Anda di halaman 1dari 21

HUKUM KESEHATAN

AWAL
POLA HUBUNGAN DOKTER/NAKES DENGAN PASIEN
 Hubungan paternalistik dengan prinsip father knows best
 Kedudukan pasien tdk sederajat dengan dokter/nakes
 Kedudukan dokter/nakes dianggap lebih tinggi oleh pasien, peranannya lebih penting dalam
upaya penyembuhan
 Pasien nasib sepenuhnya kepada dokter/nakes

SAAT INI
 Horisontal kontraktual
 Dokter dan pasien sama-sama subjek hukum mempunyai kedudukan yang sama
 Didasarkan pada sikap saling percaya
 Mempunyai hak dan kewajiban yang menimbulkan tanggung jawab baik perdata atau pidana

Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia


(PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/
pelayanan kesehatan dan penerapannya.
Hukum kesehatan merupakan bidang hukum yang masih muda. Perkembangannya dimulai pada
waktu World Congress on Medical Law di Belgia tahun 1967. Perkembangan selanjutnya melalui
World Congress of the Association for Medical Law yang diadakan secara periodik hingga saat ini. Di
Indonesia perkembangan hukum kesehatan dimulai dari terbentuknya Kelompok studi untuk Hukum
Kedokteran FK-UI/RS Ciptomangunkusumo di Jakarta tahun 1982. Perhimpunan untuk Hukum
Kedokteran Indonesia (PERHUKI), terbentuk di Jakarta pada tahun 1983 dan berubah menjadi
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) pada kongres I PERHUKI di Jakarta pada
tahun 1987.
Hukum kesehatan mencakup komponen-komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggungan
satu dengan yang lainnya, yaitu hukum Kedokteran/Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan, Hukum
Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan
dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993).

TINJAUAN PP NO.32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN


JENIS TENAGA KESEHATAN :
1. Tenaga Medis à Dokter dan Dokter gigi
2. Tenaga Keperawatan à Perawat dan Bidan
3. Tenaga Kefarmasian à Apoteker, Analis Farmasi, Asisten Apoteker
4. Tenaga Kes Masyarakat à Epidemiolog, Entomolog Kes, Mikrobiolog Kes,
Penyuluh Kes, Administrator Kes, Sanitarian
5. Tenaga Gizi à Nutrisionis dan Dietisien
6. Tenaga Keterapian Fisik à Fisioterapis, Okupasiterapis, Terapis Wicara
7. Tenaga Keteknisian Medis à - Radiografer
- Radioterapis
- Teknisi gigi
- Teknisi Elektro-
medis
- Analis Kesehatan
- Refraksionis
optisien
- Otorik prostetik
- Teknisi tranfusi
- Perekam medis

ETIKA KEDOKTERAN

KASUS
 BANDUNG - Ketua Tim Dokter Forensik Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin
Bandung dr X menilai, pernyataan ahli forensik Universitas Y ( dr. Z) terkait hasil visum
korban pembunuhan sadis Sisca Yofie di sebuah tayangan televisi nasional, tidak profesional.
 "Ini menunjukkan apa yang dikatakan oleh dia (dr. Z) di televisi kemarin tidak profesional,
artinya tidak menggunakan etika. Mungkin dia lupa etika yang ada," kata dr X, di Bandung,
Rabu (28/8/2013).
 Ia menuturkan, pernyataan dr.Z yang menilai hasil visum RSUP Hasan Sadikin terhadap jasad
Fransisca Yovie tidak memenuhi standar pemeriksaan forensik. Alasannya, visum dilakukan
oleh dokter umum menunjukkan bahwa dr.Z memberikan tanggapan tanpa melihat tindakan
secara utuh.
ETIK DAN HUKUM
 Hukum dan Etik sesungguhnya berangkat dari basis yang sama à Moral.
 Apa yang dipandang baik atau buruk menurut etik à dipandang sama oleh hukum.
 Hukum tidak mencakup hal-hal yang ringan dan sepele à tidak perlu diintervensi oleh hukum.
 Pelanggaran etik yang ringan belum mengganggu masyarakat sehingga tidak perlu diatur dan
diberi sanksi oleh hukum, sebab masyarakat masih bisa mengendalikannya tanpa
menimbulkan chaos. ]
 Etika à aturan bertindak atau berprilaku dalam suatu masyarakat tertentu atau komunitas.
(sifatnya turun temurun, tidak tertulis, sanksi moral).
 Hukum àaturan berprilaku masyarakat dalam suatu masyarakat atau Negara yang ditentukan
atau dibuat oleh para pemegang otoritas atau pemerintahan (sifatnya mengikat dan tertulis,
sanksi pidana or perdata).
 Tujuan keduanya sama à agar masyarakat aman tertib & damai.
 Etika berasala dari bahasa yunani “Ethos” à tunggal, “Etha” à Jamak.
 Pastur scalia, 1971 : norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia,
baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya
 Araskar dan David ,1978: berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang
diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan.
 Poerwadarminta (1953) : sama dengan akhlak, yaitu pemahaman tentang apa yang baik dan
apa yang buruk, serta pemahaman tentang hak dan kewajiban orang

