TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2010 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar
pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain dimunculkan trend dalam beberapa tahun terakhir
untuk setiap indikator dan perbandingan peta dari tahun sebelumnya, juga ditampilkan interpretasi setiap gambar yang
ditampilkan. Dengan bentuk penyajian ini para pengguna diharapkan dapat memperoleh informasi secara cepat dan tepat.
Dalam peta ini digambarkan keadaan kependudukan, situasi lingkungan, derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber
daya kesehatan menurut provinsi.
Sumber data yang digunakan dalam Peta Kesehatan 2010 ini berasal dari unit utama di lingkungan Kementerian Kesehatan
dan institusi lain seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional dan lain-lain.
Kami menyadari bahwa data yang tersedia dan bentuk penyajian dalam peta kesehatan ini masih terdapat kekurangan,
kelemahan, dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik, masukan dan saran dari para pengguna demi
penyempurnaan Peta Kesehatan di masa mendatang.
Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2010 ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................................................
ii
11. Persentase Rumah Tangga dengan Akses Terhadap Air Minum Berkualitas Baik Tahun 2010 .
12. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Utama Air Minum yang Berada di Dalam Rumah Tahun 2010
13. Persentase Rumah Tangga Menurut Kriteria Penanganan Sampah Baik Tahun 2010 .................................................
14. Persentase Rumah Tangga Menurut Kriteria Rumah Sehat Tahun 2010 .......................................................................
15. Prevalensi Penduduk Umur 15 Tahun yang Merokok Tahun 2010 ..............................................................................
16. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun dengan Pengetahuan Komprehensif tentang HIV/AIDS Tahun 2010
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
ii
ii
DERAJAT KESEHATAN
1. Persentase Penduduk dengan Konsumsi Energi <70% Tahun 2010 ..............................................................................
2. Persentase Penduduk dengan Konsumsi Protein <80% Tahun 2010 ...............................................................................
3. Case Detection Rate TB Paru (%) Tahun 2010 ...............................................................................................................
4. Success Rate TB Paru (%) Tahun 2009 ..........................................................................................................................
5. Annual Parasite Incidence (API) Malaria per 1.000 Penduduk Tahun 2010 .....................................................................
6. Incidence Rate (IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk
.............................................................
7. Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang (%) Berdasarkan Berat Badan per Umur (BB/U)Tahun 2010
8. Persentase Penduduk Dewasa (>18 Tahun) Kurus Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Tahun 2010 .
9. Case Rate Kasus AIDS (per 100.000 Penduduk Berisiko) Tahun 2010 .......................................................................
10. Period Prevalence TB (dengan Diagnosis) pada Penduduk 15 Tahun (per 100.000 Penduduk) Tahun 2010..............
11. Period Prevalence Malaria Satu Bulan Terakhir (dengan Diagnosis) per 1.000 Penduduk Tahun 2010
12. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun yang Pernah Mendengar HIV/AIDS Tahun 2010 .
13. Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir < 2.500 Gram Tahun 2010 ............................................................................
iii
UPAYA KESEHATAN
1. Persentase Perempuan Usia 10-59 Tahun yang Memiliki Akses terhadap Kunjungan Kehamilan Minimal 1 Kali
pada Kehamilan Terakhir Tahun 2010 ................................................................................................................................
2. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1) Tahun 2010 ...............................................................................................................
3. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Tahun 2010 ...............................................................................................................
4. Cakupan Pemberian 90 Tablet Besi (Fe3) pada Ibu Hamil Tahun 2010 ..........................................................................
5. Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Tahun 2010 .....................................................................................................
6. Cakupan Ibu Bersalin Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2010 ...............................................................................
7. Persentase Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan pada Bayi 0-11 Bulan Tahun 2010
8. Persentase Ibu yang Melaporkan Persalinan dengan Operasi Perut Saat Melahirkan Anak Terakhir pada Periode
Lima Tahun Terakhir Tahun 2010 .....................................................................................................................................
9. Persentase Ibu Nifas Mendapat Kapsul Vitamin A pada Persalinan Anak Terakhir yang Lahir pada Periode
Lima Tahun Terakhir Tahun 2010 ......................................................................................................................................
10. Proporsi Wanita Berumur 15-49 Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB Tahun 2010 ..
11. Persentase Peserta KB Aktif yang Menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Tahun 2010
12. Persentase Kunjungan Neonatus 6-48 Jam Tahun 2010 .................................................
13. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3) Tahun 2010 .................................................................................
14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Tahun 2010 ...............................................................................
15. Cakupan Imunisasi Campak pada Bayi Tahun 2010 ..........................................................................................................
16. Persentase Anak Umur 12-23 Bulan Mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2010
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
iv
PETA INDONESIA
Sumber : BAKOSURTANAL
vi
vi
vii
Trend Angka
nasional
Peta yang
menggambarkan
keadaan tahun
sebelumnya sebagai
perbandingan
Sumber data
Peringkat, menunjukkan
keadaan yang diasumsikan
terbaik sampai terburuk
Interpretasi
gambar
viii
1
2
3
4
5
< 30 Jiwa/km2
Papua Barat
Papua
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
7,8
8,9
14,4
17,4
29,8
6
7
8
9
10
11
12
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Jambi
Riau
Sulawesi Barat
30-100 jiwa/km2
32,5 13 Kep. Babel
32,7 14 Aceh
42,6 15 Sumatera Selatan
58,6 16 Bengkulu
61,8 17 Gorontalo
63,6 18 Kalimantan Selatan
69,0 19 NTT
74,5
77,5
81,3
86,1
92,4
93,6
96,1
20
21
22
23
24
25
26
100-500 jiwa/km2
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
Kep. Riau
Lampung
NTB
27
28
29
30
31
32
33
Bali
Jawa Timur
Jawa Tengah
Banten
DI Yogyakarta
Jawa Barat
DKI Jakarta
673,1
784,0
987,3
1100,3
1103,5
1217,0
14469,3
Pada tahun 2010 sebagian besar provinsi memiliki kepadatan penduduk kurang dari 100 jiwa per km2 (19 provinsi). Wilayah dengan kepadatan
penduduk di atas 500 jiwa per km2 didominasi oleh provinsi di Jawa dan Bali. Pada tahun 2010, DKI Jakarta masih merupakan provinsi dengan
kepadatan tertinggi (14.469,3 jiwa per km2), sedangkan Papua Barat merupakan provinsi dengan kepadatan penduduk terendah (7,8 jiwa per
km2 ). Secara nasional pada tahun 2010 tingkat kepadatan penduduk menunjukkan angka 124,4 jiwa per km2.
<1
1-2
2-3
1 Jawa Tengah
0.37
4 DI Yogyakarta
1.02
10
Sumatera Barat
1.34
16
Jawa Barat
1.89
2 Jawa Timur
0.76
5 Sumatera Utara
1.11
11
Aceh
1.35
17
Sulawesi Tengah
1.94
3 Kalimantan Barat
0.91
6 NTB
1.17
12
DKI Jakarta
1.39
18
Kalimantan Selatan
1.98
7 Sulawesi Selatan
1.17
13
Bengkulu
1.66
22 Gorontalo
8 Lampung
1.23
14
Kalimantan Tengah
1.74
9 Sulawesi Utara
1.26
15
Sumatera Selatan
1.85
>3
2.67
3.14
2.78
29 Riau
3.59
2.79
30 Papua Barat
3.72
2.24
31 Kalimantan Timur
3.80
23 Maluku Utara
2.44
32 Kep. Riau
4.99
24 Jambi
2.55
33 Papua
5.46
19 NTT
20 Sulawesi Tenggara
21 Bali
2.06
25 Sulawesi Barat
2.07
26 Maluku
2.15
27 Banten
Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 1,49%. Laju pertumbuhan
penduduk Provinsi Papua adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia, yaitu sebesar 5,46%, diikuti oleh
Kepulauan Riau 4,99% dan Kalimantan Timur 3,80%. Provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk terendah adalah Jawa Tengah 0,37%, diikuti
oleh Jawa Timur 0,76% dan Kalimantan Barat 0,91%.
1
2
3
4
5
6
7
8
Papua
Papua Barat
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Kep. Babel
Riau
Lampung
Kep. Riau
> 105
113,4
9 Sulawesi Tengah
112,4
111,3
109,0
108,0
106,3
106,1
105,5
105,2
10
11
12
13
14
15
16
17
Maluku Utara
Banten
Jambi
Bengkulu
Kalimantan Barat
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Jawa Barat
100 - 105
104,9 18 DKI Jakarta
104,7 19 Kalimantan Selatan
104,6 20 Maluku
104,6 21 Bali
104,6 22 Sulawesi Tenggara
104,4 23 Sulawesi Barat
103,7 24 Gorontalo
103,6 25 Aceh
102,8
102,6
102,3
101,7
101,0
100,8
100,7
100,2
26
27
28
29
30
31
32
95 - 100
Sumatera Utara
Jawa Tengah
NTT
Sumatera Barat
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
<95
99,8
98,8
98,7
98,4
97,7
97,5
95,5
33 NTB
94,3
Tahun 2010, rasio jenis kelamin berkisar antara 94,3 113,4 laki-laki terhadap 100 perempuan. Provinsi Papua merupakan provinsi yang
memiliki rasio tertinggi dengan 113,4, sementara Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki rasio terendah dengan 94,3 laki-laki terhadap 100
perempuan.
25
1 Ri au
0,00
2 Jambi
0,00
3 DKI Jakarta
0,00
4 Jawa Tengah
25 - 50
9 Jawa Ti mur
50 - 75
> 75
13,16
17 Lampung
28,57
22 Aceh
52,17
77,78
14,29
18 Kepul auan Ri au
28,57
23 Bengkul u
60,00
80,00
15,38
19 Sumatera Barat
42,11
71,43
90,91
0,00
16,67
46,67
25 Mal uku
72,73
31 Papua
93,10
5 DI Yogyakarta
0,00
13 Sumatera Utara
18,18
21 Gorontal o
50,00
26 Papua Barat
72,73
6 Bal i
0,00
20,00
75,00
7,14
21,43
8 Jawa Barat
7,69
16 Banten
25,00
95,24
100,00
Jumlah kabupaten tertinggal pada tahun 2010 sebanyak 183 (36,82%). Pada tahun 2010, ada 48,5% atau 16 provinsi yang memiliki
kabupaten tertinggal 25%. Sementara, provinsi dengan persentase kabupaten tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat dengan 100%.
Sebanyak 6 provinsi tidak terdapat kabupaten tertinggal, yaitu Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Bali. Selama
periode 2006-2010, tren nasional persentase kabupaten tertinggal cenderung menurun.
1
2
3
4
5
6
7
DKI Jakarta
Bali
Kalimantan Selatan
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Tengah
Banten
Kalimantan Timur
3,48
4,88
5,21
6,51
6,77
7,16
7,66
<10%
8
9
10
11
12
13
14
Kepulauan Riau
Jambi
Riau
Kalimantan Barat
Sulawesi Utara
Maluku Utara
Sumatera Barat
8,05
8,34
8,65
9,02
9,10
9,42
9,50
15
16
17
18
19
20
Jawa Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Jawa Timur
Sumatera Selatan
10 -20%
11,27
11,31
11,60
13,58
15,26
15,47
21
22
23
24
25
26
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Bengkulu
Lampung
16,56
16,83
17,05
18,07
18,30
18,94
27
28
29
30
31
20 - 30%
Aceh
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Gorontalo
Maluku
20,98
21,55
23,03
23,19
27,74
>30%
32 Papua Barat
33 Papua
34,88
36,80
Pada tahun 2010 sebagian besar provinsi di Indonesia (26 provinsi) terdapat penduduk miskin dengan persentase < 20%. Terdapat 2 provinsi
dengan persentase penduduk miskin > 30%. Persentase penduduk miskin terendah dicapai DKI Jakarta sebesar 3,48%, sedangkan Papua
memiliki persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 36,80%. Secara nasional, persentase penduduk miskin pada tahun 2010 sebesar 13,33%
dan tahun 2009 sebesar 14,15%. Angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 15,42%.
