Sejak kapankah
Onset
keluhan ini terjadi?
Lengan bawah kiri
Dimana lokasi
Lokasi keluhan? Note :
Selain itu bisa juga ditemukan pada
wajah dan kaki
Kronologi
Apa saja yang
Memperberat
memperberat keluhan?
Apa saja yang
memperingan keluhan?
Memperingan Sudah melakukan apa saja
untuk memperingan
keluhan?
Keluhan Apakah ada keluhan
Tambahan tambahan?
Apakah ada demam,
penurunan BB, penurunan
Tinjauan umum
nafsu makan, gangguan
tidur, alergi?
• Gangguan di daerah Note: selain saraf perifer, dapat
kepala? mengenai mata (refleks berkedip
• Gangguan pada mulut? berkurang dan lagobthalmus),
• Gangguan pada ISPA traktus respiratorius bagian atas,
Tinjauan Sistem (faringitis, laryngitis, adanya atrofi otot atau jari
tonsillitis) ? menjadi bengkok dan kekakuan
• Gangguan pada kulit ? sendi
• Gangguan pada otot Selain itu kulit juga bisa menjadi
dan sendi? kering dan pecah-pecah.
• Sebelumnya pernah
mengalami seperti
ini?
• Ada penyakit
RPD
menahun?
• Pernah mengalami
trauma pada kulit?
• Dikeluarga atau
dilingkungan rumah
RPK ada yang
mengalami seperti
ini?
• Bagaimaina
lingkungan
rumahnya?
RKP (sosial • Bagaimana hygiene Note. Biasanya pasien bisa tertular
dan pasien? karena melakukan kontak yang lama
lingkungan) • Apakah disekitar
lingkungan ada dengan pasien kusta
yang mengalami hal
seperti ini?
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Kulit
TTV
• Suhu tubuh
• Frekuensi pernapasan
• Frekuensi denyut nadi
• Tekanan darah
Pemeriksaan Kulit
• Inspeksi :
– Diruangan
yang terang
– Pemeriksaan
sistematis Madarosis &
(Kepala→Telap Leonine Facies
ak kaki) pada kusta Tipe
LL
– Perhatikan
setiap kelainan
kulit dan cacat.
Eflouresensi/Ujud Kelainan Kulit (UKK)
Bentuk :
bulat/lonjong/irisformis/polisik
lik
Ukuran :
milier/lenticular/numular/plak
at
Batas : tegas/tidak tegas Pemeriksaan Pasien kusta :
pasein: Dapat jelas dan tidak
Sebagian tegas jelas
dan sebagian
tidak tegas
Tepi : teratur/tidak, aktif/tidak,
menonjol/tidak
Bagian tengah :
menonjol/tidak, central
healing/tidak, cekungan
Pemeriksaan Kulit
• Tes
Sensibilitas
Tes suhu
Tes rasa raba Tes rasa nyeri menggunakan 2
menggunakan menggunakan tabung reaksi
kapas. ujung jarum. berisi air hangat &
dingin.
Pemeriksaan Saraf Perifer
Tempat
Palpasi Saraf Pemeriksaan
Terjadinya
Tepi fungsi saraf
Kerusakan
Tempat Terjadinya Kerusakan
Palpasi Saraf Tepi
3 Saraf yang
wajib diraba:
Tujuan :
N. Ulnaris
• Melihat ada
penebalan/pembesaran
• Saraf kiri dan kanan
simetris/asimetris
• Ada Nyeri atau tidak pada N. Peroneus
saraf Communis
N. Tibialis
Posterior
• Saraf Ulnaris :
Peralatan :
Cara pemeriksaan :
• Sistematis (Mata-Tangan-Kaki)
Mata
Fungsi Sensorik :
• Pemeriksaan kornea
Fungsi Motorik :
• Penderita diminta
menutup mata.
• Jika tidak bisa berarti
ada kelumpuhan
(Lagofthalmus)
Tangan
Fungsi Sensorik :
• Memeriksa rasa raba menggunakan ballpoint pada titik yang
ditentukan.
Fungsi Motorik :
• Pasien mempertemukan ibu jari dengan jari kelingking, dorong otot dibawah
ibu jari
• Bila tidak dapat menahan berarti otot melemah.
Kaki
Fungsi Sensorik :
• Pemeriksaan rasa
raba pada telapak
kaki
Fungsi Motorik :
• Pasien duduk dengan
posisi lutut bentuk sudut
90◦.
