Anda di halaman 1dari 78

Bercak Putih

Imanuel Manata Perkasa Panjaitan


1461050231
9B
Diagnosis Banding
Penyakit kusta – The Greatest
Immitator
• Vitiligo
• Tinea Circinata
• Pitiriasis Versikolor
• Pitiriasis Alba
• Psoriasis
• Neurofibromatosis
Morbus Vitiligo Tinea Pitiriasis Pitiriasis Psoriasis Neurofibr
Hansen Circinata Vesikolor Alba omatosis
Etiologi Mycobacteri Proses Jamur Infeksi Infeksi Faktor Kelainan
um leprae depigmenta T.rubrum, jamur Streptococ genetik(HL genetik
si pada kulit Microsporum superficial
, cus A-CW6)
Epidermophy
Malassezia
ton furfur

Gambaran Pigmen Gatal Perubahan Muncul Bercak Munculnya


Bercak disertai warna kulit bercak bercak coklat
Klinis kulit merah semenjak lahir
putih di gangguan disertai gatal disertai
atau seiring
hilang skuama halus bersisik
lengan kulit berjalannya
total kasar waktu

Predileksi Umumnya Daerah Badan bag Muut,dag Di Punggung,


daerah atas, leher,
pergelangan lipatan perut,
u pipi tengkuk, aksila dan
dan tekanan ekstremitas serta dahi lutut dan inguinal
sisi proksimal siku.
Effloresen Makula Patch eritem Plak Makula Plak eritem Bercak
dengan tepi hipopigmentasi bentuk
si Patch putih susu dengan café au
dengan skuama
Hipopigmen homogen lesi aktif, bundar/oval skuama
halus berbatas lait
tasi berbatas central dengan berlapis
healing(+) tegas skuama
tegas
Anastesi +(pada - - - - - -
tipe TT
dan BT)
Bakteriosk BTA - BTA - BTA - BTA - BTA - BTA -
UJI DIAGNOSIS MORBUS HANSEN
ANAMNESIS
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama,umur,jenis
kelamin,
pekerjaan,
pendidikan Laki-laki, 22 tahun
terakhir, alamat,
agama, suku,
status
pernikahan
Sacred Seven
Apa yang
Keluhan Utama menyebabkan pasien Bercak putih
datang berobat?

Sejak kapankah
Onset
keluhan ini terjadi?
Lengan bawah kiri
Dimana lokasi
Lokasi keluhan? Note :
Selain itu bisa juga ditemukan pada
wajah dan kaki

Bisa dijelaskan seperti


• Note : pasien mengeluh rasa baal
Kualitas apa rasanya keluhan
pada lesi
tersebut?
Apakah keluhan ini
Kuantitas makin hari tambah
besar?

Kronologi
Apa saja yang
Memperberat
memperberat keluhan?
Apa saja yang
memperingan keluhan?
Memperingan Sudah melakukan apa saja
untuk memperingan
keluhan?
Keluhan Apakah ada keluhan
Tambahan tambahan?
Apakah ada demam,
penurunan BB, penurunan
Tinjauan umum
nafsu makan, gangguan
tidur, alergi?
• Gangguan di daerah Note: selain saraf perifer, dapat
kepala? mengenai mata (refleks berkedip
• Gangguan pada mulut? berkurang dan lagobthalmus),
• Gangguan pada ISPA traktus respiratorius bagian atas,
Tinjauan Sistem (faringitis, laryngitis, adanya atrofi otot atau jari
tonsillitis) ? menjadi bengkok dan kekakuan
• Gangguan pada kulit ? sendi
• Gangguan pada otot Selain itu kulit juga bisa menjadi
dan sendi? kering dan pecah-pecah.
• Sebelumnya pernah
mengalami seperti
ini?
• Ada penyakit
RPD
menahun?
• Pernah mengalami
trauma pada kulit?