92.99
92.74
92.19
92.58
92.91
2006
2007
2008
2009
2010
80
60
40
20
0
1
2
3
4
5
6
7
Sulawesi Utara
DKI Jakarta
Riau
Kalimantan Tengah
Maluku
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
99,30
99,13
98,35
97,48
97,46
97,36
97,32
8
9
10
11
12
13
14
> 95%
Kep. Riau
Sumatera Barat
Kalimantan Timur
Aceh
Banten
Jawa Barat
Sulawesi Tengah
97,19
97,09
97,05
96,88
96,20
96,18
96,08
15
16
17
18
19
20
Maluku Utara
Gorontalo
Kalimantan Selatan
Jambi
Kep. Babel
Bengkulu
96,08
96,00
95,94
95,88
95,46
95,30
21
22
23
24
25
90-95%
Papua Barat
Lampung
Sulawesi Tenggara
DI Yogyakarta
Kalimantan Barat
94,83
94,64
91,85
90,84
90,26
26
27
28
29
30
31
85-90%
Jawa Tengah
NTT
Sulawesi Barat
Bali
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
89,95
88,59
88,48
88,40
88,34
87,75
< 85%
32 NTB
33 Papua
81,05
68,27
Tahun 2010, terdapat 20 provinsi yang memiliki persentase penduduk berumur 15 tahun yang melek huruf di atas 95%. Sulawesi Utara
merupakan provinsi dengan persentase tertinggi, yaitu 99,30%. Sedangkan Papua merupakan provinsi dengan persentase terendah, yaitu
68,27%. Secara nasional, Indonesia memiliki persentase penduduk berumur 15 tahun yang melek huruf sebesar 92,91%, dengan persentase
pada laki-laki sebesar 95,35% dan pada perempuan sebesar 90,52%.
8.5 Tahun
1 DKI Jakarta
10,3
8 - 8.5 Tahun
7,5 - 8 Tahun
7 Riau
8,6
10 Bengkulu
8,20
15
Sulawesi Tengah
7,9
21 Lampung
11 Maluku Utara
8,20
16
Sulawesi Tenggara
12 Papua
8,20
17
Bali
25
7,40
31 NTB
6,6
7,9
22 Jawa Barat
7,7
26
Sulawesi Selatan
7,40
32 NTT
6,6
7,8
23 Papua Barat
7,7
27
Jawa Timur
7,20
33 Kalimantan Barat
6,6
24 Kalimantan Selatan
7,5
28
Gorontalo
7,20
2 DI Yogyakarta
8,8
8 Maluku
8,6
3 Sulawesi Utara
8,8
9 Sumatera Barat
8,5
4 Kalimantan Timur
8,7
13 Kep. Riau
8,10
18
Kalimantan Tengah
7,8
5 Aceh
8,6
14 Banten
8,00
19
Jambi
7,7
29
Jawa Tengah
7,10
6 Sumatera Utara
8,6
20
Sumatera Selatan
7,7
30
Sulawesi Barat
7,10
Rata-rata lama sekolah secara nasional penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2008 mencapai 7,5 tahun, sedangkan tahun 2009 meningkat
menjadi 7,7 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk Indonesia baru mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 7 SMP atau
putus sekolah di kelas 8 SMP. Berdasarkan distribusi wilayah selama kurun waktu 2008-2009 rata-rata lama sekolah terendah di Kalimantan
Barat, NTT dan NTB sebesar 6,6 tahun. Sedangkan pencapaian tertinggi yaitu DKI Jakarta rata-rata di atas 10 tahun.
620
621
624
628
631
400
200
0
2005
2006
2007
2008
2009
1
2
3
4
644,67
642,55
641,63
640,12
5
6
7
8
9
10
11
Bangka Belitung
Kalimantan Timur
Nusa Tenggara Barat
Jawa Tengah
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
Kalimantan Selatan
639,10
638,73
637,98
636,39
635,48
634,73
634,59
19
20
21
22
23
24
25
Jawa Barat
Sumatera Selatan
Banten
DKI Jakarta
Sulawesi Tengah
Bengkulu
Gorontalo
628,71
628,30
627,63
627,46
627,40
626,82
621,31
26
27
28
29
30
31
Pada tahun 2009, sebagian besar provinsi di Indonesia memiliki pengeluaran per kapita per bulan antara Rp 620.000,- Rp 640.000,-. Provinsi
dengan pengeluaran tertinggi adalah DI Yogyakarta dengan Rp 644.670,-, sementara provinsi dengan pengeluaran terendah adalah Papua Barat
dengan Rp 595.280,-. Bila dilihat tren selama 5 tahun (2005-2009) pengeluaran per kapita cenderung meningkat. Tahun 2009 pengeluaran
secara nasional Rp. 631.000,- meningkat dari Rp. 628.000,- di tahun 2008.
1
2
3
4
5
6
7
Bali
Kepulauan Riau
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Barat
DKI Jakarta
95,7
94,9
94,3
94,1
93,8
92,6
92,4
> 90%
8 Maluku Utara
9 Kepulauan Bangka Belitung
10 Sulawesi Utara
11 Sumatera Barat
12 Riau
13 Banten
92,3
92,0
91,5
91,3
90,5
90,5
14
15
16
17
18
19
20
85 - 90%
Nusa Tenggara Barat
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
Selatan Selatan
Sulawesi Barat
Kalimantan Timur
Lampung
89,0
88,8
88,2
87,9
87,6
87,2
87,1
21
22
23
24
25
26
27
80 - 85%
Aceh
Sumatera Utara
Gorontalo
Jambi
Bengkulu
Sumatera Selatan
Maluku
84,5
84,5
84,5
84,2
84,1
81,4
80,3
28
29
30
31
32
33
< 80%
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Papua
79,4
79,2
76,8
76,3
75,6
69,0
Pada tahun 2010 persentase rumah tangga dengan kualitas fisik air minum termasuk kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbusa, dan tidak berbau) sebesar 90%, di perkotaan 94,2% dan di perdesaan 85,6%. Persentase kualitas fisik air minum yang keruh sebesar
6,9%, berwarna 4%, berasa 3,4%,berbusa 1,2%, dan berbau sebesar 2,7%.
>60 %
50 - 60 %
9 Jawa Tengah
40 - 50 %
< 40%
1 DKI Jakarta
82,7
58,9 17 Jambi
51,3
21 Papua Barat
48,0
29 Papua
39,1
2 DI Yogyakarta
79,2
10 Bengkulu
57,5 18 Maluku
51,0
22 Sumatera Selatan
47,1
30 Kalimantan Tengah
35,9
3 Bali
71,8
11 Sumatera Utara
50,9
23 Lampung
46,7
31 Sulawesi Barat
35,6
4 Kepulauan Riau
68,9
50,6
24 Sulawesi Tengah
45,8
32 Gorontalo
35,3
5 Sulawesi Utara
68,1
13 Riau
54,3
25 Sulawesi Tenggara
45,6
25,2
6 Kalimantan Timur
65,7
14 Jawa Barat
54,3
42,8
7 Banten
61,2
15 Jawa Timur
54,3
27 Kalimantan Barat
42,7
8 Sulawesi Selatan
60,8
16 Aceh
53,8
28 Sumatera Barat
41,5
Pada tahun 2010 persentase rumah tangga yang akses terhadap pembuangan tinja layak sesuai MDGs sebesar 55,5%, di perkotaan 71,4% dan di
perdesaan 38,5%. Menurut tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita, semakin
besar pula persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap pembuangan tinja layak, sebesar 32,1% pada kuintil 1 dan 77,9% pada kuintil 5.
10
>60 %
1
2
3
4
5
6
7
DKI Jakarta
Bali
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Jawa Tengah
Kepulauan Riau
87,0
79,7
76,8
75,1
74,2
74,0
73,9
8 Sulawesi Utara
9 Jawa Barat
10 Gorontalo
11
12
13
14
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Barat
Sumatera Utara
Papua Barat
71,9
70,4
69,7
66,4
65,9
64,5
64,5
15
16
17
18
19
20
63,5
63,4
63,0
62,9
61,2
60,8
21
22
23
24
25
26
50 - 60 %
Riau
Sulawesi Selatan
Maluku Utara
Nusa Tenggara Timur
Bengkulu
Jambi
58,2
56,8
56,6
53,8
51,1
50,7
27
28
29
30
31
32
40 - 50 %
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Lampung
Kalimantan Tengah
Papua
Maluku
49,5
48,7
46,1
44,2
41,3
40,6
< 40%
33 Kalimantan Barat
35,9
Air minum berkualitas baik adalah sumber air minum terlindung (termasuk air kemasan), sarana berada dalam radius kurang dari 1 kilometer,
tersedia sepanjang waktu, dan kualitas fisik airnya baik. Persentase rumah tangga dengan akses terhadap air minum berkualitas baik sebesar 67,5%,
dengan persentase tertinggi di DKI Jakarta (87%), diikuti Bali (79,7%), DI Yogyakarta (76,8%) dan Jawa Timur (75,1%). Sedangkan yang terendah di
Kalimantan Barat 35,9%. Masih terdapat rumah tangga dengan akses terhadap air minum kurang baik yaitu sebesar 32,5%.
11
1
2
3
4
5
6
7
Sulawesi Selatan
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Barat
Sumatera Utara
Jawa Timur
50%
66.9 8
62.8 9
61.2 10
60.1 11
58.6 12
58.2 13
57.4 14
DKI Jakarta
Sumatera Barat
Kalimantan Selatan
Riau
Banten
Sulawesi Tenggara
Aceh
57.2
54.2
53.2
52.3
52.1
51.3
50.3
15
16
17
18
19
20
21
Bengkulu
Kalimantan Barat
Kepulauan Riau
Jambi
Sulawesi Tengah
Bali
Sulawesi Utara
40 - 50%
49.9 22 Kalimantan Tengah
49.6 23 Sulawesi Barat
49.2
48.2
48.1
47.5
45.5
30 - 40%
42.0 24 Papua Barat
40.8 25 Lampung
26 Gorontalo
27 Nusa Tenggara Barat
38.2
35.4
35.1
30.2
28
29
30
31
32
33
30%
Sumatera Selatan
27.8
Kepulauan Bangka Belitung27.7
Maluku
26.9
Papua
26.0
Maluku Utara
22.5
Nusa Tenggara Timur
16.5
12
Persentase rumah tangga dengan sumber utama air minum yang berada di dalam rumah sebesar 53,3%. Provinsi dengan persentase tertinggi di
Sulawesi Selatan (66,9%), dan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (16,5%). Rumah tangga dengan sumber utama air minum yang
berjarak 10 meter dari rumah sebesar 28,5%, yang berjarak 11 - 100 meter sebesar 13,7%; yang berjarak 101 1.000 meter sebesar 3,5%, dan
yang jaraknya lebih dari 1.000 meter sebesar 0,9%.
1
2
3
4
5
6
7
DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
D I Yogyakarta
Bali
Banten
Jawa Barat
>25
84,30
8
48,10
9
47,20
10
44,30
11
40,60
33,50
32,70
Jawa Timur
Sulawesi Utara
Maluku
Jawa Tengah
28,30
26,90
26,40
25,60
12
13
14
15
16
17
18
20 - 25
Sulawesi Selatan
Bengkulu
Kalimantan Selatan
Papua Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Tenggara
Riau
24,60
23,70
23,70
23,70
21,30
20,50
20,20
19
20
21
22
23
24
25
Jambi
Sumatera Selatan
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Tengah
Aceh
Sumatera Barat
Sulawesi Barat
15-20
20,00
26 Papua
19,70
19,00
17,70
17,60
16,90
15,20
15,10
27
28
29
30
31
32
33
<15
Maluku Utara
Lampung
Sulawesi Tengah
Kep. Bangka Belitung
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Gorontalo
13,70
13,20
12,90
12,20
11,70
10,50
6,00
Penanganan sampah yang memenuhi kriteria baik yaitu penanganan sampah yang diangkut petugas, ditimbun dalam tanah, dibuat kompos.
