Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH POLA HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN

Disusun oleh :

Nama : Adillah Tsamarah

NIM : 31101700004

SGD :9

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 2017

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dengan judul “Pola Hubungan Dokter dan Pasien” dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi membantu terselesaikannya makalah ini.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                  

Semarang, 17 Mei 2018

Penyusun
POLA HUBUNGAN DOKTER PASIEN

Pengertian pola hubungan dokter pasien:

Pasien (klien pelayanan medik) adalah orang yang memerlukan pertolongan dokter
karena penyakitnya dan dokter adalah orang yang dimintai pertolongan karena kemampuan
profesinya yang dianggap mampu mengobati penyakit. Hubungan itu terjadi ketika dokter
bersedian menerima klien itu sebagai pasiennya. Kedudukan dokter lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kedudukan pasien (pasien berkedudukan lebih rendah dari dokter). Maka
dari itu dokter harus bersikap lebih bijaksana dan tidak memanfaatkan kelemahan pasien
karena menganggap pasien lebih rendah. Antara hubungan dokter pasien terdapat juga
hubungan yang disebut hubungan kontraktual, yaitu hak dan kewajiban seorang dokter dan
pasien yang harus dipenuhi, dihormati, dan dilaksanakan agar tidak ada hak dan kewajiban dari
dokter dan pasien yang terlewatkan. Dokter harus bersikap yang baik, yang sesuai dengan
etika agar dari perilakunya tersebut menimbulkan rasa nyaman untuk pasien sehingga pasien
dapat bersikap terbuka dan jujur dalam menyampaikan keluhannya. Jadi pasien tersebut tidak
akan menyembunyikan sesuatu kepada sang dokter karena pasien merasa dapat mempercayai
dokter tersebut. Saking nyamannya, terkadang pasien sampai cerita mengenai masalah
pribadinya tanpa dimintai cerita oleh sang dokter. Maka dari itu penting bagi dokter untuk
menjaga rahasia pasien terutama menjaga kerahasiaan rekam medis pasien. Kondisi pasien
jika terdapat gangguan fisik, mental, maupun social dapat mempengaruhi konsentrai pasien
ketika melakukan rekam medis karena pasien merasa tidak percaya diri dengan apa yang ada
di dirinya saat itu. Inilah bagaimana pintar – pintarnya dokter dalam menunjukkan sikapnya
terhadap pasien. Terlebih seorang dokter harus menunjukkan empatinya terhadap pasien,
tatapan mata dokter diarahkan kepada pasien namun tak berlebihan, jangan bersikap acuk tak
acuh, dan juga jangan malah sibuk sendiri melakukan hal lain.

Manfaat dari pemahaman tentang pola hubungan dokter – pasien:

Jika pemahaman tentang pola hubungan dokter dan pasien berhasil maka tindakan
medis yang diberikan dokter kepada pasien akan tepat yang sesuai dengan standart pelayanan
medis kedokteran/ kedokteran gigi. Jika tindakan medis tersebut tidak sesuai dengan
kedokteran, maka pasien dapat menggugat dokter yang melayaninya karena telah
menimbulkan kerugian maupun kecacatan bagi diri pasien. Hal itu terjadi karena kesalahan dan
kelalaian dari tingkah laku sang dokter. Penyebab terjadinya malprkatik bias bermacam –
macam, salah satunya yaitu pasien menerima formulir persetujuan perawatan tanpa membaca
dan mengerti isi dari formulir tersebut, tidak tahu dan tidak paham akan prosedur yang
dilakukan oleh sang dokter padahal pasien sudah menandatangani formulir persetujuan itu.
Seperti bunyi Undang Undang no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 25 ayat:

1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap.
3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang – kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternative tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis
maupun lisan.