• Dikeluarga atau
dilingkungan rumah
RPK ada yang
mengalami seperti
ini?
• Bagaimaina
lingkungan
rumahnya?
RKP (sosial • Bagaimana hygiene Note. Biasanya pasien bisa tertular
dan pasien? karena melakukan kontak yang lama
lingkungan) • Apakah disekitar
lingkungan ada dengan pasien kusta
yang mengalami hal
seperti ini?
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum & TTV

Pemeriksaan Kulit

Pemeriksaan Saraf Perifer


Keadaan Umum & TTV
Keadaan Umum

• Glasgow Coma Scale (GCS)

TTV

• Suhu tubuh
• Frekuensi pernapasan
• Frekuensi denyut nadi
• Tekanan darah
Pemeriksaan Kulit
• Inspeksi :
– Diruangan
yang terang
– Pemeriksaan
sistematis Madarosis &
(Kepala→Telap Leonine Facies
ak kaki) pada kusta Tipe
LL
– Perhatikan
setiap kelainan
kulit dan cacat.
Eflouresensi/Ujud Kelainan Kulit (UKK)

Jenis : Pemeriksaan Pada pasien kusta bisa terdapat :


makula/patch/plak/papul pasien : Makula, papula, nodus yang eritem
/nodul/nodulus/urtika/ve Patch dan ukurannya bisa plakat (tergantung
klasifikasinya)
sikel/bula/pustul/kista/kr hipopigmentasi
usta/skuama/erosi/ulkus multiple, dan
/sikatrik skuama halus
diatasnya
Lokasi : Pemeriksaan Pasien kusta:
scalp/wajah/leher/perut/ pasien : Bisa di wajah, di lengan bawah, dan di
punggung/ekstremitas Lengan bawah kaki bagian bawah (tergantung saraf
tepi mana yang terkena)
superior/ekstremitas kiri
inferior/lipatan
Penyebaran /distribusi : Pasien kusta :
Universal/generalisata/re Dapat simetris ataupun asimetris,
gional/soliter/unilateral/ regional atau soliter atau universal
bilateral (tergantung klasifikasi)
Susunan :
linier/sirsinar/arsinar/her
petiform/korimbiformis
Eflouresensi/Ujud Kelainan Kulit (UKK)

Bentuk :
bulat/lonjong/irisformis/polisik
lik
Ukuran :
milier/lenticular/numular/plak
at
Batas : tegas/tidak tegas Pemeriksaan Pasien kusta :
pasein: Dapat jelas dan tidak
Sebagian tegas jelas
dan sebagian
tidak tegas
Tepi : teratur/tidak, aktif/tidak,
menonjol/tidak
Bagian tengah :
menonjol/tidak, central
healing/tidak, cekungan
Pemeriksaan Kulit
• Tes
Sensibilitas

Tes suhu
Tes rasa raba Tes rasa nyeri menggunakan 2
menggunakan menggunakan tabung reaksi
kapas. ujung jarum. berisi air hangat &
dingin.
Pemeriksaan Saraf Perifer

Tempat
Palpasi Saraf Pemeriksaan
Terjadinya
Tepi fungsi saraf
Kerusakan
Tempat Terjadinya Kerusakan
Palpasi Saraf Tepi
3 Saraf yang
wajib diraba:

Tujuan :
N. Ulnaris
• Melihat ada
penebalan/pembesaran
• Saraf kiri dan kanan
simetris/asimetris
• Ada Nyeri atau tidak pada N. Peroneus
saraf Communis

N. Tibialis
Posterior
• Saraf Ulnaris :

• Saraf Peroneus Communis :

• Saraf Tibialis Posterior :


Pemeriksaan Fungsi Saraf
Tujuan :

• Rasa raba & Kekuatan otot

Peralatan :

• ballpoint, kertas & tempat duduk

Cara pemeriksaan :

• Sistematis (Mata-Tangan-Kaki)
Mata
Fungsi Sensorik :

• Pemeriksaan kornea

Fungsi Motorik :

• Penderita diminta
menutup mata.
• Jika tidak bisa berarti
ada kelumpuhan
(Lagofthalmus)
Tangan
Fungsi Sensorik :
• Memeriksa rasa raba menggunakan ballpoint pada titik yang
ditentukan.