Secara nasional penanganan sampah yang memenuhi kriteria ini sebanyak 28,7%. Sebanyak 24 provinsi nilainya lebih rendah dari nilai nasional
dengan provinsi yang terendah nilainya yaitu Provinsi Gorontalo. Sedangkan provinsi yang memiliki nilai tertinggi yaitu DKI Jakarta (84,30%),
Kepulauan Riau (48,1%).
13
>30
1
2
3
4
5
6
7
Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Riau
Sumatera Utara
Sulawesi Utara
Kep. Bangka Belitung
Papua Barat
43,60
42,70
41,10
37,40
36,00
34,50
33,80
8 DKI Jakarta
9 Bali
10 Bengkulu
33,20
32,60
31,70
11
12
13
14
15
16
17
25 - 30
Aceh
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
D I Yogyakarta
Sumatera Barat
Gorontalo
29,80
28,60
28,10
28,10
27,00
26,00
25,80
18
19
20
21
22
23
24
20 - 25
Jawa Timur
Jawa Barat
Papua
Kalimantan Tengah
Banten
Jambi
Maluku Utara
24,60
24,40
24,00
23,50
22,40
22,20
21,70
25
26
27
28
29
30
31
Sulawesi Tenggara
Jawa Tengah
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Barat
Maluku
Sulawesi Tengah
19,20
18,80
17,90
17,60
17,10
16,70
16,20
<20
32 Lampung
33 Nusa Tenggara Timur
14,10
7,50
14
Kriteria rumah sehat yang digunakan bila memenuhi tujuh kriteria, yaitu atap berplafon, dinding permanen (tembok/papan), jenis lantai
bukan tanah, tersedia jendela, ventilasi cukup, pencahayaan alami cukup, dan tidak padat huni (lebih besar atau sama dengan 8 m2/orang).
Sebanyak 24,9% rumah penduduk di Indonesia sudah termasuk dalam kriteria rumah sehat. Provinsi yang paling rendah persentasenya yaitu
Nusa Tenggara Timur (7,50%), sedangkan provinsi yang persentasenya paling tinggi yaitu Kalimantan Timur (43,60%) selanjutnya Kepulauan
Riau (42,7%).
1
2
3
4
5
6
7
8
<33
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
DKI Jakarta
Bali
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
D I Yogyakarta
Jawa Tengah
28,30
30,50
30,80
31,00
31,40
31,60
31,60
32,60
9
10
11
12
13
14
33 - 36
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur
Kep. Bangka Belitung
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Barat
Sumatera Utara
34,30
34,80
35,30
35,50
35,60
35,70
15
16
17
18
19
20
21
22
Sulawesi Utara
Banten
Riau
Sumatera Selatan
Maluku
Papua
Aceh
Jawa Barat
36 - 39
36,20
23 Bengkulu
36,30
24 Lampung
36,30
25 Jambi
36,50
26 Sulawesi Tengah
36,70
27 Sumatera Barat
37,10
28 Papua Barat
37,10
29 Gorontalo
37,70
30 Kepulauan Riau
37,80
38,00
38,10
38,20
38,40
38,50
38,70
38,90
>39
31 Maluku Utara
32 Nusa Tenggara Timur
33 Kalimantan Tengah
40,70
41,20
43,10
Penduduk yang merokok terdiri dari penduduk yang merokok tiap hari maupun kadang-kadang. Secara nasional persentase penduduk yang
merokok mencapai 34,70%. Provinsi yang persentase penduduk yang merokoknya tinggi yaitu Kalimantan Tengah sebanyak 43,10% kemudian
Nusa Tenggara Timur sebanyak 41,20%. Sebanyak 9 provinsi berada di bawah persentase nasional dengan persentase terendah di Sulawesi
Tenggara yaitu 28,30%, kemudian Kalimantan Selatan (30,50%) dan DKI Jakarta (30,80%).
15
20%
1 DKI Jakarta
2 Papua
21.6
21.3
3
4
5
6
15% - 20%
Papua Barat
Bali
Sumatera Utara
Kepulauan Riau
19.2
19.1
18.0
16.8
7
8
9
10
11
12
13
14
15
10% - 15%
Kalimantan Timur
DI Yogyakarta
Riau
Jawa Tengah
Nusa Tenggara Barat
Bengkulu
Jawa Timur
Kalimantan Tengah
Aceh
14.9
14.1
13.4
12.3
11.7
11.2
11.2
10.8
10.2
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Sulawesi Utara
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
Sumatera Barat
Banten
Maluku
Kalimantan Selatan
Jambi
< 10%
9.8
25
9.6
26
9.5
27
9.1
28
9.0
29
8.8
30
8.8
31
8.4
32
8.3
33
Lampung
Maluku Utara
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Bangka Belitung
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat
Gorontalo
8.3
8.3
8.0
7.2
6.8
6.5
6.3
5.5
4.7
Pada tahun 2010 terdapat 11,4% penduduk umur 15 tahun di Indonesia dengan pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS. Menurut jenis
kelamin, terdapat 13% laki-laki umur 15 tahun dengan pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dan terdapat 9,8% pada perempuan.
Menurut tempat tinggal, di perkotaan terdapat 15% penduduk umur 15 tahun dengan pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS, sedangkan
di perdesaan sebesar 7,4%.
16
putih
< 35%
35% - 40%
1 Bali
30,9
2 Sumatera Barat
40% - 45%
> 45%
Sulawesi Utara
35,7
12 Kalimantan Selatan
39,3
17 Gorontalo
40,40
23 Papua Barat
42,80
31,0
Jawa Timur
36,8
13 Riau
39,3
18 Sulawesi Tengah
40,6
24 Lampung
3 Kepulauan Riau
32,2
37,1
14 Aceh
39,6
19 DI Yogyakarta
40,9
4 Jambi
33,9
Maluku
38,4
15 Papua
39,7
20 Kalimantan Timur
41,3
5 Banten
34,2
10 NTT
38,4
16 DKI Jakarta
39,9
21 Maluku Utara
11 Kalimantan Tengah
39
22 Bengkulu
29 Jawa Tengah
44,3
30 Sumatera Selatan
45,4
43,3
31 Sulawesi Tenggara
45,5
25 Sulawesi Selatan
43,4
32 NTB
46,7
26 Sumatera Utara
43,4
33 Sulawesi Barat
46,7
41,9
27 Kalimantan Barat
43,7
42,3
28 Jawa Barat
44,3
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, dapat diketahui bahwa persentase penduduk yang mengkonsumsi energi < 70% sebesar 40,7%.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, nampak bahwa persentase pada penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan yaitu 41,6%
berbanding 39,9%. Sedangkan gambaran menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk pada kisaran umur 13-15 tahun dan 16-18
tahun memiliki persentase tertinggi di antara kelompok umur lainnya, masing-masing sebesar 54,5%.
17
< 25%
25% - 35%
35% - 45%
> 45%
18,0
4 Aceh
25,6
10 Sumatera Barat
28,5
16 Sulawesi Tenggara
31,9
19 Papua Barat
42,3 30 Papua
46,1
2 Sumatera Utara
21,4
5 Jambi
25,8
11 Kalimantan Timur
30,2
17 Sulawesi Barat
32,5
20 Bengkulu
42,4 31 Maluku
47,8
3 Kepulauan Riau
23,5
6 Sulawesi Selatan
27,2
12 DKI Jakarta
30,7
18 Kalimantan Tengah
33,7
21 NTB
36,6 27 DI Yogyakarta
49,0
7 Bali
27,4
13 Sulawesi Utara
30,7
22 Jawa Timur
44,5 33 NTT
56,0
8 Gorontalo
27,7
14 Riau
30,8
23 Kalimantan Barat
41,2 29 Lampung
44,7
9 Kalimantan Selatan
28
15 Banten
31,6
24 Jawa Barat
41,9
18
Persentase penduduk yang mengkonsumsi protein < 80% sebesar 37,4%. Berdasarkan karakteristik pekerjaan, diketahui bahwa penduduk
dengan jenis pekerjaan petani/nelayan/buruh memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 42%. Menurut karakteristik tingkat pendidikan,
penduduk yang tidak pernah sekolah memiliki persentase tertinggi sebesar 46,4%.
> 73%
58% - 73%
43% - 58%
< 43%
1 Sulawesi Utara
96,2
Jawa Barat
72,5
14 Jawa Tengah
48,7
25 Lampung
32,5
2 DKI Jakarta
79,9
Sulawesi Tenggara
70,2
15 Sumatera Barat
46,5
26 Papua Barat
29,8
3 Gorontalo
77,3
Jambi
68,3
16 DI Yogyakarta
43,7
27 Maluku Utara
38,1
4 Maluku
76,3
10 Bengkulu
65,9
17 Aceh
43,6
28 NTT
38,0
5 Banten
75,2
11 Bali
63,2
18 Sulawesi Barat
51,5
29 Kepulauan Riau
36,3
6 Sumatera Utara
74,7
61,2
19 Papua
51,1
30 Riau
34,5
13 Jawa Timur
58,2
20 Kalimantan Barat
50,3
31 NTB
33,3
Case Detection Rate (CDR) TB Paru merupakan proporsi jumlah kasus BTA positif yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan dahak terhadap
jumlah perkiraan kasus menular. Case Detection Rate TB Paru pada tahun 2010 sebesar 78,3%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan CDR
tahun 2009 sebesar 73,1%. Pada tahun 2010 terdapat 6 provinsi yang telah memenuhi Target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2010
sebesar 73%.
19
> 95%
85% - 95%
75% - 85%
< 75%
1 Maluku
96,9
Bengkulu
94,8 14 Lampung
93,2
90,1
28 Maluku Utara
84,6
32 Papua
61,9
2 Sulawesi Utara
96,1
Kalimantan Tengah
94,8 15 Aceh
93,1
23 Sulawesi Selatan
89,9
29 DI Yogyakarta
84,2
33 Papua Barat
48,3
3 Sumatera Utara
96,1
Sulawesi Tenggara
92,9
24 Sumatera Barat
88,5
30 Riau
83,8
4 Gorontalo
95,5
Jambi
92,4
25 Bali
88,3
31 Kepulauan Riau
82,0
5 Sumatera Selatan
95,1
10 NTB
92,2
26 DKI Jakarta
85,8
11 Kalimantan Selatan
93,9 19 NTT
92,0
27 Kalimantan Timur
85,3
12 Sulawesi Tengah
90,5
13 Banten
90,45
20
.
Success Rate (SR) TB merupakan jumlah dari persentase pasien sembuh dan persentase pasien yang mendapatkan pengobatan lengkap. SR
TB pada tahun 2009 sebesar 91,2%. Angka ini sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 91%. Sebanyak 27
provinsi telah mencapaii target SR TB sebesar 85%. Terdapat 6 provinsi yang belum mencapai target .
< 1
1-2
2-3
> 3
DKI Jakarta
Jaw a Barat
0,36
15
Gorontalo
0,54
20
26
Bengkulu
4,36
Bali
0,02
Sumatera Barat
0,41
16
Kalimantan Barat
0,54
21
Kepulauan Riau
1,12
27
4,57
Jaw a Tengah
0,08
10
17
Lampung
0,78
22
1,35
28
Maluku
7,37
Banten
0,14
11
Jaw a Timur
0,47
18
0,85
23
29
12
Riau
0,47
19
Kalimantan Timur
0,93
24
Jambi
1,89
30
Sumatera Utara
0,25
13
0,47
1,93
31
Papua
9,94
DI Yogyakarta
0,3
14
32
NTT
15,62
Aceh
0,48
25
NTB
Maluku Utara
33
8,91
.
Annual Parasite Incidence (API) adalah jumlah kasus malaria berdasarkan konfirmasi laboratorium terhadap jumlah populasi berisiko. API malaria
di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 1,96 per 1.000 penduduk. API tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 1,85
per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010 terdapat 8 provinsi yang belum mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan 2010 sebesar < 2 per
1.000 penduduk.
