Anda di halaman 1dari 42

KAJIAN HUKUM

TERKAIT
PENYELESAIAN
SENGKETA MEDIK

Dr Erri Supriadi MM
BHP2A IDI WILAYAH DKI
MKEK IDI Jakarta Timur
• Dr Erri Supriadi MM
• Magelang, 11 Agustus 1950
• FKUI 1976
• Wk ketua BHP2A IDI Jakarta Timur
• Anggota MKEK IDI Wilayah DKI
• Ketua Yayasan Hijau Putih
• Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jakarta
• Direktur Umum RS Muliasari, Jakarta Utara
Aspek Pelayanan Kedokteran

DISIPLI
ETIK HUKUM
N
3
ETIK

DISIPLI HUKU
N M

Pelanggaran Etik, Disiplin, dan Hukum saling bersinggungan.

Pelanggaran Etik & Disiplin tidak serta merta membuka kemungkinan adanya pelanggaran
Hukum, Namun pelanggaran Hukum selalu dimulai dengan adanya pelanggaran Etik & Disiplin.

Norma Etik seharusnya menjadi norma tertinggi yang harus dipatuhi oleh dokter, untuk
mencegah terjadinya pelanggaran dua norma berikutnya

4
• HUKUM bertujuan menyelenggarakan
keadilan dan ketertiban, sebagai syarat untuk
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan
seluruh warga (Prof Subekti SH)
• Tiga asas yang akan dicapai :
1. ASAS KEADILAN
2. ASAS KEPASTIAN
3. ASAS KEMANFAATAN
• Definisi : salah satu norma atau aturan yang
ada dalam masyarakat, dimana pelanggarnya
mendapat sanksi yang tegas
• PLATO
• PROF DR VAN KAM
• ACHMAD ALI
• PROF DR MOCHTAR KUSUMAATMADJA
• HUKUM: perangkat peraturan berdasarkan UU,
yang dibuat oleh kekuasaan /pemerintahan dan
berlaku UMUM
• ETIK : perangkat peraturan yang dikeluarkan
oleh organisasi yang bersangkutan, dan berlaku
dalam satu lingkungan profesi tertentu
• Berlaku untuk lingkungan profesi
• Disusun oleh organisasi profesi yang
bersangkutan
• Mengandung kewajiban dan larangan
• Menggugah sikap manusiawi
• Hukum Kedokteran (Medical Law) merupakan
bagian dari Hukum Kesehatan
• Hukum Kesehatan (UU no 23 tahun 1992,
telah diperbaiki dengan UU no 36 tahun 2009)
merupakan seperangkat kaidah yang
menyangkut seluruh aspek yang berkaitan
dengan upaya dan pemeliharaan di bidang
kesehatan yang menyangkut masalah
kedokteran, keperawatan, kebidanan,
kefarmasian dan kerumahsakitan
Hukum yang berlaku didalam suatu
negara ada 2 (dua), yaitu :

1.Pidana - Hukum Publik


2.Perdata - Hukum Privat

10
PIDANA PERDATA
•individu vs publik •Individu vs individu
•Publik diwakili penyidik, JPU •Invividu atau diwakili PH
(Jaksa Penuntut Umum) (penasehat hukum)
•Pembuktikan oleh JPU •Pembuktian oleh Penggugat
•Penengah : Hakim, Juri •Penengah : Hakim(perdata)
•UU KUHP dan KUHAP •UU KUHPer
•Kebenaran : materiil •Kebenaran : formil
•Kepastian : beyond reasonable
•Kepastian : preponderance of
doubt
evidence
•Sanksi : penjara/kurungan
•Sanksi : ganti rugi, rehabilitasi
ETIKA DISIPLIN HUKUM
PENYELIDIK MKEK - IDI MKDKI – KKI KEPOLISIAN
PENYIDIK MKEK - IDI MKDKI – KKI KEPOLISIAN