DEFINISI ETIKA KEDOKTERAN GIGI


 Etika Kedokteran Gigi adalah: falsafah moral yang mengukur norma dan nilai yang baik dan
benar dari prilaku menjalankan profesi kedokteran gigi dan hasil karya keilmuan kedokteran
gigi sebagai mana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik kedokteran gigi yang telah
disusun oleh organisasni profesi dengan pemerintah.
KAIDAH DASAR MORAL (MORAL PRINCIPLE) (GEOFFRY HUNT. 1994)
1. Prinsip Autonomy= yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien. Selanjutnya diklinik dibuat informed consent dalam setiap dokter
melakukan tindakan.( pasien berpendidikan, dewasa, matang dsb)
2. Prinsip Beneficence= yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan
kepada kebaikan pasien. Disini ditekankan tindakan atau perbuatan yang mempunyai sisi baik
atau bermanfaat lebih besar dibanding dengan sisi buruk atau mudharat (Secara umum
tindakan dokter dapat dilakukan dan berlaku pada semua pasien normal).
3. Prinsip Non-maleficence= yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yg memperburuk
keadaan pasien (Pasien dalam keadaan gawat, harus diperlukan tindakan medik untuk
penyelamatan jiwanya, pasien rentan, dsb).
4. Prinsip Justice = yaitu prinsip moral yang mementingkan keadilan dalam bersikap maupun
dalam mendistribusikan sumberdaya (konteks membahas hak orang lain, selain dari pasiennya
itu sendiri).

MENURUT UUPK 2004 : Profesi kedokteran


 Suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang dan mempunyai kode etik yang bersifat
melayani masyarakat.
Ciri-ciri Profesi Potter P, A. & Perry A, G. (2001) :
 Profesi memerlukan pendidikan berkelanjutan (extended education).
 Profesi memiliki cabang ilmu tersendiri (theoretical body of knowledge), yang akan
membimbing kearah ketrampilan, kemampuan dan norma tertentu.
 Profesi memberikan pelayanan spesifik (specific service).
 Profesi memiliki kemandirian dalam membuat decision dan execution (autonomy).
 Profesi memiliki kode etik (a code of ethics for practice).
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI) Surat keputusan
No.434/MENKES/SK/X/1983
 Kode etik Kedokteran : suatu landasan atas norma-norma etik dalam praktik seorang dokter
yang mengatur hubungan manusia umumnya dan dimiliki azas-azasnya dalam falsafah
masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus.
 Kode etik kedokteran Gigi Indonesia à SK MENTERI KESEHATAN RI NO.
128/MENKES/SK/III/1981
Ada 20 pasal, secara umum mengandung unsur-unsur :
 Kewajiban umum seorang dokter
 Kewajiban dokter terhadap penderita
 Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
 Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
 Penutup
ETIKA PROFESI DOKTER Mengatur prilaku Dr terhadap:
1. People who require medical care.
2. Patients (clients).
3. Health care team (co-workers).
4. Society (social context).
5. Profession.
Fungsi dari Kode etik kedokteran
Memberikan perlindungan kepada pasien
Meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan
dokter gigi
Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi
Tujuan kode etik kedokteran :
Agar seorang dokter dapat menaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam
kode etik kedokteran
Agar seorang dokter dan dokter gigi dapat bekerja dengan sepenuh hati dalam memberikan
pelayanan kesehatan
Menjunjung tinggi norma luhur dalam menjalankan pekerjaan maupun kehidupan pribadinya
Agar tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dengan etik dan moral
Agar tidak memberikan keterangan palsu tentang pasien
 PELANGGARAN ETIK
 suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar “hanya” akan membawa akibat sanksi
moral bagi pelanggarnya.
 suatu pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi à bentuk peringatan hingga
ke bentuk yang lebih berat : kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu (bila akibat
kurang kompeten), pencabutan haknya berpraktik profesi.
 Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter
tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran.