21
2006
2007
2008
2009
2010
< 35
35-55
1 Maluku
0,4
Riau
2 Jambi
6,0
3 Kalimantan Barat
13,9
14,2
10 Kalimantan Selatan
15,1
11 NTT
30,6
12 Maluku Utara
5 Papua
55-75
14 Sumatera Barat
38,1
21 Jaw a Barat
59,5
87,7
Lampung
25,6
45,3
22 Jaw a Tengah
60,5
29 Kepulauan Riau
88,4
29,9
16 Gorontalo
46,1
30 DI Yogyakarta
144,9
49,0
24 Aceh
63,7
31 Kalimantan Timur
167,3
25 Sumatera Utara
67,3
32 DKI Jakarta
227,4
52,8 20 Banten
> 75
13 Bengkulu
18,3
33 Bali 337,0
22
Incidence Rate Demam Berdarah Dengue (IR DBD) adalah jumlah kasus DBD terhadap penduduk berisiko. IR DBD di Indonesia pada tahun 2010
.
sebesar 65,7 per 100.000 penduduk. Dengan demikian angka ini mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2009 sebesar 68,22 per 100.000
penduduk. Pada tahun 2010 terdapat 14 provinsi dengan IR DBD yang belum mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan 2010 sebesar < 55
per 100.000 penduduk.
< 15%
Kep. Bangka Belitung
15% - 20%
14,9
20% - 25%
> 25%
1 Sulawesi Utara
10,6 8
Bengkulu
15,3
16 Banten
18,5
19 Sulawesi Barat
20,5
26 Maluku
26,2
2 Bali
10,9
10 Jawa Tengah
15,7
17 Jambi
19,7
20 Sumatera Utara
21,3
27 Gorontalo
26,5
3 DKI Jakarta
11,3
11 Riau
16,2
18 Sumatera Selatan
19,9
21 Kalimantan Selatan
22,8
28 Papua Barat
26,5
4 DI Yogyakarta
11,3
12 Papua
16,3
22 Sulawesi Tenggara
22,8
29 Sulawesi Tengah
26,5
5 Jawa Barat
13,0
13 Jawa Timur
17,1
23 Maluku Utara
23,6
30 Kalimantan Tengah
27,6
6 Lampung
13,5
14 Kalimantan Timur
17,1
24 Aceh
23,7
31 Kalimantan Barat
29,2
7 Kepulauan Riau
14,1
15 Sumatera Barat
17,2
25 Sulawesi Selatan
25,0
32 NTT
29,4
33 NTB 30,5
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, diketahui bahwa prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 17,9%.
Angka ini mengalami penurunan dibandingkan hasil Riskesdas 2007 dengan prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 18,4%. Pada tahun
2010, prevalensi status gizi menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa prevalensi balita gizi buruk dan kurang pada balita laki-laki lebih besar
dibandingkan balita perempuan dengan perbandingan 19,1% terhadap 16,7%.
23
< 10%
10% - 12,5%
1 Sulawesi Utara
9,7
2 Kalimantan Timur
9,9
3 Sumatera Utara
12,5% - 15%
10,2
15 Bali
22 Jawa Barat
10 Sulawesi Tengah
10,2
16 Aceh
11,1
23 Bengkulu
8,7
11 Papua Barat
10,4
17 Gorontalo
11,6
4 Kepulauan Riau
9,1
12 Maluku Utara
10,4
18 Jambi
11,6
5 Papua
9,2
13 Maluku
10,6
19 Lampung
6 Riau
9,2
14 Sulawesi Tenggara
10,9
20 Kalimantan Tengah
12,0
12,1
12,3
> 15%
14,9
29
Banten
15,3
12,7
30
NTB
16,1
24 Jawa Tengah
13,7
31
DI Yogyakarta
17,5
25 Sumatera Barat
14,1
32
Kalimantan Selatan
18,6
26 Sulawesi Selatan
14,6
33
NTT
19,7
27 Kalimantan Barat
14,7
24
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa persentase penduduk dewasa umur >18 tahun ke atas dengan status gizi kurus di Indonesia sebesar
12,6%. Berdasarkan riset tersebut, penduduk dewasa dengan status gizi kurus menurut karakteristik status pekerjaan dan jenis kelamin
menunjukkan bahwa pada kelompok laki-laki, persentase terbesar adalah penduduk dengan status tidak kerja (23,6%). Pada kelompok
perempuan, persentase terbesar dimiliki penduduk dengan status sekolah sebesar 20,7%.
<5
5 - 10
10 - 15
> 15
1 Gorontalo
0,33
Lampung
1,86
15 NTT
5,55
22 Sumatera Barat
9,10
24 Jawa Timur
10,44
28 Kalimantan Barat
23,96
2 Kalimantan Timur
0,35
Kalimantan Tengah
2,4
16 Sulawesi Selatan
6,65
23 Jambi
9,37
11,65
29 Kep. Riau
24,96
3 Sulawesi Tengah
0,46
10
Jawa Tengah
2,92
17 Bengkulu
7,49
26 Maluku
14,21
30 DKI Jakarta
44,74
4 Kalimantan Selatan
0,78
11
Sumatera Selatan
3,04
18 Sulawesi Utara
7,69
27 DI Yogyakarta
14,82
31 Bali
49,16
5 Sulawesi Tenggara
0,95
12
19 Riau
8,39
32 Papua
173,69
6 Aceh
1,29
13
Banten
3,86
20 Jawa Barat
8,91
7 Maluku Utara
1,77
14
Sumatera Utara
3,88
21 Papua Barat
8,93
33 Sulawesi Barat
Case rate AIDS menggambarkan jumlah kasus kumulatif AIDS terhadap 100.000 penduduk berisiko sampai dengan periode waktu tertentu.
Case rate AIDS per 100.000 penduduk sampai dengan Desember tahun 2010 adalah sebesar 10,46. Angka ini diperoleh dari jumlah kumulatif
kasus AIDS sampai dengan Desember tahun 2010 sebesar 24.131 kasus. Terdapat lima provinsi dengan Case Rate AIDS > 15 per 100.000
penduduk pada tahun 2010.
25
1
2
3
4
< 400
Lampung
Bali
DI Yogyakarta
Sumatera Selatan
270
306
311
351
5
6
7
8
9
10
11
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Kepulauan Riau
Riau
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
418
426
427
433
539
542
546
12
13
14
15
16
17
18
400 - 700
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
Jawa Timur
Jambi
Papua Barat
Kepulauan Bangka Belitung
Aceh
668
674
687
22
23
24
25
26
27
28
700 - 1000
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Bengkulu
Maluku
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Barat
Jawa Barat
789
810
827
887
903
927
937
29
30
31
32
33
> 1000
DKI Jakarta
Gorontalo
Sulawesi Utara
Banten
Papua
1.032
1.200
1.221
1.282
1.441
26
Period Prevalence TB (dengan diagnosis) pada penduduk 15 tahun 2010 sebesar 725 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan prevalensi
terendah di Lampung yaitu 270, Bali 306, DI Yogyakarta 311, dan Sumatera Selatan 351 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan prevalensi
tertinggi di Papua yaitu 1.441, Banten 1.282, Sulawesi Utara 1.221, Gorontalo 1.200, dan DKI Jakarta 1.032 per 100.000 penduduk. Prevalensi pada
laki-laki (819 per 100.000 penduduk) lebih tinggi daripada perempuan (634 per 100.000 penduduk). Sementara itu jumlah suspek (gejala) TB pada
periode yang sama sebesar 2.728 per 100.000 penduduk.
1
2
3
4
5
6
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Banten
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
5
0 7 Bali
1 8 Sumatera Barat
1 9 Sulawesi Tenggara
1 10 Sumatera Utara
1 11 Lampung
1 12 Riau
1
3
4
4
5
5
13
14
15
16
17
18
Sulawesi Selatan
Aceh
Kalimantan Selatan
Gorontalo
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
5 - 10
6 19 Kalimantan Timur
7 20 Sulawesi Tengah
7
8
9
9
9
9
21
22
23
24
25
26
Jambi
Kepulauan Riau
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Tengah
Maluku
Kep. Babel
10 - 15
12 27 Sulawesi Barat
14
14
14
14
15
15
28
29
30
31
32
33
15
Bengkulu
Sulawesi Utara
NTT
Maluku Utara
Papua
Papua barat
16
19
44
36
101
106
Tahun 2010 Period Prevalence Malaria yang didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan darah, sebanyak 6 per 1.000 penduduk, menurun
dibandingkan dengan tahun 2007 (13,9). Berdasarkan kewilayahan, Period Prevalence Malaria daerah Jawa dan Bali sebanyak 1 per 1.000
penduduk, sedangkan di luar daerah Jawa dan Bali mencapai 13 per 1.000 penduduk. Di daerah perdesaan prevalensinya cenderung lebih tinggi
daripada daerah perkotaan yaitu 128 dibanding 85.
27
1
2
3
4
5
6
> 70%
DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Papua
Papua Barat
DI Yogyakarta
Bali
82,7 7
80,4 8
74,6 9
74,1 10
71,5 11
70,7 12
60% - 70%
Sulawesi Utara
Riau
Kep. Babel
Maluku
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
50% - 60%
68,3 13 Jawa Barat
59,0 19 Jawa Tengah
64,8 14 Aceh
58,9 20 Kalimantan Tengah
63,9 15 Sumatera Utara 58,4 21 Jawa Timur
63,5 16 Sumatera Barat 57,9 22 NTB
61,9 17 Banten
57,8 23 Bengkulu
60,4 18 Jambi
56,4 24 Sulawesi Selatan
56,1
55,0
53,5
52,4
50,7
50,1
25
26
27
28
29
< 50%
Lampung
49,8 30 Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat 47,9 31 NTT
Sulawesi Tengah 47,5 32 Sulawesi Barat
Maluku Utara
47,1 33 Gorontalo
Sumatera Selatan 46,2
45,9
44,4
37,5
32,1
28
Pada tahun 2010 terdapat 57,5% penduduk umur 15 tahun di Indonesia yang pernah mendengar HIV/AIDS. Menurut jenis kelamin, 62,1% laki-laki
dan 53,1% perempuan umur 15 tahun yang pernah mendengar HIV/AIDS. Menurut tempat tinggal, di perkotaan terdapat 70,7% penduduk umur
15 tahun yang pernah mendengar HIV/AIDS dan di perdesaan hanya 42,9%.
< 10
1 Sumatera Barat
2 Sumatera Utara
8,2 7
3 Bengkulu
10-12,5
9,3
> 15
11 Jawa Timur
10,1
16 Aceh
11
20 Papua Barat
13,5
25 NTB
17,6
12 Banten
10,3
17 Sumatera Selatan
11,4
21 Sulawesi Utara
13,8
26 Sulawesi Selatan
16,2 31 Papua
17,9
8,7 8
Riau
9,3
10,4
18 Bali
12,1
22 Kalimantan Barat
13,9
27 Kalimantan Selatan
18,5
4 Lampung
Maluku
9,6
14 Sulawesi Tenggara
10,4
19 Jambi
12,4
23 Kepulauan Riau
14,1
28 Gorontalo
16,7 33 NTT
19,2
5 DKI Jakarta
9,9
15 Jawa Barat
10,9
24 Sulawesi Barat
14,9
29 Maluku Utara
17,0
DI Yogyakarta
12,5-15
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, persentase bayi yang lahir dengan berat badan < 2.500 gram sebesar 11,1%. Angka tersebut sedikit lebih
rendah dibandingkan hasil Riskesdas 2007 yang sebesar 11,5%. Gambaran pada Riskesdas 2010 menurut karakteristik pengeluaran rumah
tangga per kapita diketahui bahwa persentase tertinggi terdapat pada kelompok kuintil 1 sebesar 13,7%. Sedangkan menurut karakteristik
pendidikan Kepala Keluarga (KK, persentase tertinggi terdapat pada bayi dengan KK tidak tamat SD sebesar 15,1%.