Dokter seharusnya memberikan pengertian/ penjelasan kepada pasien agar jika terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan, pasien tidak menggugat dokter karena pasien sudah tahu akan risiko
yang kemungkinannya akan terjadi jika pasien tersebut melakuan prosedur itu. Jika komunikasi
antara dokter dan pasien berjalan dengan baik, dokter dan pasien saling bersikap aktif dalam
berkomunikasi, maka pasien akan mengerti dan dokter akan tepat dalam anamnesis sehingga
tindakan – tindakan yang akan dilakukan oleh dokter tepat. Sehingga dokter dapat menjelaskan
dengan rinci kepada pasien mengenai masalahnya dan tidak terjadi salah paham. Beberapa
tindakan dokter yang dilakukan setelah mengetahui masalah pasien atas keluhannya yaitu,
memberikan obat yang sesuai keluhan kepada pasien, memberikan prosedur yang sesuai
dengan masalah pasien sehingga pasien merasa puas, dan dokter memberikan nasehat –
nasehat kepada pasien untuk mencegah penyakit tersebut kambuh lagi ataupun menghilangkan
penyakitnya. Langkah – langkah yang dilakukan dokter harus dilakukan dengan bijaksana,
ramah tamah, dan dipastikan pasien akan paham dan sanggup mengenai saran yang diberikan
dokter sehingga memudahkan pasien dalam melakukannya.

Sifat dokter dalam hubungan dokter – pasien:

Sifat hubungan dokter dan pasien itu ada dua ciri:

a. Adanya suatu persetujuan antara dokter dan pasien dalam melakukan suatu
pengobatan.
b. Adanya suatu kepercayaan antara dokter dan pasien karena adanya tasa percaya
pasien terhadap dokternya dapat mempercepat penyembuhan.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi:


a. Harus adanya persetujuan dari pihak – pihak yang berkontrak.
b. Harus ada suatu obyek yang merupakan substansi dari kontrak, dengan memberikan
pelayanan pengobatan oleh dokterkepada pasien yang legal.
c. Harus ada suatu sebab dan pertimbangan, yang nantinya dapat menggerakan dokter
dalam memberikan tindakan.

Seharusnya hubungan dokter dan pasien harus saling menghargai dan saling
mempercayai karena hubungan keduanya seimbang. Walaupun ada beberapa pendapat yang
menganggap dokter lebih tinggi dari pasiennya, namun dalam masalah komunikasi untuk
anamnesis harus berjalan dalam keadaan seimbang agar berjalan dengan baik demi
kenyamanan pasien dan dokter. Dan kedudukan pasien dianggap lebih rendah dari dokter
karena diangap tidak mengetahui hal – hal mengenai penyakit , maupun pengobatan –
pengobatannya. Yang dilakukan pasien selama ini adalah hanya mengikuti apa kata dokter dan
menyerahkan semua permasalahannya kepada dokter karena menganggap dokter lebih pintar
dan lebih mengetahui cara – cara penanganannya dibandingkan pasien. Itu yang dilakukan oleh
pasien – pasien terdahulu. Semakin berkembangnya zaman, banyak pasien yang melakukan
browsing mengenai keluhan – keluhan yang dirasakannya. Sehingga ketika mendatangi tempat
praktik dokter, pasien telah membawa sedikit bekal mengenai penyakit yang dialaminya. Dan
terkadang pasien akan menanyakan mengenai apa yang ia cari di internet. Dengan itu dokter
harus bisa menjelaskan kepada pasiennya karena apa yang dicari pasien belum tentu sesuai
dengan kondisinya. Walaupun itu tidak dilakukan oleh semua pasien yang akan datang untuk
konsultasi ke tempat praktik dokter karena tipe pasien berbeda – beda. Sebenarnya dokter dan
pasien itu adalah partner yang sama – sama memiliki hak dan kewajiban yang harus dilakukan
dan didapatkan. Untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan dokter dan pasien yang
baik maka harus adanya kesetaraan dalam berkomunikasi antara kedua belah pihak.
Komunikasi anatara dokter dan pasien bukan komunikasi antara atasan dan bawahan, maka
dari itu dokter maupun pasien dapat mengutarakan pendapatnya masing – masing tanpa ada
rasa canggung, yang terpenting cara penyampaiannya harus sopan sesuai dengan adab. Jika
pasien memberikan informasi mengenai dirinya yang dianggap dokter bahwa informasi yang
diberikan itu setengah – setengah atau merasa ada yang disembunyikan maka dokter harus
bias mencari – cari peluang dari pasien agar informasi yang didapatkan lengkap. Jika pasien
ragu – ragu, maka dokter harus bias menujukkan sikap yang dapat membuat pasien percaya
dan nyaman sehingga pasien mau bercerita.

Ada 3 macam tipe dokter dalam memberikan pelayanan medis:

1. Dokter yang enggan menjawab walaupun pasien bertanya


Sikap ini menjukkan bahwa sang dokter tidak kooperatif. Hal ini dapat menimbulkan rasa
ketidakpercayaan pasien terhadap sang dokter.
2. Dokter yang bersedia menjawab apabila ditanya dan hanya menjawab sebatas
pertanyaan pasien
Komunikasi ini dapat berlangsung jika lawan bicaranya atau pasien berpendidikan
cukup. Dan masalahnya adalah jika pendidikan pasien tidak cukup tinggi, maka tidak
akan ada peluang pasien dalam hubungan komunikasi ini.
3. Dokter yang bersedia menjawab pertanyaan pasien, mau bertanya serta menambahkan
informasi – informasi lainyang sesuai dengan tujuan kesehatan pasien.
Sikap dokter yang seperti ini yang diharapkan oleh pasien. Hubungan seperti ini
merupakan tipe ideal bagi pasien. Mau pendidikan pasien cukup ataupun rendah,
namun komunikasi antara dokter dengan pasien dapat berjalan dengan baik dan
berjalan seimbang.

Professional obligation:
Professional merupakan upaya daokter dan pasien untuk kesembuhan pasien karena
sikap professional memperhatikan hubungan antara harapan kesembuhan seorang pasien
dengan bagaimana usaha dokter dalam menyembuhkan pasiennya. Dokter harus bersikap baik
kepada siapapun dan dalam menghadapi keadaan seperti apapun demi keyamanan pasien.
Jangan menyangkut pautkan perasaan pribadi dalam menghadapi pasien. Dokter yang besikap
baik dipercaya oleh pasien dapat menyembuhkannya dan dapat menolong pasien. Hal itu dapat
terjadi jika dokter melakukan kewajibannya terhadap pasien sehingga pasien dapat menerima
haknya sebagai pasien, dokter menghormati hak pasien, dan bersikap jujur. Disini pasien
dituntut menjadi pasien yang cerdas yang tidak hanya menurut pada dokter, namun pasien
diharapkan lebih aktif. Aktif yang dimaksud yaitu pasien aktif bertanya tentang penyakit yang
dideritanya, seberapa lama proses penyembuhan, cara mengobati, bertanya prosedur yang
akan dilakukan oleh dokter serta bagaimana dampak dari prosedur yang akan dilakukan oleh
dokter, dan bertanya perkiraan tarifnya. Sebelum itu, pasien harus menceritakan tentang
permasalahannya, memberikan informasi yang akurat dan sesuai dengan yang dialaminya
kepada dokter, kemudian pasien meminta saran tindakan medis yang baik untuk dirinya. Hal ini
tentunya dokter harus mendapatkan persetujuan dari pasien atas tindakan medis yang akan
dilakukan.
Penutup

Kesimpulan

Pola hubungan antara dokter dan pasien sangat penting untuk diperhatikan. Karena
sangat berpengaruh pada proses penyembuhan dan pelaksanaan tindakan oleh dokter. Pasien
dan dokter harus sama sama tau apa saja hak dan kewajiban keduanya sehingga dapat terjalin
hubungan yang baik dan seimbang. Untuk itu banyak manfaat dengan adanya pemahaman
pola hubungan dokter dan pasien. Dan juga dalam hal ini dokter posisinya lebih tinggi daripada
pasien akan menimbulkan pola hubungan yang tidak seimbang untuk itu perlu diperhatikan
bagaimana sikap dokter dalam hal ini dan harus menjaga profesionalisme.
Daftar Pustaka

Bertens.2011. Etika Bio Medis. Kanisius, Yogyakarta. Hlm. 67

Suharjo B. Cahyono. 2008. Op Cit. Hlm. 295

Endang Kusumah Astuti. 2003.Hubungan Hukum Antara Dokter Dan Pasien Dalam
Upaya Pelayanan Medis. Citra Aditya Bakti, Bandung. Hlm. 33

Guwandi. 2006. Informed Consent and Informed Refusal. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Jakarta. Hlm. 70

Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Komunikasi Efektif Hubungan Dokter-Pasien.


Jakarta: KKI.

https://media.neliti.com/media/publications/186504-ID-perilaku-profesional-tenaga-
kesehatan-da.pdf

Anda mungkin juga menyukai