• Ujung kaki diangkat tumit
tetap dilantai
• Tekan ujung kaki ke lantai
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tujuan: membantu menegakkan
Pemeriksaan diagnosis dan pengamatan pengobatan
Bakterioskopik • Bahan: kerokan jaringan kulit atau
usapan dan kerokan mukosa hidung
• Pewarnaan: Ziehl-Neelsen/ Basil
Tahan Asam
• Cara pengambilan:
1. Tentukan tempat dan jumlah lesi
(untuk riset/pemeriksaan rutin) lalu
didesinfeksi
2. Jepit diantara ibu jari dan jari
telunjuk agar menjadi iskemik,
sehingga kerokan mengandung
sedikit mungkin darah yang akan
mengganggu gambaran sediaan
3. kemudian iris melampaui
subepidermal clear zone
4. Dioleskan di kaca objek
5. Difiksasi di atas api dan diberi
pewarnaan BTA/Ziehl-Neesen
6. Amati dibawah mikroskop
Pemeriksaan Bakterioskopik
• Hasil:
M.leprae terlihat merah:
– solid/batang
utuhhidup
– Fragmented/batang
terputus mati
Tes Lepromin
• MASA INKUBASI :
• 2 –5 tahun, bahkan bisa lebih
FAKTOR RISIKO
1. Sanitasi Perumahan
2. Karakteristik Masyarakat
3. Ras kulit putih
Risnawati, riska. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko kejadian penyakit kusta (Morbus
Hansen).Prodi Kesehatan Masyarakat, Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
EPIDEMIOLOGI MORBUS HANSEN
DEFINISI
MORBUS HANSEN
Kusta merupakan penyakit
penyebabnya adalah
Zona TT Tuberkuloi PB PB
Spektrum d (Pausibasil
Kusta BT Borderline ar)
BL MB MB
LL Lepromat (Multibasil
osa ar)
BB
BL LL
B
TT T
PATOFISIOLOGI
MORBUS HANSEN
PATOFISIOLOGI KUSTA / LEPRA / MORBUS HANSEN
Sinyal
Mycobacterium
pertama
leprae masuk ke Ditangkap oleh APC
(1)
dalam tubuh (Antigen Presenting Mengaktifkan To
Sinyal
melalui droplet / Cell)
kedua
kontak dengan kulit
(2)
Th1 Th2
Mengaktivasi Sel B untuk
IL 4
menghasilkan IgG4 dan IgE
IL 4 dan
Mengaktivasi Makrofag
IL 10
IL 4, IL 10 dan IL
Mengaktivasi Sel Mast
13
PATOFISIOLOGI PENEBALAN SARAF TEPI PADA PASIEN KUSTA
Mycobacterium
Punya G domain of Berikatan dengan
leprae masuk ke
extracellular Sel Schwaan Mengaktivasi MHC
dalam tubuh
matriks protein (melalui reseptor Kelas II
melalui droplet /
laminin 2 dystroglikan)
kontak dengan kulit
Makrofag gagal
Mycobacterium Merangsangnya Menghasilkan
memakan
leprae memiliki untuk bekerja terus Sitokin dan GF yang
Mycobacterium
fenolat glikolipid 1 menerus lebih banyak
leprae
Gangguan kelenjar
Fibrosis
keringat, kelenjar
minyak dan aliran
darah
Penebalan saraf
Kulit kering,
mengkilap atau
ANESTESIA bersisik
Dapat terjadi
trauma/cedera tanpa
disadari
- Kerusakan
integrasi kulit
- Resiko infeksi
- Gangguan rasa
nyaman
- Nyeri
PATOFISIOLOGI KUSTA / LEPRA / MORBUS HANSEN
Nervus Hambatan
Ulnaris Claw mobilitas
Saraf Motorik dan Paralisis Hand / fisik dan
Median Finger penurunan
us harga diri
Nervus
Nervus Tibia
Proneus Posterio
r
Kekuatan
pergelanga Paralisis
n kaki jari kaki
menurun (Claw Toes)
(Drop Foot)
Hambatan
mobilitas Hambatan
fisik dan mobilitas
penurunan fisik
harga diri
TATALAKSANA MORBUS HANSEN
FARMAKOLOGI
Keuntungan MDT
a. Mencegah resistensi obat
b. Mengobati penderita dengan resistensi
terhadap dapson
c. Menghapus keperluan mengidentifikasi
sensitivitas terhadap M. leprae sebelum terapi
d. Mengubah konsep dari terapi jangka panjang
yang hanya mencegah perluasan penyakit ke
terapi jangka pendek yang menyembuhkan
penyakit.
e. Meningkatkan ketaatan berobat dari 50% ke
95%.
f. Mencegah deformitas secara lebih efisien.
g. Menurunkan jumlah kasus-kasus setiap
tahunnya.
h. Cepat membuat penderita menjadi tidak
infeksius.
i. Mengurangi biaya jangka panjang pada
program kontrol kusta.
Multidrugs
1. Efek
treatment
samping: 2. 3.
Terapi
Rehabilitasi Fisioterapi
psikologis
Memberik
an lapangan
pekerjaan yang sesuai
cacat tubuhnya,
sehingga dapat Secara
berprestasi dan dapat kekaryaan
meningkatkan rasa
percaya diri
Prinsip pencegahan pencegahan bertambahnya
cacat pada dasarnya adalah 3 M :
1. Memeriksa mata, tangan dan kaki secara
teratur
2. Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma
fisik
3. Merawat diri
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
MORBUS HANSEN
Cacat tingkat II berarti cacat
Cacat tingkat I atau kerusakan yang terlihat
• Cacat yang disebabkan oleh Untuk mata :
kerusakan saraf sensorik • Tidak mampu menutup mata
yang tidak terlihat seperti dengan rapat (lagopthalmus)
kehilangan rasa raba pada • Kemerahan yang jelas pada
telapak tangan dan telapak mata
kaki.
• Cacat tingkat I pada telapak • Gangguan penglihatan berat
kaki berisiko terjadinya ulkus atau kebutaan
plantaris, namun dengan diri Untuk tangan dan kaki :
secara rutin hal ini dapat • Luka/ulkus di telapak
cegah. • Deformitas yang disebabkan
• Mati rasa pada bercak bukan oleh kelumpuhan otot (kaki
merupakan cacat tingkat I simper atau kontraktur) dan
karena bukan disebabkan atau hilangnya jaringan
oleh kerusakan saraf perifer (atropi) atau reabsorpsi dari
utama tetapi rusaknya saraf jari-jari
lokal pada kulit.
PROGNOSIS
• Pada kasus kusta yang tidak
diterapi, pasien yang bisa sembuh
sendiri tanpa pengobatan adalah
pasien yang mengidap kusta tipe TT
dan BT yang berkembang menjadi
TT. Sementara yang lainnya akan
terjadi perkembangan secara
progresif.