Pelanggaran Etika Murni


 Menarik Imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari keluarga sejawat dokter
dan dokter gigi.
 Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya.
 Memuji diri sendiri di depan pasien.
 Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan.
 Dokter mengabaikan kesehatan dirinya.
PELANGGARAN ETIKOLEGAL
 Pelayanan kedokteran di bawah standar
 Menerbitkan surat keterangan palsu
 Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan kedokteran
 Abortus Provokatus
 Pelecehan seksual
PENANGANAN PELANGGARAN ETIKA KEDOKTERAN
 Pada prinsipnya semua masalah yang menyangkut pelanggaran etik diteruskan lebih
dahulu kepada MKEK/MKEKG.
 Masalah etik murni diselesaikan oleh MKEK/MKEKG.
 Masalah yang tidak murni serta masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh
MKEK /MKEKG dirujuk ke P3EK propinsi.
 Dalam sidang MKEK/MKEKG dan P3EK untuk pengambilan keputusan, Badan
Pembela Anggota IDI/PDGI dapat mengikuti persidangan jika dikehendaki oleh yang
bersangkutan (tanpa hak untuk mengambil keputusan).
 Masalah yang menyangkut profesi dokter atau dokter gigi akan ditangani bersama
oleh MKEK dan MKEKG terlebih dahulu sebelum diteruskan ke P3EK apabila diperlukan.
 Untuk kepentingan pencatatan, tiap kasus pelanggaran etik kedokteran serta
penyelesaiannya oleh MKEK dilaporkan ke P3EK Propinsi.
 Kasus-kasus pelanggaran etikolegal, yang tidak dapat diselesaikan oleh P3EK
Propinsi, diteruskan ke P3EK Pusat.
 Kasus-kasus yang sudah jelas melanggar peraturan perundang-undangan dapat
dilaporkan langsung kepada pihak yang berwenang. Pedoman penilaian kasus-kasus
pelanggaran etik kedokteran

LANDASAN HUKUM TERAPEUTIK

HUBUNGAN TENAGA KESEHATAN DENGAN PASIEN


• Suatu perjanjian untuk berusaha namun tenaga kesehatan tidak menjamin akan hasilnya
• Obyek perjanjian
- pelayanan kesehatan ; atau
- upaya penyembuhan (perjanjian terapeutik)
STANDAR
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang
disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
• Suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi dan akhirnya masyarakat mengakui bahwa
standar sebagai model untuk ditiru
• Pernyataan tertulis tentang harapan yang spesifik
• Suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat
• Suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu
tingkatan praktek untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Perikatan terjadi karena perjanjian. PERJANJIAN adalah suatu perbuatan , dimana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih
PERIKATAN (PERJANJIAN)
• Hubungan hukum yg menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak
• Kewajiban yg timbul disebut prestasi
1. Menyerahkan suatu barang
2. Melakukan suatu perbuatan
Unsur-unsur perjanjian :
1. Ada kesepakatan
2. Kecakapan para pihak
3. Untuk prestasi tertentu
4. Atas sebab hal yang halal

• Syarat subyektif :
Adanya kesepakatan , kecakapan para pihak ; apabila tidak terpenuhi maka perjanjian dapat
dibatalkan (vernietigbaar)
• Syarat obyektif :
Untuk prestasi tertentu , atas sebab yang halal ; apabila tidak terpenuhi maka perjanjian
adalah batal demi hukum
PERJANJIAN
• Perjanjian melahirkan perikatan
• Bersifat terbuka, bebas menentukan materi perjanjian
• Sekali perjanjian dibuat à maka perjanjian merupakan undang undang bagi kedua belah pihak
Jika perjanjian disepakati
• Timbul hak & kewajiban kedua belah pihak
• Hak & kewajiban melekat dan harus dipatuhi, kecuali mereka membuat kesepakatan baru
AZAS UMUM PERJANJIAN
1. Berlaku sebagai Undang-undang bagi yang membuatnya
2. Harus dilaksanakan dengan itikad baik
3. Tunduk pada undang-undang, kepatutan atau kebiasaan
4. Tidak dapat ditarik tanpa kesepakatan para pihak
SYARAT YANG HARUS DIPENUHI
1. Harus ada persetujuan dari pihak yang berkontrak
2. Ada obyek yang merupakan subtansi dari kontrak à harus legal dan tidak diluar profesinya 3.
3. Harus ada suatu sebab (causa) atau pertimbangan
Sahnya perjanjian perdata psl. 1320 KUH Perdata
1. Adanya sepakat
2. Para pihak cakap secara hukum
3. Mengenai obyek tertentu
4. Sesuatu yang halal (tidak melanggar hukum, susila dan ketertiban)

BENTUK HUBUNGAN KONTRAK DOKTER-PASIEN


1. KONTRAK YANG NYATA
Sifat jangkauan pemberian pelayanan pengobatan sudah ditawarkan secara nyata dan jelas ; baik
secara tertulis maupun lisan
1. KONTRAK YANG TERSIRAT
• Adanya kontrak disimpulkan dari tindakan para pihak
• Timbul bukan karena adnya persetujuan tetapi dianggap oleh hukum berdasarkan akal sehat
dan keadilan
Berdasarkan perjanjian /ius contractu à dokter dapat dituntut karena menurut pasien terdapat
peristiwa “wanprestasi”
• Tidak melakukan
• Terlambat melakukan tindakan
• Salah melakukan
Berdasarkan Undang Undang KUH Perdata pasal 1365
POLA HUBUNGAN HORIZONTAL
Empat unsur untuk dapat dikategorikan sebagai hukum :
1. Adanya unsur normatif
2. Adanya unsur keteraturan (regularity)
3. Adanya unsur pengadilan (“court”)
4. Adanya unsur pelaksanaan (“enforment”)
HUBUNGAN TENAGA KESEHATAN DENGAN PASIEN
• Suatu perjanjian untuk berusaha; namun tenaga kesehatan tidak menjamin akan hasilnya
• Obyek perjanjian
- pelayanan kesehatan ; atau
- upaya penyembuhan (perjanjian terapeutik)
PRINSIP DASAR POLA HUBUNGAN HORIZONTAL KONTRAKTUAL
• Merupakan jual-beli jasa antara penjual jasa pelayanan kesehatan dengan
penerima/pengguna/pembeli jasa pelayanan kesehatan
• Posisi dokter dengan pasien tidak sama karena berbeda kemampuan untuk upaya
pengobatan
• Upaya YANKES sebagai proses terwujud dalam komunikasi timbal balik antara dokter dengan
pasien
BEBERAPA KRITERIA UNTUK MENILAI & MEMBUKTIKAN ADANYA PELANGGARAN
PERJANJIAN TERAPEUTIK
1. Pelayanan yang diberikan tidak cukup layak dan tidak profesional
2. Terjadi pelanggaran kewajiban
3. Pelanggaran tersebut merupakan penyebab cedera atau kerugian terhadap pasien
BERAKHIRNYA HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
1. Sembuhnya pasien dari keadaan sakitnya ; pasien sudah tidak memerlukan pengobatan lagi
2. Dokter mengundurkan diri
• Pasien menyetujui
• Pasien diberi waktu yang cukup & pemberitahuan
• Apabila merekomendasikan kepada dokter lain hrs atas persetujuan
pasien
HUBUNGAN PASIEN-DOKTER-RUMAH SAKIT
o Ada hubungan antara etika dan pelaksanaan profesi kedokteran
o Deklarasi lafal sumpah jabatan dokter melalui PP No. 26 thn. 1960
o Adanya hubungan antara pasien dengan dokter dalam bentuk “transaksi terapeutik”
o Ada keterkaitan antara etik dengan hukum
o Semua tenaga yg bekerja di RS berada dalam hubungan pekerjaan
o Upaya penyembuhan harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena
merupakan suatu “inspanningverbintenis”
o Obyek perikatan bukan suatu hasil
o RS merupakan sarana kesehatan
PERJANJIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN
adalah Perjanjian berdasarkan daya upaya/usaha yang maksimal
inspannings verbintenis
bukan
resultaats verbintenis