Fungsi Motorik :
• Pasien mempertemukan ibu jari dengan jari kelingking, dorong otot dibawah
ibu jari
• Bila tidak dapat menahan berarti otot melemah.
Kaki
Fungsi Sensorik :
• Pemeriksaan rasa
raba pada telapak
kaki

Fungsi Motorik :
• Pasien duduk dengan
posisi lutut bentuk sudut
90◦.
• Ujung kaki diangkat tumit
tetap dilantai
• Tekan ujung kaki ke lantai
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tujuan: membantu menegakkan
Pemeriksaan diagnosis dan pengamatan pengobatan
Bakterioskopik • Bahan: kerokan jaringan kulit atau
usapan dan kerokan mukosa hidung
• Pewarnaan: Ziehl-Neelsen/ Basil
Tahan Asam
• Cara pengambilan:
1. Tentukan tempat dan jumlah lesi
(untuk riset/pemeriksaan rutin) lalu
didesinfeksi
2. Jepit diantara ibu jari dan jari
telunjuk agar menjadi iskemik,
sehingga kerokan mengandung
sedikit mungkin darah yang akan
mengganggu gambaran sediaan
3. kemudian iris melampaui
subepidermal clear zone
4. Dioleskan di kaca objek
5. Difiksasi di atas api dan diberi
pewarnaan BTA/Ziehl-Neesen
6. Amati dibawah mikroskop
Pemeriksaan Bakterioskopik
• Hasil:
M.leprae terlihat merah:

– solid/batang
utuhhidup

– Fragmented/batang
terputus mati

– granular /butiran  mati


Indeks Bakteri dengan nilai
dari 0 sampai 6+ menurut
RIDLEY
Hasil Pemeriksaan (berdasarkan
Klasifikasi)

Hasil pemeriksaan gram, semakin mengarah ke LL semakin banyak


ditemukan bakteri
Pemeriksaan Histopatologi
• Untuk memastikan gambaran klinis
• Penentuan klasifikasi kusta

Tipe Tuberkuloid: tuberkel dan Tipe Lepromatosa: terdapat


kerusakan saraf lebih nyata, tidak subepidermal clear zone, didapati
ada kuman atau hanya sedikit sel virchow dengan banyak
dan non solid kuman
Pemeriksaan Serologi  membantu diagnosis kusta
yang meragukan
• Didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh yg
terinfeksi M. leprae

• Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)

• Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)

• Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)

• Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)

Tes Lepromin

• Tes lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan


prognosis lepra, tapi tidak untuk diagnosis, berguna untuk
menunjukkan sistem imun penderita terhadap M. leprae.
ETIOLOGI
ETIOLOGI MORBUS HANSEN
• Penyebab penyakit adalah Mycobacterium leprae
• BTA, Gram (+), tidak dapat dikultur pada media buatan
• Aerob
• Obligat intraseluler
• Non motil dan tidak berspora
• Morfologik : berbentuk pleomorf lurus, batang panjang, sisi paralel,
dengan kedua ujung bulat
• Ukuran: 0.3-0,5 x 1-8 mikron
• Tropisme
• Retikuloendoteleal
• Sistem Saraf Perifer ( Sel schwann)
• Dapat tersebar atau berkelompok dalam berbagai ukuran, disebut
globi
• Replikasi 11-13 hari, tumbuh pada suhu 27° - 30°
ETIOLOGI MORBUS HANSEN

• Dinding terdiri dari 2 lapisan:


– Peptidoglikan berikatan dengan arabinogalaktan &
mycolic acid
– lapisan transparan lipopolisakarida
• Pada bagian terluar membran sel terdapat Lipoarabinomanan 
target lipoglikan respon imunitas selular maupun humoral
• Kapsul, mengandung 2 lipid bakteri utama:
– Pthiocerol dimycocerosate
– Phenolic glycolipid-1 (PGL-1)  glikolipid spesifik
untuk M. leprae yang aktif secara serologis, sangat
imunogenik dan dapat memicu Ig M
Cara Penularan
• Manusia Sumber penularan M.Lepra
• Penderita kusta Orang lain, melalui
pernafasan, kontak kulit yg lama

• MASA INKUBASI :
• 2 –5 tahun, bahkan bisa lebih
FAKTOR RISIKO
1. Sanitasi Perumahan
2. Karakteristik Masyarakat
3. Ras kulit putih

Risnawati, riska. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko kejadian penyakit kusta (Morbus
Hansen).Prodi Kesehatan Masyarakat, Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
EPIDEMIOLOGI MORBUS HANSEN
DEFINISI
MORBUS HANSEN
Kusta merupakan penyakit

infeksi yang kronik, dan

penyebabnya adalah

Mycobacterium leprae yang

bersifat intraselular obligat.


