Pengembangan Diri
Oleh Nadya Ayu Anindita, 1406533144
Judul
: Dasar-dasar Logika
Pengarang
: Bagus Takwin
Data Publikasi :
-
Judul buku
dasar
dari
kekuatan
karakter. Kemampuan
manusia
untuk
memperbaiki diri dan dunianya dari waktu ke waktu bersumber pada daya-daya
spiritualnya.
Karakter
bukan
kepribadian
meskipun
keduanya
berkaitan
erat.
pengalaman
yang
sedang
berlangsung),
keterbukaan
pikiran
ada
penghargaan
terhadap
keindahan
dan
kesempurnaan.
Penghargaan ini juga menyebabkan kekuatan karakter yang lain menjadi penting
dalam rangka memperjuangkan kehidupan yang indah dan sempurna.
Karakter selalu didasari oleh spirtualitas. Daya-daya spiritual menjadi
kekuatan kita untuk bertahan dan setia menuju satu tujuan. Dengan daya-daya
spiritual, manusia dapat melampaui dirinya, berkembang terus sebagai makhluk
yang self-trancendence (selalu mampu berkembang melampaui dirinya). Dengan
demikian, ketika kita berbicara tentang karakter maka kita juga berbicara tentang
spiritualitas, tentang daya-daya yang menguatkan dan mengembangkan manusia
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian
kebahagiaan. Pada akhirnya, orang dengan watak atau karakter yang kuat adalah
orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif kepada
masyarakatnya. Setiap orang memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan, dan
potensi
untuk
menjalani
hidup
yang
baik;
tinggal
bagaimana
khusus
untuk
menyelenggarakan
pendidikan
karakter
sebelum
nanti
tentang
kebenaran
dan
dapat
mempertahankannya
dengan
argumentasi yang kuat patut disebut filsuf. Mereka adalah pencinta kebijaksanaan
dan apa yang dilakukan oleh filsuf kemudian disebut filsafat. Jika kita pelajari
lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno hingga abad ke-21,
filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala
perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Dari definisi itu dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah usaha. Sebuah usaha adalah sebuah proses,
bukan semata produk. Proses itu berisi aktivitas-aktivitas untuk memahami segala
perwujudan kenyataan atau apa yang ada (being). Apa yang hendak diketahui
filsafat tak terbatas, oleh karena itu proses pemahaman itu berlangsung terus
menerus.
Filsafat yang memiliki sifat kritis tidak mungkin merupakan barang yang
jadi. Setidaknya, sebagai produk filsafat adalah pemikiran yang perlu dikaji,
direfleksikan dan dikritik lagi. Istilah kritis dalam pengertian filsafat berasal dari
istilah latin kritein yang berarti memilah-milah dan kritikos yang berarti
kemampuan menilai. Lebih khusus lagi, yang dimaksud berpikir kritis di sini
adalah usaha yang dilakukan secara aktif untuk memahami dan mengevaluasi
informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak atau
belum dapat diputuskan penerimaannya karena belum jelas.
Sifat utama filsafat yang lain adalah radikal. Istilah radikal berasal dari
kata radix yang berarti akar. Berpikir kritis memungkinkan orang untuk dapat
berpikir radikal. Sifat radikal pada filsafat memungkinkannya memahami
persoalan sampai ke akar-akarnya dan mengajukan penjelasan yang mendasar.
Berfilsafat dilakukan secara sistematis. Asal kata sistematis adalah
systema yang berarti keteraturan, tatanan dan saling keterkaitan. Sistematis di sini
memiliki pengertian bahwa upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan
menurut suatu aturan tertentu, runut dan bertahap, serta hasilnya dituliskan
mengikuti suatu aturan tertentu pula. Dengan kata lain, sifat sistematis dalam
filsafat sekaligus mencakup sifat logis. Dari sini dapat dipahami bahwa filsafat
mencakup logika. Artinya, filsafat selalu memegang keyakinan akan daya
argumen dan penalaran. Logika yang digunakan dalam filsafat merupakan logika
baru untuk jamannya.