MALPRAKTEK DAN PENANGANANNYA

• Malpraktik disamakan dengan:


– Kegagalan medik (adverse events)
– Pasien masuk rumkit dalam keadaan “segar”, pulang dalam keadaan cedera
atau meninggal
– Pasien tidak puas atas layanan
• Definisi Malpraktek Medis (World Medical Association 1992)

Malpraktek medis berhubungan dengan kegagalan tenaga medis dalam


melakukan prakteknya sesuai dengan standar pelayanan terhadap kondisi
pasien, atau kurangnya kemampuan atau ketidakpedulian dalam penyediaan
pelayanan terhadap pasien yang menjadi penyebab utama terjadinya cedera
terhadap pasien
 Hubert W. Smith
Unsur Kelalaian:

1. Duty
2. Dereliction of duty
3. Direct Caution
4. Damage
 MALPRAKTEK
 Intentional
o Professional misconducts
 Negligence / kelalaian, bentuknya ada 3 yaitu :
o Malfeasance,
o Misfeasance,
o Nonfeasance
 Lack of skill
o Di bawah standar kompetensi
o Di luar kompetensi

• MISCONDUCTS – sikap buruk


misal : Penahanan Pasien, Buka Rahasia Kedokteran Tanpa Hak, Aborsi
Ilegal, Euthanasia, Penyerangan Seksual, Keterangan Palsu, Praktek Tanpa Izin

• NEGLIGENCE – kelalaian

- Malfeasance (melakukan tindakan tidak layak, lalai membuat


keputusan)

- Misfeasance (melakukan pilihan yang tidak tepat, lalai eksekusi)

- Nonfeasance (tidak melakukan kewajiban)

• LACK OF SKILL - kekurangan kemampuan

- Dibawah standar kompetensi

- Di luar kompetensi (bukan kompetensi / kewenangan)

 MISCONDUCT
- Fraud / misrepresentasi
- pelanggaran standar secara sengaja (deliberate violation)
- pidana umum:
o Keterangan palsu
o Penahanan pasien
o Buka rahasia kedokteran tanpa hak
o Aborsi ilegal
o Euthanasia
o Penyerangan seksual
 KELALAIAN MEDIK
- Jenis malpraktik tersering
- Bukan kesengajaan
- Tidak melakukan yg seharusnya dilakukan, melakukan yg seharusnya tidak
dilakukan oleh orang2 yg sekualifikasi pada situasi dan kondisi yg identik
 BENTUK KELALAIAN
 Malfeasance
o Melakukan tindakan yg melanggar (unlawful / improper)
o Sejajar dengan error of planning
o Mis. Tindakan medis tanpa indikasi
 Misfeasance
o Improper performance yg akibatkan cedera
o Sejajar dengan error of execution
o Mis. Tindakan medis tak sesuai prosedur
 Nonfeasance
o Gagal melakukan tindakan yg merupakan kewajiban
 LACK OF SKILL
 Kompetensi kurang atau di luar kompetensi / kewenangan
o Sering menjadi penyebab error atau kelalaian
o Sering dikaitkan dengan kompetensi institusi (locality rule, limited resources)
o Kadang dapat dibenarkan pada situasi-kondisi lokal tertentu
 UNSUR KELALAIAN
•Ada kewajiban tapi tidak dilaksanakan
- kewajiban profesi
- kewajiban dengan pasien
•Penyimpangan kewajiban
- pelanggaran kewajiban tersebut
•Damages (kerugian)
- cedera, mati atau kerugian
•Direct causialship
- hubungan sebab-akibat / causalitas
 GEJALA GUGATAN MALPRAKTIK
1. Adanya kegagalan penanganan pasien
2. Cetusan rasa tidak puas thd pelayanan
3. Adanya hubungan buruk dokter-pasien/keluarga (rasa tidak percaya ke dokter)
4. Pasien / keluarga tidak mau mendapatkan penjelasan tidak mau mendengar
penjelasan dokter
5. Penyampaian keluhan ke rs secara tertulis
6. Keinginan pasien/kel.mendapatkan berkas rm
7. Pasien / kuasa hukum membeberkan ke media masa seolah-olah :
- semua tindakan dokter salah dan dianggap lalai
- tidak ada informasi
- pelayanan rs sedemikian buruk
- pasien yang paling benar
 DASAR GUGATAN MALPRAKTIK
 Hasil pengobatan tidak sesuai dgn yang diharapkan
 Cedera/penyakit/komplikasi yang dikaitkan dengan kelalaian
 Kurang mendapat informasi adekuat (kesenjangan informasi)
- dokter tidak pernah memberikan informasi
- informasi yg berbeda/bertentangan antar dokter
- tiap spesialis menyatakan tidak ada masalah, tapi pasien makin
jelek
- keterangan dokter lain yg menjelekkan sejawatnya dpt memicu tuntutan