Nama : Morbus Hansen, Lepra, kusta

Termasuk penyakit tertua

Ditemukan pada tahun 1873 oleh Dr Gerhard


Armauer Henrik Hansen dari Norwegia

Berasal dari bahasa Sansekerta, yakni kustha berarti


kumpulan gejala-gejala kulit secara umum
Klasifikas Ridley & Madrid WHO Puskes
i Jopling mas

Zona TT Tuberkuloi PB PB
Spektrum d (Pausibasil
Kusta BT Borderline ar)

BL MB MB

LL Lepromat (Multibasil
osa ar)
BB
BL LL
B
TT T
PATOFISIOLOGI
MORBUS HANSEN
PATOFISIOLOGI KUSTA / LEPRA / MORBUS HANSEN

Sinyal
Mycobacterium
pertama
leprae masuk ke Ditangkap oleh APC
(1)
dalam tubuh (Antigen Presenting Mengaktifkan To
Sinyal
melalui droplet / Cell)
kedua
kontak dengan kulit
(2)

Th1 Th2
Mengaktivasi Sel B untuk
IL 4
menghasilkan IgG4 dan IgE

Mengaktivasi Eosinofil IL 5 Menghasilkan


IL 4, IL 5, IL 10, IL 13

IL 4 dan
Mengaktivasi Makrofag
IL 10

IL 4, IL 10 dan IL
Mengaktivasi Sel Mast
13
PATOFISIOLOGI PENEBALAN SARAF TEPI PADA PASIEN KUSTA

Mycobacterium
Punya G domain of Berikatan dengan
leprae masuk ke
extracellular Sel Schwaan Mengaktivasi MHC
dalam tubuh
matriks protein (melalui reseptor Kelas II
melalui droplet /
laminin 2 dystroglikan)
kontak dengan kulit

Mengaktifkan Mengaktifkan Th1


TETAPI Makrofag dan Th2
Mengaktifkan CD4+

Makrofag gagal
Mycobacterium Merangsangnya Menghasilkan
memakan
leprae memiliki untuk bekerja terus Sitokin dan GF yang
Mycobacterium
fenolat glikolipid 1 menerus lebih banyak
leprae

Saraf yang rusak Menjadi tidak


PENEBALAN
akan diganti dengan Merusak saraf mengenali bagian
SARAF TEPI jaringan fibrous self / non-self
PATOFISIOLOGI KUSTA / LEPRA / MORBUS HANSEN

Pausi Basiler (PB)


GANGGUAN
MORBUS HANSEN
SARAF TEPI
Multi Basiler (MB)

Saraf Sensorik Saraf Otonom

Gangguan kelenjar
Fibrosis
keringat, kelenjar
minyak dan aliran
darah
Penebalan saraf

Kulit kering,
mengkilap atau
ANESTESIA bersisik

Dapat terjadi
trauma/cedera tanpa
disadari
- Kerusakan
integrasi kulit
- Resiko infeksi
- Gangguan rasa
nyaman
- Nyeri
PATOFISIOLOGI KUSTA / LEPRA / MORBUS HANSEN

Nervus Hambatan
Ulnaris Claw mobilitas
Saraf Motorik dan Paralisis Hand / fisik dan
Median Finger penurunan
us harga diri

Nervus
Nervus Tibia
Proneus Posterio
r

Kekuatan
pergelanga Paralisis
n kaki jari kaki
menurun (Claw Toes)
(Drop Foot)

Hambatan
mobilitas Hambatan
fisik dan mobilitas
penurunan fisik
harga diri
TATALAKSANA MORBUS HANSEN
FARMAKOLOGI
Keuntungan MDT
a. Mencegah resistensi obat
b. Mengobati penderita dengan resistensi
terhadap dapson
c. Menghapus keperluan mengidentifikasi
sensitivitas terhadap M. leprae sebelum terapi
d. Mengubah konsep dari terapi jangka panjang
yang hanya mencegah perluasan penyakit ke
terapi jangka pendek yang menyembuhkan
penyakit.
e. Meningkatkan ketaatan berobat dari 50% ke
95%.
f. Mencegah deformitas secara lebih efisien.
g. Menurunkan jumlah kasus-kasus setiap
tahunnya.
h. Cepat membuat penderita menjadi tidak
infeksius.
i. Mengurangi biaya jangka panjang pada
program kontrol kusta.
Multidrugs
1. Efek
treatment
samping: 2. 3.

