. , •• , , , • , •,,., •, •,,.,,,,,.,.,,,., ••• ,
,

tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini


, , • •• • 1, ••• ••,, ••• ,, •• , •••••••• ,,., •• , ••••• ,., ••••••• , , , , , ·, • • • • • • • • • • • • • •

cl,i,,a,U. )'!.tifil~• 1'!1r1 ,ni•-, tA~l , • 1N11lvrJui ktrnobu,t ·!l.t.',n t.iob

dokter membuat visum tentang apa yang dijumpai llltol.m.liQn dari »ait•l#D dS i<>t,ULJ1u.:..1 &liU SA.KU• ••••••••••••••••••

pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan


• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •, • • i.tt.r. ~ti l'l.$0, ~.,, kBft:il'l\,")I6911)1"~

i;,erdcrt t:i t.anCXl'ltt, \el.mb. OJ"'-\. oldl •1tlkto.r

penyidikan walaupun visum akhir menyusul ·····••••••·•••••••••,.•••••••••••••••

kemudian
podllt le?'lf:C'I \ • • • • • • • .. • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • noftO:r •••••••••••• , •••••••••••

\7rr\uk kcli,.1'1-~n P"'lf,'O'br.J'to:IJ!f\Y-t• J't"'lcr11;1 \<r'eeb., t.1.Wrlt 1'1.~U>OS.hLk/

3.Visum lanjutan adalah visum yang 4.itSl9lOCbn di ltamlb fwlltit •••••••••••••••• ~1.n t.."l!'lie'Pl •••••••• •• , , , , •••

n.or •,•,,,,, · • •• • • •• ••, •, •


dibuat
d.oricon dettar
Ylha t\ 111:~ 1.onJ-1..:.n ~g»i 1t.czn,o;k,.,1' \~-...., ,Ur,to.st

setelah berakhir masa perawatan dari korban ht~ dasat UbiM\ oltil ,t,A;t•r 1 :"t1 -.r,,w,\ po:'lld~tt., "'~ :ii&,.l:lh !!!:'¥EWY! ;
oleh dokter yang merawatnya yang puff,O\.,~ •• ,°"'~ l,
~ab.II ._U'WI. ot 1e._-,n111.161111Nn\Ot"I $.1'11i .JU,u, o~• $IIClJl>h/

sebelumnya
telah dibuat visum sementara untuk awal
penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu l',l.1,::Jb::t.J\';, •• ••••••••••••••••• •••••

visum tergantung dari dokter atau rumah sakit


t )
yang merawat korban.
( )
(Idries, 2009) ©Bimbel UKDI MANTAP
5.1 Bagan Alur Pelayanan Medikolegal di RS KMK 1226/2009 Proses Pelayanan Medikolegal :
KORBAN Karban datang ke Palisi atau langsung ke IGD/Poliklinik RS. Biasanya

l 1
jika korban datang ke Palisi terlebih dahulu, Palisi akan membuatkan
Surat Permintaan Visum (SPV) ke RS
Karban dari IGD/Poliklinik kemudian dirujuk ke Pusat Pelayanan
PENYIDIK IGD I Terpadu (PPT) RS untuk mendapatkan pelayanan komprehensif
(POLISI) POLIKLINIK termasuk medikolegal. Bila korban telah membawa Surat Permintaan
Visum dari Palisi maka dokter akan membuatkan visum. Sedangkan
jika korban tidak membawa SPV maka hanya akan dibuatkan Surat
Keterangan Dokter atau hanya dibuatkan rekam medik forensik jika
PUSAT PELAYANAN diduga terkait kasus pidana.
TERPADU

/~ Pemberi layanan kesehatan yang memberi pelayanan


kesehatan kepada anak yang diduga menjadi anak korban KtA
mempunyai
VISUM et REPERTUM I SURAT KETERANGAN
kewajiban:
DOKTER • a. memberikan pertolongan pertama;
• b. memberikan konseling awal;
• c. menjelaskan kepada orang tua anak tentang keadaan anak dan dugaan
penyebabnya, serta mendiskusikan langkah-langkah ke depan;
• d. melakukan rujukan apabila diperlukan;
Rekam Medis dapat untuk dibuat • e. memastikan keselamatan anak;
• f. melakukan pencatatan lengkap di dalam rekam medis serta siap
menjadi Visum et Repertum untuk membuat Visum et Repertum apabila diminta secara resmi; dan
• g. memberikan informasi kepada kepolisian.

©Bimbel UKDI MANTAP


VeR hidup Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP
yang berbunyi ”Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
untuk dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam
tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana”
kasus
psikiatri Visum ini diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana,
bukan bagi korban

Dalam Keadaan tertentu di mana kesaksian seseorang amat diperlukan sedangkan


ia diragukan kondisi kejiwaannya jika ia bersaksi di depan pengadilan maka
kadangkala hakim juga meminta evaluasi kejiwaan saksi tersebut dalam bentuk
visum et repertum psikiatrik

Selain itu visum ini juga menguraikan tentang segi kejiwaan manusia, bukan segi
fisik atau raga manusia

©Bimbel UKDI MANTAP


• To help identify three elements of the crime:
Forensic • the cause of death,
Autopsy • the mechanism of death
• the manner of death

Cause Mechanism Manner


(sebab kematian) (mekanisme kematian) (cara kematian)
• Any injury/disease → • How a cause of death • How the cause of death
physiological produces the come to the
derangement → in death physiological victim/person
• Example: Stab wound to derangement in the body • Example: Natural death,
the chest, • Example: Hemorrhage, accidental death,
adenocarcinoma of the asphyxia, embolism, homicidal deaths,
lung organ damage, vagal suicidal deaths
reflex
©Bimbel UKDI MANTAP
Kematian
Mati somatis (mati klinis)
Mati serebral
• Terhentinya fungsi ketiga sistem • Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible
penunjang kehidupan, yaitu susunan kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua
system lainnya yaitu system pernapasan dan
saraf pusat, system kardiovaskular, dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat
system pernapasan yang menetap
Mati otak (mati batang otak)
(irreversible)
• Kerusakan seluruh otak secara ireversibel, termasuk
batang otak dan serebelum
Mati seluler (mati molekuler) • Seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan
hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan
• Kematian organ atau jaringan yang
timbul beberapa saat setelah kematian
somatis
©Bimbel UKDI MANTAP
Tanda Kematian
Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Pasti Kematian
• Pernafasan berhenti, dinilai selama 10 • Lebam mayat (livor mortis)
menit • Kaku mayat (rigor mortis)
• Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 • Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
menit • Pembusukan (decomposition, putrefaction)
• Kulit pucat • Adiposera
• Tonus otot menghilang dan terjadi • Mummifikasi
relaksasi primer
• Pembuluh darah retina mengalami
segmentasi ke arah tepi retina
• Pengeringan kornea menimbulkan
kekeruhan

©Bimbel UKDI MANTAP


Tanda Kematian Pasti
Algor Mortis
• Penurunan suhu tubuh setelah kematian karena proses perpindahan panas melalui
cara konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi
• Grafik penurunan suhu tubuh berbentuk sigmoid
• Hubungan penurunan suhu dengan lama kematian
• Dua jam pertama → suhu turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh dan
suhu sekitarnya
• Dua jam berikutnya → suhu tubuh turun setengah dari nilai pertama
• Dua jam selanjutnya → suhu tubuh turun setengah dari nilai kedua
• Dua jam selanjutnya → suhu tubuh turun setengah dari nilai terakhir atau 1/8 dari
nilai awal
©Bimbel UKDI MANTAP
By 15- Temperature
First 1-3 Temperature Next 6- Temperature approaches
20
hours falls slowly 9 hours falls rapidly the
hours surrounding

Th! tnl!Oll'~ fcnnub b "·idely 111('(! for cnitm~ d:nc


~-cd::ath;
Box 5. 1 Exarmph?s 1 01f factors affec1ing the ~ Temp.:(9i.1'P}-R«ul Taop. l\pl'!to~ate

rate 71-.c ~
I .S

tni:-!1 ~ I.he
e0c hour~
·de.th
nn~
••AJtJ1jo,Q i:, iJ>c, coob:g

of cool i 11Jg of a body ..


• Mass of the llooy
• Mass/StJrface area ..
• !Bod~ temp)Bf arure at Ula time of cleattl .
• Stte of reading af llooy tempe.rature(s)
• l?osb.lre of ltl>B l:rncl'Jf- extenood o.r curled tnto a mi.al posmo:n
• Clatllirg -lyJ)e of material. ~on m 1tle l:mdy- er laak of It u

• Ooosfil- fairs a !J)OO insufator


• IEmadation - lack. oi mlJSde bulk altcws a bocn., to cool faste:r oc THIN
H-0-U-RS~,~~~---~-~~-~~
• IEn'l'ironmerrtal temperature
• '!Mnds, draughts. rain, humidrty

©Bimbel UKDI MANTAP


Livor Mortis
• Pewarnaan ungu kemerahan pada kulit di bagian terendah tubuh setelah kematian
• Sinonim → hypostasis, post-mortem staining, post-mortem lividity, suggilation
• Cessation of the circulation → relaxation of the muscular tone of the vascular bed →
gravity pulls down stagnant blood to the lowest accessible area→ sedimentation of
red cells → bluish red discoloration
• Distributed to the lowest area with free compression → depend on the body
position after death
30menit - 8 jam 8-12 jam pasca mati
20-30 menit pasca
pasca mati Menetap atau tidak
mati
Hilang dengan hilang dengan
Mulai tampak
penekanan penekanan

©Bimbel UKDI MANTAP


Warna Khusus

Cherry pink → Carbon Monoxide poisoning


Acts in part by tying up hemoglobin (200 times that of oxygen), saturation from 20-30% will appear as cherry-red lividity

Pink around large joints → Hypothermia


Wet skin allows atmospheric oxygen to pass through, and also at low temperature hemoglobin has a greater affinity for
oxygen

Bright red → Cyanide poisoning


Inhibits cytochrome c oxidase and prevents utilization of oxygen

Reddish → Burn and coal

Dark bluish violet → Asphyxia

Dark Brown → Phosphorous, chlorate, nitrite, aniline poisoning


Increases production of methemoglobin

Blackish → Opium poisoning


Opium poisoning is associated with intense postmortem lividity, almost black, and is better seen in a fair-skinned body
©Bimbel UKDI MANTAP
Bruise
• Subcutaneous bleeding
Livor mortis Luka memar
• May be anywhere
lokasi Bagian tubuh terendah Sembarang tempat
• Thumb pressure (-)
• Slightly raised pembengkakan Tidak ada Sering ada

Livor mortis Bila ditekan Hilang I Tidak


(tergantung waktu )
Tidak hilang

• Accumulation of red cell by lncisi di tempat lntravaskuler ( warna Ekstravaskuler


bintik merah merah darah akan segera
gravity lalu disiram air hilang )
( warna merah
darah tidak hilang )
• The dependent and histologis epidermal subepidermal
compression-free part of the
body
• Thumb pressure (+/-)
• Flat
©Bimbel UKDI MANTAP
Rigor Mortis
• Temperature-dependent physicochemical change that occurs within muscle cells as a result of lack of
oxygen
• Periode Relaksasi Primer
• Terjadi segera setelah kematian, berlangsung selama 2-3 jam, seluruh otot mengalami relaksasi dan
dapat digerakkan ke segala arah
• Kaku Mayat (Rigor Mortis)
• Setelah terjadi kematian tingkat seluler, karena ketiadaan oksigen, maka asam laktat akan terbentuk dan
ATP tidak dihasilkan lagi
• Dalam keadaan ATP rendah dan tingkat keasaman yang tinggi, maka serabut aktin dan myosin
akan berikatan dan menimbulkan kekakuan
• Kekakuan dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal) dan
menjalar kraniokaudal
• Periode Relaksasi Sekunder
• Terjadi relaksasi kembali karena telah terjadi dekomposisi dari serabut aktin dan myosin

10-24 jam pasca 24-36 jam pasca


0-2 jam pasca mati 2 jam pasca mati mati mati
Terjadi relaksasi Kaku mayat mulai Kaku mayat lengkap Terjadi relaksasi
primer tampak seluruh tubuh sekunder

©Bimbel UKDI MANTAP


Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat
• Keadaan lingkungan → Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih
lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang
panas dan lembab
• Usia → Pada anak-anak dan orang tua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama
• Cara kematian → Pada pasien dengan penyakit kronis dan sangat kurus, kaku mayat
cepat terjadi dan berlangsung tidak lama
• Kondisi otot → Semakin berat massa otot (atletis), kaku mayat semakin lambat terjadi
• Aktivitas premortal → Aktivitas tinggi sebelum kematian, kaku mayat lebih cepat terjadi
• Penyakit → Wasting disease or any condition that lead to extreme exhaustion – rapid
onset of rigor mortis, laaasting for a short duration.

©Bimbel UKDI MANTAP


Rigor Mortis pada Organ Lain
Iris:
• Terpengaruh oleh rigor mortis juga, dan tidak sama pada kedua mata,
sehingga ukuran kedua pupil tidak sama. Iris pada pemeriksaan post
mortem tidak bisa jadi acuan untuk penyebab kematian (keracunan atau
keadaan neurologis).

Jantung: • Rigor mortis menyebabkan ventrikel berkontraksi.

Scrotum: • Rigor pada m. Dartos dapat menekan testis dan epididimis,


sehingga adanya semen pada ujung meathus urethra.

Erector pili: • terpengaruh oleh rigor, sehingga rambut terkesan lebih panjang
(goose flesh appearance).
Diagnosis Banding Kaku Mayat
Kekakuan karena panas (Heat Kekakuan karena dingin (Cold Spasme cadaver (Cadaveric
stiffening) stiffening) spasm, instantaneous rigor)
• Terjadi jika mayat terpapar pada • Pada suhu yang sangat dingin, • Keadaan ini terjadi jika sebelum
suhu yang lebih tinggi dari 75oC, terjadi pembekuan jaringan meninggal, korban melakukan
atau jika mayat terkena arus lemak dan otot aktivitias tinggi, sehingga lebih
listrik tegangan tinggi → terjadi • Bila sendi ditekuk akan terdengar cepat mengalami kekakuan
koagulasi protein sehingga otot bunyi pecahnya es dalam rongga setelah meninggal
menjadi kaku sendi • Pada kekakuan ini tidak
• Pada kasus terbakar, keadaan • Bila mayat dipindahkan ke mengalami tahapan relaksasi
mayat menunjukan postur tempat dengan suhu lingkungan primer dan bentuk kekakuan
tertentu yang disebut dengan yang lebih tinggi maka kekakuan menunjukkan aktivitas terakhir
pugilistic attitude, yaitu suatu akan hilang korban
posisi di mana semua sendi
berada dalam keadaan fleksi dan
tangan terkepal
• Perbedaan antara kaku mayat
dan kaku karena panas adalah
adanya tanda bekas terbakar,
otot akan mengalami laserasi bila
dipakasa untuk diregangkan, dan
tidak terjadi relaksasi primer
maupun sekunder

©Bimbel UKDI MANTAP


Pembusukan (decomposition, putrefaction)
• Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolysis dan putrefaksi
• Autolisis → pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril
oleh kerja enzim digestif yang dilepaskan sel pasca mati
• Putrefaksi → Clostridium welchii melakukan proses pembusukan dengan darah
sebagai media pertumbuhan dan menghasilkan gas-gas alkane, H2S, dan HCN,
serta asam amino dan lemak
• Pertama kali tampak pada perut kanan bawah berwarna hijau kekuningan oleh
karena terbentuknya sulf-met-hemoglobin
• Lalat menempatkan telur pada mayat → 8-24 jam menetas menjadi belatung → 4-5
hari menjadi pupa → 4-5 hari kemudian menjadi lalat dewasa
Dekomposisi organ
Dekomposisi organ
24 jam pasca mati yang lambat
36 jam pasca mati yang cepat membusuk
Pembusukan mulai Munculnya belatung membusuk
Kulit melepuh (blister) (laring, trakea, otak, GI
terjadi (uterus non-gravid,
tract prostat)

©Bimbel UKDI MANTAP


External Phenomenon
• Perubahan warna: • Timbul komponen gas berbau:
• warna kehijauan pada perut kanan bawah – Distensi abdomen (dalam 12-18 jam)
(dalam 18-36 jam)
– Blister (dalam 36 jam)
• marbling (dalam 36-48 jam)
– Bloating wajah (dalam 2-3 hari)
• hitam (dalam 3-4 hari)
– Perdarahan dari orifisium / luka
– Aspirasi makanan
• Perubahan lain:
• Kornea → putih dan datar (dalam 12-18 jam) – Ekspulsi urine dan feses (dalam 2-3 hari)
• Sidik jari → mengeru dan terkelupas ( dalam – Kulit mengelupas
36-48 jam) – Seluruh tubuh membengkak
• Pencairan lemak
• Pengenduran ikatan: rambut, kuku, gigi • Muncul larva dalam 1-2 hari
Internal Phenomenon
• Pertimbangan kecepatan organ yang • Urutan pembusukan:
mengalami pembusukan: 1. Larynx dan trakea (12-24 jam)
• Lembut >> padat 2. Otak anak-anak
3. Gastrointestinal (24-36 jam)
• Banyak aliran darah >>sedikit aliran 4. Limpa (1-3 hari)
darah 5. Omentum dan mesenteri (1-3 hari)
• Banyak bakteri >> sedikit bakteri 6. Hepar ( 12-36 jam)