 Penanganan oleh tenaga kesehatan yang tidak kompeten


 Salah diagnosa, terlambat diagnosa, salah terapi, kurang profesional
 Telah terjadi kelalaian, perbuatan melawan hukum
 Melaksanakan tindakan tanpa izin
tuntutan : - ganti rugi
- rehabilitasi
- pidana
hati-hati : percakapan perawat/dokter dpt dijadikan bahan gugatan, teguran
dokter ke perawat apalagi mempersalahkan perawat akan dicatat dan menjadi
bahan gugatan
 SIAPA YANG DIGUGAT
• Dokter yang merawat
• Atasan dokter yang merawat (rs-direktur)
(berlaku tanggung jawab manajemen)
• Dokter lain yang ikut merawat
(rawat bersama, pernah dikonsulkan, anestesist dll)
• Direktur rs / pimpinan sarana kesehatan
• Otoritas kesehatan
- dinkes kab / kota
- dinkes provinsi
- dirjen
- menteri
 DAMPAK GUGATAN
 Citra rs menurun
 Reputasi dokter tercemar
 Tekanan psikologis (kurang percaya diri)
 Beban pikiran, waktu, biaya
 Sanksi (etik & hukum)
 Timbul tuntutan hukum
- Perdata
- Pidana
- TUN
 DASAR HUKUM GUGATAN SECARA PERDATA
Gugatan dugaan malpraktek umumnya Perbuatan Melawan Hukum

•Ps. 55 UU 23 1992 tentang Kesehatan (Tiap orang berhak ganti rugi


atas kelalaian tenaga kesehatan)

•Ps. 1365 KUH Perdata (PMH dpt diminta ganti rugi atas kelalaian)
•Ps. 1366 KUH Perdata (Ganti rugi akibat kelalaian / kurang hati-hati)
•Ps. 1367 KUH Perdata (Atasan bertanggung jawab atas tindakan
bawahan)

Tuntutan Ganti Rugi :