DDS KLOFAZI Bersifat : RIFAMPISIN


Efek
- Nyeri MIN - Antikusta samping :
kepala
- antiinflamasi -
- Erupsi Hepatotofk
obat Efek samping: sik
- Warna merah
- Anemia kecoklatan pada -
hemolitik kulit Nefrotoksik
- - Warna kekuningan - Gejala
Leukopenia pada sklera
gastrointes
tinal
- flu-like
syndrome
- Erupsi
kulit
PENGOBATAN
Pemberian MDT (multi drug treatment) bagi penderita
kusta tipe PB
PENGOBATAN
Pemberian MDT (multi drug treatment) bagi penderita
kusta tipe MB
NON FARMAKOLOGI
Pencegahan
Primer
Pencegahan
Sekunder
Pencegahan
Tersier
Pencegahan Sekunder
Melaksanakan diagnosis
dini kusta

Pemberian pengobatan MDF


yang cepat dan tepat.

Mengenali gejala dan tanda reaksi kusta


yang disertai gangguan saraf serta
memulai pengobatan dengan
kortikosteroid sesegera mungkin
Bila terdapat gangguan sensibilitas,
penderita diberi petunjuk sederhana
misalnya :
• Memakai sepatu untuk melindungi kaki yang
telah terkena

• Memakai sarung tangan bila bekerja dengan


benda yang tajam atau panas, dan

• Memakai kacamata untuk melindungi


matanya.
Selain itu diajarkan pula cara
perawatan kulit sehari-hari.
• Hal ini dimulai dengan memeriksa ada
tidaknya memar, luka, atau ulkus.
• Setelah itu tangan dan kaki
direndam,disikat dan diminyaki agar
tidak kering dan pecah.
Rehabilitasi
Usaha rehabilitasi medis yang dapat dilakukan untuk cacat tubuh ialah
antara lain dengan:
Meskipun
Jalan hasilnya tidak sempurna
operasi kembali ke asal, tetapi
fungsinya dan secara
kosmetik dapat
diperbaiki

Terapi
Rehabilitasi Fisioterapi
psikologis

Memberik
an lapangan
pekerjaan yang sesuai
cacat tubuhnya,
sehingga dapat Secara
berprestasi dan dapat kekaryaan
meningkatkan rasa
percaya diri
Prinsip pencegahan pencegahan bertambahnya
cacat pada dasarnya adalah 3 M :
1. Memeriksa mata, tangan dan kaki secara
teratur
2. Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma
fisik
3. Merawat diri
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
MORBUS HANSEN
Cacat tingkat II berarti cacat
Cacat tingkat I atau kerusakan yang terlihat
• Cacat yang disebabkan oleh Untuk mata :
kerusakan saraf sensorik • Tidak mampu menutup mata
yang tidak terlihat seperti dengan rapat (lagopthalmus)
kehilangan rasa raba pada • Kemerahan yang jelas pada
telapak tangan dan telapak mata
kaki.
• Cacat tingkat I pada telapak • Gangguan penglihatan berat
kaki berisiko terjadinya ulkus atau kebutaan
plantaris, namun dengan diri Untuk tangan dan kaki :
secara rutin hal ini dapat • Luka/ulkus di telapak
cegah. • Deformitas yang disebabkan
• Mati rasa pada bercak bukan oleh kelumpuhan otot (kaki
merupakan cacat tingkat I simper atau kontraktur) dan
karena bukan disebabkan atau hilangnya jaringan
oleh kerusakan saraf perifer (atropi) atau reabsorpsi dari
utama tetapi rusaknya saraf jari-jari
lokal pada kulit.
PROGNOSIS
• Pada kasus kusta yang tidak
diterapi, pasien yang bisa sembuh
sendiri tanpa pengobatan adalah
pasien yang mengidap kusta tipe TT
dan BT yang berkembang menjadi
TT. Sementara yang lainnya akan
terjadi perkembangan secara
progresif.

• BT, BB, BL, LLs bisa berkembang


menjadi lebih buruk, sementara BT,
BB dan BL dapat sembuh sendiri.
BL, LLs, dan LLp bisa berkembang
mejadi ENL.
• Bila terinfeksi M. Lepra, sebagian besar (95%)
akan sembuh sendiri dan 5 % akan menjadi
indeterminate. Dari 5 % indeterminate, 30 %
bermanifestasi klinis menjadi determinate dan
70 % sembuh.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai