Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

A. Permasalahan Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia


Penyebaran agama islam adalah suatu proses yang penting dalam sejarah Indonesia,
walaupun demikian proses islamisasi ini adalah sejarah yang belum jelas. Sejarah
islam di Indonesia memiliki banyak permasalahan yang rumit. Di antaranya adalah
ketersediaan data yang sangat terbatas tentang kedatangan islam sebagaimana yang
disampaikan Snouck Hurgronje dalam orasi ilmiahnya di Leiden dalam tahun 1907
M (Drewes, 1968:434:Berg,1955:112).[1]
Permasalahan yang lain adalah masalah asal-usul Islam di Indonesia, kapan,
mengapa dan bagaimana penduduk indonesia mulai memeluk agama islam
merupakan perkara yang belum dijelaskan dengan sempurna. Selain itu beberapa ahli
memiliki perm asalahan yang berbeda-beda mengenai apa yang dimaksud dengan
islam (Azra, 2002:17;Ricklefs,1992:3).
B. Teori dan perspektif masuknya Agama Islam di Indonesia
1.1 Teori-Teori Asal Usul Islam di Indonesia.
Islam merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak
terlepas dari usaha para juru dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di
Indonesia. Islamisasi adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk
menggambarkan proses persebaran Islam di Indonesia pada periode awal (abad 7-13
M), terutama menyangkut waktu kedatangan, tempat asal serta para pembawanya,
yang terjadi tidak secara sistematis dan terencana. Pembahasan mengenai masuknya
Islam ke Indonesia sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat di
kalangan sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik
dari arkeologi maupun beberapa tulisan dari berbagai sumber.[2]
Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para
sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara
mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar, yakni teori Gujarat, teori Mekkah dan
Teori Persia.[3] Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Teori Gujarat.
Teori ini dinamakan dengan teori Gujarat didasarkan pada pandangan teori tersebut
yang menyatakan asal negara yang membawa agama islam ke Nusantara adalah dari
Gujarat-India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M.
Adapun tokoh-tokohnya diantaranya sebagai berikut : Pijnappel, Snouck Hurgronje,
J.P Mosquette, Winstedt, R.A Kern, Schreikeh, dan beberapa tokoh lainnya.
2. Teori Mekkah.
Teori ini dinamakan dengan teori Mekkah didasarkan pada pandangan teori tersebut
bahwa Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa
para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Adapun tokoh-tokohnya diantaranya
sebagai berikut :Naquib al-Attas, Azzumardi Azra, Keyzer, Hamka, dan beberapa
tokoh lainnya.
3. Teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang
dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.
Adapun tokohnya diantaranya ialah P.A Hoesein Djajadiningrat.
1.2 Perspektif Masuknya Islam ke Indonesia
Mengenai masuknya Islam di indonesia terdapat banyak perspektif. Perbedaan-

perbedaan pendapat tersebut diantaranya sebagai berikut[4]:


1.
Pijnappel pertama kali mengajukan teori bahwa asal islam di Indonesia adalah
Gujarat dan Malabar. Menurutnya orang orang Arab bermazhab Syfei yang menetap
di india itulah yang kemudian menetap di Indonesia.
2.
Snouck Hurgroje menekankan bahwa India selatan adalah asal Islam di
Indonesia.
3.
setelah itu, tampil J.P Moquette yang juga menyetujui Gujarat sebagai asal Islam
di Indonesia.
4.
teori Winstedt, teori ini sangat mendukung pendapat J.P Moquette, dan
berpendapat bahwa Gujarat sebagai asal Islam di Indonesia.
5.
teori R.A Kern, teorinya sependapat dengan Moquette, yang juga menyetujui
bahwa pedagang muslim Gujarat berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia.
6.
T.B Arnold, ia menegaskan bahwa asal Islam di Indonesia dari Coromandel dan
Malabar.
7.
Crawford, menegaskan bahwa Islam diperkenalkan langsung oleh Arab ke
Indonesia
8.
Naquib Al-Athas, menegaskan bahwa penyebar Islam di Indonesia ialah Arab
dan Persia.
9.
Neiman dan de Holander, berpandangan bahwa islam berasal dari Arab dan
Hadramaut.
10. Azra, Hamka, dan sejumlah ahli Indonesia bersepakat bahwa Islam di Indonesia
berasal dari Arab.
Pandangan tokoh-tokoh tersebut tentunya disertai dengan bukti serta alasannya
masing-masing. Dengan demikian dari pendapat-pendapat tokoh tersebut maka teori
masukya Islam ke Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yakni teori
Gujarat-India, Teori Arab-Mekkah, dan Teori Persia.
B. Kerajaan-Kerajaan Islam Yang Berkembang di Indonesia
I. Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum Penjajahan Belanda
1.1 Kerajaan Islam di Sumatera
a. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini
terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai Kerajaan Islam
diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil islamisasi
daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad
ke-7. Bukti berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh
adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai[5]. Husain Djajadiningrat,
sebagaimana dikutip Taufik Abdullah, memperkirakan waktu berdirinya adalah 1270
atau 1275 M.[6]
Malik al-Saleh, ialah raja pertama yang juga merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal
itu diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil
penelitian sarjana-sarjana Barat, khususnya para sarjana Belanda, seperti Snouck
Hurgronye, J.P Moquette, dan lain-lain.
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Shaleh sebelum menjadi
raja adalah Merah Sile atau Merah Selu.
Adapun Para Sultan Samudera Pasai diantaranya sebagai berikut :[7]
1. Sultan al-Maliku Saleh (1275-1297 M)
2. Sultan muhammad Malik Az-Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1326-1371 M),
4. Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zahir (1371-1405 M), serta beberapa sultan lainnya.

Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritim ini, tidak memiliki basis


agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Ditinjau dari segi
geografis dan sosial ekonomis Samudera Pasai ini memang merupakan suatu daerah
penting yang menghubungkan antara pusat-pusat perdagangan yang terdapat di
kepulauan Indonesia, India, Cina dan Arab. Pada masa kerajaan ini sudah terdapat
mata uang emas yang bertuliskan nama-nama sultan yang berkuasa. Adanya mata
uang dirham tersebut membuktikan bahwa kerajaan ini pada saat itu merupakan
kerajaan yang makmur.
Taufik Abdullah sebagaimana dikutip Badri Yatim, menerangkan dalam
bukunya, Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M.
b. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak diaerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh
Besar. Disini pula letak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini
sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah
yang membangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya, pada masa pemerintahannya,
Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena
saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka,
memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M).
Sebagai akibat dari penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang
sebelumnya dari Laut Jawa ke Utara melalui selat Karimata terus ke Malaka, pindah
melalui selat Sunda dan menyusuri pantai Barat Sumatera terus ke Aceh. Dengan
demikian Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri.
H,J. De Graaf berpendapat bahwa raja Aceh yang pertama ialah Ali Mughayat Syah.
Sultan-sultan yang pernah memerintah Aceh diantaranya sebagai berikut:[8]
1.
Sultan JohanSyah
2.
Sultan Riayat Syah
3.
Sultan Mahmud Syah
4.
Sultan Firman Syah, dan beberapa Sultan lainnya.
Peletak dasar kebesaran Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar AlQahar. Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan
pesisir Timur dan Barat Sumatera.
Tidak seperti Iskandar Muda yang memerintah dengan tangan besi, penggantinya,
Iskandar Tsani bersikap lebih liberal, lembut dan adil. Pada masaanya Aceh terus
berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat.
Akan tetapi kematiannya diikuti oleh masa-masa bencana, setelah sultan-sultan
berikunya berkuasa sekitar abad ke-18 kerajaan ini mulai runtuh dan terpecah belah.
I.2 Kerajaan Islam di Jawa
a. Kerajaan Demak
Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri awal abad ke16. kemunculannya dapat disebut babak baru dan penting dalam proses islamisasi di
tanah Jawa, setelah sebelumnya lebih terkonsentrasi di pusat-pusat perdagangan di
pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, dan Giri.
Sebelum muncul sebagai kerajaan bercorak Islam, Demak merupakan daerah
kekuasaan Majapahit. Sebelumya, Demak bernama Bintoro; olehMajapahit kemudian
diberikan kepada Raden Patah. Daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan
Islam yang diselenggarakan oleh para wali.[9] Dibawah pimpinan Sunan Ampel