- Materil : (Biaya RS, Honor Dokter, Biaya akomodasi, Biaya Obat dll)
- Imateril : (Pengganti rasa sakit, rasa malu, sedih, penderitaan batin
dll)
 DASAR GUGATAN MALPRAKTIK SEBAGAI KASUS PIDANA
 Mulai digeser ke kasus pidana
 Keluarga melapor ke Polisi à Kejaksaan, Pengadilan
 Dasar KUHP :
- 359, kelalaian menyebabkan meninggal
- 360, kelalaian menyebabkan luka berat
- 304, membiarkan orang yang perlu pertolongan
- 349, aborsi
- 344, euthanasia
- 284, penyerangan seksual
- 267-268, keterangan palsu
- 322 jo PP 10/66, membocorkan rahasia kedokteran
 ETIK DISIPLIN DAN HUKUM
 ETIK :
1. Dibuat dan disepakati oleh organisasi profesi (IDI)
2. Kode Etik
3. Diatur, norma prilaku pelaksanaan profesi
4. Sanksi, yaitu moral psikologis
5. Yang mengadili: Ikatan/organisasi profesi terkait; Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran (MKEK), Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik
Kedokteran (P3FK)
 DISIPLIN :
1. Organisasi Profesi
2. Standar Profesi
3. Diatur, Norma Prilaku pelaksana profesi
4. Sanksi moral psikologis dan teguran/pencabutan
5. Yang mengadili : Badan yang dibentuk : Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia Tingkat Provinsi
 HUKUM :
1. Dibuat oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
2. UU, PP, Keppres, dsb
3. Diatur, norma prilaku manusia pada umumnya
4. Untuk pidana: mati/ kunjungan, penjara, denda
Untuk Perdata: ganti rugi
Adm : teguran/ pencabutan
5. Pengadilan :
Perdata: gugatan ke pengadilan
Pidana : laporan/ tuntutan
Adm : gugatan ke pengadilan
 PENANGANAN KASUS MALPRAKTIK
 SOMASI DARI PASIEN / KEL / LSM
- Terjadi kelalaian, perbuatan melawan hukum
 MENELITI KEBENARAN SOMASI
- Periksa Rekam Medis
- Informasi yg diberikan dokter, perawat
- Informasi ttg penanganan pasien (perawatan)
 MENJAWAB SOMASI
- Sesuai informasi medik dalam RM, keterangan dokter, perawat
- Upaya membuktikan kebenaran
 MELAKUKAN MEDIASI
- Upaya dan saling pengertian
- Buktikan kebenaran informasi medis (RM, Ket.dokter, perawat)
 HASIL MEDIASI
- Terjadi perdamaian
- Tidak terjadi perdamaian à tuntutan, gugatan
ke à Kepolisian (Pidana)
ke à Pengadilan Negeri (Perdata)
 PENANGANAN KASUS MALPRAKTIK (2)
 TIMBUL SURAT PENGADUAN (SP) KE POLISI
- Terjadi tindakan melawan hukum, kelalaian
 PROSES PEMERIKSAAN DI KEPOLISIAN
- Panggilan Polisi ke dokter atau pihak terkait
- Antisipasi panggilan dengan persiapan bukti
- Penuhi panggilan dengan didampingi Kuasa Hukum (sering diminta
RM tapi diberikan Resume Medis)
- Jelaskan dan buktikan kebenaran informasi medis (dlm RM,
keterangan dokter, perawat)
 TINDAK LANJUT POLISI
- Pemeriksaan saksi lain
- Second opinion à buktikan dengan RM
- SP3 atau lanjutkan penanganan kasus ke Kejaksaan
 PENANGANAN KASUS MALPRAKTIK (3)
 KEJAKSAAN
 Pemeriksaan Tersangka, Saksi
 Mencari bukti à RM, keterangan dokter, perawat
 Dapat terjadi penahanan à tahanan di LP
o tahanan Kota dll
 Tersangka tetap didampingi Penasehat Hukum
 Bila cukup bukti ke PN
 PENANGANAN KASUS MALPRAKTIK (4)
 PENGADILAN
- Berkas Perkara dilimpahkan Kejaksaan ke Pengadilan (pidana)
- Gugatan dari Pasien / Kel. / Kuasa pasien
- Pengadilan bentuk Majelis Hakim
- Pemeriksaan dalam persidangan
- Pembuktian melalui RM dan keterangan dokter, perawat, second opinion dll
- Tuntutan Jaksa
- Eksepsi Penasehat Hukum
- Replik JPU
- Duplik à Penasehat Hukum

 PENANGANAN KASUS MALPRAKTIK (5) PEMBUKTIAN DI PENGADILAN


• DUGAAN MALPRAKTEK
- Kelalaian, Perbuatan Melawan Hukum
• DALIL PENGGUGAT (PASIEN, KEL / KUASA HUKUM)
- Informasi medis yang didapat / didengar
- Keterangan second opinion
- Hal-hal yang dialami dalam perawatan pasien
• KETERANGAN SAKSI AHLI
- sesuai keahliannya
• JAWAB DALIL PENGGUGAT
- Buktikan informasi medis (RM, Keterangan dokter, perawat)
- Keterangan ahli
- Dokumen pendukung
KESIMPULAN SESUAI FAKTA JURIDIS

UNDANG-UNDANG PRAKTIK KEDOKTERAN

 UU 29/2004
Tujuan:
 Memberikan perlindungan kepada
 Mempertahankan dan meningkatkan
 oleh dokter dan dokter gigi, dan
 Memberikan kepastian hukum kepada
 gigi.
 (VIDE PASAL 3)
 KENDALI MUTU KENDALI BIAYA
 Setiap dr dan drg dalam melaksanakan praktik Ked. atau KG wajib
menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.
 Dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dapat diselenggarakan audit medis.
 Pembinaan dan pengawasan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan oleh organisasi profesi.
 STANDAR DAN PELAYANAN
 dr atau drg dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti
standar pelayanan ked atau kg.
 Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut
jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.
 3. Standar pelayanan untuk dr atau drg sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri.

Anda mungkin juga menyukai