• Banyak jaringan otot dan fibrous tissue


7. Otak dewasa
→ akan lebih lama 8. Jantung
9. Paru-paru
10.Ginjal
11. Adrenal
12. Vesica urinaria (2 hari)
13. Esophagus
14. Pancreas
15. Diafragma
16. Pembuluh darah
17. Vesica felea
18. Kulit, otot, tendon
19. Prostat dan uterus (non-gravid) → soft organ terakhir yang
terdekomposisi
20. Tulang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan
• Temperatur → temperatur ideal untuk
pembusukan adalah 70-100oF, melambat bila di
bawah 70oF atau di atas 100oF, dan berhenti di
bawah 32oF atau di atas 212oF
• Udara → Pembusukan lebih cepat terjadi di
udara terbuka dibandingkan di dalam air dan di
dalam tanah Udara
• Kelembaban → Keadaan lembab mempercepat
proses pembusukan
Air
CEPAT
• Penyebab kematian → Bagian tubuh yang
terluka mempercepat pembusukan, dan mayat •Dalam Hangat
Lembab
penderita yang meninggal karena penyakit
kronis lebih cepat membusuk daripada mayat Tanah
orang yang sehat
LAMBAT

©Bimbel UKDI MANTAP


Adiposera Mumifikasi
• Terbentuknya bahan yang berwarna • Proses penguapan cairan atau dehidrasi
keputihan, lunak atau berminyak berbau jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
tengik akibat hidrolisis lemak yang terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya
di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati dapat menghentikan pembusukan
• Faktor-factor yang mempermudah • Jaringan menjadi keras dan kering,
pembentukan adalah kelembaban tinggi, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak
suhu hangat, dan lemak tubuh yang cukup membusuk
• Faktor-factor yang menghambat • Terjadi bila suhu hangat, kelembaban
pembentukan adalah kelembaban rendah, rendah, aliran udara baik, tubuh yang
suhu dingin, dan adanya air yang mengalir dehidrasi, dan waktu yang lama
• Proses: early stages of formation (pale,
greasy, unpleasant smell → hydrolysis
progress (more brittle and whiter) → fully
formed (grey, waxy compound that
maintains the shape of the body

©Bimbel UKDI MANTAP


UJI TOKSIKOLOGI
Nama Tes Senyawa Cara & hasil

Uji Reinsch Arsen 10 cc darah + 10 cc HCl pekat dipanaskan hingga terbentuk AsCl3.
Celupkan batang tembaga ke dalam larutan
HASIL: akan terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada
permukaan batang tembaga tersebut

Uji Dilusi Alkali CO •Siapkan 2 tabung reaksi. Masukkan 1-2 tetes darah korban ke dalam
tabung pertama dan 1-2 tetes darah normal ke dalam tabung kedua
(sebagai kontrol negatif).
•Tambahkan 10 ml air ke dalam masing-masing tabung hingga warna
merah dapat diamati dengan jelas. Darah pada tabung yang mengandung
CO akan tampak merah jernih sedang darah kontrol berwarna merah
keruh.
•Tambahkan 5 tetes larutan NaOH 10-20% pada masing-masing tabung
kemudian dikocok.
HASIL: Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah
hijau kecoklatan karena terbentuk hematin alkali.
Nama Tes Senyawa Cara & hasil

Uji kertas Sianida Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab.
saring Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering,
kemudian teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes
HASIL: positif bila warna berubah menjadi ungu

Uji prussian Sianida Isi lambung/ jaringan didestilasi dengan destilator.


blue 5 ml destilat + 1 ml NaOH 50 % + 3 tetes FeSO4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%, Panaskan sampai
hampir mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes demi tetes sampai terbentuk
endapan Fe(OH)3, teruskan sampai endapan larut kembali dan terbentuk biru berlin

Uji guajacol Sianida Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring (panjang 3-4
(Schonbein- cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan. Lalu
Pagenstecher) celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan di atas
jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk mengasamkan,
agar KCL mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan
HASIL positif akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring.
Traumatologi Forensik
Lecet gores

Lecet serut
Vulnus
excoriatum/lecet
Lecet tekan

Tumpul Contusio/memar

- Tepi luka tidak rata Lecet geser


- Bisa ditemukan jembatan Vulnus
jaringan laseratum/robek

Trauma
Stab/tusuk

Vulnus
Tajam incisum/iris

- Tepi luka rata


- Tidak ada jembatan jaringan Chop/bacok

©Bimbel UKDI MANTAP


Vulnus excoriatum Removal of the superficial epithelial layer of the skin (epidermis) by
(luka lecet)
friction against rough surface/compression

Luka lecet gores → benda runcing Vulnus Excoriatum


(misalnya kuku) mengeser lapisan Luka lecet serut → variasi dari
permukaan kulit (epidermis) dan luka lecet gores yang daerah
menyebabkan lapisan tersebut persentuhannya dengan
terangkat sehingga dapat permukaan kulit yang lebih lebar
menunjukkan arah kekerasan yang
terjadi Tangential Compression
(friction/sliding/scrape) (crushing/pressure)

Luka lecet tekan → penjejakan Luka lecet geser → tekanan


benda tumpul pada kulit sehingga linier pada kulit disertai gerakan Compression only (luka
ditemukan kulit yang kaku dan bergeser, misalnya pada kasus Linear (luka lecet gores) lecet tekan)
gelap pada area penekanan akibat gantung diri
pemadatan jaringan yang tertekan

Compression and
Brush (luka lecet serut) sliding (luka lecet geser)
©Bimbel UKDI MANTAP
Antemortem Abrasions
• Reddish-brown color
• Margins are blurred due to
vital reactions
Lecet geser
Postmortem Abrasions
• Yellowish in color
• Translucent area
• Margins are sharply defined
Figure 8.4 (a) variable depth abrasions (grazes) caused by
• Absence of vital reactions
impact against coocrete surface. (b) Linear abrasions
caused by filgernail scratching on torso.

Lecet tekan
Ex. tyre marks
Contusio Infiltration or extravasation of blood into the tissue due to
luka memar rupture of vessels by the application of blunt force

Terjadi pada subkutan tanpa diskontinuitas kulit

Contusio superfisial akan segera muncul dengan warna


kemerahan, contusion yang lebih dalam akan muncul beberapa
saat kemudian

Haemosiderin (iron Haematoidin


pigment), dark brown (iron-free Bilirubin, yellow Normal color of
color to blue color (2-4 pigment), green color (7-10 days) skin (15-20 days)
days) color (5-7 days)

©Bimbel UKDI MANTAP


Vulnus Luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan
laceratum kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit
(luka robek) terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit
Bentuk luka tidak beraturan, tepi tidak rata, tampak jembatan
jaringan antara kedua tepi luka, dan bentuk dasar luka tidak
beraturan

Rgure 8.5 Laceration, vlith irregular edges, maceration


and skin bridging caused by direct if'Tl)aCt to f()
{eheadwith wooden pole.

©Bimbel UKDI MANTAP


Stab wound/luka tusuk
• Deep wounds produced by the pointed end of a weapon or an object, entering the body
• The depth of the wound track in the body is longer than its length on the skin
• Sudut luka dapat memperkirakan benda penyebabnya, bila satu sudut luka lancip dan
yang lain tumpul, berarti benda tajam bermata satu, bila kedua sudut luka lancip, berarti
benda tajam bermata dua

Luka tusuk pisau mata satu Luka tusuk pisau mata dua

©Bimbel UKDI MANTAP


Vulnus incisum (luka iris) Chop (luka bacok)
• Produced by sharp cutting instruments • A chop wound is produced by an heavy
(knife, razor, blade) instrument with a cutting edge (for
• The sharp edge of the instrument is example ‘axe’)
pressed into and drawn along the surface • It is an incised-like wound but it’s depth is
of the skin, producing a wound whose almost same great as its length
length is greater than its depth
• Edges are regular, clear cut, retracted
and averted, except in neck and
scrotum,
edges are inverted

Luka iris:
jembatan Luka bacok:
jaringan (-), tepi luka rata,
tepi luka rata panjang=dalam

©Bimbel UKDI MANTAP


Derajat Perlukaan
Luka Ringan Luka Sedang Luka Berat
• Tidak menimbulkan penyakit • Di antara luka ringan dan luka • Jatuh sakit atau mendapat
atau halangan untuk berat luka yang tidak memberi
menjalankan jabatan atau • Mengakibatkan korban tidak harapan akan sembuh sama
pekerjaan (KUHP 352) dapat melakukan sekali atau menimbulkan
• Umumnya tanpa luka, atau pekerjaannya karena sakit bahaya maut (KUHP 90)
dengan luka lecet atau memar (pijn/pain) yang dialami, tetapi • Tidak mampu terus menerus
kecil di lokasi yang tidak tidak sampai mengakibatkan untuk menjalankan tugas
berbahaya/tidak menurunkan luka berat jabatan atau pekerjaan
fungsi alat tubuh • Dapat merupakan hasil dari • Kehilangan salah satu panca
tindak penganiayaan (KUHP indra
pasal 351 (1) atau 353 (3)) • Cacat berat
• Sakit lumpuh
• Terganggu daya pikir selama
empat minggu lebih
• Gugur atau matinya
kandungan seorang
perempuan

©Bimbel UKDI MANTAP


Asfiksia
Definisi
• Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan,
mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida
(hiperkapnea)

Etiologi
• Penyebab alamiah → penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri
atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru
• Trauma mekanik → trauma yang mengakibatkan asfiksia mekanik melalui sumbatan atau halangan pada
saluran napas
• Keracunan → bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan

Hipoksik-hipoksia → Di Anemik-hipoksia → Darah Histotoksik-hipoksia → Di


yang tersedia tidak dapat Stagnan-hipoksia → Di mana mana oksigen yang terdapat
mana oksigen gagal untuk
membawa oksigen yang oleh karena sesuatu terjadi di dalam darah, oleh karena
masuk ke dalam sirkulasi
cukup untuk metabolism kegagalan sirkulasi sesuatu hal, tidak dapat
darah
dalam jaringan dipergunakan oleh jaringan

©Bimbel UKDI MANTAP


Fase Asfiksia

Fase Dispnea
• Penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksida → merangsang respiratory center di
medulla oblongata → amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat sebagai kompensasi → terjadi dyspnea

Fase Konvulsi
• Peningkatan karbon dioksida lebih lanjut → merangsang susunan saraf pusat → terjadi konvulsi (kejang)
→ kejang klonik → kejang tonik → spasme opistotonik

Fase Apnea
• Depresi respiratory center → pernapasan melemah → kesadaran menurun dan relaksassi sfingter

Fase Akhir
• Paralisis pusat pernapasan lengkap

©Bimbel UKDI MANTAP


Pemeriksaan Jenazah
Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Dalam
• Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku • Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer
• Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan • Busa halus di saluran pernapasan
terbentuk lebih cepat → distribusi lebam lebih luas • Pembendungan sirkulasi sehingga organ menjadi lebih
akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin berat, lebih gelap, dan bila diiris mengeluarkan banyak
sehingga sulit membeku dan mudah mengalir darah
• Terdapat busa halus pada hidung dan mulut → oleh • Petekie pada mukosa-mukosa organ dalam
karena peningkatan frekuensi dan amplitude
pernapasan dan sekresi lendir pada fase dyspnea • Edema paru
• Pembendungan pada mata berupa pelebaran
pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebral →
terjadi pada fase konvulsi
• Muncul Tardieu’s spot → peningkatan tekanan vena
dengan cepat berakibat pecahnya venula kapiler di
daerah dengan jaringan ikat longgar (konjungtiva bulbi,
pleura, epikardium). Kondisi hipoksia juga berperan
melemahkan dinding venula.

©Bimbel UKDI MANTAP


Figure 16.6 Emph~ aquosum follo11i1g drowni,g.
The Figure 16.5 Frothy ffuid exuding from the mouth foloW11g
11.JlQS are hyperinHated. crossing the mdlne and obscuring au,ming.
the pericardia!sac. There are subpleural haemoohaQesin the
right tung mlcx:tle lobe (Pat.itaul'sspots).

©Bimbel UKDI MANTAP


Asfiksia Mekanik

Penyumbatan Pencekikan
Pembekapan Penjeratan Gantung Tenggelam
(Smothering) (Gagging dan (Manual (Strangulation) (Hanging) (Drowning)
Choking) Strangulation)

©Bimbel UKDI MANTAP


Pembekapan (Smothering) Penyumbatan (Gagging dan Choking)
• Penutupan lubang hidung dan mulut yang • Gagging → sumbatan jalan napas pada orofaring
menghambat pemasukan udara ke paru-paru • Choking →sumbatan jalan napas pada laringofaring
• Bunuh diri (suicidal smothering) → misal pada • Bunuh diri (suicidal choking) → jarang terjadi karena
penderita penyakit jiwa menggunakan bantal untuk ada reflex batuk dan muntah
menutupi hidung dan mulut • Pembunuhan (homicidal choking) → umumnya
• Pembunuhan (homicidal smothering) → misal pada korban adalah bayi atau orang dengan fisik yang
kasus pembunuhan anak sendiri lemah
• Kecelakaan (accidental smothering) → misal pada • Kecelakaan (accidental choking) → tersedak
bayi bulan-bulan pertama kehidupannya makanan saat berbicara atau tertawa (bolus death)
• Pemeriksaan luar → luka lecet tekan atau geser pada • Pemeriksaan luar → terdapat benda asing pada
hidung, bibir, dagu, permukaan gusi dan gigi mulut, orofaring, atau laringofaring

©Bimbel UKDI MANTAP


Pencekikan (Manual Strangulation) Penjeratan (Strangulation)

• Penekanan leher dengan tangan, yang • Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang,
menyebabkan dinding saluran napas bagian atas tertekan rantai, kawat dan sebagainya melingkari atau mengikat
dan terjadi penyempitan saluran napas sehingga udara leher hingga saluran pernapasan tertutup
pernapasan tidak dapat lewat • Bunuh diri (self strangulation) → pengikatan oleh
• Pemeriksaan luar korban sendiri dengan simpul hidup dengan jumlah lilitan
• Pembendungan muka dan kepala akibat lebih dari satu
tertekannya pembuluh vena dan arteri superfisial • Pembunuhan → pengikatan biasanya dengan simpul mati
• Luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulan sabit akibat • Kecelakaan → misalnya pekerja yang bekerja dengan tali
penekanan kuku jari kemudian terjatuh dan terlilit
• Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior • Pemeriksaan luar
kartilago thyroid unilateral • Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas
jerat pada kasus gantung
• Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan
transparent scotch tape, kemudian dilihat di bawah
mikroskop
• Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat

©Bimbel UKDI MANTAP Manual strangulalron by an assarlan1


Gantung (Hanging)
• Kasus gantung hamper sama dengan kasus penjeratan, namun asal tenaga jerat berasal dari tubuh korban sendiri
• Berdasarkan posisi korban
• Complete hanging → kedua kaki tidak menyentuh lantai
• Partial hanging → kedua kaki masih menyentuh lantai
• Berdasarkan posisi titik gantung
• Typical hanging → titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada arteri karotis paling besar
• Atypical hanging → titik gantung terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral)
• Asfiksia seksual (Auto-erotic hanging)
• Deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk mendapatkan kepuasan → terlambat
mengendurkan tali atau melepaskan diri setelah kehilangan kesadaran

.. , -
,_ ._..
. ....,-,,
,..31.1 1 u
..._
ti..L. .- _ •• ~- <.'! ...

©Bimbel UKDI MANTAP


Drowning
Definisi Klasifikasi
Vicious Cycle of Drowning
• Kematian akibat mati • Immersion → airway
lemas (asfiksia) is above the surface
Water enters
disebabkan masuknya of the liquid respiratory
passage
cairan ke dalam • Submersion →
saluran pernapasan airway is below the
surface of the liquid Deep
Cough reflex
inspiration

Definition
s
• Drowning is death within 24 hours from suffocation by submersion in a
liquid. normally fresh water or sea water.
• Near drowning is survival for more than 24 hours (even if temporary) from suffocation
by submersion.
• Secondary drowning is a nonspecific term for death after 24 hours from Air driven out
Need for air of lungs
complications of submersion.
• Immersion syndrome is sudden cardiac arrest on cold immersion. It may be
vagal response coupled with vasoconstriction.
©Bimbel UKDI MANTAP
Air Tawar: Konsentrasi elektrolit lebih rendah → Hemodilusi
darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli → Hemolisis
→ Pelepasan ion K⁺→ terjadi perubahan keseimbangan ion K⁺ dan
Ca⁺⁺ dalam serabut otot jantung dan mendorong terjadinya
fibrilasi ventrikel
Asfiksia (Wet
Drowning)
Air Asin: Konsentrasi elektrolit lebih tinggi → air akan ditarik dari
sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru → oedem
Mekanisme Spasme Laring (Dry pulmonal → hemokonsentrasi, hipovolemi → syok hipovolemik
Kematian Drowning) dan henti jantung

Refleks Vagal
(Immersion Drowning Types
Syndrome)
• I → Dry Drowning or Immersion Syndrome
• IIa → Fresh water
• IIb → Salt water

©Bimbel UKDI MANTAP


Pemeriksaan Jenazah pada Kasus Drowning

External Findings Internal Findings


• A “washerwoman” appearance in • A white or hemorrhagic foam is
the hands and soles (Look white found in the trachea and bronchi
and wrinkled) • Water may be found in the
• “Goose flesh” (cutis anserina) stomach.
• “Mushroom like appearance” in • There could be dilatation of the
the nostrils, mouth, and airways right ventricle
(white foam or hemorrhagic fluid) • Pulmonary edema
• Cadaveric spasm • Brain swelling
• Congestion

©Bimbel UKDI MANTAP


Figure 16.1 'Washef woman's hands'. wateoogged skln after
1 week of immersion In a cold cfimate.
Figure 16.5 Frothy fkJid exuding from the mouth
folowing aowning.

Figure 16.2 Peeling of the epidermis from the foot (deglovmg)


l'olowing a f£N1 weeks of immersion.

Figure 16.6 Ef1l)hysema aquosum lollo1Jingdrowrmg. The


lu,gs are hypennffated, crossing the rndine and obscuring the
pencardiaJ sac. lhere are subpleural haemorrhages in the right
ling middle lobe (Paultauf's spots).

©Bimbel UKDI MANTAP


Pemeriksaan Laboratorium pada Kasus Drowning

Pemeriksaan Diatom
• Merupakan alga bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat
• Pemeriksaan Destruksi Asam pada Paru
• Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram → tambahkan asam sulfat pekat → diamkan selama
kurang lebih setengah hari agar jaringan hancur → dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam
nitrat
pekat sampai terbentuk cairan yang jernih → dinginkan dan lakukan sentrifugasi hingga terbentuk sedimen

lihat di bawah mikroskop
• Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan
• Pemeriksaan Getah Paru
• Paru disiram air bersih →iris bagian perifer → ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer → taruh
pada gelas objek → amati di bawah mikroskop

Pemeriksaan Darah Jantung (Getler Chloride Test)


• This is analysis of blood in the right and left sides of the heart
• In freshwater, the chloride level was high in the right
• In saltwater, the chloride level was high in the left
©Bimbel UKDI MANTAP
Luka Tembak
Components attending the bullet at the
Definition time of firing
• Gunshot wound is a wound caused by a bullet • Smoke
with or without any other components coming • Gunpowder particles
out of the gun barrel at the time of firing • Flame

COMPONENTS ATTENDING THE BULLET

SMOKE
GUNPOWDER
BULLET

FLAME
BARREL
©Bimbel UKDI MANTAP
Luka Tembak Masuk Luka Tembak Keluar
The bullet is the most responsible for causing the wound
Exit Wound
• Principally, a bullet causes an entrance wound, consisting
of two part: a hole surrounded by abrasion zone • If the bullet hits the body and the penetrating power
• Because the form of the wall inside the barrel is spiral strong enough, it can pass the body and causing an
groove, the bullet passing it will rotate on its axis exit wound on the opposite side of the body
• This rotating movement keep the bullet move relatively in • Beside have no marginal abrasion, exit wounds are
a straight line after leaving the barrel characteristically large and irregular, consisting of
• When it touches the skin, its rotating movement holes and lacerations
scratches the soft tissue causing an abrasion zone
• Because the kinetic energy of the bullet is far more
• This large and irregular wound take place when
powerful than the elasticity of the skin, the bullet splintered bone is carried out with the bullet at exit
penetrate the skin easily and causing a bullet hole

• Laceration Like
Bullet Hole
• No Abrasion Zone

Abrasion Zone
©Bimbel UKDI MANTAP
A Bullet Hits the Target
Perpendicularly

Abrasion Zone(kelim lecet) Shape Bullet


Hole
• The shape of abrasion is influenced by coming from
where the bullet is Abrasion
• If the bullet perpendicularly hits the target, a bullet Zone
hole surrounded by abrasion ring is formed
• When it obliquely hits the target the shape of wound A Bullet Hits the Target Obliquely
will be oval (Oval-shaped)
• This oval-shape wound consists of a bullet hole and
its abrasion zone that is formed partially on one side Bullet Direction
of the hole
Bullet
Hole

Abrasion
Zone

©Bimbel UKDI MANTAP


FAT ZONE A Greasy Bullet Hits The Target Obliquely
• Because the inside of the barrel of a well-
maintained gun is always greased, it cause Bullet Hole
the outside of the bullet become greasy
after passing it
Blackish-dirty
• This greasy bullet gives a blackish dirty Abrasion Zone
abrasion zone called fat zone (Fat Zone)
A Bullet Hits the Stomach A Bullet Hits the Head
Wound Shape
Perpendicularly Perpendicularly
• A bullet perpendicularly hitting a body
part having low density, such as the
stomach, will cause a round-shape bullet
wound
Bullet Hole
• When it hits part of the body with higher
density, the head, for instance, part of its Bullet Hole
kinetic energy and the hot gas will be
flung back causing irregular laceration on
the soft tissue surrounding the bullet hole Abrasion Zone Laceration
creating stellar-shape wound

©Bimbel UKDI MANTAP


Gunpowder Particles Effect (Kelim Tatto)
• Gunpowder particles effect black spots
surrounding the gunshot wound Bullet Hole
• Those gunpowder particles had gone so deep
into the flesh that to remove them by rubbing
the skin surface was ineffective Gunpowder
Particles
• Gunpowder particles can reach the target at a
range of 60 cm Abrasion Zone

Smoke Effects (Kelim Jelaga)


• Because of the imperfect burning process,
soot will be resulted in Bullet Hole
• The soot is found only on the surface, easily Soot
removed by rubbing Gunpowder
• Soot is capable of reaching a target at a Particles
range of 20-30 cm
Abrasion Zone

©Bimbel UKDI MANTAP


Contact Wound (Luka Tembak
Flame Effect (Kelim Api) Tempel)
Muzzle Mark (Kelim Senjata)

• A muzzle impression occurs when • A contact wound is usually round


• Flame/hot gas will burn the skin when the muzzle of the gun is placed
tightly against the surface of the
in shape with ring like abrasion
• Discovered on the outside part of
the bullet hits the target target at the moment of firing. the wound is a muzzle mark
• Part of the body with high density,
• Flame can reach a target at a range of bone area, for example, will
• The wound will look dirty because
of grease and combustion
15 cm receive a clearer muzzle
impression
products such as gunpowder
particles and soot
• Hard pressure of the gun muzzle
to the target is called hard
contact, whereas soft pressure is
called soft contact

Bullet Hole
Soot
Dirty Bullet Hole
Gunpowder
Particles
Abrasion Zone Muzzle Rim Mark
Burn Blackish Abrasion
©Bimbel UKDI MANTAP
Zone
Hard Contact Soft Contact
• Hard pressure of the gun muzzle • Because soft pressure of the gun
to the target brings about a muzzle to the target produces an
perfect contact in that the skin imperfect contact, there may be
forms a seal around the muzzle some openings along the contact
• So that the flinging back of the area
firing power and hot gas will • What follows is that the flinging
violently pass through the soft back of the firing power and
tissue, causing irregular combustions products will escape
lacerations surrounding the sideways passing these openings,
wound with a muzzle mark on the causing blackish and dirty abrasion
outside of the wound surrounding the wound with or
without a muzzle mark on the
outside of the wound

....

The abrasion ring, and a very clear This is a soft contact range gunshot entrance
muzzle imprint, are seen in this hard wound with grey-black discoloration from
contact range gunshot wound the burned powder
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 15 cm (LUKA TEMBAK
JARAK SANGAT DEKAT)

Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA
TEMBAK JARAK SANGAT DEKAT)

Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)

Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “ berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH“, ini mengandung arti:
• 1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu
yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
• 2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata
ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.

©Bimbel UKDI MANTAP


Trauma Panas, Dingin, dan Listrik
Burns are caused by the transfer of energy from a physical or chemical source into living
Trauma tissues, which causes disruption of their normal metabolic processes and commonly leads to
irreversible changes that end in tissue death

Panas Complete epidermal necrosis can occur at 44°C if exposed for 6 hours, while such necrosis
occurs within 5 seconds at 60°C and less than 1 second at 70°C

Burn → where the heat source is dry

Scalding → where the heat source is wet with moist heat from hot water, steam and other
hot
liquids

Hyperthermia – a condition where the core body temperature is greater than 40°C (100°F) –
occurs when heat is no longer effectively dissipated, leading to excessive heat retention

©Bimbel UKDI MANTAP


5Ut,traef ,,.
troJT1 the head
area tor e3Ch External and Internal Findings
yeaI overage
I • Finding of soot in the airways, oesophagus
... ... and/or stomach – the implication that
... ', ' respiration was required to inhale the soot
'"" ' • Blood samples can be taken for a rapid
assessment of carboxyhaemoglobin, as a
convenient marker of the inhalation of the
1 S,. \ combustion products of fire
A dd • ‘Pugilist attitude’ of the body
t f 12" • Post-mortem splitting of fragile burnt skin
t o eacb
reo • Heat-related ‘extradural haemorrhage’
o, each
.,ear
\NfANl
CH\lD

ADULT ©Bimbel UKDI MANTAP


Figure 17.10 Soot s1ann',J a:n oo sem r,tre OEl60J:l"S!JB n 1h6 Rgure f 7.11 iher'TISI ~ry to the beck of the ttvost
bcdJ :aro.-erad rom a rouse rre. ascn starUYJ ndanes :tl5! prc7rdeG eomenaJ Of the ~!!!Jon al ro1 93.:ieS durrg B fre,
th! decea3ed•.ws afM:l - and able 1D 5W9bN- St 1re tirre CX 1re Erd orovid:,a B U-..e!ul S.g,l of vit.slity st the t:me ~ B fire.
fre.

Figwe 17.13 ?os:-mcr.em artefacb.Ja,skin sphttmg 111


chs!"ed slm 'Jo h31e<'OOrThage can be seen., :he cieoth3 cf
the splits s."CI 1hey sho.,.d not be confused w:h anta-mcrtem
inj.res.

figure 17 .12 App:ean::e of 'pugis1ic a..'1rtl.l:iea' s a :eepose Flgure 17.14 Pos.-mortem fre.rela:ed sk.JI fracues n
a severely marred body. There is a reddialrD'n'Ml heat
t> ©Bimbel UKDI MANTAP haema:oma/extradural m1erncrmage on the nner surface r:J.
hea.. Ef.lect mxe a, lexor 11:11 ~ nu.de grasp.
the carbonized crana va.Jt.
Box 17.2 Examples of reasons for
failureto escape from a fire
• Deceased was already dead before the start of the fire Immediate
• Deceased was intoxicated (alcohol and/or drugs)
• Deceased was elderly and/or disabled • Toxic gas inhalation – CO (most common),
• Deceased was immobile cyanide, acrolein, nitrogen dioxide, hydrochloric
• Deceased was rapidly overcome by fumes/smoke because of acid
'poor physiological reserve' (e.g. ischaemic heart disease or - Often see soot in nose/mouth
chronic obstructive airways disease) - May produce edema, mucosal necrosis of upper
• Deceased had insufficient time to escape the fire owing to the airway, or bronchospasm
nature of the fire itself (an explosion or 'flash fire') - CO levels usually 30-60% in fire deaths
• There was panic/confusion • Neurogenic shock secondary to severe pain
• Escape routes were obstructed (deliberately or accidentally)
• Trauma
• Deceased was in an unfamiliar environment (and did not know
where the escape route was)
Delayed

• Delayed hypovolemic shock with renal failure


• ARDS
• Infection (pneumonia, sepsis, cutaneous)
• Pulmonary embolus due to immobilization

©Bimbel UKDI MANTAP


Box 17 .4 Features of mild, moderate
Trauma Dingin and severe hypothermia
• Miid cases
• Deaths from exposure occur through heat - sh1Ver1ng Mild hypothermia
- feeling COid
loss from radiation, convection, conduction, - lethargy Core temperature
respiration and evaporation. Environmental - cold, pale skin
• Moderate cases
32–35°C
compared with a
temperatures below 10°C are probably - vlolent, uncontrollable shlVerlng
normal of 37.5°C
- cognitive Impairment
sufficient to cause harmful hypothermia in - confusion
vulnerable individuals. - loss of Judgment and reasoning
- loss of coordlnaUoo, Including dlffJCulty mCMng around ()( Moderate
stumbling
• Hypothermia occurs when a person’s normal - memory loss
hypothermia
body temperature of around 37°C (98.6°F) - drcw1s1ness Core temperature
- slurred speech (30–32°C)
drops below 35°C (95°F). It is usually caused - apathy
by being in a cold environment. It can be - slow, shallow breathing
- weak pulse
triggered by a combination of factors, • Severe cases Severe
- loss of control of hands. feet and limbs
including prolonged exposure to cold (such - uncontrollable shivering that suddenly stops
hypothermia
- unconsciousness
as staying outdoors in cold conditions or in a - shallow ()( no breathing, weak
Core temperature
(< 30°C)
poorly heated room for a long time), rain, - Irregular or no pulse
- stiff muscles
wind, sweat, inactivity or being in cold water. - dilated pupils

©Bimbel UKDI MANTAP


External and Internal Findings

• Indistinct red or purple skin discoloration “frost erythema” over large joints, such as the elbows, hips or knees
(and in areas of skin in which such discoloration cannot be hypostasis)
• Haemorrhagic gastric lesions “Wischnewsky spots”
• Tissue injury that varies in severity from erythema to infarction and necrosis following microvascular injury and
thrombosis “frostbite”
• Paradoxical undressing is a phenomenon that describes the finding of partially clothed – or naked – individuals in a
setting of lethal hypothermia → confusion and abnormal processing of peripheral cutaneous stimuli in a cold
environment, leading the individual to perceive warmth and thus to shed clothing
• The phenomenon of ‘hide and die syndrome’ describes the finding of a body that appears to be hidden →
terminal primitive ‘self-protective’ behavior and may be more commonly

Rgure 17 .16 'llumerouasuperiic,al t-eemorrt,agic gas.tic l!


I08IOl15 al the klhg of the s:crrsch 11 ~ia. These BJB
ofl!rl cafed WGCJ:re#1s,<:f spots..
Figure 17.17 Fros:biteof the
©Bimbel UKDI MANTAP
Trauma Listrik
• The essential factor in causing harm is the current (i.e. an electron flow) which is measured in
milliamperes (mA). This in turn is determined by the resistance of the tissues in ohms and the
voltage of the power supply in volts (V).
• Usually, the entry point is a hand that touches an electrical appliance or live conductor, and the
exit is to earth (or ‘ground’), often via the other hand or the feet. In either case, the current will
cross the thorax, which is the most dangerous area for a shock because of the risks of cardiac arrest
or respiratory paralysis.

10 mA Internal and External Findings


Pain and muscle twitching of the hand
• The focal electrical lesion is usually a blister
‘electric mark’, which occurs when the conductor is
in firm contact with the skin and which usually
collapses soon after infliction, forming a raised rim
30 mA with a concave centre
‘Hold-on’ effect, the muscles will go into spasm,
which cannot be voluntarily released because the
• The skin is pale, often white, and there is an areola
flexor muscles are stronger than the extensors of pallor (owing to local vasoconstriction), sometimes
accompanied by a hyperaemic rim
• ‘Spark burn’, a central nodule of fused keratin,
Figure 17 .19 Multiple electrical mar1<slbums on the hand. brown or yellow in colour, is surrounded by the
50 mA
assoaated with scorching and blistering. typical areola of pale skin
Fatal ventricular fibrillation is likely to occur • ‘Crocodile skin’

©Bimbel UKDI MANTAP


Lightning
• A lightning strike from cloud to earth → high-voltage electricity (10 megavolt) and
100.000 A
• Some of the lesions caused to those who are struck directly or simply caught close to
the lightning strike are electrical, but other will be from burns and yet others result
from the ‘explosive effects’ of a compression wave of heated air leading to ‘burst
eardrums’, pulmonary blast injury and muscle necrosis/myoglobinuria

External and Internal Findings

• Partial or complete stripping of clothing from the victim ‘Blast


effect’
• Magnetization or even fusion of metallic objects in the clothing
• ‘Metalization’ → penempelan partikel konduktor pada kulit
tubuh korban yang dapat diidentifikasi dengan pewarnaan
khusus
• ‘Fern or branch-like’ or ‘arborescent mark’ patterns on the skin
Flgure 17 .21 The 'Licl'ltenbe<g figure' and lightening fatalities.
– the so-called Lichtenberg figure Note the fem-Ike branchng pattern of skin discoloration on
the coest,

©Bimbel UKDI MANTAP


Kasus Kejahatan Seksual
Pengertian Pembuktian
• Perkosaan adalah pengertian • Ada tidaknya persetubuhan
hukum bukan istilah medis, • Ada tidaknya kekerasan
sehingga digunakan istilah • Penentuan umur korban
persetubuhan
• Penentuan sudah atau belum
• Persetubuhan yang merupakan waktunya untuk dikawin
kejahatan seperti yang dimaksudkan
oleh undang-undang meliputi
persetubuhan di dalam perkawinan
maupun di luar perkawinan

©Bimbel UKDI MANTAP


Penentuan Jenis Delik
• Perkosaan → Kekerasan atau ancaman kekerasan menyetubuhi seorang wanita di luar perkawinan, termasuk
dengan sengaja membuat orang pingsan atau tidak berdaya (pasal 89 KUHP)
• Persetubuhan di luar perkawinan
• Bila wanita berusia >15 tahun → tidak dapat dihukum kecuali jika perbuatan dilakukan dalam keadaan wanita
pingsan atau tidak berdaya
• Bila wanita berusia 12-15 tahun → dihukum karena wanita belum waktunya untuk dikawin, akan tetapi harus
ada
pengaduan dari korban atau keluarganya (delik aduan)
• Bila wanita berusia <12 tahun → dihukum karena wanita belum waktunya untuk dikawin dan tidak diperlukan
adanya pengaduan dari korban (delik temuan)
• Perzinahan → Persetubuhan antara pria dan wanita di luar perkawinan, di mana salah satu diantaranya telah
kawin
dan pasal 27 BW berlaku baginya. Pasal 27 BW adalah mengenai asas monogamy, di mana dalam waktu yang
bersamaan seorang laki-laki hanya boleh dengan satu istri, dan seorang perempun hanya noleh dengan satu suami.
• Perbuatan cabul → Kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau
membiarkan
perbuatan cabul
• Pada kasus homoseksual atau lesbian → dimasukkan sebagai kejahatan seksual bila partnernya belum dewasa,
dikatakan dewasa bila secara yuridis berumur di atas 21 tahun atau dibawahnya tapi sudah pernah kawin
©Bimbel UKDI MANTAP
Tanda Persetubuhan Tanda Kekerasan Penentuan Layak Dikawin
• Penetrasi Penis • Luka lecet bekas kuku, gigitan • Pemeriksaan identitas diri (KTP,
• Robekan pada selaput dara (bitemark), serta luka memar SIM, dll)
• Luka-luka pada bibir kemaluan pada tubuh • Pemeriksaan erupsi gigi molar II
dan dinding vagina • Pemeriksaan toksikologi obat dan III
• Pancaran Air Mani/Sperma atau racun yang dapat • Erupsi molar II → 12 tahun
(tanda pasti) membuat pingsan • Mineralisasi mahkota molar III
• Sperma di dalam vagina tanpa pembentukan akar gigi
• Asam Fosfatase, Spermin, → 12-15 tahun
Kholin (Air Mani) • Erupsi molar III → 17-21 tahun
• Kehamilan • Pernah atau belumnya
menstruasi, bila belum pernah
• Penyakit Kelamin menstruasi → diobservasi
• GO selama 8 minggu di rumah sakit
• Sifilis

©Bimbel UKDI MANTAP


Robekan Selaput Dara

Jenis robekan • Biasanya bentuk tidak beraturan pada perkosaan

• Menunjukkan posisi saat melakukan hubungan


seksual

Arah robekan • Suka sama suka menunjukkan arah robekan


pada jam 4,5,7,8 dan terjadi hanya pada
satu/dua lokasi tsb.
• Pemerkosaan terjadi robekan lebih dari 2 lokasi.