29
1
2
3
4
5
6
7
8
DI Yogyakarta
Kepulauan Riau
Jawa Tengah
DKI Jakarta
Jawa Timur
Bali
Jawa Barat
Kalimantan Selatan
100
98,4
98,1
97,9
96,7
96,4
95,5
95,0
9
10
11
12
13
14
15
16
85%
Kep. Babel
Lampung
Aceh
Sumatera Barat
Sulawesi Selatan
NTB
Bengkulu
Kalimantan Timur
94,6
94,2
94,1
94,1
93,1
93,0
92,1
91,9
17
18
19
20
21
22
23
24
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Banten
Riau
Sumatera Utara
Sulawesi Barat
NTT
Maluku
91,1
90,1
89,8
88,4
88,0
87,9
85,9
85,3
25
26
27
28
29
30
31
32
75% - 85%
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Jambi
Kalimantan Barat
Gorontalo
Kalimantan Tengah
Papua
82,1
81,4
79,9
78,6
78,3
78,1
77,2
76,8
65% - 75%
33 Papua Barat
< 65%
71,3
Persentase perempuan usia 10-59 tahun yang melakukan kunjungan kehamilan minimal satu kali (tanpa melihat waktu kunjungan) pada kehamilan
terakhir sebesar 92,7%. Menurut tempat tinggal, terdapat 97% yang melakukan kunjungan kehamilan minimal satu kali pada kehamilan terakhir di
perkotaan dan 88,3% di perdesaan. Menurut pendidikan ibu, semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi juga persentase kunjungan pada saat
kehamilan terakhir. Pada ibu yang tidak tamat SD persentase kunjungan kehamilan minimal satu kali pada kehamilan terakhir sebesar 80,5%,
30
sedangkan pada ibu yang tamat perguruan tinggi cakupan mencapai 99,1%.
100
80
60
40
20
0
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
DKI Jakarta
Banten
Bali
NTB
DI Yogyakarta
Riau
Sulawesi Selatan
101.01
100.38
99.53
99.41
99.21
99.18
98.90
8
9
10
11
12
13
14
Kep. Babel
Sulawesi Barat
Jawa Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Jawa Barat
Jawa Tengah
85%
98.73
98.61
98.22
97.49
96.66
96.48
96.38
15
16
17
18
19
20
21
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Jambi
Gorontalo
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
96.25
95.68
95.59
95.19
94.51
94.42
93.71
22
23
24
25
26
27
28
75% - 85%
29 Maluku Utara
30 NTT
31 Papua Barat
65% - 75%
< 65%
83.71 32 Kepulauan Riau 73.53 33 Papua
80.43
79.52
53.55
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 pada tahun 2010 sebesar 95,26%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah DKI Jakarta (101,01%) dan
terendah Papua (53,33%). Dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 94,51%, cakupan pada tahun 2010 sedikit meningkat.
31
100
80
60
40
20
0
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
8
DKI Jakarta
Bali
Kep. Babel
Riau
Sumatera Barat
Jawa Tengah
NTB
Sumatera Utara
94.01
92.23
91.61
91.16
90.28
89.98
88.43
88.31
9
10
11
12
13
14
15
16
84%
Jambi
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sumatera Selatan
Jawa Barat
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
88.10
88.07
87.61
87.48
87.42
87.26
87.20
85.73
17
18
19
20
Bengkulu
Lampung
Banten
Kalimantan Barat
85.21
84.44
84.43
84.42
21
22
23
24
25
26
27
28
74% - 84%
Gorontalo
Aceh
DI Yogyakarta
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Sulawesi Barat
83.55
83.06
82.76
82.29
82.14
80.90
77.16
74.50
64% - 74%
29 Maluku
30 Kep. Riau
73.41
69.31
< 64%
31 NTT
32 Papua Barat
33 Papua
56.39
48.03
20.90
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 pada tahun 2010 sebesar 85,56% yang berarti telah mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan tahun
2010 yang sebesar 84%. Sebanyak 20 provinsi (60,6%) telah mencapai target Renstra 2010. Provinsi dengan cakupan kunjungan ibu hamil K4
tertinggi adalah DKI Jakarta (94,01%) dan terendah Papua (20,90%).
32
100
80
60
40
20
0
2006
2007
2008
68.65 71.16
2009
2010
1
2
3
4
5
6
84%
Kep. Babel
Riau
Bali
Kalimantan Selatan
D I Yogyakarta
Aceh
94.10
91.91
90.00
86.43
85.45
84.19
7
8
9
10
11
NTB
Sulawesi Utara
Jawa Barat
DKI Jakarta
Banten
74% - 84%
83.89 12 Kalimantan Barat
82.95 13 Jawa Tengah
82.06 14 Lampung
80.46 15 Sumatera Barat
79.37 16 Bengkulu
79.04
78.63
78.14
77.76
77.19
17
18
19
20
21
22
23
64% - 74%
Jambi
Sumatera Utara
Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Kepulauan Riau
NTT
72.38
71.00
69.57
68.90
67.65
67.15
65.97
24
25
26
27
28
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat
Gorontalo
Maluku
Jawa Timur
< 64%
63.34 29
62.73 30
54.18 31
49.73 32
48.99 33
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
42.88
35.00
32.34
27.90
22.57
Pada tahun 2010 cakupan pemberian 90 tablet besi (Fe3) pada ibu hamil di Indonesia sebesar 71,16%. Salah satu syarat pelayanan ibu hamil K4
adalah mendapat 90 tablet besi, oleh karena itu minimal cakupan Fe3 yang harus dicapai adalah sama dengan cakupan K4. Target Renstra
Kementerian Kesehatan 2010 untuk cakupan K4 yang harus dicapai tahun 2010 adalah 84%. Dengan demikian, capaian nasional tahun 2010 untuk
33cakupan Fe3 yang sebesar 71,16% masih belum mencapai target Renstra K4 yang diharapkan yaitu sebesar 84%.
100
80
60
51.8
59.2
40
62.52
70.02
42.9
20
0
2006
2007
2008
2009
2010
84%
1 Bali
2 Jawa Barat
3 Banten
4 NTB
5 Gorontalo
6 NTT
103.44
90.08
89.70
85.66
85.51
84.90
74% - 84%
7 Sulawesi Selatan 83.20 12 Maluku Utara
8 Bengkulu
80.78 13 Kalimantan Tengah
9 Sumatera Selatan 80.55 14 Jambi
10 Riau
79.58 15 Sulawesi Tenggara
11 Aceh
78.90 16 Sulawesi Barat
78.39
78.33
76.96
75.54
74.02
64% - 74%
17 Jawa Tengah
18 Kalimantan Selatan
19 Sumatera Barat
20 Kep. Babel
21 D I Yogyakarta
73.15
69.42
68.51
67.02
66.54
< 64%
22 Lampung
63.10 28 Kalimantan Timur
23 Kalimantan Barat 62.36 29 Papua
24 Sulawesi Tengah 60.69 30 Papua Barat
25 Sumatera Utara 59.76 31 Sulawesi Utara
26 Maluku
58.69 32 DKI Jakarta
27 Kepulauan Riau 57.07 33 Jawa Timur
55.55
51.61
38.67
38.39
37.66
27.6
Pada tahun 2010 cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil di Indonesia sebesar 70,02%. Salah satu syarat pelayanan ibu hamil K4 adalah
mendapat imunisasi TT2+, oleh karena itu minimal cakupan imunisasi TT2+ yang harus dicapai adalah sama dengan cakupan K4. Target Renstra
Kementerian Kesehatan 2010 untuk cakupan K4 yang harus dicapai tahun 2010 adalah 84%. Dengan demikian, capaian nasional tahun 2010
untuk cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil yang sebesar 70,02% masih belum mencapai target Renstra K4 yang diharapkan yaitu sebesar
34
84%.
76.4
84.38 84.78
77.21 80.08
40
20
0
2006
2007
2008
2009
2010
90%
84% - 90%
78% - 84%
< 78%
Bali
98.80
Sumatera Barat
89.48
16 Gorontalo
83.29
25 Banten
77.84
Jawa Timur
95.04
Kalimantan Selatan
88.79
17 Jawa Barat
83.12
26 Kalimantan Barat
77.01
Jawa Tengah
91.90
Sulawesi Selatan
87.23
18 Aceh
82.90
27 Sulawesi Barat
72.50
DKI Jakarta
91.61
10 Jambi
86.78
19 Sumatera Selatan
82.12
28 Maluku
70.01
Riau
91.41
11 D I Yogyakarta
86.56
20 Sulawesi Utara
81.78
68.93
91.09
12 Sulawesi Tenggara
86.14
21 Kalimantan Tengah
79.95
30 Maluku Utara
68.91
13 Sulawesi Tengah
84.85
22 Bengkulu
79.65
31 Papua Barat
65.97
14 Sumatera Utara
84.40
23 Lampung
79.55
32 Kepulauan Riau
64.61
84.01
24 Kalimantan Timur
78.26
33 Papua
25.20
35
Cakupan ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan tahun 2010 adalah sebesar 84,78% yang berarti telah mencapai target Renstra 2010 yang
sebesar 84%. Terdapat 15 provinsi (45,5%) yang telah mencapai target Renstra tahun 2010. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Bali
(98,80%) dan yang terendah adalah Papua (25,20%). Semenjak tahun 2006-2010 cakupan ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan selalu
mengalami peningkatan.
1
2
3
4
5
6
7
8
> 90%
DI Yogyakarta
Bali
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
DKI Jakarta
Jawa Timur
Jawa Tengah
Aceh
84% - 90%
98.6
9 Sumatera Utara
97.3 10 Riau
97.2 11 Sumatera Selatan
95.8 12 Sumatera Barat
95.8
94.7
93.8
91.7
87.4
87.3
86.5
86.2
13
14
15
16
17
18
19
78% - 84%
Sulawesi Utara
83.6
Bengkulu
81.9
Lampung
81.2
Kalimantan Timur 80.0
NTB
79.0
Kalimantan Selatan 78.8
Jawa Barat
78.3
20
21
22
23
24
25
26
Sulawesi Selatan
Kalimantan Barat
Banten
NTT
Sulawesi Barat
Jambi
Gorontalo
< 78%
76.7 27 Sulawesi Tenggara
72.6 28 Papua
70.8 29 Kalimantan Tengah
64.2 30 Papua Barat
64.1 31 Sulawesi Tengah
63.0 32 Maluku
62.9 33 Maluku Utara
62.5
57.0
56.4
54.3
50.3
48.7
26.6
Hasil Riskesdas 2010 menyatakan persentase penolong persalinan oleh tenaga kesehatan pada bayi 0-11 bulan pada tahun 2010 di Indonesia
sebesar 82,2%. Berdasarkan tempat tinggal, di perkotaan terdapat 91,4% persentase penolong persalinan oleh tenaga kesehatan pada bayi 0-11
bulan dan 72,5% di perdesaan. Berdasarkan tempat persalinan, pada persalinan balita terakhir terdapat 55,4% yang dilakukan di fasilitas
kesehatan, 1,4% di polindes/poskesdes, dan 43,2% di rumah/tempat lainnya.
36
1
2
3
4
5
6
7
10%
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Papua
5,5
7,6
8,0
8,3
8,4
9,3
9,5
8
9
10
11
12
13
14
Papua Barat
NTB
Sumatera Selatan
Lampung
Jambi
Bengkulu
Maluku Utara
10% - 15%
10,0
15
10,2
16
10,3
17
11,3
18
11,7
19
11,9
20
12,2
NTT
Kalimantan Selatan
Sumatera Utara
Riau
Aceh
Sulawesi Selatan
12,6
13,4
13,5
13,6
13,8
14,8
21
22
23
24
25
Jawa Barat
Maluku
Jawa Tengah
Banten
Jawa Timur
15% - 20%
15,1
26
15,6
27
16,6
28
16,8
29
17,0
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Bangka Belitung
Bali
17,0
18,2
18,3
18,3
30
31
32
33
> 20%
DI Yogyakarta
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
20,8
23,1
24,7
27,2
Pada tahun 2010 terdapat 15,3% ibu yang melaporkan persalinan dengan operasi perut saat melahirkan anak terakhir pada periode lima tahun
terakhir. Berdasarkan tempat tinggal, di perkotaan terdapat 19,3% ibu yang melaporkan persalinan dengan operasi perut saat melahirkan anak
terakhir, sedangkan di perdesaan sebesar 11,1%. Berdasarkan urutan kelahiran, pada kelahiran pertama persentase kelahiran dengan operasi
perut merupakan yang paling tinggi yaitu 16,9% dibandingkan dengan kelahiran anak ke-2 atau ke-3 (15,3%), pada kelahiran anak ke-4 atau ke-5
(12,6%), dan kelahiran anak 6 (10,7%). Persalinan dengan operasi perut lebih paling banyak dilakukan pada ibu usia >35 tahun (17,1%)
37 dibandingkan pada ibu usia <20 tahun (11,6%), dan usia 20-34 tahun (15,2%).
> 60%
1 Jawa Tengah
65.8
2 Bangka Belitung 64.3
3 DI Yogyakarta
63.4
4
5
6
7
8
9
Jawa Timur
Sulawesi Utara
NTB
DKI Jakarta
Lampung
Sulawesi Selatan
50% - 60%
59.9 10 Kepulauan Riau
59.4 11 Kalimantan Timur
58.4 12 Kalimantan Selatan
57.1 13 Jawa Barat
56.9 14 NTT
55.5
54.7
54.4
52.0
51.4
50.3
15
16
17
18
19
20
21
22
Bali
Banten
Gorontalo
Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Bengkulu
Sulawesi Tengah
40% 49.3
48.7
47.9
46.1
45.7
45.0
44.6
43.6
50%
23 Papua
24 Jambi
25 Maluku Utara
26 Kalimantan Barat
27 Sumatera Selatan
28 Riau
29 Papua Barat
30 Sulawesi Barat
< 40%
43.0 31 Aceh
39.0
42.6 32 Kalimantan Tengah 33.5
42.6 33 Sumatera Utara
33.2
42.1
41.5
41.4
40.5
40.2
Persentase ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A pada persalinan anak terakhir yang lahir pada periode lima tahun terakhir tahun 2010 di
Indonesia sebesar 52,2%. Berdasarkan tempat tinggal, terdapat 56,9% persentase ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A di perkotaan dan
47,3% di perdesaan.
38
1
2
3
4
5
6
7
8
Bengkulu
Gorontalo
Bali
Sulawesi Utara
DKI Jakarta
Kep. Babel
Jambi
Papua Barat
89,89
85,61
85,28
83,42
82,36
80,12
80,12
79,38
9
10
11
12
13
14
15
16
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Sulawesi Barat
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan
Aceh
> 70%
79,18 17
79,08 18
78,89 19
78,25 20
78,23 21
77,76 22
76,73 23
76,41 24
Jawa Timur
Jawa Barat
Maluku
Sumatera Barat
NTT
NTB
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
76,16
75,87
74,23
73,91
72,25
72,08
72,01
70,98
25 Lampung
26 Sulawesi Selatan
70,64
70,43
27
28
29
30
31
60 - 70%
Banten
Kalimantan Barat
Sumatera Utara
Riau
Kep. Riau
69,72
68,93
67,50
66,39
63,97
50 - 60%
32 Maluku Utara
58,20
< 50%
33 Papua
48,36
39
Pada tahun 2010, proporsi nasional wanita usia 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan alat KB adalah 75,36%. Sebanyak 26
provinsi (78,8% ) yang >70% wanita berumur 15-49 berstatus kawin sedang menggunakan alat KB. Proporsi tertinggi dimiliki Provinsi Bengkulu
dengan 89,89%, dan yang terendah di Provinsi Papua dengan 48,36%. Pada tahun 2009 dan 2010, proporsinya berada di atas 75%.
15.22
15.55
23.5
15.41
12.85
10
0
2006
2007
2008
2009
2010
> 20 %
1 Bal i
53,1
2 DI Yogyakarta
36,0
3 DKI Jakarta
4 Lampung
9 Banten
15 - 20 %
10 - 15 %
< 10 %
26,7
17 Jawa Barat
19,3
15,0
25,8
18,1
14,0
33,4
11 Sumatera Barat
25,5
17,6
27 Papua
13,6
27,9
25,5
17,5
12,3
5 Jawa Ti mur
27,6
24,8
21 Ri au
17,5
12,3
27,2
14 Jawa Tengah
24,5
16,8
30 Kepul auan Ri au
12,1
7 Sumatera Utara
27,2
15 Bengkul u
23,2
23 Mal uku
16,1
31 Papua Barat
11,7
8 Gorontal o
27,1
16 Jambi
20,3
15,3
10,4
33 Aceh
4,80
Pada tahun 2010, 16 provinsi memiliki persentase >20% untuk peserta KB aktif yang menggunakan MKJP (IUD, Implan, MOW/MOP). Bali
merupakan provinsi dengan persentase tertinggi, yaitu 53,1%, sementara Aceh merupakan provinsi dengan persentase terendah (4,8%).
Persentase nasional 2010 adalah 23,5%, meningkat dari tahun 2009 yang sebesar 12,85%.
40
84%
1 DI Yogyakarta 96,2
2 Bali
86,7
3 DKI Jakarta
84,7
74%-84%
4 Jawa Tengah
82,6 10 Bangka Belitung
5 Sulawesi Utara
80,7 11 Sumatera Utara
6 Kepulauan Riau
78,8 12 Sumatera Barat
7 Jambi
77,9 13 Bengkulu
8 Jawa Timur
77,7 14 NTB
9 Kalimantan Selatan 77,3 15 Kalimantan Timur
64% - 74%
76,4
76,1
75,4
74,7
74,3
74,3
16 Aceh
17 Lampung
18 Sumatera Selatan
19 Riau
20 Sulawesi Selatan
21 Jawa Barat
73,2
72,4
70,3
70,1
70,1
67,6
< 64%
22 Banten
61,8 28 Papua
23 Sulawesi Barat
61,3 29 Gorontalo
24 Sulawesi Tengah
57,0 30 Maluku
25 Kalimantan Tengah 55,6 31 NTT
26 Sulawesi Tenggara 54,2 32 Papua Barat
27 Kalimantan Barat
53,7 33 Maluku Utara
52,9
47,4
44,4
43,3
41,2
37,5
Berdasarkan survei Riskesdas tahun 2010 persentase kunjungan neonatus 6-48 jam setelah kelahiran di Indonesia pada tahun 2010 sebesar
71,4%. Pada laki-laki sebesar 71,8% dan pada perempuan 71%. Menurut tempat tinggal, cakupan kunjungan neonatus 6-48 jam yaitu 79,6% di
perkotaan dan 62,8% di perdesaan. Menurut tingkat pendidikan Kepala Keluarga (KK), semakin tinggi tingkat pendidikan KK semakin tinggi juga
persentase kunjungan neonatus 6-48 jam. Pada KK yang tidak tamat SD persentase kunjungan neonatus 58,6%, sedangkan pada KK yang tamat
41perguruan tinggi cakupan mencapai 88,8%.
1
2
3
4
5
6
7
Bali
Kep. Babel
Jawa Timur
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
Aceh
DKI Jakarta
80%
98.11
8
95.30
9
95.00 10
92.47 11
91.00 12
87.40 13
87.40
Sumatera Barat
D I Yogyakarta
Sumatera Selatan
Jambi
Gorontalo
Sulawesi Tengah
84.38
82.82
82.70
81.90
80.64
80.38
14
15
16
17
18
19
Jawa Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
NTB
Riau
60% - 80%
77.50 20
77.15 21
77.15 22
75.23 23
74.20 24
73.00 25
Bengkulu
Maluku
Banten
Maluku Utara
Lampung
Kalimantan Barat
70.90
70.00
69.26
68.35
64.32
62.96
26
27
28
29
30
40% - 60%
Sulawesi Barat
NTT
Sumatera Utara
Kepulauan Riau
Kalimantan Tengah
55.83
55.22
55.20
53.40
45.90
< 40%
31 Papua
38.20
32 Papua Barat
31.00
33 Sulawesi Selatan 25.10
Sejak tahun 2008 terjadi perubahan kebijakan waktu pelaksanaan kunjungan neonatal lengkap dari semula minimal 2 kali kunjungan menjadi 3
kali kunjungan. Pada tahun 2010, cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3) di Indonesia sebesar 71,50% dengan cakupan tertinggi di Provinsi
Bali (98,11%) dan terendah Sulawesi Selatan (25,10%). Sebanyak 13 provinsi (39,4%) telah mencapai cakupan KN3 lebih dari 80%.
42
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bali
Sumatera Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
NTB
D I Yogyakarta
Jambi
Sulawesi Utara
Banten
97,00
96,83
96,72
95,70
93,58
92,70
92,60
92,10
91,79
10
11
12
13
14
15
16
17
18
84%
DKI Jakarta
Lampung
Jawa Barat
Aceh
Kep. Babel
Bengkulu
Riau
Gorontalo
Kalimantan Selatan
91,20
90,78
90,05
89,30
89,30
89,20
89,01
89,00
87,64
19
20
21
22
23
24
25
26
Sumatera Selatan
Kepulauan Riau
Sumatera Utara
Kalimantan Timur
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Kalimantan Barat
86,20
86,10
86,00
85,50
85,00
84,73
84,39
84,00
74% - 84%
27 Kalimantan Tengah
28 Sulawesi Tengah
29 NTT
82,20
79,47
75,20
64% - 74%
30 Maluku
69,9
< 64%
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
55,9
42,0
32,4
43
Pelayanan Kesehatan Bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali
pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pada tahun 2010 cakupan
pelayanan kesehatan bayi di Indonesia sebesar 84,04%. Target Renstra yang harus dicapai tahun 2010 adalah 84%. Dengan demikian, capaian
nasional telah mencapai target dan sebanyak 26 provinsi (79%) telah mencapai target Renstra 2010. Sementara itu target SPM Kesehatan
untuk cakupan kunjungan bayi pada tahun 2010 sebesar 90%. Sebanyak 12 provinsi (36,4%) telah mencapai target tersebut.
> 95%
90% - 95%
85% - 90%
< 85%
109,5
Bengkulu
98,6
13
Kalimantan Tengah
95,25
15
Lampung
93,7
21
Kalimantan Timur
90,0
24
Sulawesi Utara
84,9 30
NTT
79,6
Jambi
103,8
Sumatera Selatan
97,8
14
Jawa Barat
95,02
16
Sumatera Utara
93,3
22
Sulawesi Tengah
85,3
25
Kalimantan Selatan
84,9 31
Sumatera Barat
78,3
NTB
103,6
Jawa Timur
97,6
17
Sulawesi Selatan
93,2
23
Kalimantan Barat
85,2
26
Maluku Utara
84,6 32
Papua
71,7
DI Yogyakarta
100,1
10
Jawa Tengah
96,4
18
Sulawesi Barat
91,6
27
Maluku
84,0 33
Papua Barat
68,3
Bali
99,6
11
Kepulauan Riau
96,4
19
Riau
91,0
28
Sulawesi Tenggara
83,5
DKI Jakarta
99,1
12
Banten
96,26
20
Gorontalo
90,0
29
Aceh
81,2
.
Cakupan imunisasi campak pada bayi di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 93,6%. Cakupan ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009
sebesar 92,1%. Sebanyak 14 provinsi dengan cakupan imunisasi campak pada bayi di atas 95%, namun masih terdapat 10 provinsi dengan
cakupan imunisasi campak pada bayi kurang dari 85%.
44
> 80%
1
DI Yogyakarta
60% - 80%
91,1
2 Kepulauan Riau
74,4
3 Jawa Tengah
69,0 9
4 Bali
5 Jawa Timur
40% - 60%
< 40%
Kalimantan Timur
64,1
12 Kalimantan Tengah
50,9
NTB
62,6
13 Gorontalo
54,5 19 Banten
66,1 10 Jambi
60,9
14 DKI Jakarta
60,0
24 Sumatera Selatan
44,7
25 Papua Barat
33,3
48,8
26 Riau
32,1
48,1
27 Sulawesi Tenggara
37,5 33 Papua
28,2
15 Kalimantan Selatan
52,5 21 Bengkulu
46,7
28 Aceh
37,0
6 Sulawesi Utara
65,5
16 Jawa Barat
52,3 22 Maluku
46,7
29 Sulawesi Tengah
35,4
7 Lampung
65,4
17 Kalimantan Barat
44,8
30 NTT
33,3
45
Persentase anak umur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap menurut Riskesdas 2010 sebesar 53,8%. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan hasil Riskesdas 2007 sebesar 46,2%. Pada Riskesdas 2010, menurut karakteristik pendidikan Kepala Keluarga (KK) diketahui
bahwa persentase tertinggi terdapat pada anak dengan pendidikan KK tamat Perguruan Tinggi (PT) sebesar 67,1%. Sedangkan persentase
terendah adalah anak dengan pendidikan KK tidak pernah sekolah sebesar 36,6%.
100
80
60
40
20
0
2006
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
DI Yogyakarta
Bali
DKI Jakarta
Sumatera Barat
Jawa Tengah
NTB
Kep. Babel
80%
100,00 8
99,72 9
99,25 10
97,03 11
94,01 12
92,65 13
91,64
Jambi
Lampung
Sumatera Selatan
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Banten
89,14
85,30
84,85
82,62
82,12
81,99
14
15
16
17
18
19
20
Bengkulu
Kalimantan Tengah
Jawa Timur
Maluku
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Sumatera Utara
60% - 80%
78,13 21 NTT
77,75 22 Sulawesi Barat
75,86 23 Sulawesi Utara
73,03 24 Kepulauan Riau
70,12 25 Kalimantan Timur
69,69 26 Gorontalo
69,26 27 Kalimantan Barat
68,02
65,56
64,37
63,53
63,16
61,41
60,54
28
29
30
31
32
33
40% - 60%
Papua
Sulawesi Tengah
Riau
Aceh
Maluku Utara
Papua Barat
< 40%
59,91
59,79
56,33
52,67
50,63
40,05
Tahun 2010 cakupan desa/kelurahan UCI (Universal Child Immunization) nasional mencapai 75,31%, dengan provinsi tertinggi di DI Yogyakarta
(100%) dan terendah Papua Barat (40,05%). Target Renstra Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 adalah 80%. Dengan demikian terdapat 13
provinsi (39,4%) yang telah mencapai target Renstra 2010.
46
1
2
3
4
5
D I Yogyakarta
Sumatera Utara
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
85%
97,69
6
91,81
7
89,77
8
89,33
9
89,03
10
Kep. Babel
Sulawesi Barat
Sumatera Barat
Jawa Timur
Bali
88,80
87,64
86,43
86,40
85,10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
78% - 85%
Jambi
Jawa Barat
NTB
Sulawesi Utara
Gorontalo
Aceh
Sulawesi Selatan
Banten
Kalimantan Selatan
83,72
83,30
83,30
82,30
82,05
81,04
80,61
79,20
79,10
20
21
22
23
24
25
26
71% - 78%
Lampung
Kepulauan Riau
Sulawesi Tenggara
Bengkulu
Kalimantan Tengah
Riau
Sumatera Selatan
77,30
76,90
72,70
72,00
71,90
71,90
71,20
27
28
29
30
31
32
33
< 71%
Sulawesi Tengah
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Kalimantan Barat
NTT
Papua
68,20
66,10
64,60
64,00
62,80
57,70
53,62
47
Pelayanan Kesehatan Anak Balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 1259 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan
minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian Vitamin A 2 kali setahun (Bulan Februari dan
Agustus). Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Indonesia sebesar 78,11%. Target Renstra Kementerian Kesehatan
yang harus dicapai tahun 2010 adalah 78%. Dengan demikian, capaian nasional telah mencapai target tahun 2010 dan sebanyak 19 provinsi
(58%) telah mencapai target Renstra.
1
2
3
4
5
75%
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
Jawa Timur
NTT
Bali
84,89
82,54
77,70
77,23
75,93
6
7
8
9
10
11
Jawa Barat
D I Yogyakarta
Aceh
NTB
Sumatera Utara
Jambi
65% - 75%
74,43 12 Sumatera Barat
74,18 13 Sulawesi Selatan
74,14 14 Sulawesi Tenggara
73,86 15 Gorontalo
71,75 16 Lampung
71,60
68,44
68,00
66,68
65,66
65,58
17
18
19
20
21
55% - 65%
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Riau
Maluku
Sulawesi Barat
63,91
63,22
62,29
57,84
55,23
22
23
24
25
26
27
Bengkulu
Kepulauan Riau
Kalimantan Barat
Banten
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
< 55%
52,50 28
52,13 29
52,01 30
50,53 31
50,07 32
46,90 33
Kep. Babel
Sulawesi Tengah
DKI Jakarta
Kalimantan Timur
Papua Barat
Papua
45,83
43,10
42,73
35,96
33,23
31,00
Cakupan balita ditimbang di posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan
kesehatan dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang dan buruk pada balita. Pada tahun 2010 cakupan balita
ditimbang (D/S) di Indonesia sebesar 67,87%. Target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2010 adalah 65%. Dengan demikian, capaian
nasional tahun 2010 telah mencapai target Renstra. Sebanyak 16 provinsi (48%) yang telah mencapai target Renstra tahun 2010.
48
80%
1 D I Yogyakarta
86,8
2
3
4
5
60% - 80%
Jawa Tengah
NTT
Jawa Timur
Jawa Barat
66,3
62,1
61,8
61,4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bali
DKI Jakarta
NTB
Sumatera Barat
Papua Barat
Banten
Gorontalo
Sulawesi Utara
Kep. Babel
40% - 60%
58,3
15 Kepulauan Riau
53,7
52,5
49,1
46,9
45,9
43,8
43,8
42,1
40,4
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Lampung
Maluku Utara
Sulawesi Selatan
Riau
Bengkulu
Aceh
Papua
< 40%
38,9
25
38,0
26
37,0
27
36,0
28
35,8
29
34,9
30
32,8
31
32,7
32
31,3
33
Kalimantan Barat
Maluku
Kalimantan Tengah
Sumatera Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Tenggara
Jambi
30,9
30,4
26,7
25,3
23,6
23,3
23,3
22,0
21,2
49
Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 60,5% anak umur 6-59 bulan yang ditimbang 4 kali selama enam bulan terakhir. Menurut tempat tinggal,
di perkotaan terdapat 63,2% anak umur 6-59 bulan yang ditimbang 4 kali selama enam bulan terakhir, sedangkan di perdesaan terdapat 57,8%.
Provinsi dengan cakupan tertinggi di DI Yogyakarta (86,8%) dan yang terendah di Jambi (21,1%).
65-75
> 75%
65% - 75%
55% - 65%
1 DI Yogyakarta
91,1
Sulawesi Utara
74,3
13
Banten
69,3
19
Jambi
63,7
81,4
DKI Jakarta
72,9
14
Gorontalo
68,9
20
NTT
3 Jawa Timur
78,7
Kalimantan Timur
72,7
15
Kepulauan Riau
67,3
21
Sulawesi Tenggara
4 Jawa Tengah
78,6
Sumatera Barat
71,6
16
Aceh
66,2
22
Kalimantan Tengah
5 Jawa Barat
75,7
Lampung
65,5
23
Riau
Bengkulu
65,4
24
25
10
NTB
70,7
17
11
Kalimantan Selatan
70,1
18
12
Sulawesi Selatan
69,9
< 55%
26
Papua
55,0
27
Sumatera Utara
53,7
62,3
28
Sulawesi Barat
53,5
61,3
29
Sulawesi Tengah
53,5
59,7
30
Kalimantan Barat
50,9
58,9
31
Maluku
50,4
Bali
58,5
32
Maluku Utara
49,6
Sumatera Selatan
55,7
33
Papua Barat
49,3
Persentase anak umur 6-59 bulan menerima kapsul Vitamin A menurut hasil Riskesdas tahun 2010 di Indonesia sebesar 69,8%, sedangkan
menurut hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 71,5%. Berdasarkan karakteristik tempat tinggal pada Riskesdas 2010, diketahui bahwa anak
yang tinggal di perkotaan memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan yang tinggal di perdesaan yaitu 74% berbanding 65,3%.
50
1
2
3
4
5
6
7
8
9
80%
D I Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
Kep. Babel
Jawa Barat
Sumatera Barat
Riau
DKI Jakarta
Banten
100
100
97.36
93.73
89.78
87.63
84.96
83.33
82.60
10
11
12
13
14
15
65% - 80%
Bengkulu
NTB
Sulawesi Selatan
Gorontalo
Sumatera Utara
Jawa Tengah
78.93
78.10
77.13
76.30
74.89
70.32
16
17
18
19
20
21
22
50% - 65%
NTT
Sulawesi Utara
Jambi
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Kepulauan Riau
Kalimantan Barat
64.80
62.91
58.71
56.42
54.97
54.56
52.90
23
24
25
26
27
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Aceh
Kalimantan Timur
Maluku
< 50%
45.30 28
36.06 29
32.79 30
29.37 31
27.28 32
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Papua
Lampung
22.00
21.70
12.83
12.20
10.16
51
Pada tahun 2010 cakupan SD/MI yang melakukan penjaringan siswa kelas 1 di Indonesia sebesar 58,49%. Target Renstra Kementerian
Kesehatan tahun 2010 adalah 80%. Dengan demikian, cakupan nasional yang sebesar 58,49% belum mencapai target. Namun, terdapat 9
provinsi (27%) yang telah mencapai target Renstra tahun 2010 yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat,
Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta dan Banten.
> 70%
1
2
3
4
5
6
7
8
DI Yogyakarta
Kalimantan Selatan
Kepulauan Bangka Belitung
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Kepulauan Riau
60% - 70%
100,0
89,9
88,3
84,6
82,8
80,9
75,0
73,8
9
10
11
12
13
14
15
16
Bali
Sulawesi Utara
Riau
Lampung
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Sumatera Barat
DKI Jakarta
69,9
68,0
67,4
66,7
66,7
63,5
63,1
62,9
50% - 60%
17
18
19
20
Bengkulu
Jawa Timur
Sumatera Utara
Papua
62,5
62,2
61,7
61,3
< 50%
21
Kalimantan Timur
57,4
29
Kalimantan Tengah
48,3
22
Jawa Barat
57,1
30
Sulawesi Selatan
47,5
23
Banten
54,9
31
Kalimantan Barat
46,9
24
Aceh
52,8
32
Maluku
46,7
25
Jawa Tengah
52,5
33
Jambi
24,9
26
Papua Barat
51,3
27
Gorontalo
51,2
28
Sumatra Selatan
50,6
Persentase penderita TB paru yang menyelesaikan pengobatan (mendapatkan obat selesai >6 bulan sebesar 59%). Persentase tertinggi berada di
Provinsi DI Yogyakarta (100%), dan yang terendah di Provinsi Jambi (24,9%). Sebanyak 19,1% penderita TB sedang dalam pengobatan, 19,3%
berobat tidak lengkap, dan 2,6 % tidak minum obat.
52
22.8
21
2006
2007
20
18.1
23.6
19.9
10
0
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Banten
Sulawesi Utara
Jambi
Kep. Babel
Kepulauan Riau
Bengkulu
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan
Jawa Barat
7,3
9,0
10,5
11,0
13,9
15,5
15,5
15,6
15,7
10
11
12
13
14
15
16
17
18
< 25
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Papua
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
NTT
Maluku Utara
Jawa Tengah
15,8
16,3
16,4
17,0
17,1
17,2
17,4
17,6
17,7
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Aceh
Lampung
Papua Barat
Kalimantan Barat
DKI Jakarta
NTB
Riau
Jawa Timur
Sulawesi Barat
19,0
19,0
19,5
19,7
20,0
20,4
20,6
21,2
24,1
28
29
30
31
32
25
Maluku
Sulawesi Selatan
Bali
D I Yogyakarta
Sumatera Barat
27,9
28,0
28,5
31,7
31,8
53
Pada tahun 2010 angka kematian pasien di rumah sakit yang dirawat 48 jam (Net Death Rate/NDR) adalah sebesar 19,9 per 1.000 pasien
keluar. Sedangkan angka ideal yang diharapkan yaitu < 25 per 1.000 pasien keluar. Selama tahun 2006-2010 NDR rumah sakit telah mencapai
target. Pada tahun 2010, dari 32 provinsi yang tersedia datanya, 27 provinsi diantaranya (84%) telah mencapai target NDR di rumah sakit.
1
2
3
4
5
6
7
>24
DKI Jakarta
Bali
Papua Barat
Kalimantan Timur
Bengkulu
Sulawesi Utara
Aceh
61,48
32,90
29,72
26,31
24,83
24,66
24,10
8
9
10
11
12
13
14
15
Kepulauan Riau
Maluku Utara
Gorontalo
Sumatera Barat
Maluku
Papua
Jambi
Kalimantan Tengah
16-24
23,82 16
22,73 17
22,11 18
21,21 19
20,02 20
19,27 21
19,21
18,94
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Riau
Sumatera Utara
Kep. Bangka Belitung
18,56
18,41
17,12
16,95
16,88
16,76
22
23
24
25
26
27
28
29
8-15.99
Sulawesi Barat
Kalimantan Barat
D I Yogyakarta
Jawa Tengah
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Lampung
Jawa Timur
15,88
12,97
12,29
11,64
10,01
10,00
9,54
8,19
30
31
32
33
<8
Jawa Barat
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Banten
7,63
7,58
6,66
6,01
Data rasio dokter umum dan dokter spesialis dirasiokan dengan jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan rasio dokter
umum dan spesialis berkisar antara 6 61 dokter per 100.000 penduduk. Rasio dokter tertinggi dicapai di Provinsi DKI Jakarta dengan 61,48 dan
terendah di Provinsi Banten dengan rasio 6,01. Rasio dokter umum dan dokter spesialis di Indonesia adalah 14,20 per 100.000 penduduk. Hasil
ini menunjukkan sebagian besar provinsi di Indonesia berada di atas rata-rata nasional.
54
1
2
3
4
>6
DKI Jakarta
Bali
Kalimantan Timur
Sulawesi Barat
12,35
8,02
7,15
6,13
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Sumatera Barat
Maluku Utara
Kepulauan Riau
D I Yogyakarta
Sumatera Utara
Riau
Papua Barat
Bengkulu
Maluku
55
4-6
5,90 14 Kalimantan Selatan
5,78 15 Sulawesi Selatan
5,78
5,76
5,41
5,13
4,87
4,84
4,76
4,16
4,01
16
17
18
19
20
21
22
23
24
2 - 3.99
3,94 25
3,76 26
3,75 27
3,58 28
3,49 29
3,30 30
3,00 31
2,89
2,80
Jawa Tengah
Jawa Barat
Gorontalo
Lampung
Nusa Tenggara Barat
Banten
Sulawesi Tenggara
2,65
2,40
2,31
2,25
2,22
2,21
<2
32 Sulawesi Utara
33 Sumatera Selatan
1,98
1,25
Data rasio dokter gigi dirasiokan dengan jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan rasio dokter gigi berkisar antara
1,2512,35 dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio dokter tertinggi dicapai di Provinsi DKI Jakarta dengan 12,35 dan terendah di Provinsi
Sumatera Selatan dengan rasio 1,25. Rasio dokter gigi di Indonesia adalah 3,67 per 100.000 penduduk. Hasil ini menunjukkan sebagian besar
provinsi di Indonesia berada di atas rata-rata nasional.
1
2
3
4
5
> 75
Aceh
Bengkulu
Papua Barat
Maluku Utara
Sumatera Utara
144,98
113,67
94,55
78,61
75,70
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Sumatera Barat
Maluku
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Jambi
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Timur
50-75
70,77 15
65,60 16
65,31 17
61,68 18
61,64 19
59,26
57,82
57,23
56,86
Kepulauan Riau
Sulawesi Utara
Gorontalo
Papua
Riau
54,07
53,86
53,45
53,08
50,88
20
21
22
23
24
25
26
27
28
25-49.99
Bali
Sumatera Selatan
Sulawesi Barat
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Barat
Kalimantan Timur
Jawa Tengah
Lampung
Jawa Timur
47,63
45,76
43,50
42,43
41,52
37,97
36,94
34,36
30,03
29
30
31
32
33
< 25
Sulawesi Selatan
D I Yogyakarta
Jawa Barat
Banten
DKI Jakarta
24,87
23,77
21,65
21,19
19,74
Data rasio bidan dirasiokan dengan jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan rasio bidan berkisar antara 19,74144,98
bidan per 100.000 penduduk. Rasio dokter tertinggi dicapai di Provinsi Aceh dengan 144,98 dan terendah di Provinsi DKI Jakarta dengan rasio
19,74. Rasio bidan di Indonesia adalah 40,63 per 100.000 penduduk. Hasil ini menunjukkan sebagian besar provinsi di Indonesia berada di atas
rata-rata nasional.
56
1
2
3
4
5
6
> 150
DKI Jakarta
Papua Barat
Maluku Utara
Bengkulu
Maluku
Aceh
100-150
259,77
225,80
169,25
164,15
156,96
153,26
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
57
Papua
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Gorontalo
Kalimantan Timur
Sulawesi Tengah
Kepulauan Bangka Belitung
Sulawesi Barat
Jambi
147,63
145,30
138,65
129,88
120,08
115,17
114,95
107,91
100,72
100,54
17
18
19
20
21
22
23
24
25
50-99.99
Kepulauan Riau
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Timur
Sumatera Barat
Riau
Bali
Nusa Tenggara Barat
Sumatera Utara
99,63
93,34
89,08
84,03
80,98
78,72
70,55
69,53
63,48
26
27
28
29
30
31
32
33
< 50
Jawa Tengah
Lampung
Sulawesi Selatan
Sumatera Selatan
D I Yogyakarta
Jawa Timur
Jawa Barat
Banten
45,10
43,93
42,93
42,00
38,12
36,59
34,36
23,16
Data rasio perawat dirasiokan dengan jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan rasio perawat yang mempunyai kisaran
antara 23,16 259,77 perawat per 100.000 penduduk. Rasio dokter tertinggi dicapai di Provinsi DKI Jakarta dengan 259,77 dan terendah di
Provinsi Banten dengan rasio 23,16. Rasio perawat di Indonesia adalah 67,36 per 100.000 penduduk. Hasil ini menunjukkan sebagian besar
provinsi di Indonesia berada di atas rata-rata nasional.
RASIO PUSKESMAS
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2009
>7
1 Papua Barat
13,93 7
5-7
3-5
<3
Kalimantan Tengah
7,90
5,26
3,49 29 Bali
2,93
7,50
12 NTT
5,18
21 Sumatera Selatan
3,93 27 Riau
2,68
3 Papua
10,41 9
Gorontalo
7,32
13 Kalimantan Timur
5,08
22 Kepulauan Riau
3,92 28 NTB
2,52
4 Maluku
10,19 10 Aceh
7,02
6,08
23 Sumatera Utara
3,90
32 Jaw a Barat
2,39
5 Bengkulu
9,92
24 DKI Jakarta
3,56
33 Banten
6 Maluku Utara
9,657
16 Jambi
25 DI Yogyakarta
3,50
5,47
2,04
Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2010 sebesar 3,79. Rasio ini lebih besar dibandingkan tahun 2009 sebesar 3,78 per
100.000 penduduk. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2008-2009, dari 3,58 menjadi 3,78. Terdapat lima provinsi dengan rasio < 3
per 100.000 penduduk. Provinsi dengan kepadatan penduduk tinggi khususnya di Pulau Jawa mempunyai rasio puskesmas relatif rendah. Pada
umumnya di provinsi tersebut jumlah sarana pelayanan kesehatan lainya seperti balai pengobatan, klinik, praktek dokter dan bidan swasta
tersedia dalam jumlah yang mencukupi .
58
> 100
1
DKI Jakarta
75-100
50-75
< 50
176,9 7
Kepulauan Riau
94,57 12 Aceh
64,8 24 R i a u
141,7 8
D.I. Yogyakarta
119,8 9
Papua Barat
Maluku
107,8 10 B a l i
Sumatera Utara
Kalimantan Timur
100,6
17 Maluku Utara
27 Gorontalo
63,4 25 J a m b i 53,7
28 Kalimantan Tengah
47,6
59,4 26 NTT
29 Jaw a Barat
45,0
70,4 21 Papua
58,3
30 Lampung
40,6
67,3 22 Bengkulu
57,5
31 NTB
35,6
32 Banten
31,2
53,9
52,3
59
Rasio tempat tidur rumah sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus) per 100.000 penduduk pada tahun 2010 sebesar 67 per 100.000
penduduk, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 sebesar 28,61 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2010 terdapat 6 provinsi dengan
rasio di atas 100 per 100.000 penduduk, dan terdapat 7 provinsi dengan rasio rumah sakit di bawah 50 per 100.000 penduduk.
37
38.7
2005
2006
44.1
42
28.2
20
0
2007
2008
2009
> 50 kali
1 Sulawesi Barat
2 Papua
92,0
66,0
40 - 50 kali
3 Bali
45,7
4 Jambi
43,4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lampung
Sulawesi Selatan
Sumatera Selatan
NTB
Kepulauan Riau
Jawa Tengah
Aceh
Jawa Barat
Kalimantan Barat
35,8
34,7
32,6
32,4
31,8
29,9
29,4
28,8
28,3
14
15
16
17
18
19
20
21
22
< 40 kali
DKI Jakarta
NTT
Bengkulu
Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Jawa Timur
28,1
28,1
26,9
25,8
22,4
21,8
21,7
21,4
20,7
23
24
25
26
27
28
29
30
31
D I Yogyakarta
Riau
Kep. Babel
Banten
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah
Sumatera Utara
Maluku
Papua Barat
19,2
18,9
17,1
16,6
14,8
14,8
11,9
11,0
11,0
Pada tahun 2009 rata-rata pemakaian tempat tidur di rumah sakit (yang dikelola Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah) di Indonesia
sebesar 28,2 kali. Sedangkan angka ideal yang diharapkan yaitu 40-50 kali. Berarti, pada tahun 2009 rata-rata pemakaian tempat tidur di rumah
sakit secara nasional belum mencapai angka ideal. Dari 31 provinsi hanya 2 provinsi yang pada tahun 2009 telah mencapai angka ideal rata-rata
pemakaian tempat tidur di rumah sakit yaitu Bali dan Jambi.
60
100
80
60
79.8
56.2
57
2005
2006
64.8
58.7
40
20
0
2007
2008
2009
> 85%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kep. Babel
Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Aceh
Jambi
Jawa Timur
Irian Jaya Barat
NTB
60% - 85%
82.6 10 Jawa Barat
75.9 11 Sumatera Selatan
70.1 12 Sulawesi Selatan
69.3 13 Lampung
69.0 14 Jawa Tengah
67.9 15 Sulawesi Tenggara
67.9 16 Banten
67.9 17 Sulawesi Barat
66.3
63.9
63.9
63.8
62.9
62.2
61.6
61.0
60.6
18
19
20
21
22
23
24
Riau
Papua
Bengkulu
Bali
NTT
DKI Jakarta
Kepulauan Riau
< 60%
59.9 25
59.1 26
58.8 27
58.6 28
57.8 29
53.7 30
53.3 31
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
D I Yogyakarta
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Maluku
52.4
52.1
49.6
48.0
47.9
42.7
34.5
Pada tahun 2009 pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit (yang dikelola Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah) di Indonesia sebesar
58,7%. Sedangkan angka ideal yang diharapkan yaitu 60-85%. Berarti, pada tahun 2009 persentase pemanfaatan tidur RS secara nasional belum
mencapai angka ideal. Terdapat 17 provinsi (55%) dari 31 provinsi (yang tersedia datanya) yang telah mencapai angka ideal pemanfaatan tempat
tidur di RS yang sebesar 60-85%.
61