PENUNTUT MKEK - IDI MKDKI – KKI KEJAKSAAN

WASIT/VONIS MKEK - IDI MKDKI – KKI HAKIM

HUKUMAN MORAL/ PERINGATAN, KURUNGAN/DENDA


PENGUCILAN PENCABUTAN
STR/SIP
RESCHOOLING
• Perbedaan pendapat/kepentingan yang terjadi
antara dokter dan/atau petugas kesehatan
dan/atau lembaga pelayanan kesehatan (RS/Klinik)
dengan pasien atau keluarganya (sebagai penerima
pelayanan kesehatan) yang tidak puas dengan
pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga
terjadi konflik (dispute)
• Apabila konflik ini tidak berhasil diatasi /
diselesaikan, maka akan berkembang menjadi
sengketa, dan karena menyangkut masalah bidang
kedokteran disebut sengketa medik
SENGKETA MEDIK
• MKDKI adalah suatu lembaga yang dibentuk
pemerintah, bertanggung jawab pada KKI
(Konsil Kedokteran Indonesia), yang bertugas
sebagai penegak keadilan, dengan sifat
independen terhadap pengaduan dugaan
pelanggaran disiplin profesi/keilmuan,
terhadap dokter dan dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokterannya
• Hubungan karena adanya kontrak terapeutik
(perjanjian tidak tertulis)
• Hubungan karena adanya peraturan dan UU
(perjanjian tertulis)

Hubungan tersebut melahirkan tanggung jawab


etik, disiplin dan hukum dari seorang dokter
• Dahulu, superioritas dokter sangat dominan, sehingga bila ada
masalah, dokter cenderung selalu pada posisi yang benar
• Dalam 20 tahun terakhir, hubungan dokter dan pasien bersifat
equal. Pasien berhak menolak atas apa yang akan dilakukan
dokter, dan berhak atas informasi lengkap tentang penyakitnya,
rencana terapi dan tindakan medis yang akan dilakukan dokter.
Penyebab terjadinya :
1. KELALAIAN MEDIK
2. PEMBIARAN MEDIK
3. RESIKO MEDIK
• Dokter melakukan sesuatu yang tidak
seharusnya dilakukan dan tidak melakukan
yang seharusnya dilakukan
• Suatu kegagalan dari dokter untuk bersikap
teliti dan hati hati. Kelalaian yang dilakukan
bisa berupa fakta yang berbicara
• Di negara maju, masalah sengketa medik yang
bermuara ke masalah hukum, hampir semua
menggunakan hukum perdata (privat)
• Di Indonesia dugaan kelalaian medik ini
dianggap sebagai pelanggaran Etik, Disiplin
dan Hukum (Perdata dan Pidana)
• Wanprestasi (pasal 1239 KUHPer), jika hubungan hukum antara
dokter dan pasien bersifat resultaat verbintenis (berorientasi hasil)
• Kelalaian (pasal 1366 KUHPer) “setiap orang bertanggung jawab
tidak hanya kerugian yang disebabkan perbuatannya, tapi juga
untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kekurang hati-
hatiannya”
Tindak pidana terjadi karena adanya Kesalahan
(Schuld) yang bisa karena :
•Unsur Kesengajaan (dolus)
•Unsur Kelalaian/kealpaan (culpa)
Dikenal 2 (dua) jenis UU yang mengatur tentang adanya unsur
Tindak Pidana, yaitu :
1.Lex Generalis, bersifat umum
2.Lex Specialis, bersifat khusus
Lex Specialis derogat Lex Generalis, artinya UU yang bersifat
khusus akan mengenyampingkan UU yang bersifat umum
• 1. Aborsi (pasal 347, 348, 349)
• 2. Euthanasia (344)
• 3. Surat Keterangan Palsu (267, 268)
• 4. Pelanggaran Rahasia Kedokteran (322)
• 5. Pembiaran (304)
• 6. Kelalaian (359, 360, 361)
A. UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1.Praktik tanpa STR/SIP >>pasal 75,76
2.Tanpa papan nama, rm dll >>pasal 79
3.Mempekerjk dr. tanpa STR/SIP >>pasal 80
B. UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
1.Pimp Faskes tidak memberikan bantuan pd kondisi
gawat darurat >>pasal 190,191
2.Aborsi tanpa indikasi medis >>pasal 194
3.Bedah plastik utk mengubah indentitas
>>pasal 193
UU no 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
1.Kelalaian tenaga kesehatan >>pasal 84
2.Paktik kedokteran tanpa SIP >>pasal 85
C. UU no 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
TIPIKOR
1.Menerima gratifikasi dalam penggunaan obat
>>pasal 12B(1)
2.Coding up dlm pelayanan BPJS (fraud coding)
>>pasal 2,3
• Pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan
SPO dan tidak sungguh-sungguh dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien,
dengan berbagai alasan
• Sering terjadi di RS, terutama pelayanan terhadap
masyarakat miskin, dengan alasan harus
memenuhi syarat administrasi
Bila mengakibatkan kacacatan/kematian
seringkali menimbulkan dampak hukum yang
besar, dan bisa dianggap memenuhi unsur :
•KUHPer pasal 1366
•KUHP pasal 304
•UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal
190
• Filosofi umum : untuk setiap tindakan yang bermanfaat
selalu mengandung suatu risiko, demikian juga dengan
tindakan medis.
• Walaupun dokter sudah menjalankan profesinya sesuai
dengan kompetensi/SPO, tetapi tidak tertutup kemungkinan
memberi hasil yang tidak diharapkan
• “Dalam setiap tindakan medis, selalu ada risiko yang dapat
terjadi dan tidak sesuai dengan harapan berkaitan dengan
keselamatan jiwa pasien” (Isfandiary)
• Risiko medis mengandung unsur yang tidak dapat disalahkan
(verwijtbaarheid), tidak bisa dicegah (vermijdbaarheid) dan
tidak bisa diduga sebelumnya (voorzienbaarheid)
• Risiko pengobatan, risiko melekat, risiko allergi, risiko
komplikasi yang berada dalam tubuh pasien
• Non negligent error of clinical judgment
• Volenti non fit injura (assumption of risk)
• Contributory Negligence
• Agar terhindar dari terjadinya sengketa medik,
tidak ada jalan lain kecuali :
– Jalankan seluruh kewa jiban sebagai seorang
dokter, yang ditunjang dengan norma etika,
disiplin dan taat hukum
– Kewajiban pasien pun juga diperlukan
Yang paling penting lagi, jangan lupa selalu
memohon pertolongan kepada Sang Penyembuh
yang sesungguhnya
• Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, SPO
dan kebutuhan pasien
• Merujuk pasien ke dokter/drg yang mempunyai kompetensi lebih
tinggi, apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan dan
pengobatan/tindakan
• Merahasiakan segala sesuatu tentang pasien
• Senantiasa menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran
Dalam menjalankan tugasnya, dokter juga harus
bertindak hati hati dan teliti, antara lain :
1.Tidak menjanjikan atau memberi jaminan
keberhasilan dari upayanya (inspaning verbintenis),
bukan perjanjian suatu keberhasilan (resultaat
verbintenis)
2.Mencatat semua yang dilakukan dalam rekam
medis dan selalu membuat informed consent pada
setiap tindakan intervensi
3.Selalu melakukan komunikasi yang baik dengan
pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
• Memberi keterangan yang jujur tentang penyakitnya dan
perjalanan penyakitnya
• Mematuhi nasihat dokter dan perawat
• Ikut menjaga kesehatan dirinya
• Memenuhi kewajiban untuk memberikan jasa pelayanan
kesehatan
1. Proses Litigasi (diselesaikan didalam pengadilan)
Beracara dipengadilan tingkat PN, PT dan MA, yang dilakukan secara
terbuka, membutuhkan waktu lama. Berakhir dengan adanya fihak
yang menang dan kalah, yang bisa menjadi sumber bibit perpecahan
dikemudian hari.
2. Proses Non Litigasi (diselesaikan diluar pengadilan)
Diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan melalui
mekanisme ADR (Alternative Dispute Resolution). Melalui proses
mediasi, konsiliasi, arbitrase dengan semangat win-win solution
(bisa diterima para pihak)
1. Penyakitnya sembuh total
2. Penyakitnya tidak sembuh
3. Penyakitnya bertambah parah, komplikasi, dll.
4. Kecacatan permanen
5. Meninggal dunia
No. 3, 4 dan 5 berpotensi menjadi sengketa medik,
dimana pasien/keluarganya menuduh bahwa
dokter telah melakukan MALPRAKTIK
Involve the phycisian’s failure to conform to
standard of care and treatment of the patient’s
condition, or lack of skill, or negligence in providing
care the patient, which is the direct cause of injury
to the patient (World Medical Association, 1992)
1. Criminal malpractice (aborsi, euthanasia)
2. Civil malpractice (kelalaian, pembiaran)
3. Administrative malpractice (perijinan)
• 1. Resume medis (Rekam Medik dan Informed C)
• 2. Komunikasi (aktif) dengan pasien/keluarganya
Seringkali sudah bisa selesai sampai upaya ini,
tetapi kadangkala terus berlanjut dengan :
• Melayangkan somasi (setelah didampingi pengacara)
• Memblow up masalah ke media masa atau medsos
• Membuat laporan ke MKDKI atau Kepolisian
• Melakukan gugatan perdata

Anda mungkin juga menyukai