Denta, para wali yang dikenal sebagi Wali Songo sepakat mengangkat Raden Patah
sebagai raja pertama kerajaan Demak dengann gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Masa pemerintahannya berlangsung
sekitar akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Raden Patah adalah seorang anak
Raja Majapahit dari seorang ibu Muslim keturunan Campa.
Pengganti Raden Patah sebagai raja Demak ialah anaknya sendiri yakni Pangeran
Sabrang Lor, yang dikenal dengan Adipati Unus. Masa pemerintahannya cukup
singkat, sebab tentaranya mengalami kekalahan besar terhadap Portugis. Kemudian
Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang memerintah selama 22 tahun (1524-1546),
yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada
masa Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah Jawa,
bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Daerah-daerah di Jawa, baik di daerah pantai
maupun pedalaman, dibawah hegemoni politik Demak. Kota-kota pelabuhan penting ,
yang menjadi pusat perdagangan di bawah dominasi Sunda Kelapa, dapat ditaklukan
paa tahun 1527 M. Penaklukan tersebut dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan
Cirebon di bawah komando Fadhilah Khan atau Fatahelah.
Pada tahun 1546 M dalam penyerbuan ke Panarukan, Sultan Trenggono terbunuh dan
digantikan oleh adiknya, Prawoto. Pemberontakan mengakibatkan Prawoto terbunuh
dan kerajaan berakhir dengan pemindahan pusat kerajaan ke Pajang oleh Jaka Tingkir.
b. Kerajaan Pajang
Setelah memindahkan ke Pajang, mulailah kerajaan Pajang berdiri dengan Jaka
Tingkir sebagaif sultannya. Ia bergelar Adiwijaya. Kesultanan ini berada di Kertasura
sekarang dan penaklukan ke daerah-daerah sekitar. Ia meluruskan pengaryhnya ke
Banyumas dan Madiun.
Sultan Pajang wafat pada 1587 dan fdigantikan oleh putranya Pangeran Benawa. Usia
kesultanan ini tidak panjang karena kemudian kekuasaannya diambil alih oleh
kerajaan Mataram.
Pada tahun 1618 Kerajaan Pajang memberontak terhadap Mataram yang ketika itu
berada di bawah pimpinan Sultan Agung. Pajang dihancurkan, rajanya melarikan diri
ke Giri dan Surabaya. Riwayat keajaan pajang berakhir tahun 1618.
c. Kerajaan Mataram
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta
bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi
dan menumpas pemberontakan Aria Panangsang tersebut. Sebagai hadiah atasnya,
Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang
menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamenahan menempati istana barunya di Mataram.
Kemudian ia digantikan oleh puteranya, Senopati, tahun 1584 dan dikukuhkan oleh
Sultan Pajang. Kemudian Senopatilah yang dianggap sebagai Sultan Mataram
pertama.
Senopati meninggal dunia pada tahun 1601 M, dan digantikan oleh puteranya Seda
Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. Kemudian ia juga wafat dan
digantikan oleh puteranya, Sultan Agung. Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur sudah
berada di bawah kekuasaanya. Di masa sultan Ageng inilah kontak-kontak bersenjata
dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630 M, Sultan Agung menetapkan
Amangkurat I sebagai Putera Mahkota. Sultan Agung wafat tahun 1646 M dan
dimakamkan di Imogiri, hingga ia digantikan oleh putera Mahkota.
Pada masa pemerintahan Amangkurat I terjadilah banyak konflik serta

pemberontakan-pemberontakan yang terjadi hingga akhirnya kerajaan ini runtuh.


d. Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah Kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini
didirikan oleh Sultan Gunung Jati. Pada mulanya Cirebon merupakan daerah
kekuasaan pakuan Pajajaran. Akan tetapi, Syarif Hidayat yang dikenal dengan Sunan
Gunung Jati, berhasil meningkatkan status Cirebon sebagai daerah kerajaan.
Sunan Gunung Jati lahir tahun 1448 M, dan wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120
tahun. Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain
di Jawa Barat, seperti Majlengk, Kuningan, Kawalih,Sunda Kelapa, dan Banten.
Dasar pengembangan Islam dan perdagangan kaum muslimin di Banten diletakkan
oleh Sunan Gunung Jati tahun1524 atau 1525. ketika ia kembali ke Cirebon Banten
diserahkan kepada anaknya Hasanuddin. Keturunan sultan inilah yang kemudian
menurunkan raja-raja Banten.
e. Kerajaan Banten
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke
daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak
merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten
yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan
salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara
(Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk. Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin)
menikah dengan seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak.
Menurut pelurusan Sejarah, Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin
nikah dengan Putri Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar
(Maulana Yusuf), pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah kawin
dengan Sultan Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang
anak ketiga Muhammad Nazaruddin (Sultan Maulana Muhammad Nazaruddin
bergelar Alamsyah) Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570).
Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf
yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda.
Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh
Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama (inilah Sejarah Bikinan Belanda).
Menurut Pelurusan Sejarah bahwa Sultan Muhammad bukan anak dari Maulana Yusuf
tetapi anak ketiga dari Sultan Hasanuddin, dengan nama lengkap Sultan Muhammad
Nazaruddin "Alamsyah" dikawal oleh empat Pengawal Kesultanan masing-masing
bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata Kusuma dan Jalaluddin pada saat itu Sultan
Muhammad Nazaruddin yang bergelar Alamsyah berusia 19 tahun,melakukan
perjalanan ke Palembang pada masa Inggeris masuk ke Palembang, bukan untuk
memerangi palembang tetapi menyambangi keluarga (Saudaranya yang bernama Ratu
Siti Rodiah yang nikah dengan Sultan Mahmud Badaruddin II).
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah
Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu
Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian
Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak
direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi
Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi
Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah
Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada

Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di
Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus
1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada
tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas
Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh
GubernurJenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.[10]
1.3 Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku dan Sulawesi
1. Kalimantan
a. Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang bercorak Hindu.
Peristiwanya dimulai ketika ada pertentangan dalam keluarga istan, Antara Pangeran
Samudera sebagai pewaris sah Kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran
Tumenggung. Seperti dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama merasa
sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat agar yang menggantikannya nanti ialah
cucunya, Raden Samudera. Keempat puteranya tidak setuju dengan wasiat tersebut,
terutama Pangeran Tumanggung. Setelah Sukarama wafat, jabatan raja dipegang oleh
anak tertua, yakni Pangeran Mangkubumi. Saat itu Pangeran Samudera baru berusia 7
tahun. Tak beberapa lama menjabat, Mangkubumi terbunuh oleh pegawai istana yang
dihasut Tumanggung.. maka Pangeran Tumanggung tampil sebagai raja Daha.
Pangeran Samuderapun berkelana dan kemudian diasuh oleh Patih Masih, serta
berhasil menghimpun kekuatan hingga berhasil menguasai Muara Baha. Atas saran
Patih, maka Pangeran Samudera meminta bantuan pada raja Demak, dan Sultan
Demak berjanji membantunya dengan syarat ia akan masuk Islam. Sultan Demak
kemudian mengirim seribu tentara dengan seorang penghulu bernama Khtib Dayan
untuk mengislamkan orang Banjar. Dalam peperangan itu Pangeran Samudera
memperoleh kemenangan, dan masuk Islam dengan diberi nama Sultan Suyanullah
atau Suriansyah, serta dinobatkan sebagai raja Banjar pertama (1526 M).
Sultan Suryanullah diganti oleh putera tertuanya yang diberi gelar Sultan
Rahmatullah, yang kemudian digantikan Sultan Hidayatullah (putera Rahmatullah)
dan Marhum Panembahan atau Sultan Mustainnullah. Pada masa Marhum
Panembahan inilah, Ibu kota kerajaan berpindah-pindah. Hal ini disebabkan pihak
Belanda yang menyebabkan huru-hara dikerajaan ini.
b. Kerajaan Kutai di Kalimantan Barat
Penyebaran Islam di Kutai terjadi ketika masa Pemerintahan Raja Mahkota. Ajaran
Islam itu dbawa oleh dua tokoh, yakni Dato Ri Bandang dari Makassar dan Tuan
Tunggang Parangan. Dari sinilah Raja Mahkota Masuk Islam dan Mulai menyebarkan
Islam dengan Pedang. Proses Islamisasi ini diperkirakan berlangsung tahun 1575.
Penyebaran Islam selanjutnya dieruskan oleh anaknya, yaitu Aji di Langgar serta para
pengganti-penggantinya yang lain.
2. Maluku
Islam mencapai maluku sebagai pusat rempah-rempah pada pertengahan terakhir abad
ke-15. Raja kerajaan Ternate yang bernama Vongi Tidore mulai masuk Islam
tahun1460. namun H.J de Graaf berpendapat bahwa raja pertama yang Islam ialah
Zaiynal Abidin(1486-1500 M). DI masa itu, gelombang perdagangan muslim semakin
meningkat, dan hal itu menyebabkan raj menyerah kepada tekanan dan memutuskan
untuk belajar agama Islam di madrasah Giri
3. Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Sopeng dan Luwa)

Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang sering disebut kerajaan


makassar. Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, yang
merupakan daerah transito yang strategis.
Sejak Kerajaan ini tampil sebagai pusat pedagangan laut, kerajaan ini menjalin
hubungan baik dengan keajaan Ternate yang telah menerima Islam dari Giri. Dibwah
pemerintahan Sultan Babullah, ternate mengadakan perjanjian dengan Gowa-Tallo
untuk menganut agama Islam, namun gagal.
Kerajaan ini masuk Islam baru ketika Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan ini. Raja
pertama yang masuk Islam ialah Sultan Alauddin (1591-1636).[11] Setelah itu barulah
kerajaan Gowa Tallo menyampaikan pesan islam kepada kerajaan-kerajaan lain
seperti: Wajo, Soppeng, dan Bone.
C. Berbagai Saluran Masuknya Islam di Indonesia
Proses penyiaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengann berbagai cara selain
perdagangan, seperti melalui perkawinan, politik, pendidikan, kesenian dan tasawuf
sehingga mendukung meluasnya ajaran Islam.[12] Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
1. Perdagangan
Para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India telah ambil bagian dalam
perdagangan di indonesia sejak abad ke-7 M. Hal ini menimbulkan jalinan hubungan
dagang antatara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Disamping
berdagang mereka mengajarkan agama dan budaya Islam. Proses Islamisasi melalui
perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif. Terlebih yang terlibat dalam
perdagangan bunyebaran Islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi,
alam pikiran dan buaya masyarakat pada masa itu.
bawah, melainkan juga golongan atas seperti kaum bangsawan atau para raja.
2. Perkawinan
Para pedagang Islam melakukan kegiatan perdagangan dalam waktu yang lama,
banyak diantara mereka yang hidup menetap dan mempererat hubungan dengan
pendududk pribumi atau kaum bangsawan. Jalinan hubungan yang baik ini kadang
diteruskan dengan adanya perkawinan antara kaum pribumi dengan pedagang Islam.
Melalui perkawinan inilah lahir seorang muslim sebagai cikal bakal terbentuknya
masyarakat muslim dengan kebudayaan islam, hingga pada suatu saat terbentuknya
sebuah kerajaan Islam. Misalnya perkawinan antara Raden Rakhmat atau Sunan
Ampel dengan Nyai Manila, perkawinan antara Sunan Gunung Jati dengan putri
Kawunganten.
3. Politik
Pengaruh kekuasaan seorang raja berperan besar dalam proses islamisasi. Ketika
seorang raja memeluk agama islam, maka rakyatnya juga akan mengikuti jejak
rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi
panutan bahkan tauladan bagi rakyatnya. Setelah tersosialisasinya agama islam, maka
kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti
dengan penyebaran agama.
4. Pendidikan
Para ulama, kyai, dan santri-santri memiliki peranan penting dalam penyebaran agama
dan budaya Islam. Mereka melakukan siar melalui pendidikan yaitu engan mendirikan
pondok-pondok pesantren. Dari para santri inilah agama islam mulai tersebar dan
berkembang pada masyarakat.
5. Kesenian

Saluran kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukkan seni gamelan


seperti yang dilakukan di Yogyakarta, Solo, Cirebon, dan lain-lain.
6. Tasawuf
Para ahli tasawuf hidup dengan kesederhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan
masyarakat dan hidup bersama-sama ditengah masyarakat. Para ahli tasawuf biasanya
memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat, seperti ahli dalam
menyaembuhkan pennyakit dan lain-lain. Penyebaran islam mereka lakukan
disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat itu,
sehingga islam dengan mudah diterima oleh masyarakat..
Melalui berbagai saluran tersebut maka dapat diketahui bahwa islam dapat diterima
dan berkembang pesat di Nusantara sejak sekitar abad ke-13. Hal ini dikarenakan
beberapa karakteristik dakwah islam yang dipergunakan oleh para tokoh-tokohnya.
D. Bentuk-Bentuk Pengaruh Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Adapun bentuk-bentuk pengaruh agama dan kebudayaan Islam diantaranya sebagai
berikut:
1.
Berdirinya masjid-masjid peninggalan kerajaan-kerajaan Islam, seperti Masjid
Agung Demak dan Masjid Agung Banten.
2.
Tumbuh dan berkembangnya seni Kaligrafi, seperti pada penemuan makammakam raja-raja dengan nisan yang bertuliskan kaligrafi, bangunan masjid yang
dihiasi kaligrafi, sebagai hiasan dinding rumah, dan lain sebagainya.
3.
Berdirinya keraton-keraton Islam di pulau Jawa, seperti Keraton Yogyakarta,
dan lain sebagainya.
4.
Tumbuh dan berkembangnya aliran Sufisme di Indonesia, seperi aliran Syaikh
Abdul Qhadir Jaelani di cirebon, dan lainnya.
5.
Munculnya kaum Ulama yang mendapat tempet tinggi di masyarakat, seperti
munculnya para wali yang sembilan (wali songo).
6.
Terjadinya perkembangan perekonomian dan pemerintahan akibat persamaan
derajat yang dikembangkan oleh tradisi Islam. Serta berbagai macam pengaruh
kebudayaan Islam lainnya.
7.
Berdiri dan berkembangnya pesantren-pesantren yang terdiri dari para kyai dan
santri.
Daftar pustaka
Drs.H. Sapriya, M.Ed, dkk. 2006. Konsep dasar IPS Edisi Kesatu. Bandung : Upi
Press.
Suphrta, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada.
Yatim, Badri, Dr, MA. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Saepudin, Didin, Dr. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Press.
Maryam, Siti. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: ISBN.
Suryanegara, A. Mansyur.1995. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di

Indonesia. Bandung: Mizan.


http://apasihmaumu.blogspot.com/2009/10/teori-masuknya-islam-ke-indonesia.html
http://www.ummah.net/islam/nusantara/sejarah.html
H.J Graaf dan Th. G. Th. Pigeud. 1985. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Jakarta:
Grafiti Pers.
Taufik Abdullah (ed,). 1992. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: MUI.

[1] I Made Supartha, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada), hlm.65.
[2]
http://apasihmaumu.blogspot.com/2009/10/teori-masuknya-islam-keindonesia.html
[3] A. Mansyur Suryanegara.1995. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, (Bandung: Mizan), hlm.73.
[4] Suphrta, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. (Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada), hlm. 68-70.
[5] Yatim, Badri, Dr, MA. 2006. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada), hlm. 205
[6] Saepudin, Didin, Dr. 2007. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: UIN Press), hlm.
204.
[7] Ibid., hlm.205.
[8] Ibid., hlm. 207
[9] Didin Saripudin, Dr., Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: UIN Press), hlm,207.
[10] http://www.ummah.net/islam/nusantara/sejarah.html
[11] Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah,...., op.cit., hlm.223.
[12] Drs.H. Sapriya, M.Ed, dkk. 2006. Konsep dasar IPS Edisi Kesatu. (Bandung: Upi
Press), hlm. 180-181.

Anda mungkin juga menyukai