Kedalaman
• Membuktikan hubungan yang terjadi bersifat
persetubuhan atau hanya pelecehan seksual
Pemeriksaan Laboratorium Korban Kejahatan Seksual
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN

Menentukan adanya Cairan vagina Tanpa pewarnaan, Sperma masih bergerak


sperma pemeriksaan di bawah
mikroskop (500kali)

Menentukan adanya Cairan vagina Pewarnaan Malachite- Bagian basis kepala sperma
sperma green pada apusan di gelas berwarna ungu, bagian hidung
objek merah muda

Menentukan adanya Bercak Pakaian Pewarnaan BAECCHI Kepala sperma merah, bagian
sperma bagian tengah ekor biru muda, kepala sperma
tampak menempel pada serabut
Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Dr. Abdul Mun’im benang
Idries
Pemeriksaan motilitas sperma dapat
memperkirakan kejadian persetubuhan
• Cairan semen masih dapat ditemukan pada :
- Oral → 6 jam setelah persetubuhan
- Anorectal → 24 jam setelah persetubuhan
- Vaginal → 72 jam setelah persetubuhan
- Cervix → >72 jam setelah persetubuhan
• Sperma Motil masih dapat ditemukan pada :
- Vagina → 6 – 12 jam setelah persetubuhan
- Cervix → 5 hari setelah persetubuhan

©Bimbel UKDI MANTAP


TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menentukan adanya air Cairan vagina Asam fosfatase Warna ungu timbul dalam waktu
mani kurang dari 30 detik, berarti
as.fosfatase berasal dari prostat;
warna ungu ≤65 detik, indikasi
sedang

Menentukan adanya air Cairan vagina Kristal Kolin Kristal kholin-periodida tampak
mani bentuk jarum-jarum berwarna
coklat
Menentukan adanya air Cairan vagina Kristal spermin/Berberio Kristal spermin pikrat berbentuk
mani rombik/jarum kompas warna
kuning kehijauan

Menentukan adanya air Pakaian 1. Inhibisi as.fosfatase 1. Warna ungu timbul di kerats
mani dengan L(+)as.tartrat saring pertama, dan tidak di
2. Reaksi dengan as.fosfatase kertas saring kedua
3. Sinar UV;visual;taktil dan 2. Warna ungu pada pakaian
penciuman 3. 3. Fluoresensi pada pakaian
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN
Menemukan kuman Sekret uretra dan Pewarnaan Gram Kuman
N.Gonorrhea sekret serviks uteri

Menentukan adanya Urine Hemagglutination inhibition Terjadi aglutinasi pada tes


kehamilan test (Pregnosticon) kehamilan
Agglutination inhibition test

Menunjukkan adanya Urine Toksikologi : TLC, mikrodifusi, Adanya obat yang


racun dsb menurunkan/menghilangkan
kesadaran

Menentukan golongan Cairan vagina yang Serologi ABO Gol.darah dari air mani berbeda
darah berisis air mani dan dengan gol.darah korban (hanya
darah pada tersangka dengan
golongan sekretor)

Sediaan basah Sperma Malachite-green BAECCHI


ABO Blood Reactions
Blood type
A B AB 0

Anti-A Anti-A

••
Arlti-B Anti-13

Kristal kolin warna coklat Kristal spermin seperti jarum Penentuan gol.darah
kompas kuning kehijauan
Pemeriksaan Laboratorium Pelaku Kejahatan Seksual
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN

Menentukan adanya Cairan yang masih Menempelkan gelas objek Epitel dinding vagina berbentuk
sel epithel vagina, melekat di korona mengelilingi korona glandis heksagonal warna coklat/coklat
pada penis glandis lalu ditetesi lugol kekuningan

Menentukan adanya Sekret uretra Pewarnaan Gram Kuman


kuman N.gonorrhea
Epithel vagina dengan pewarnaan Pewarnaan gram DGNI
lugol
Pemeriksaan Bercak Darah
• Tes Benzidin
Tes Pendahuluan • Tes Luminol
• Tes Teichmann
Tes Penentuan • Tes Takayama

• Tes Presipitin
Tes Penentuan spesies
• Tes absorpsi elusi
Tes Penentuan gol darah
Pemeriksaan Bercak Darah
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN

Menentukan adanya Bercak darah kering Tes Benzidin Warna hijau-biru (tidak spesifik
hemoglobin tapi sangat sensitif > dari
teichmann dan takayama)

Melihat bercak Bercak darah kering Tes luminol Bercak darah bersinar
bersinar (Luminescence) ➔ tes paling
sensitif
Melihat kristal Bercak darah kering Tes Teichmann Kristal hemin-HCL bentuk batang
coklat (lebih spesifik tapi kurang
sensitif dibanding benzidin)

Melihat kristal Bercak darah kering Tes Takayama Kristal piridin hemokromogen
bentuk bulu warna jingga (lebih
spesifik tapi kurang sensitif
dibanding benzidin)
Pemeriksaan Bercak Darah
TUJUAN BAHAN METODE HASIL
PEMERIKSAAN

Menentukan bercak Bercak darah kering Tes Presipitin Terbentuk cincin keruh
darah manusia (presipitat)

Menentukan gol darah Bercak darah kering Absorpsi elusi Agglutinasi


Tes Luminol - Bersinar

t
Tes Teichmann – batang warna coklat
Tes Benzidin – hijau-biru

Tes Takayama – bulu jingga


Tanda-Tanda Kekerasan pada Anak
Perilaku Anak Pemeriksaan Fisik Prevensi dan Manajemen

• Anak mengatakan dirinya dianiaya • Banyak memar dan memar jauh dari • Manajemen tergantung tipe kekerasan
• Membalik/menyangkal cerita yang penonjolan tulang. (pada kasus non yang dialami anak
diungkapkan sebelumnya kekerasan memar sering di penonjolan • Kerjasama dari berbagai pihak : Dokter,
• Takut berlebih terhadap ortu tulang) Paling sering di kepala dan RS, polisi, psikolog
• Agresif/menarik diri berlebih leher • Untuk prevensi : Pelatihan dalam
• Sulit berhubungan dengan teman • Umur memar berbeda-beda menjadi ortu yang baik dan pengenalan
• Memar besar, multiple, dan muncul tentang tumbuh kembang anak, home
• Terlalu penurut,pasif visit dokter/pelayan kesehaatan lain,
berkelompok
• Mencederai diri program yang meningkatkan kerjasama
• Memar karena kekerasan pada anak
• Kabur dari rumah yang immobile biasanya pada jaringan antar anggota keluarga
• Menghindari kontak mata lunak, multiple, berbentuk sama satu
• Gangguan tidur dengan yang lainnya.
• Kenakalan remaja • Kasus tenggelam → ada jejak ikatan
• Tanda penelantaran : Malnutrisi, yang jelas batasnya dan simetris
dehidrasi, lusuh, gangguan tumbuh • Kasus luka bakar → luka bakar yang
simetris dan jelas batasnya
• Fraktur tanpa trauma yang jelas,
biasanya multiple dengan derajat
penyembuhan yang berbeda
• Shaken baby syndrome
• Kerusakan organ abdomen
KDRT (UU 23 thn 2004)
Kekerasan dalam rumah tangga:
• Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelanntaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan , atau perampasan
kemerdekaan secra melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Termasuk dalam lingkup rumah tangga:


• Suami, istri, anak (termasuk anak angkat dan anak tiri
• Hubungan keluarga dalam huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan,
dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau orang yang bekerja membantu
rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
• Orang yang bekerja dipandang keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah
tangga yang bersangkutan
Abortus
Pengguguran kandungan menurut hukum
• Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran,
tanpa melihat usia kandungannya
• Tidak dipersoalkan apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati
• Yang dianggap penting adalah kandungan masih hidup sewaktu pengguguran dilakukan

Abortus
Indikasi ibu
spontan
Abortus Terapeutikus
Abortus
Indikasi anak
Provokatus
Kriminalis

©Bimbel UKDI MANTAP


Pelaku abortus yang terkena pidana Abortus yang dilegalkan (PP 61/2014)
• Wanita yang sengaja menggugurkan • a. indikasi kedaruratan medis;
kandungannya atau menyuruh orang lain • kehamilan yang mengancam nyawa dan
melakukannya (KUHP pasal 346) kesehatan ibu; dan/atau
• Seseorang yang menggugurkan kandungan • kehamilan yang mengancam nyawa dan
wanita lain tanpa (KUHP 347) atau dengan kesehatan janin, termasuk yang menderita
seizinnya (KUHP 348) penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
• Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
kejahatan di atas (KUHP 349) menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
• Orang yang mempertunjukkan alat/cara kandungan.
mengugurkan kandungan pada anak dibawah 17 • b. kehamilan akibat perkosaan.
tahun (KUHP 283) • Kehamilan akibat perkosaan dibuktikan
• Barangsiapa menganjurkan/merawat/memberi dengan:
obat kepada seseorang wanita dengan memberi • usia kehamilan sesuai dengan kejadian
harapan agar gugur kandungannya (KUHP 299) perkosaan, yang dinyatakan oleh surat
keterangan dokter;
• keterangan penyidik, psikolog, dan/atau ahli
lain mengenai adanya dugaan perkosaan
• Hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan
paling lama berusia 40 (empat puluh) hari
dihitung sejak hari pertama haid terakhir.
©Bimbel UKDI MANTAP
Infanticide
Pembunuhan yang Pasal 341 → Ibu dengan Ibu → Hanya ibu kandung

Hukum
Kitab Undang-undang
Definis

dilakukan oleh seorang ibu sengaja merampas nyawa sendiri yang dapat dihukum,
atas anaknya pada saat anaknya karena takut apabila orang lain turut
dilahirkan atau tidak berapa ketahuan diancam karena membantu maka orang lain

Faktor
lama setelah dilahirkan, pembunuhan anak sendiri tersebut diancam sebagai
karena takut ketahuan dengan pidana penjara 7 tindak pembunuhan biasa
bahwa ia melahirkan anak tahun Waktu → Tidak disebutkan
Pasal 342 → Apabila batasan waktu, hanya
didahului oleh niat atau dinyatakan “pada saat
rencana membunuh dilahirkan atau tidak lama
sebelumnya, diancam karena kemudian” → belum timbul
melakukan pembunuhan rasa kasih sayang seorang
anak sendiri dengan rencana ibu
dengan pidana penjara 9 Psikis → Terdorong oleh
tahun rasa ketakutan akan
diketahu orang telah
melahirkan anak

©Bimbel UKDI MANTAP


DDx
INFANTICIDE 1. KUHP 341, 342.
1. Korban pembunuhan, anak 2. KUHP 338, 339, 340, 343.
sendiri.
3. KUHP 181: menyembunyikan
2. Pembunuhan. kelahiran/kematian, (9 bulan).
3. Lahir mati kemudian dibuang. 4. KUHP 305, 306, 307, 308.
4. Penelantaran bayi hingga
mati.

Pastikan hubungan antara tersangka


Pengertian “pembunuhan” dibuktikan Pengertian “baru lahir”, dinilai berdasar ibu dengan jenazah bayi.
• Lahir hidup. • Maturitas & perkiraan usia • Harus dibuktikan bahwa
• Sebab kematian akibat kekerasan. dalam kandungan. perempuan tersangka merupakan
• Perkiraan usia di luar kandungan. ibu yang melahirkan bayi tersebut.
• Asupan laik hidup (viable).
• Tanda perawatan.
Lahir Mati (stillbirth)
Lahir Hidup
Kematian hasil konsepsi sebelum
keluar atau dikeluarkan dari ibunya, (livebirth)
tanpa mempersoalkan usia Keluar atau dikeluarkannya
kehamilan produk konsepsi yang lengkap,
Janin tidak bernapas atau tidak tanpa mempersoalkan usia
menunjukkan tanda kehidupan lain gestasi dan kondisi tali pusat, dan
telah menunjukkan tanda
Lahir Lahir
Tugas Dokter Mati Hidup
Tanda maserasi (aseptic
• Apakah bayi tersebut dilahirkan mati Tanda maserasi
decomposition) → berlangsung
atau hidup?
dari luar ke dalam (aseptic
• Berapakah umur bayi tersebut? decomposition) → tidak
• Apakah bayi tersebut sudah dirawat? Dada belum mengembang Dada sudah mengembang →
• Apakah sebab kematiannya? diafragma turun ke sela iga 4-5

diafragma belum turun ke sela iga 4- Pemeriksaan makroskopik paru
Pemeriksaan makroskopik paru
→ paru sudah mengisi rongga
→ paru belum mengisi rongga
dada, teraba derik udara, seperti
dada, tidak teraba derik udara
spons, permukaan paru seperti
marmer
Uji apung paru → hasil
Uji apung paru → hasil
negatif positif
Pemeriksaan mikroskopik paru → Pemeriksaan(terapung
mikroskopik paru →
adanya tonjolan (projections) yang tidak adanya tonjolan (projections)
berbentuk
©Bimbelseperti bantal
UKDI MANTAP
yang berbentuk seperti bantal
Umur Bayi

Intra uterin Extra uterine


• Rumus De Haas • Udara dalam saluran cerna
• 5 bulan pertama → Panjang kepala-tumit • Sampai lambung atau duodenum (hidup
(cm) = kuadrat umur gestasi (bulan) beberapa saat), usus halus (hidup 1-2
• > 5 bulan → Panjang kepala-tumit = Umur jam), usus besar (5-6 jam), rektum (12
gestasi (bulan) x 5 jam)
• Melihat pusat penulangan (ossification • Mekonium dalam kolon (24 jam setelah
center) lahir)
• Klavikula (1.5 bln), diafisis tulang panjang • Perubahan tali pusat (tempat lekat
(2 blm), ischium (3 bln), kalkaneus (5-6 membentuk lingkaran kemerahan dalam 36
bln), manubrium sterni (6 bln), sternum jam)
bawah (akhir 8 bln), distal • Eritrosit berinti hilang dalam 24 jam
femur/proksimal tibia (akhir 9 bln) pertama
• Perubahan sirkulasi darah

©Bimbel UKDI MANTAP


Kemampuan Hidup (Viabilitas)
Parameter Viable Cukup Bulan Tanda Lain Bayi Cukup Bulan
Umur kehamilan >28 minggu >36 minggu • Lanugo sedikit,terdapat pada dahi,
punggung, dan bahu
Panjang kepala-tumit >35 cm >48 cm • Kartilago telinga telah sempurna (bila
Panjang kepala-tungging >23 cm >30-33 cm dilipat, cepat kembali ke keadaan semula)
• Diameter tonjolan susu 7mm atau lebih
Berat badan >1000 gram >2500-3000 gram • Kuku jari telah melewati ujung jari
• Garis telapak kaki telah melewati 2/3
Lingkar kepala >32 cm 33 cm telapak kaki
Tanda cacat bawaan (-) (+/-) • Testis telah turun ke dalam skrotum
• Labia minora telah tertutup oleh labia
mayora
Tanda Perawatan

Ada tidaknya tanda-tanda perawatan:

• Ada tidaknya lumuran darah pada badan bayi


• Ada tidaknya tanda-tanda perawatan tali pusat
• Ada tidaknya lemak bayi yang jelas
• Pemberian pakaian bayi
©Bimbel UKDI MANTAP
Management of Disasters and Mass
Casualties
Definitions
• Event of serious magnitude causing severe damage to life and property. Loss of life of ten
persons or more may be considered as Mass Disaster
• An event, natural or man-made, sudden or progressive, which impacts with such severity
that the affected community has to respond by taking preventive measures (WHO)
Natural Disaster Man-Made Disasters

• Flood • Air crash


• Cyclone • Sinking ship
• Earthquake • Train accidents
• Volcanic eruption • Building collapse
• Epidemics • Bomb blasts
• Tsunami • Warfare

©Bimbel UKDI MANTAP


Big number of
DISASTER CLASSIFICATION BASED
victims
ON POPULATION (Hinchcliff, 2011)
OPEN
• Deaths of a number of individuals take place, for
which no prior data nor records are available.

Problems CLOSE
in Mass
• The probable names of all the victims are known, as
Disasters the number of individuals belonging to a fixed
identifiable group.
Need
coordination Difficult
transportation
inter- MIXED
to the area
department
Steps in Investigating
Mass Disasters
Disaster
Victim Initial Action at the Disaster
Investigations Site
Prosedur standar yang dikembangkan
oleh Interpol (International Criminal Collecting Post Mortem Data
Police Organization) untuk
mengidentifikasi korban yang
meninggal akibat bencana massal Collecting Ante Mortem Data

Purpose Reconciliation (Comparing Data)


• Identification → Human right
• Investigation → The cause and Returning to the Family
effect and preventive measures (Debriefing)
Initial Action at the Disaster Site
• Tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengetahui seberapa
luas jangkauan bencana
• Dalam kebanyakan kasus, polisi memikul tanggung jawab komando untuk operasi secara
keseluruhan
• Sebuah tim pendahulu (kepala tim DVI, ahli patologi forensic dan petugas polisi) harus sedini
mungkin dikirim ke TKP untuk mengevaluasi:
• Pemetaan jangkauan bencana dan pemberian koordinat untuk area bencana
• Perkiraan jumlah korban
• Keadaan mayat
• Evaluasi durasi yang dibutuhkan
• Institusi medikolegal yang mampu merespon dan membantu proses DVI
• Metode menangani mayat
• Transportasi mayat
• Penyimpanan mayat
• Kerusakan property yang telah terjadi
• Langkah utama yang dilakukan
• To secure → mengamankan area, misalnya dengan memasang police border
• To collect → mengumpulkan korban dan property terkait untuk kepentingan identifikasi korban
• Documentation → memfoto area bencana dan korban kemudian memberikan nomor dan label
Collecting Post Mortem Data Primary Data Secondary Data
• Dokumentasi foto kondisi jenazah korban • Fingerprint • Personal
• Pemeriksaan fisik, baik luar maupun dalam Analysis descriptions
• Pemeriksaan sidik jari • Forensic Dental • Medical findings
• Pemeriksaan rontgen Analysis • Evidence/clothing
• Pemeriksaan odontology forensic • DNA Analysis
• Pemeriksaan DNA
• Pemeriksaan antropologi forensik
Collecting Ante-Mortem Data
• Pengumpulan data jenazah sebelum kematian dari keluarga maupun orang yang terdekat
• Data dapat berupa foto semasa hidup, interpretasi ciri-ciri spesifik jenazah, rekaman pemeriksaan gigi korban,
data sidik jari, sampel DNA orang tua maupun kerabat korban, serta informasi lain yang relevan untuk
kepentingan identifikasi
Reconcilliation
• Pembandingan data post mortem dengan ante mortem
• Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah tegak
• Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi dianggap negative dan data pos mortem
jenazah tetap disimpan sampai deitemukan data antemortem yang sesuai

Returning to the Family (Debriefing)


• Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik kemudian
dikembalikan kepada keluarganya untuk dimakamkan

Indikator kesuksesan suatu proses Disaster Victim Identification


bukan didasarkan pada cepat atau tidaknya proses terseebut
berlangsung, tetapi lebih didasarkan pada akurasi atau ketepatan
identifikasi
BIOETIK MEDIKOLEGAL

©Bimbel UKDI MANTAP


The Four Principles of Biomedical Ethics

Respect for Autonomy Beneficence


The patient has the right A practitioner should act
to refuse or choose their in the best interest of
treatment the patient
(Voluntas aegroti (Salus aegroti suprema
suprema lex) lex)

Justice
Concerns the
Non-maleficence distribution of scarce
health resources, and
“first, do no harm”
the decision of who gets
(primum non nocere) what treatment
(fairness and equality)
(lustitia)

©Bimbel UKDI MANTAP


Autonomy: respect for the client's right to be self-governing
This principle emphasises the importance of
-de-vel-opi-ng-a-cli-en-t's -ab-l!!!Y-t-o b-
e
- - - - - -
sel f-d ire ctin g_ within
thera and all as ects of life Practitioners who respect their clients' autonomy: ensure accuracy in any
advertising or information given in advance of services offered; seek freely given and adequately informed
consent; emphasise the value of voluntary participation in the services being offered; engage in explicit
contracting in advance of any commitment by the client; protect privacy; protect confidentialiij normally
make any disclosures of confidential information conditional on the consent of the person concerned;
and inform the client in advance of foreseeable conflicts of interest or as soon as possible after such
conflicts become apparent. The principle of autonomy opposes the manipulation of clients against their
will, even
for beneficial social ends.

The Principle of Respect for Autonomy


Respect the Protect Obtain consent
Tell the truth confidential for interventions voluntary
privacy of others information with patients
(The Principles of Biomedical Ethics, Beauchamp and Childress)
©Bimbel UKDI MANTAP
Beneficence: a commitmentto promotingthe client'swell-being
The principle of beneficence means acting in the best interests of the client based on professional
assessment. It directs attention to working strictly within one's limits of competence and providing
services on the basis of adequate training or experience. Ensuring that the client's best interests are
achieved requires systematic monitoring of practice and outcornes py the best available means, It is
considered important that research and systematic reflection inform practice. There is an obligation to
use regular and on-going supervision to enhance the quality of the services provided and to commit to
updating practice by continuing professional development. An obligation to act in the best interests of
a client may become paramount when working with clients whose capacity for autonomy is diminishe d
because of immaturity, lack of understanding, extreme distress, serious disturbance or other significant
personal constraints.

Beneficence
Protect and defend Remove conditions
Prevent harm from Help persons with Rescue persons in
the right of others occurring to others that will cause disabilities danger
harm to others

(The Principles of Biomedical Ethics, Beauchamp and Childress)


©Bimbel UKDI MANTAP
Non-maleficence: a commitmentto avoiding harm to the client
Non-maleficence involves: avoiding sexual, financial, emotional or any other form of client exploitatlon]
avoiding incompetence or mal ractice, not rovidin services when unfit to do so due to illness ersonal
circumstances or intoxication The practitioner has an ethical responsibility to strive to mitigate any harm
caused to a client even when the harm is unavoidable or unintended. Holding appropriate insurance
may assist in restitution. Practitioners have personal and professional responsibility to challenge,
where appropriate, the incompetence or malpractice of others; and to contribute to any investigation
and/
or adjudication concerning professional practice which falls below that of a reasonably competent
practitioner and/or risks bringing discredit upon the profession.

Non-maleficence
Do not cause Do not deprive
Do not Do not cause
Do not kill pain or others of the
incapacitate offense
suffering goods of life

(The Principles of Biomedical Ethics, Beauchamp and Childress)

©Bimbel UKDI MANTAP


Justice: the fair and impartial treatment of all clients and the provision of adequate services
The principle of justice require being_just and fair to all clients and respectirjp their human ri hts
and di ni . It directs attention to considering conscientiously any legal requirements and obligations,
and
remaining alert to potential conflicts between legal and ethical obligations. Justice in the distribution of
services requires the ability to determine impartially the provision of services for clients and the
allocation of services between clients. A commitment to fairness requires the ability to appreciate
differences between people and to be committed to e uality of o ortuni and avoiding discrimination
against
people or groups contra to their le itimate ersonal or social characteristics. Practitioners have a duty
to strive to ensure a fair provision of counselling and psychotherapy services accessible and appropriate
to the needs of potential clients.

Justice
To each person To each person
To each person an To each person To each person To each person
equal share according to need according to effort according to according to merit according to free-
contribution market exchanges

(The Principles of Biomedical Ethics, Beauchamp and Childress)


©Bimbel UKDI MANTAP
Professionalism
Altruism

•Mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan sendiri.

Accountability

•Bertanggung jawab terhadap pasien ( memenuhi kontrak dokter-pasien) , masyarakat ( meningkatkan kesehatan masyarakat) dan profesi ( mematuhi
peraturan etik )

Excellence

•Berusaha untuk melakukan pelayanan terbaik diatas ekspektasi pasien dan komitmen untuk long-life learning

Duty

•Komitmen dalam melakukan pelayanan. (Selalu bersedia dan cepat respon ketika di hubungi, mencari penanganan terbaik untuk pasien walau ketiadaan
biaya, berperan aktif dalam organisasi profesional, menerima segala resiko terhadap diri sendiri ketika menangani pasien dan bersedia memenuhi
kebetuhan pasien)

Honour and integrity

•Konsisten untuk selalu berperilaku dengan standard tertinggi dan menolak untuk melanggar aturan profesional
•Mencakup berbuat adil, jujur, menepati janji dan berterus terang kepada pasien.

Respect for others

•Menghargai pasien, keluarga pasien, teman sejawat.

©Bimbel UKDI MANTAP


Informed Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi adalah
suatu tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
Consent dilakukan terhadap pasien untuk tujuan preventif,
diagnosrik, terapeutik, atau rehabilitatif
Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
mengandung risiko tinggi adalah tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang dengan probabilitas tertentu
dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan, misalnya
Informed Consent mengandung pengertian
suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien tindakan bedah dan tindakan invasif tertentu.
atau keluarga terdekat setelah mendapat Tindakan invasif adalah tindakan kedokteran atau
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran gigi yang langsung dapat mempengaruhi
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
keutuhan jaringan tubuh pasien.
dilakukan terhadap pasien serta segala resiko.

Permenkes No. 290 tahun 2008


Konteks dan Informed Consent

Informed Consent tidak berlaku dalam keadaan:


• Keadaan darurat medis
• Ancaman terhadap kesehatan orang banyak.
• Pelepasan hak memberikan consent
• Clinical privilege (hanya dapat dilakukan oleh pasien yang
melepaskan haknya memberikan consent.
• Pasien yang tidak competent memberikan informed consent.

©Bimbel UKDI MANTAP


Elemen Informed Consent

Threshold • Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis
• Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa,
Element sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan

Information • Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman)
• Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi

Element kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa
sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat

Consent • Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
dan authorization (persetujuan)
• Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.
Element Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang bersikap
seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya
©Bimbel UKDI MANTAP
Persetujuan Tindakan Kedokteran dalam Keadaan Gawat
Darurat
Pasal 4

(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.

(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.

(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dokter atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien
setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat.

©Bimbel UKDI MANTAP


Informasi Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 7

(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien
dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.

(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan
diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar.

(3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang•
kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadl:
dan e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan.

©Bimbel UKDI MANTAP


Pemberi Informasi Persetujuan Tindakan Kedokteran

Siapa pemberi informansi?


Dokter pemberi perawatan atau pelaku
pemeriksaan I tindakan
Dokter lain yang diberi wewenang
Dokter setelah memberi informasi hams
bertanda tangan pada kolom informasi baik
pada format persetujuan atau penolakan tindakan
kedokteran

©Bimbel UKDI MANTAP


Orang yang Berhak Memberikan Persetujuan Tindakan Kedokteran
(1) Pasien dianggap kompeten berdasarkan usianya apabila:
a. Pasien dewasa, yaitu telah berusia 21 (duapuluh satu) tahun atau telah/pernah
menikah.
b. Paslen telah berusia 18 tahun, tldak termasuk anak berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

(2) Berdasarkan kesadarannya :


a. Pasien dianggap kompeten apabila pasien tersebut tidak terganggu kesadaran
fisiknya, sehingga mampu berkomunikasi secara wajar dan mampu membuat
keputusan secara bebas.
b. Pasien dapat kehilangan kompetensinya untuk sementara waktu apabila ia
mengalami syok, nyeri yang sangat atau kelemahan lain akibat keadaan sakitnya.

(3) Berdasarkan kesehatan mentalnya:


a. Pasien dianggap kompeten apabila pasien tersebut tidak mengalami kemunduran
perkembangan (retardasi mental) dan tidak mengalami penyakit mental yang
membuatnya tidak mampu membuat keputusan secara bebas.
b. Pasien dengan gangguan jiwa (mental) dapat dianggap kompeten, apabila dia
masih mampu memahami informasi, mempercayainya, mempertahankannya,
untuk
kemudian menggunakannya dalam membuat keputusan yang bebas.
(4) Kompetensi pasien harus dinilai oleh dokter pada saat diperlukan persetujuannya dan
©Bimbel UKDI MANTAP
apabila meragukan maka harus ditentukan oleh tim dokter yang kompeten.
Persetujuan pada Individu yang Tidak Kompeten
Keluarga terdekat atau pengampu umumnya dianggap dapat memberikan
persetujuan tindakan kedokteran bagi orang dewasa lain yang tidak kompeten.
Yang dimaksud dengan keluarga terdekat adalah suami atau istertnya, orangtua
yang san atau anaknya yang ko:mpeten, dan saudara kandungnya. Sedangkan
hubungan kekeluargaan yang lain sepern paman, bibi, kakek, mertua, ipar,
menantu, keponakan dan lain-lain tidak dianggap sebagai keluarga terdekat,
meskipun mereka pada keadaan tertentu dapat diikutsertakan ke dalam proses
pemberian informasi dan pembuatan keputusan. Dalam hal terdapat
ketidaksepakatan di dalam keluarga, maka dianjurkan agar dokter
mempersilahkan mereka untuk bermufakat dan hanya menerima persetujuan
atau penolakan yang sudah disepakati bersama.

©Bimbel UKDI MANTAP


Proxy Consent
Proxy Consent: Consent yang diberikan buka oleh orang itu sendiri, dengan syarat pasien
tidak dapat memberikan konsennya secara pribadi , dan consent tersebut harus
mendekati sekiranya apa yang akan diberikan oleh pasen, bukan kepentingan orang
banyak.

Urutan Proxy Consent: suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.

Proxy consent harus diberikan dengan pertimbangan yang matang dan ketat.
©Bimbel UKDI MANTAP
Presumed Consent

Asumsi bahwa tindakan yang akan


dilakukan akan disetujui pasien jika
pasien tersebut dapat memberikan ijin.
Contoh : Ijin mendonorkan organ oleh
pasien yang telah meninggal.

©Bimbel UKDI MANTAP


Bentuk Penyampaian Persetujuan Tindakan Kedokteran

Menurut KKl persetujuan tertulis diperlukan pada


Bagaimana pasien menyampaikan persetujuannya keadaan-keadaan sebagai berikut:

kepada dokter? 1. Bila tindakan terapetik bersifat kompleks atau


menyangkut risiko atau efek samping yang
1. Persetujuan yang bersifat tersirat atau tidak bennakna
dinyatakan (implied consent) 2. Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam
2. Persetujuan yang dinyatakan (express rangka terapi
consent) 3. Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak
Pasien dapat memberikan persetujuan dengan yang bermakna bagi kedudukan kepegawaian atau
menyatakannya secara lisan (oral consent) kehidupan pribadi dan sosial pasien
ataupun tertulis (written consent) 4. Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari
suatu penelitian

©Bimbel UKDI MANTAP


Rekam Medis
Permenkes No. 269 Tahun 2008
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. R eka m me dis ad al ah berka s yang beri si ka n cat at an. da n d okum


en tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan
p el ayana n Iain kep ada p asi en pad a saran a pel ayana n kes eh atan.

2. S arana pe la ya nan ke seh atan ada la h tern pat yang di gu nakan untuk
me nyel eng ga rakan u pay a kese hat an bai k u ntuk raw at j a la n m au pun
rawat nginap yang dikelola oleh pemerintah atau swasta.

3. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter


gigi spesialis.

4. Tenaga kes ehatan Iain ada la h ten aga kes eh ata n yang i kut m em b eri
kan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.

5. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pelayanan Medik dan atau


Direktur Jenderal Pembinaan
©BKimebseleUhKDaI

MtaAnNTAPMasyarakat.
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Kerahasiaan Rekam Medis
Pasal 8
(1) Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya
untuk jangka waktu 5 (lirna) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau
dipulangkan.
(2) Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebaga1rnana olrnaksue pada ayat (1) dilampaul,
rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan
medik.
(3) Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat
(2} harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut.
(4) Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dlrnaksud pada ayat
(1), dan, ayat (3), dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pirnplnan sarana
pelayanan kesehatan.

(1) Penjelasan tentang 1si rekarn medis hanya boleh dilakukan oleh dokler atau dokter
gigi yang merawat pasien dengan lzin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pimpinan sarans pelayanan kesehatan dapat rnenjelaskan isl rekarn rnedis secara
tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan
perundang-undangan. ©Bimbel UKDI MANTAP
Kepemilikan Rekam Medis

Pasal12
(1) Berkas rekam med is mihk sarana pelayanan kesehatan.
(2) lsi rekam medis merupakan milik pasien.
(3) Isl rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat ,(2) dafam bentuk ringkasan rekam
med is.
(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan.
dicatat, atau dicqpy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas
persetuJuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu

©Bimbel UKDI MANTAP


Pembukaan Rahasia Kedokteran
Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya
untuk (PERMENKES 36/2012)
• Kepentingan kesehatan pasien
• Memenuhi permintaan aparatur penegak
Kepentingan umum
hukum dalam rangka penegakan hukum sebagaimana dimaksud
• Permintaan pasien sendiri meliputi :
• Berdasarkan ketentuan peraturan d. pendidikan
e. ancaman
b. ancaman c. penelitian atau
perundang-undangan (rangka Kejadian Luar kesehatan penggunaan
keselamatan
orang lain
kepentingan penegakan etik atau disiplin, a. audit medis; Biasa/wabah
penyakit
untuk
kepentingan
informasi yang
akan berguna
secara
individual atau
serta kepentingan umum) menular; negara; di masa yang
akan datang;
masyarakat.

Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin
sebagaimana dimaksud diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik
Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
©Bimbel UKDI MANTAP
Manfaat Rekam Medis Permenkes no 269 Tahun
2008

• Pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan pasien Penelitian → Keperluan pendidikan dan penelitian
• Alat bukti dalam proses
penegakkan hukum, Administrasi → Dasar pembayaran biaya pelayanan
Pasal 13, disiplin kedokteran dan
kesehatan
Pemanfaatan kedokteran gigi Alat bukti → Alat bukti dalam proses
Rekam Medis • Keperluan pendidikan penegakkan hukum, disiplin kedokteran dan
kedokteran gigi
dan penelitian
dapat dipakai • Dasar pembayaran biaya
sebagai pelayanan kesehatan
Statistik Medis → Data statistik kesehatan

berikut: • Data statistik kesehatan Dokumentasi → Pemeliharaan kesehatan


dan pengobatan pasien
©Bimbel UKDI MANTAP
Kegagalan Medis/Hasil
Buruk/Adverse Event

•0octo<. 1 want a refund·.. •

Kegagalan • Acceptable
• Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak berhubungan dengan
tindakan medis yang dilakukan dokter.
medis/hasil yang • Hasil dari suatu risiko yang tak dapat dihindari, yaitu
• Risiko yang tak dapat diketahui sebelumnya (unforeseeable); atau
buruk dapat • Risiko yang meskipun telah diketahui sebelumnya (foreseeable) tetapi tidak
dapat/tidak mungkin dihindari (unavoidable) atau karena tindakan yang dilakukan

disebabkan oleh
adalah satu-satunya cara terapi. Risiko tersebut harus diinformasikan terlebih
dahulu.

empat hal, yaitu: • Non acceptable


• Hasil dari suatu kelalaian medic (culpa).
• Hasil dari suatu kesengajaan (dolus).
Medical
• Suatu kekeliruan, suatu peristiwa yang tidak
diduga atau tidak dikehendaki dalam
pemberian pelayanan medis yang dapat
mengakibatkan (kejadian yang tidak

Error diinginkan/adverse event) atau tidak sampai


mengakibatkan luka (near miss) pada pasien

Medical Adverse
Error Event
Potential
Adverse
Events

Near Miss Preventable Adverse Event


Klasifikasi Medical Error

Berdasarkan pada Tindakan yang Dilakukan


Malfeasance • Tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/layak
(unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan
(Comission) medis tanpa indikasi yang memadai.

• Melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi


Misfeasance dilaksanakan dengan tidak tepat (improper
performance), yaitu misalnya melakukan tindakan
medis dengan menyalahi prosedur.

Nonfeasance • Tidak melakukan tindakan medis yang merupakan


kewajiban baginya.
(Omission)
©Bimbel UKDI MANTAP
Berdasarkan pada Pihak yang Berkontribusi

Latent Error Active Error


• Kesalahan yang terjadi di luar • Kesalahan terjadi pada
kendali operator garis depan, tingkat/lingkup operator garis
seperti desain buruk, instalasi depan
tidak tepat, pemeliharaan buruk,
kesalahan keputusan manajemen,
struktur organisasi yang buruk

©Bimbel UKDI MANTAP


Insiden Keselamatan pasien
Kondisi Potensial Cedera

• Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden

Kejadian Nyaris Cedera

• Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien

Kejadian Tidak Cedera

• insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.


• dapat terjadi karena "keberuntungan" (misal; pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat), atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya)

Kejadian Tidak Diharapkan

• insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien


• akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan
medis

Kejadian sentinel

• KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang©Bimbel


serius UKDI
Malpraktik (World Medical Association)

“Medical malpractice involves the physician’s failure to conform


to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or
lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which
is the direct cause of an injury to the patient.”

• Kegagalan dokter untuk melakukan tatalaksana sesuai


standar terhadap pasien. Standar yang dimaksud di sini dapat
mengacu pada standar prosedur operasional yang ditetapkan
di lembaga kesehatan tersebut, atau di tempat lain dengan
keadaan yang serupa
• Kurangnya keterampilan dokter
• Adanya faktor pengabaian
• Adanya cidera yang merupakan akibat langsung salah satu
dari ketiga faktor tersebut
Klasifikasi Malpraktik

Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari
sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice

Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical


malpractice akan tetapi semua bentuk Juridical malpractice
pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).

Malpractice

Ethical Juridical
Malpractice Malpractice
Klasifikasi Juridical Malpractice

1. Criminal Malpractice (Malpraktik Pidana)


• Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan
tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni:
• Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.
• Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intentional),
kecerobohan (recklessness) atau kealpaan (negligence).

Kesengajaan/Intentional/dolus
Abortus Criminalis ( Pasal 338 KUHP, Pasal 344 Euthanasia (Pasal 338 KUHP, Pasal 344 KUHP, Pasal
KUHP, Pasal 346 KUHP, Pasal 347 KUHP, Pasal 345 KUHP) Keterangan palsu (Pasal 267-268 KUHP)
348
KUHP , Pasal 349 KUHP )

Kealpaan/Kelalaian/Negligence/culpa
Kematian (Pasal 359 KUHP) Luka Berat (Pasal 360 KUHP, Pasal 90 KUHP)

©Bimbel UKDI
2. Civil Malpractice (Malpraktik Perdata)
• Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau
tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang
dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
• a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
• b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya
• c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
• d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
• Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung
gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.

Pengaduan perdata dapat


diajukan pasien ke
Kelalaian atau pengadilan berdasarkan
kesengajaan yang kerugian yang dialaminya
menyebabkan kerugian dengan dasar wanprestasi
selain kematian atau luka (pasal 1239 KUH Perdata)
berat. atau perbuatan melawan
hukum (pasal 1365, 1366,
dan 1367 KUH Perdata)

©Bimbel UKDI MANTAP


3. Administrative malpractice
• Dokter dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala
tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu
diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah
mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk
menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas
kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan
tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat
dipersalahkan melanggar hukum administrasi

©Bimbel UKDI MANTAP


Pembuktian Gugatan Malpraktik Pidana

Cara Langsung → Memakai tolok ukur adanya 4D yakni:


• Duty (Kewajiban)
• Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasarkan
• Adanya indikasi medis
• Bertindak secara hati-hati dan teliti
• Bekerja sesuai standar profesi
• Sudah ada informed consent
• Dereliction of Duty (Penyimpangan dari Kewajiban)
• Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan
apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter dapat dipersalahkan
• Direct Cause (Penyebab Langsung)
• Damage (Kerugian)
• Dokter untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal)
dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela
diantaranya, dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai
dasar menyalahkan dokter. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya
adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).

©Bimbel UKDI MANTAP


Cara Tidak Langsung
• Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien,
yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai
hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa
loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
• Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila dokter tidak lalai
• Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab dokter
• Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan
lain tidak ada contributory negligence
Typical in medical malpractice [edit]

Res ipsa loquitur often arises in the "scalpel left behind" variety of case. For example, a person goes to a doctor with abdominal pains after having his appendix removed. X-rays show the
patient has a metal object the size and shape of a scalpel in his abdomen. It requires no further explanation to show the surgeon who removed the appendix was negligent, as there is no
legitimate
reason for a doctor to leave a scalpel in a body at the end of an appendectomy.

©Bimbel UKDI MANTAP


Proses Investigasi Kasus Malpraktik

PROSES INVESTIGASI KASUS MALPRAKTEK


PENGADUAN
MASVARAKAT

POLISI
PEU-.NOOARAN I
ETIK
AHL ERAtl
TIO\K
KEOOKT
eASAl.AH

MKEK

PENl"IOIKAN

PERDATA
PEN.JNTurAN

I PENGAOILAN I
Norma dalam Praktik Pelanggaran dan Penanganan Norma Praktik
Kedokteran Kedokteran
ETIKA . MKEK
-

Disiplin
Aturan Penerapan
Keilmuan DR DISIPLIN
Kedokteran MKDKI
DRG
SENGKETA HUKUM / PERADILAN PIDANA
Etika
Aturan Hukum '\. PERADILAN PERDATA
Penerapan Etika Aturan Hukum
Kedokteran Kedokteran PERADILAN TUN
(KODEKI) SENGKETA
NON HUKUM
--------- LEMBAGA MEDIASI
(ADR)
ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
ETIK DISIPLIN HUKUM

1. Dibuat oleh Pemerintah dan Dewan


1. Dibuat dan disepakati oleh 1. Organisasi Profesi. Perwakilan Rakyat
organisasi profesi (IDI) 2. Standar Profesi 2. UU, PP, Keppres, dsb
2. Kode Etik 3. Diatur, Norma Prilaku 3. Diatur, norma prilaku manusia pada
3. Diatur, norma prilaku pelaksanaan pelaksana profesi umumnya
profesi 4. Sanksi moral psikologis dan 4. Untuk pidana: mati/ kunjungan,
4. Sanksi, yaitu moral psikologis teguran / pencabutan penjara, denda Untuk Perdata: ganti
5. Yang mengadili : Ikatan/ organisasi 5. Yang mengadili : Badan yang rugi Adm : teguran/ pencabutan
profesi terkait; Majelis Kehormatan dibentuk:Majelis Kehormatan 5. Pengadilan :
Etik Kedokteran (MKEK), Panitia Disiplin Kedokteran Provinsi Perdata : gugatan ke pengadilan
Pertimbangan dan Pembinaan Etik dan Majelis Kehormatan
Kedokteran (P3EK) Disiplin Kedokteran Pusat Pidana : laporan/ tuntutan
Adm : gugatan ke pengadilan
Norma Etika Kedokteran

Kewajiban
Umum

Diatur dalam
Kewajiban Kewajiban
Kode Etik
Dokter Dokter
Kedokteran
terhadap Diri terhadap
Sendiri Indonesia
Pasien
(KODEKI)

Kewajiban
Dokter
terhadap
Teman
Sejawat
Kewajiban Umum
PasaJ 1
Setiap dokter haru:s menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.

PasaJ 2
Se.orang dokter harus senantiasa berupaya melak:sanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi.
Pasal3
Oalam me-lakukan petcerjaan ke-dokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan da:n Pasal7c
kemandirian profesi. Seorang dokter harus menghonnati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan
hak tenaga kesenatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal4
Setiap dolcter harus menghindarxan diri dari pert>uatan yang bersifat memuji
diri. Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
PasaJ 5 makhluk insani.
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya d1betikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh pes-setujuan pasien.
Pasal8
Oalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
PasaJ 6 kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumLmtkan dan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kurntif dan rehabilitatif), baik
menerapkan se-tiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan haJ-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. lisck maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyamkat yang sebe.nar-benamya.
Pasal 7
Se.orang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperik:sa sendiri kebenamnnya
Pasal9
Setiap dokter dalam bek.efja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan
Pasal 7a dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Se.orang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya,
disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas manabat
manusia.
Pasal 7b
Se.orang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk meng:ingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memillki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang m©eBliamkbueklaUnKDI MANTAP
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien
Kewajiban Dokter terhadap Pasien

Pasal 10
Setiap dokter wajib bers ap tulus ikhlas dan n-.empergunakan segala itmu
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Oa am hal tni la tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
persetuiuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal11
Setiap dokter harus menlberikan kesempatan kepada pasien agar senanfiasa
dapat berhubungan dengan ke1uarga dan penasehatnya dalam benbadat dan
atau dalam rnasalah lainnya.

Pasal12
Setiap dokter wajib merahasiakan seqala sesuatu yang diketahuinya tentang
aeorang paslen, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia

Pasal 13
Setiap dokter wajib rnetakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuafi bila la yakin ada orang lain bersedia dan
mampu
memberikan nya.

©Bimbel UKDI MANTAP


Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat

IP,aSia ll il6
1

Sefi~p ,dJWer ·Iida~ tdem rme111gambill ·alllm pasre111 dari te:ma111 seja,wm;, koouali
,ill!engam peF....etiltjua1i11 atau lbeJdisiSla'rkan pirosed'Ltr·yang rem ..

Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri

PasaJ 16
Sefiap dokter harus memehnara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
balk.

PasaJ17
Setiap dokter harus senantiasa n1engikuti perkembanqan ilmu pengetahuan
dan teknolog kedokteranlkesehatan.

©Bimbel UKDI MANTAP


Norma Disiplin Profesi Kedokteran
Melanggar aturan 1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
yang telah ditetapkan
oleh KKI (Bab 3
Keputusan Konsil 2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki kompetensi sesuai
Kedokteran Indonesia
Nomor
17/KKI/Per/VIII/2006) 3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan
yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.

5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga
tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien

6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang
sah, sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien

8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien
atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran

9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau
pengampunya.
©Bimbel UKDI MANTAP
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau etika profesi.

11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan,
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.

12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya

13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum diterima
atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.

14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian,
tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang diakui pemerintah.

15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya

16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.

17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi

18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut

©Bimbel UKDI MANTAP


19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati.

20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA)
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien, di
tempat praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya

23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat
kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki, baik lisan
ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan

25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya

26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik

28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan
atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemerik~n
Proses Pombuktian

Bebas I tidak Peringatan tertulis Rekomendasl M&ngikutl Pendldikan/


bersalah pencabutan SIP/STR pelalhan

PELAKSANAANKEPUTUSAN

s-.retaiat
M KDKI/M KDKI-P

DoklerJdokter Dokterl
glgl doktergigl
Konsil Kedokteran Indonesia
Pasal 4
(1) Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan dokter dan dokter gigi dibentuk
Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil
Nama dan Kedudukan Kedokteran Gigi.

(2) Konsil Kedokteran Indonesia sebaqaimana dimaksud pada ayat (1)


bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 7
(1) Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas:
a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan
c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran
yang dilaksanakan bersama lembaga terkatt sesuai dengan fungsi
Tugas KKI masing-masing.

(2) Standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang disahkan
Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan bersama oleh
Konsil Kedokteran Indonesia dengan kolegium kedokteran, kolegium
kedokteran gigi, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asostasi institusi
pendidikan kedokteran gigi, dan asosiesl rumah sakit pendidikan.
©Bimbel UKDI MANTAP
Pasal 8
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Konsil
Kedokteran
Indonesia mempunyai wewenang :
a. menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi;
Wewenang KKI
c. mengesahkan stander kompetensi dokter dan dokter gigi;
d. melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi;
e. mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi;
f. melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai
pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi; dan
g. melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi
oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan
etika
protest,

(2) Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) masing-masing terdiri atas 3 (tiga) divisi, yaitu :
Divisi KKI
a. Divisi Registrasi;
b. Divisi Standar Pendidikan Profesi;
dan c. Divisi Pembinaan.

©Bimbel UKDI MANTAP


Hak dan Kewajiban Pasien (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal
52 dan 53)

HAK
• Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan
dilakukan dokter.
• Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion).
• Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan.
• Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan.
• Bisa mendapat informasi rekam medis.

KEWAJIBAN
• Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah
kesehatannya.
• Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
• Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
• Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Hak dan Kewajiban Dokter (UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 50 dan 51)

HAK
• Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan standar operasional prosedur.
• Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur.
• Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
• Menerima imbalan jasa.

KEWAJIBAN
• Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis.
• Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain
yang mempunyai kemampuan lebih baik.
• Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien
itu meninggal dunia.
• Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang mampu melakukannya.
• Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Penjabaran Hak dan Kewajiban Dokter (Kode Etik Kedokteran 2004)

(13)1mbalan jasa pertolongan darurat dan pertolongan sederhana tidak


diminta dari :
- Karban kecelakaan
- Teman sejawat termasuk dokter gigi dan apoteker serta
keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
- Mahasiswa kedokteran, bidan dan perawat.
- Dan siapapun yang dikehendakinya.
Biaya-biaya bahan alat terbuang yang cukup mahal serta
rawatan yang ditentukan kemudian setelah pertolongan selesai
diberikan.
©Bimbel UKDI MANTAP
Do Not Resucitate (DNR)
DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu perintah yang
memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR. Hal ini
berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga emergensi medis tidak
akan melakukan usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun
jantung pasien berhenti.
Perintah DNR hanyalah sebuah keputusan mengenai CPR dan tidak terkait dengan
usaha pengobatan
lainnya.
©Bimbel UKDI MANTAP
YANG MEMBERIKAN PERINTAH DNR:
Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil keputusan, telah mendapat
penjelasan dari dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten, keputusan dapat diambil oleh
keluarga terdekat, atau wali yang sah yang ditunjuk oleh pengadilan, atau oleh surrogate decision-maker.

Anggota keluarga wali dapat memberikan persetujuan atau consent untuk DNR hanya jika pasien tidak
mampu memutuskan bagi dirinya sendiri dan pasien belum memutuskan/memilih orang lain untuk mengambil
keputusan tersebut. Contohnya, dalam keadaan:
• Pasien dalam kondisi sakit terminal
• Pasien yang tidak sadar secara permanen
• CPR tidak akan berhasil (medical futility)
• CPR akan menyebabkan kondisi akan menjadi lebih buruk

Contoh keadaan yang dipertimbangkan DNR


• Persistent vegetative state
• Syok septik
• Stroke akut
• Kanker metastasis (stadium 4)
• Pneumonia berat
©Bimbel UKDI MANTAP
Euthanasia

Definisi
• Secara harafiah → Mati secara baik
dan mudah
• Secara medis → Membantu pasien
untuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaan
akibat penyakitnya
©Bimbel UKDI MANTAP
Klasifikasi Euthanasia

Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan


• Euthanasia Pasif
• Mempercepat kematian dengan cara menolak memberikan atau mengambil tindakan pertolongan, dan
menghentikan pertolongan yang sedang berlangsung
• Contoh: Tidak memberikan antibiotic pada pasien dengan pneumonia berat
• Euthanasia Aktif
• Secara aktif memberikan tindakan yang baik secara langsung atau tidak langsung apat mengakibatkan kematian
• Contoh: Memberikan tablet sianida pada pasien, menyuntikkan zat-zat yang dapat mematikan tubuh

Berdasarkan Kesukarelaan Penderita


• Euthanasia Voluntary
• Seseorang membuat keputusan sadar untuk mempercepat kematian dan meminta bantuan untuk melakukan hal ini
• Euthanasia Involuntary
• Mempercepat kematian tanpa persetujuan/permintaan pasien yang bertentangan dengan keinginan pasien
• Euthanasia Nonvoluntary
• Seseorang tidak mampu untuk memberikan persetujuan (misalnya: koma) dan orang lain mengambil keputusan
atas nama mereka. Sering karena orang yang sakit sebelumnya mengungkapkan keinginannya untuk hidup mereka
akan berakhir dalam keadaan seperti itu

©Bimbel UKDI MANTAP


Pasal 16

(1) Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup (withdrawing/withholding life support)


pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien.

(2) Persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan
dari tim dokter yang bersangkutan.

(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberikan secara tertulis.

Aturan hukum di Indonesia


melarang melakukan tindakan
euthanasia, kecuali auto
euthanasia (pasif dgn permintaan)

©Bimbel UKDI MANTAP


Komunikas
i
Bimbel UKDI Mantap
Hubungan Dokter Pasien
TABLE 4.2 Types of doctor-patient relationship

Patient control Doctor control

Low High
Low Default Paternalism
High Consumerist Mutuality

Reprinted with permission from Sage Publications from Stewart & Roter ( 1989 p. 21 ).
Source Receiver
Sends Message Receives
I 11 11 I . Decodes Perceived
Intended Encodes
meaning ' meaning
Channel

Feedback
'

Noise
• Physical
distraction
• Semantic problems
• Cultural
differences

Sumber: Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994)


Hambatan dalam Komunikasi
• Semantic barrier : hambatan dalam masalah bahasa
• Psychological barrier/emotional : hambatan dalam masalah kematangan
emosional atau stabilitas emosional
• Organisational barrier: hambatan komunikasi akibat dari aturan organisasi,
regulasi, status kepegawaian, dan kompleksitas organisasi
• Personal barrier: permasalahan pada pemberi dan penerima informasi,
unwillingness to communicate, lack of proper incentive,
• Kultural barrier : permasalah pada kultur/ budaya setempat (pasien wanita
tidak mau diperiksa dokter laki-laki)
• Physical barrier : ada hambatan fisik (gangguan pendengaran / berbicara)
Pendekatan Komunikasi

Disease centered communication style (doctor centered)

• Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha


menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik
mengenai tanda dan gejala-gejala.

Illness centered communication style (patient centered)

• Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang


penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini
termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang
menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.
Level Empati
Dokter menolak sudut pandang pasien
0 Mengacuhkan pendapat pasien
Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti
“Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” “Ya, lebih baik operasi saja sekarang.”
Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
1 “A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lain-
lain
Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit Pasien,
2 “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja” Dokter, “Ya...?
Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Dokter menghargai pendapat pasien
3 “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang
membuat Anda stres?”

4
Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan
berolah raga”

5
Dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien.
“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah
mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat,
khawatir”
Breaking Bad News (SPIKES)
SETTING UP Arrange some privacy, Involve significant others, Sit down, Make connection
(eye contact, physical contact), Manage time and interruptions
PERCEPTION “What have you been told about your medical situation so far?” or “What is your
understanding of the reasons we did the MRI?”
INVITATION “How would you like me to give the information about the test results? Would
you like me to give you all the information or sketch out the results and spend
more time discussing the treatment plan?”
KNOWLEDGE First, start at the level of comprehension and vocabulary of the patient.
Second, try to use nontechnical words such as “spread” instead of
“metastasized” and “sample of tissue” instead of “biopsy.”
Third, avoid excessive bluntness (e.g., “You have very bad cancer and unless you get
treatment immediately you are going to die.”)
EMOTION Give time, show empathy.
SUMMARY & Patients who have a clear plan for the future are less likely to feel anxious and
STRATEGY uncertain. Before discussing a treatment plan, it is important to ask patients if
they are ready at that time for such a discussion
Konseling
• Counseling is a professional relationship that empowers diverse individuals,
families, and groups to accomplish mental health, wellness, education, and
career goals.

ARRANGE
ASSISST
ASSESS
ADVICE
ASK
Refleksi
• Refleksi Isi: Parafrase
• Refleksi perasaan: Keterampilan untuk dapat memantulkan perasaan
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal
klien
• Refleksi pengalaman: Keterampilan untuk dapat memantulkan pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien

Refleksi Perasaan
•Dalam proses konseling, refleksi perasaan misalnya ketika klien
mengatakan : “Si A itu sialan." "Saya membencinya." "Saya tidak akan
berteman lagi dengannya." "Sampai kapan pun saya tidak akan berteman
lagi dengannya.“ Mendengar perkataan tersebut, konselor merefleksikan
dengan mengatakan: " Tampaknya Anda sungguh-sungguh marah
dengan si A."

Refleksi Pengalaman
•Dalam proses konseling, refleksi pengalaman misalnya ketika klien
mengatakan: "Saya trauma dengan masa lalu saya yang hampir tidak ada
yang menyenangkan". Konselor merefleksi dengan mengatakan:
"Adakah yang Anda maksudkan adalah peristiwa-peristiwa sedih yang
Anda alami pada masa lalu".
Kübler-Ross model (five stages of grief)
Denial As the reality of loss is hard to face, one of the first reactions to follow the loss is Denial. What
this means is that the person is trying to shut out the reality or magnitude of their situation,
and begin to develop a false, preferable reality.
Anger "Why me? It's not fair!"; "How can this happen to me?"; '"Who is to blame?"
Once in the second stage, the individual recognizes that denial cannot continue. Because of
anger, the person is very difficult to care for due to misplaced feelings of rage and envy.

Bargaining The third stage involves the hope that the individual can somehow undo or avoid a cause of
grief. Psychologically, the individual is saying, "I understand I will die, but if I could just do
something to buy more time…" "Can we still be friends?" when facing a break-up. Bargaining
rarely provides a sustainable solution, especially if it is a matter of life or death.
Depression It is a kind of acceptance with emotional attachment. It is natural to feel sadness, regret, fear,
and uncertainty when going through this stage. Feeling those emotions shows that the person
has begun to accept the situation. Oftentimes, this is the ideal path to take, to find closure
and make their ways to the fifth step, Acceptance.
I'm so sad, why bother with anything?"; "I'm going to die soon so what's the point?"; "I miss
my loved one, why go on?"
Acceptance "It's going to be okay."; "I can't fight it, I may as well prepare for it."
In this last stage, individuals begin to come to terms with their mortality or inevitable future,
or that of a loved one, or other tragic event.
contemplaiton
Aware a problem exists
pre-con
templation No commltunent to action

No tntentlon ot
changing b
ehavlow·

/ --
, preparation
I ',.
Intent upon

- ,. ' ' '


tal.:ing action

relapse
I
Fall bade Into Old
patterns or llebavlom
f l
'
-
II>~
....._ ~rd SP!
-
~\.~

Su
ne

Transtheoretical Model of Change


Prochaska & DiClemente
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN
BPJS
KESEHATAN

BIMBEL UKDI MANTAP


www.bpjs-kesehatan.go.id
,e;,BPJS Kesehatan
\~, Badan Penyelenggara Jaminan Soslal
Agenda
/

Pengantar
-, ./

r:
'
Kepesertaan dan Iuran I
'- ,/

/'
'
Manfaat Jaminan Kesehatan
"

Fasilitas Kesehatan
/.

Komparasi Askes dan BPJS Kesehatan


" r
BPJS KESEHATAN
'r;BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

PENGANTAR

BPJS KESEHATAN
P~t'.Sl!:)E;N
PRESIOEN
RCPIUBLll'I. INCONIE~IA
RE:PUSLIK INOONESIA

i::.-NDA.NG '(."::,..0A....'<G RErl'..-»LD..:n:: -.--


nor-.'E:S.I.A. UNDANG-UNDANG REPUBLIK rNDONESIA
l' Un-sUK 4U .I. .A.ac,I. N 2UU4
NOMOR 24 TAHUN 2011

TENT ANG
n.-:Nr. '1 R HVI ·r-r,·H N v NC:'" H .-:.s HADAN PP:NYF.LP:NGGARA .JAMI NAN SOSIAL
Pn.E~mtN n:EP~TOL Tl< r,,.,,:,o,"'"E~I •

UU No. 40 tahun 2004 – Ruang Lingkup Jaminan UU No. 24 tahun 2011 - Ruang Lingkup BPJS

a. jaminan kesehatan; PT. ASKES BPJS KESEHATAN

b. jaminan kecelakaan kerja; 1 januari 2014


c. jaminan hari tua;
d. jaminan pensiun; dan PT. Jamsostek
e. jaminan kematian BPJS KETENAGAKERJAAN

BPJS KESEHATAN
'~ 1 ,
e -r- ~•
\~~
BPJSKesehatan
Baden Penyele11g_gara Jaminan So~lal

Pentahapan Kepesertaan
Jaminan Kesehatan

• PBI Seluruh
(Jamkesma penduduk
s) yang
• belum
TNI/POL masuk
RI dan sebagai
Pensiuna Peserta
n BPJS
• PNS & Kesehata
Pensiuna n
n paling
• lambat
tanggal
JPK
BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal

II

KEPESERTAAN JAMINAN
KESEHATAN
dan IURAN
BPJS KESEHATAN
KEPESERTAAN

(Dasar Regulasi: UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS Pasal


14,
menyatakan “.... Setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja
paling singkat 6 bulan di Indonesia, wajib menjadi
peserta
program Jaminan
Sosial)
HA D A KEWAJIB PESER
HAK PESERTA KEWAJIBAN
PESERTA
a. Memperoleh identitas
Peserta a. Membayar

b. Memperoleh manfaat iuran b.


pelayanan kesehatan
di fasilitas kesehatan Melaporkan data
yg bekerjasama dgn kepesertaannya kepada
BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan dgn
menunjukkan identitas
Peserta pd saat pindah

JAMINAN
KESEHATAN
NASIONAL 303
PESERTA BPJS
KESEHATAN

PBI NON PBI

Fakir Miskin Orang Tidak Mampu

PEKERJA PENERIMA UPAH PEKERJA BUKAN BUKAN PEKERJA


PENERIMA UPAH

PEGAWAI PEGAWAI
PEMERINTAH NON INDIVIDU PENERIMA VETERAN,
Perintis
1. INVESTOR
2. PEMBERI
PEMERINTAH PENSIUN Kemerdekaan KERJA

1.PP PNS 1.VET TUVET


2.PP TNI 2.VET NTUVET
3.PP POLRI 3.PERINTIS
1. PENGACARA 4.PP PEJABAT KEMERDEKA
1.PNS PUSAT
2.PNS DAERAH
1. PEG. BUMN 2. AKUNTAN NEGARA AN
3.PNS 2. PEG. BUMD 3. ARSITEK
DIPERBANTUKAN 3. PEG. 4. DOKTER,
4.TNI SWASTA 5. KONSULTAN
5.POLRI 6. NOTARIS 304
6.PJBT NEGARA 7. PENILAI,
7.PEGAWAI 8. AKTUARIS
PEMERINTAH NON 9. PEMAIN MUSIK,
PNS PEMBAWA
ACARA
MASA BERLAKU KEPESERTAAN

Selama peserta membayar iuran sesuai dgn kelompok


peserta.

Bila peserta tdk membayar iuran atau meninggal


dunia maka status kepesertaannya akan hilang.

Ketentuan lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan


BPJS

JAMINAN
KESEHATAN
NASIONAL 305
,~;, BPJS Kesehatan
~~' Badan Penyelenggara Jami nan Sosial

Iuran

(
--------- :_1 --~>
• Dibayar oleh pemerintah

• Dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja


• PNS, TNI, POLRI : 5% dari gaji perbulan
(3%dibayar pemberi kerja , 2% dibayar mandiri)
• BUMN BUMD swasta : 5% dari gaji perbulan (4
%dibayar pemberi kerja , 1% dibayar
mandiri)

• Dibayar oleh peserta yang bersangkutan


• Kelas 1 :
80.000
• Kelas 2 :
51.000
• Kelas 3 :
25.500

BPJS KESEHATAN
,~;, BPJS Kesehatan
\~; Sadan Penyelenggara Jaminan Sosial

Iuran anggota keluarga


1. Pada PBI anggota keluarga dalam satu KK akan dijamin pemerintah
2. Pada pekerja penerima upah anggota keluarga yang ditanggung sebanyak
5 orang, selanjutnya pembayaran sesuai tarif kelas
3. Pada bukan pekerja dan pekerja bukan penerima upah penambahan
anggota keluarga sesuai tarif kelas masing-masing

BPJS KESEHATAN
Manfaat Akomodasi

Peserta
Bukan Penerima Bantuan
Penerima Bantuan Iuran (PBI) Iuran (PBI)
Pekerja
Pekerja
Bukan Bukan Orang Tidak
Penerima Fakir Miskin
Penerima Pekerja Mampu
Upah
Upah

Kelas I dan Kelas I, II Kelas I, II


II Kelas III Kelas III
dan III dan III

BPJS KESEHATAN
,~;, BPJS Kesehatan Manfaat Akomodasi
~~' Badan Penyelenggara Jami nan Sosial

• Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan


• Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

• Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang
II beserta anggota keluarganya;
• Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I
dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
• Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I
dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
• Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
• Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 1.5 (satu koma lima) kali penghasilan tidak
kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya; (RP. ≤
4.000.000)
• Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II;
BPJS KESEHATAN
,~;, BPJS Kesehatan
\~; Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Manfaat Akomodasi

• Pejabat Negara dan anggota keluarganya;


• Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil golongan ruang III
dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
• Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
• Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
• Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang
III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
• Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya;
• Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan lebih dari 1.5 (satu koma lima) kali penghasilan
tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota
keluarganya (RP.> 4.000.000) dan
• Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.

BPJS KESEHATAN
Kebijakan kenaikan kelas perawatan

l'ER,\TURAI\ \!ENTER! KESEHATAN REPliBllK INDONESIA


NOMOR 28 Tahun 2014
T&NTA.VO
Vt~I ><'>tvl.\ \ Vt:I.AK$A. \
IAAN
PROGl'IA:'.1 JMIINA.V JIBSEJIATAN NNSIO~AL

E... t'en1ngkAtAn K.etAf.l l-'r.rAwAtAn

l. Peserta ,JKN, kecuali peserta PD!, dimungkinka11 uruuj,


mcni.ngkatkan kclas pcrawatan atas pcrmintaan scnclili pada
FKRTL yang bekerjasnrno dengan BPJS Keseharan.
2. Unntk pasien yang merakukcn pindah kelas perawatan ams
permtruaan sendiri dalam saru episode perawatan hanya
dipcrbolchk1,1n untuk i:11,1tu k1,1li pind1,1h kc:,11,1:; pcr1,1wab111.
3. Khusus bagi pasicn yang mcningkatkan kclas pcrawatan (kccuali
peserta PB! .Jnminnn Keseharanj:
a. srunpai dengan kelas I, maka dtbertakukan ur'un blaya selisih
t.arif INA-CDGs kelas 1'L1ang perawat.an yang dipilih derigari
tarif TNJ\-CBG"' yang me,njacli haknya.
b. Jika naik ke ketas perawntan VIP, 111Ctka dlbertakukan taru.n
blaya sebesar selisih tnrif VIP loknl dengan tnrif !NA CDGs
kr.lH" J>"nlWAtAn yAng mr,njAcli hAknyA.
4. Dalarn 11 ..1 ruang r.. wa t. im'lp yang mr:njadi hAk pt:><t:t'IA perurh,
peserta dapat dirawat di kclas pcrawatan satu tingkat lcbih tinggi
paling lama 3 (tiga) Irari. Setanjui.nya dtkembaliknn ke ruana
perAwAI.An yang merijadi hakriya. BilA mAi<ih hr.lum a<IA ruangAn
scsuai haknya, maka pcscrra ditawarkan unruk dirujuk kc
fasilitas kesehatan lain yang serara atau selisih biaya tersebut
menjadi tanggung .iowab fasiliLaskesehatan yang bersangkutan.
5. Apabila kelas sesuai hale peserta penuhdan kelas satu tingkat
diatasnya pcnuh, pcscrta dapat dirawat tingkat lcbih
di kclas aaru
rendah paling lama 3 (tiga) nart dan kemudi.an dikembali.kan ke
kelas perawatan sesuat denaan haknye. Apabila perawatan di

PT. Askes (Persero)


,r.;
\~~
BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jeminan Sosial

• Sejak 1 Juli 2016, keterlambatan tidak dikenakan denda


• Kartu akan nonaktif apabila telat membayar 1 bulan,
• Setelah membayar tunggakan kepesertaan akan langsung
aktif kembali
• Apabila <45 hari setelah diaktifkan kembali peserta masuk
rawat inap, dikenakan denda 2,5% dari biaya kesehatan
untuk setiap bulan tertunggak, dengan ketentuan
• Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 bulan
• Besar denda paling tinggi rp. 30.000.000

BPJS KESEHATAN
«» BPJS
Kesehatan
.... ~. B~<1n Pen~e1en.i~ari1Jamir1Ni Sosial
PHK dan Cacat Total Tetap

BPJS KESEHATAN
BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jamlnan Soslal

PENDAFTAR
AN
PESERTA PEKERJA BUKAN
PENERIMA UPAH
1. Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS Kesehatan

2. Mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada di Kartu Keluarga

3. Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan melampirkan :


- Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
- Fotokopi KTP/Paspor, masing-masing 1 lembar
- Fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada didalam Kartu Keluarga
- Pasfoto 3 x 4, masing-masing sebanyak 1 lembar.

4. Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual Account (VA)

5. Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama

6. Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN.
Pendaftaran selain di Kantor BPJS Kesehatan, dapat melalui Website BPJS Kesehatan
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal

Pendaftaran pada bayi dalam kandungan

Peraturan badan penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan


No 1 Tahun
2015
Pasal 8
• (1)Peserta BPJS kesehatan dapat mendaftarkan bayi yang akan dilahirkannya, sebagai
Peserta
• (2)Bayi dapat didaftarkan sejak terdeteksi adanya denyut jantung bayi dalam
kandungan, yang dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dokter
• (3) Pendaftaran bayi dilakukan dengan
• a. Memilih kelas yang sama dengan kepesertaan Ibu
• Mencamtumkan data sesuai identitas Peserta yaitu Ibu dari bayi dalam kandungan
• Mengisi data tanggal lahir sesuai dengan tanggal bayi didaftarkan
• (4) Pembiayaan iurang pertama dilakukan setelah bayi lahir dalam keadaan hidup
• (5) Jaminan pelayanan kesehatan bayi akan berlaku sejak iuran pertama dibayar
• (6) Maksimal pendaftaran bayi adalah 14 hari sebelum dilahirkan
• (7) Setelah bayi lahir peserta wajib melakukan perubahan data bayi dalam waktu 3 bulan.
PT. Askes (Persero)
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal

III

MANFAAT JAMINAN
KESEHATAN
BPJS KESEHATAN
,r.;
\~~
BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jeminan Sosial

Manfaat Jaminan Kesehatan

BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal

Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin


• 1. Administrasi pelayanan;
• 2. Pelayanan promotif dan preventif;
• 3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
Pelayanan medis;
kesehatan tingkat • 4. Tindakan medis non spesialistik, baik
pertama, meliputi operatif maupun non operatif;
• 5. Pelayanan obat dan bahan medis habis
pelayanan pakai;
kesehatan non • 6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
spesialistik yang medis;
mencakup: • 7. Pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pratama; dan
• 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan
indikasi

BPJS KESEHATAN
, 1~1, BPJS Kesehatan Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin
\~~ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan yang


mencakup:

_J 2. Rawat Inap yang Meliputi:


I
1. Rawat Jalan yang Meliputi: a) Perawatan inap non intensif; dan
a) Administrasi pelayanan; b) Perawatan inap di ruang intensif.
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis;
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan
indikasi medis;
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
e) Pelayanan alat kesehatan implan;
f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis;
g) Rehabilitasi medis;
h) Pelayanan darah;
i) Pelayanan kedokteran forensik; dan
j) Pelayanan jenazah di Fasilitas Kesehatan.

BPJS KESEHATAN
'\ ~r.;BPJS4, Kesehatan
Bad an Penyelenggara Jami nan Sosi

Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Dijamin


a. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui
prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang
berlaku;
b. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus
gawat darurat;
c. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat
kecelakaan kerja atau hubungan kerja;
d. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
e. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
f. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
g. Pelayanan meratakan gigi (ortodensi);
h. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau
alkohol;
BPJS KESEHATAN
. ,..
~, ~. 1 BPJS Kesehatan
,
\~4 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Dijamin


i. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau
akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
j. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional,
termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum
dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan
(health technology assessment);
k. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
l. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
m. perbekalan kesehatan rumah tangga;
n. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasa/wabah;
o. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat
Jaminan Kesehatan yang diberikan.
BPJS KESEHATAN
,,r.1, BPJS Kesehatan
\~, Badan Penyelengeara Jam,nan Sos,al

Alur Pelayanan Kesehatan

Peserta
Rujuk / Rujuk Balik
Faskes Primer

Emergency Rumah Sakit

Klaim

BPJS
Branch Office

BPJS KESEHATAN
KRITERIA GAWAT DARURAT

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar lnstalasi
Gawat Darurat {IGD) Rumah Sakit
. ,. . ~.
"t:1, Sadan
\~~
BPJSKesehatan
Penyelenggara Jaminan Soslal
Penanganan kasus gawat darurat pada rumah sakit yang tidak bekerjasama dengan
bpjs
PFRATURAN AAOAN PFNYFI FNGGARA JA•,llNAN SOSLAI KFSFHATAN
NOMOI{ l IAHUN 2014
TEITTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN
KESEHATAN NOMOR 1 ~ 'TAH11N 20 1 t-,

OE'IGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OIREKTUR UTAMA ~~RtTR/\H/\N J('~ntJ/\ l\'l'/\S f't~RAT11'RI\N rR~P!lr'>~N


SADAN PENYELENCCARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
NOMOR 12 T"AHtJN 201.'iJ 'TF..NT'ANO ,JAMTNAN
Pasol 63
(I) Pela;,anan gawot sebagailTJ1J c,maksud dalam Pasal 47 ai·al (3! huri.1 c dapat KP'..SP.MATAN
dllok, KOil CJ".Jra: sesuai dot~Jn lndlkosr rred s i:cfa1•anan gowat darurat
(2) P'Cla;,a11an ga-,,at dor..-al SO:lQga_mnna d111aksud pada ayat (1) ITC"U~kan polayarlllri
kes:Ethat.a1· yiir~ he1us dibe1ikar1 s.ecepBlnya un!Llt r1anoeg.a·1 k.enu1lia11 kepa1aNl'".
den.'uteu <ecacatan M!'Suei dengen <err.:~1puan ra5ililu kesehslan dengen
k1elefle ierlent_ ses:uFli dengAn pe,·atu,en ~erundAng-undBn!JBn.
{31 Pelayanan gewa.1 narura• dapal diberiksn oleh:
( 1) F":,ilitW> Ke:,ehatan yu~ l>ekerj" :,tunl\ dengtu1
a Fasilitas Kese·atan T ·gkat PenarM:
b Fasilitas Kese •a1an T 'gkat RP.JS K<!F:r.hntn1, <lilAr:tinp; 111~nnrik hiAyA
LanJulaff
J')CJn..vn,,nn kcschatan lcc1,adR PcRcrta

se:L11n1.a Pc:RCrt.A mc:ndupc.tlku..n rnc.u1..Iuu t


pc:h.tylUllU.l kc::.ehulllll :-J(jl:i\U.ti

haik ,a1'9 beketjasama ~'~ BPJS K~ehat.111 maupun tidak beketjasama den,::t:' hAkny:11.
nl
(4) Fasili:as kesehatan )'ang tidak beke.asama den~an BP.S Kesel'a1an sebagaima11a (2) Ot\Jtu11 hal t.>c:ntl>t:ricu, pelo.y.O.flfit• 11u1-vat
dimaK&i,c pada ayat (SJ herus ~era 1rerujuk ke fasmt.is <esehatan ,·ang beker,asana
dcngon B"JS Kcse•J1an setelah <codaan darurotn,a tcwtosi dan pasc-i daam l<0ndisi druurul, FaAilitas Kcschatsn. baik yan~
dapat diplndahkan hckc:rja ssma maupun yang tide.le bckcrja sama

Pasol64 dcngan BPJS


(1i Pemba,·a11n peia)'anan ga·.,·al d;._-ura'. yang dilakukan cleh fa,;_ :as keSe-a:an :ingkat Ke1:;ehnta,, dilo.1\'\r,g me1,a1 ik bi~y,, 1>el~~(u,an
p,ertalTa y-ang l>e<erjasama den~an BPJS Kesehala1 sudah termasu< calam komponen kese ha terr kepada Pes.crta.
kapil.lsi.
(2j Pelayanan g~,,at darurat yan;i c lakutan oleh lasl tas ke,ehalan bngkat pe1lama (::l) Ri:\.yrt l"W'!lttvn nn n l<~Rr:l,n r:11n R~h:11p;ti i ,,,n t"l:t f'1
yang tidak beketjasama ce-tgan BPJS Kesehatan d 1aDihkan secsra langsung oe, in,nkA11t1 pada ayat (1) dan ayat (:..?) ditanggLtng
fasilitas kcsc,a:on kql,1da 6P JS Kcsrl.lton. okh BPJS Ke::;ehuttui :it~lttU dt'ngtU1 kelc:nlt.llui
(3i Ketenti.a, letih lanjut melli,e"ai pemoa)'aran pelayamm ga·11at darurat seb;;g.; 11ana
per1.tllu·tu1 perunrl:t 1'\g-u ntl::. ng." n.
:!inakslr.l pada aj'al (2) diallJr c!er~ Pe1at111an Dire<si BPJS Kesehatan.

Pasal65 l'.lcnoounakan tarn INA-CBG's '(ano bodaku di 1,·Ja·iah 1or,ebul.


(1j Pena~1t,a_• :Elayanan gs:11at darurat yang dilakukan oler fash1as kesehala1 rujukan
tingle.at lonjutan ;·w, oc<orja,ama dCflgan BP.S Kcschatan dibni.ir sc,uai dcngon I\
IA. CBG's.
(2i Pena.iha· pela)'anan gawat darurat )'a1g ~ila<uks, o'eh rasililas kesehatan tingkat
lan.J1an ,·a~g lidnk tckei_.isnrra dcngan BPJS Kcsehr-tan dnaghknn scca·a
ia•gsung
o eh fasililas kesehalan <epada BP JS Ke!ehatan.
[Si Pemba,·a:an ~Elaya·a,1 ga·,:at darurat sebi.;a :nana dinaksud pada ayat [2i
PT. Askes (Persero)
·~ ~
,~;,A BPJS
\ t_
Kesehatan
Sadan Penyelenggara Jaminan Sosial

ERA BPJS: MENATA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


GATE KEEPER CONCEPT – PROMOTIF – PREVENTIF
Memperkuat Posisi Pelayanan Primer dalam Piramida Layanan: Sebagai Pintu Masuk
Sistem Yankes BERJENJANG
Persentase Biaya Pelkes
Askes
NHS NHI
Taiwan
Penanganan Englan
d
subsoesialistik 28 %
INA CBGs

Penanganan 67 %
=
• Equity .. soesialistik
56 %
76 %
tergantung income
• Biaya mahal
• Status Kesehatan tidak baik Gatekeeper
Primer Gate Keeper
Kapitasiuitybesar
• (aksesibelbagi Semua keluhan
muagolongan) -----:---11ke1sehatan,
Eqpromotif, 15 % 24 % 33 %
se aya terjangkau reventif
survailans
• StatusKesehatanmasih baik
BPJS KESEHATAN
., . .
~'~. 1 BPJS Kesehatan
,
\~4 Sadan Penyelenggara Jaminan Sosial

INA-CBGs
• Tujuan utama : efisiensi
Karakteristik Fee for service INA CBG’S
Basis pembayaran Per pelayanan Per episode pelayanan
(paket)
Efisiensi pembayaran Rendah Mendorong peningkatan
efisiensi
Perhitungan tarif Data costing Data costing dan data
coding
Motivasi pelayanan ya Motivasi untuk efektif sebanyak
banyaknya dan efisien
Motivasi mengendalikan tidak ya biaya kesehatan

PT. Askes (Persero)


,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal

FASILITAS KESEHATAN

BPJS KESEHATAN
'~ 1 ,
e -r- ~•
\~~
BPJSKesehatan
Baden Penyele11g_gara Jaminan So~lal

Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

• memenuhi persyaratan
(credentialing)
• wajib bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan

• memenuhi persyaratan
(credentialing)
• dapat menjalin kerjasama
dengan BPJS Kesehatan

BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal

VI

KOMPARASI ASKES DAN


BPJS KESEHATAN

BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal

Askes BPJS Kesehatan


• Peserta : • Peserta :
• PNS, Pensiunan PNS, Pensiunan TNI/POLRI, • Seluruh Penduduk Indonesia
Pejabat Negara, PK, Veteran • 5 org / keluarga
• 4 org / keluarga • Dapat menambah anggota keluarga lain →
tambahan iuran
• Manfaat Pelayanan :
• Komprehensif • Manfaat Pelayanan :
• Obat → DPHO (Askes) • Komprehensif + Katastropik (talasemia,
hemodialisa, operasi jantung unlimited)
• Obat → E-Catalog (Kemkes)
• Ambulans
• Pelayanan Jenazah
• Kompensasi untuk daerah yang tidak ada
faskes
• PHK s/d 6 bln mendapat manfaat jaminan
tanpa bayar iuran

BPJS KESEHATAN
,e; BPJS Kesehatan
\~~ Badan Penyelengiiara Jaminan Soslal

Askes BPJS Kesehatan


• Faskes : • Faskes :
• Tingkat Pertama : • Tingkat Pertama :
• PKM • PKM
• Klinik • Klinik → + Klinik “JPK Jamsostek”, Klinik
• Dokkel “TNI/POLRI” dan Lainnya (baru)
• Tingkat Lanjutan : • Dokkel → + Dokkel “JPK Jamsostek” dan
• RS Pemerintah Lainnya (Baru)
• RS Swasta • Tingkat Lanjutan :
• RS TNI/POLRI • RS Pemerintah
• RS Swasta → yang bersedia PKS
• Pola Tarif ; Kapitasi, Paket, Fee For • RS TNI/POLRI → + Seluruh RS “TNI/POLRI” dan
Lainnya (Baru)
Services
• Pola Tarif : Kapitasi, INA-CBGs
• Iuran ; 2% (Pemberi Kerja), 2% (Pekerja)
• Iuran (draft RPerpres) ; 3% (Pemberi Kerja),
2% (Pekerja) -> untuk Pekerja Pemerintah
• 4% (Pemberi kerja), 1 % (Pekerja)

BPJS KESEHATAN
SOSIALISASI PROGRAM
JAMINAN SOSIAL
BPJS KETENAGAKERJAAN
B~S PENGERTIAN JAMINAN SOSIAL
Ketenagakerjaan TENAGA KERJA

ADALAH SALAH SATU BENTUK PERLINDUNGAN SOSIAL SUATU


PERLINDUNGAN
BAGI TENAGA KERJA / KARYAWAN DALAM BENTUK SANTUNAN BERUPA UANG
SEBAGAI PENGGANTI BERKURANG ATAU HILANGNYA PENGHASILAN DAN
BERUPA PELAYANAN SEBAGAI AKIBAT PERISTIWA ATAU KEADAAN YANG
DIALAMI OLEH TENAGA KERJA BERUPA :

•KECELAKAAN
•MENINGGAL
•HARI TUA
""f} i
~
BPJS
Ketenagakerjaan 1. JAMINAN KECELAKAAN KERJA
(JKK)

Ruang lingkup kecelakaan kerja :


▪ Selama bekerja di tempat kerja,
▪ Perjalanan dari rumah menuju tempat kerja dan kembali
lagi ke rumah melalui jalan yang wajar
▪ Semua kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan
atau tugas dari kantor seperti : rekreasi bersama dari kantor,
menghadiri rapat diluar kantor, dll

RUANG LINGKUP

RUMAH TINGGAL KANTOR

TEMPAT LAIN 343


""f}~Ketenagakerjaan
~
BPJS MANFAAT JAMINAN KECELAKAAN KERJA

CACAT TETAP TOTAL


1.SANTUNAN SEKALIGUS
70% X 80 BLN UPAH
BEKERJA 2.SANTUNAN BERKALA
KEMBALI Rp. 200.000,-/BLN
SEMENTARA SELAMA 24 BLN
TIDAK MAMPU CACAT
CACAT SEBAGIAN ANATOMIS
BEKERJA
1.BIAYA PENGOBATAN SANTUNAN SEKALIGUS
Tanpa batasan plafon % TABEL CACAT X 80
2.SANTUNAN STMB BLN UPAH
- 6 BLN PERTAMA 100 % UPAH
- 6 BLN KEDUA 75% UPAH
KECELAKAAN - SETERUSNYA 50% UPAH CACAT FUNGSI
PENGANGKUTAN
KERJA
% KURANG FUNGSI X %
TABEL CACAT X 80 BLN UPAH
DARAT Rp 1.000.000
-Pelaporan dalam 2x24 jam LAUT Rp 1.500.000 MENINGGAL
-Klaim hangus setelah 2 UDARA Rp 2.500.000 DUNIA
tahun pasca kecelakaan BIAYA
kerja REHABILITASI
1. SANTUNAN SEKALIGUS
60% X 80 BLN UPAH -REHABILITASI MEDIK
2. SANTUNAN BERKALA Max. Rp. 2.000.000
Rp. 200.000,- /BLN SELAMA 24
BLN( dapat dibayar sekaligus 4.800.000 -PROTHESE ANGGOTA
3. BIAYA PEMAKAMAN Rp. 3.000.000 BADAN TIRUAN
-ORTHOSE ALAT BANTU
4. Beasiswa pendidikan anak bagi
(KURK,KURSI RODA)
peserta meninggal dunia atau cacat - 40 % biaya prosthesa dan orthese
total = rp 12.000.000
345
Terima Kasih
PT. Askes (Persero)

Anda mungkin juga menyukai