Anda di halaman 1dari 5

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA SANG DOKTER, PASIEN DAN KELUARGA PASIEN. A.

SOSIOLOGI KESEHATAN

Di bidang kedokteran terdapat Sosiologi Kedokteran yaitu kebutuhan untuk memahami faktor-faktor sosial yang mengenai hubungan seorang dokter dengan masyarakat umum
PASIEN PERAWAT KELUARGA PASIEN

DOKTER
APOTEKER PEKERJA SOSIAL

PETUGAS

B.

Tipe Komunikasi Dokter

Menurut Prof. Dr. L. Jan Slikerveer dari Universitas Leiden Belanda ada 4 tipe komunikasi sang dokter dengan pasien, yaitu :

1. Model of activity passivity Relationship Dokter aktif dan pasien pasif. Sang dokter memberikan perintah pada pasien dan pasien hanya menuruti apa yang dikatakan sang dokter. 2. Model of Guidance cooperation Relationship Dokter aktif memberikan arahan bukan perintah. Lebih baik dari tipe 1. 3. Model of Mutual Participation Relationship Pasien dan dokter saling berkomunikasi dengan baik. Sehingga terjadi komunikasi yang imbang. 4. Model of Provider Consumer Relationship Pasien adalah raja dimana artinya sang dokter memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada pasien.

C.

Tingkatan Empati

Menurut Bylund dan Makoul ada 6 tingkat empati dalam berkomunikasi yang di kodekan dalam suatu sistem kedokteran (The Empathy Comunication Coding System Levels), diantaranya : Level 0 : dokter menolak sudut pandang pasien dan mengacuhkan pendapat pasien

Level 1 : dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu (acuh tak acuh) Level 2: dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit (secara langsung) Level 3: dokter menghargai pendapat pasien Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien Level 5: dokter berbagi perasaan dan pengalaman pada pasien.

D. Langkah Komunikasi Efektif 1. Salam Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya. 2. Ajak Bicara Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.

3. Jelaskan Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani atau dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil. 4. Ingatkan Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk halhal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.

Dengan bersumber materi - materi diatas maka kami menguraikan sasaran belajar pada problem 1 ini adalah sebagai beritkut : Komunikasi yang efektif sangat membantu profesi seorang dokter. karena dengan komunikasi yang efektif ini dapat meningkatkan taraf pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Diharapkan komunikasi sang dokter tidak hanya sebagai seseorang yang memerintahkan tentang hal hal yang harus dilakukan pasien tetapi juga dapat ikut berempati dalam masalah atau penyakit yang dihadapi pasien. Berempati disinipun harus tetap menjaga privasi pasien dan tetap sesuai dengan peraturan kodeki yang telah diatur. Dengan adanya komunikasi yang efektif, dokter tidak hanya dapat membantu memulihkan kesehatan pasien tetapi dapat juga sebagai media komunikasi bagi pasien dan keluarga pasien. Dalam kasus ini mislanya, sang dokter diharapkan dapat menjadi penengah antara komunikasi karyawati (pasien) dengan ibunya. Kemampuan berkomunikasi bukanlah perkara mudah, oleh karena itu diharapkan para dokter dan juga calon dokter senantiasa terus belajar berkomunikasi secara efektif dan salah satu caranya dapat mencoba langkah langkah komunikasi efektif yang telah kami jabarkan di atas.

Anda mungkin juga menyukai