Seorang filsuf bernama Jacques Maritain mengatakan, Filsafat ialah suatu
kebijaksanaan dan sifatnya pada hakikatnya berupa usaha mengetahui.
Mengetahui dalam arti paling penuh serta paling tegas, yaitu mengetahui dengan
kepastian berdasarkan sebab-sebabnya mengapa barang sesuatu itu seperti
keadaannya, tidak bisa lain dari itu (Kattsoff, 2004:65).
perkembangan
filsafat,
berbagai
aliran,
berbagai
isme
10
11
yang didasarkan pada perasaan atau emosi, dan sikap-- baik secara tersurat
maupun secara tersirat).
Untuk menyamakan pengertian dan menghindari kesalahan penafsiran
terhadap term diperlukan definisi. Menurut kesesuaiannya dengan hal atau
kenyataan yang diwakilinya ada dua jenis definisi, yakni definisi nominal(definisi
sinonim) dan definisi real(definisi analitik). Definisi nominal ialah definisi yang
menerangkan makna kata seperti yang dimuat dalam kamus, misalnya introspeksi
berarti menilai diri sendiri, inspeksi memeriksa, dan kursi tempat duduk.
Definisi real adalah definisi yang menerangkan arti hal itu sendiri. Pembuatannya
menuntut dilakukannya analisis terhadap hal yang akan didefinisikan terlebih
dahulu.
Selain dapat dijelaskan apa artinya, term juga dapat diuraikan dengan
kriteria tertentu menjadi bagian-bagian. Penguraian term itu biasa disebut divisi.
Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu
kesamaan karakteristik tertentu. Pembagian dalam bentuk divisi merupakan upaya
lain untuk menjelaskan term.
Dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi kita menggunakan
bahasa terutama didalamnya ada kalimat maupun pernyataan. Kalimat merupakan
serangkaian kata yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa dalam suatu
bahasa, dan dapat digunakan untuk tujuan menyatakan, menanyakan, atau
memerintahkan suatu hal, sedangkan penyataan adalah kalimat yang digunakan
untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau
salah. Dalam literatur logika dan ilmu pengetahuan, kita juga menemukan term
proposisi(dari kata bahasa Inggris proposition). Proposisi ialah makna yang
diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata lain arti atau interpretasi dari
suatu pernyataan. Secara umum, berdasarkan proposisi yang dikandung, ada dua
jenis pernyataan, yaitu pernyataan sederhana dan pernyataan kompleks.
Pernyataan sederhana adalah pernyataan yang hanya mengandung satu proposisi .
Pernyataan kompleks adalah pernyataan yang mengandung lebih dari satu
proposisi. Proposisi yang dikandung oleh suatu pernyataan juga disebut
12
komponen logika dari pernyataan. Komponen logika adalah komponen yang turut
menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan.
Berdasarkan hubungan di antara proposisi-proposisi yang terkandung
dalam pernyataan kompleks, ada empat jenis pernyataan kompleks, yaitu:
1. Negasi (bukan P)
Negasi dari suatu pernyataan sederhana adalah pengingkaran atas
pernyataan.
2. Konjungsi (P dan Q)
Suatu pernyataan
kompleks
yang
komponen
logikanya
Semua S adalah P.
(Universal-afirmatif)
E:
(Universal-negatif)
I:
O:
Dua pernyataan disebut inkonsisten jika, dan hanya jika keduanya tidak
mungking benar pada saat yang bersamaan. Pada kondisi sebaliknya, dua
13
pernyataan itu disebut konsisten; artinya, kedua pernyataan itu mungkin samasama benar pada saat bersamaan.
Tiga jenis hubungan antar-pernyataan adalah implikasi, ekuivalensi dan
independensi logis. Ketiga jenis hubungan ini sering muncul dalam keseharian
kita dan sering pula dipertukarkan pengertiannya; tidak jarang orang
memperlakukan hubungan yang satu sebagai hubungan yang lain.
Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-alasan yang
relevan. Alasan-alasan itu dapat berupa bukti, data, informasi akurat, atau
penjelasan tentang hubungan antara beberapa hal. Ungkapan verbal dari penalaran
adalah argumentasi.
Fungsi akal manusia adalah mencapai kebenaran. Proses pencapaian
kebenaran dimulai dari pengenalan terhadap gejala dan pembentukan ide itu
sendiri. Tetapi kebenaran tidak terdapat dalam Ide. Kebenaran terdapat dalam
putusan (judgement). Kalau putusan kita sesuai dengan kenyataan, maka kita
mencapai kebenaran objektif. Atas dasar kebenaran-kebenaran semacam inilah
pengetahuan mengalami kemajuan.
Untuk dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang hal-hal yang
tidak dapat dibuktikan dengan penyimpulan langsung atau indera, kita perlu
membandingkan ide-ide. Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide adalah
penyimpulan tak langsung. Putusan yang dihasilkan bukan hasil dari pengenalan
langsung terhadap gejala, melainkan hasil dari mempertemukan dua ide yang
diperbandingkan dengan perantaraan ide ketiga yang sudah diketahui sebelumnya.
Proses membandingkan dua ide dengan melibatkan ide ketiga untuk
menghubungkan dua ide itulah yang disebut penalaran. Ada dua jenis penalaran,
yaitu deduksi atau penalaran deduktif dan induksi atau penalaran induktif.
Deduksi adalah proses penalaran yang dengannya kita membuat suatu kesimpulan
dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang
khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang umum itu. Induksi
adalah proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil, atau
prinsip umum dari kasus-kasus khusus (individual).
Manusia tidak jarang memperoleh pengetahuan yang tidak benar karena
adanya
kesalahan
dalam
proses
penyimpulan.
Kesalahan
penyimpulan
14
digolongkan atas dua, yakni kesalahan material dan kesalahan formal. Kesalahan
material adalah kesalahan putusan yang digunakan sebagai pertimbangan yang
seharusnya memberikan fakta atau kebenaran. Kesalahan formal ialah kesalahan
yang berasal dari urutan penyimpulan yang tidak konsisten.
Deduksi adalah bentuk argumen yang kesimpulannya niscaya mengikuti
premis-premisnya. Lazimnya deduksi juga dipahami sebagai pembuatan
pernyataan khusus berdasarkan pernyataan-pernyataan yang lebih umum.
Pernyataan khusus itu disebut kesimpulan dan pernyataan-pernyataan yang lebih
umum disebut premis. Dalam deduksi kesimpulan diturunkan dari premispremisnya. Menerima premis tetapi menolak kesimpulan adalah tidak konsisten.
Bentuk deduksi yang paling umum digunakan adalah silogisme yang terdiri atas
premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Silogisme adalah jenis argumen logis yang kesimpulannya diturunkan dari
dua proposisi umum (premis) yang berbentuk prosisi kategoris. Dilihat dari
bentuknya, penilaian terhadap silogisme adalah sahih (valid) atau tidak sahih
(invalid). Silogisme sahih jika kesimpulannya dibuat berdasarkan premispremisnya dengan bentuk-bentuk yang tepat. Sedangkan penilaian benar (true)
diberikan jika silogisme valid dan klaimnya akurat (informasinya sesuai dengan
fakta). Bentuk dasar silogisme kategoris ialah: Jika A adalah bagian dari C maka
B adalah bagian dari C (Adan B adalah anggota dari C).
Silogisme tunduk kepada delapan hukum yang masing-masing diterapkan
berikut ini.
1. Hukum 1
: Silogisme hanya mengandung tiga term.
2. Hukum 2
4. Hukum 4
afirmatif.
6. Hukum 6
harus afirmatif.
15
7. Hukum 7
harus universal.
Istilah argumen induktif atau induksi biasanya mencakup proses-proses
inferensial dalam mendukung atau memperluas keyakinan kita pada kondisi yang
mengandung risiko atau ketidakpastian. Argumen induktif dapat dipahami sebagai
hipotesis yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Dalam semua argumen
induktif, ada premis atau asumsi inferensial yang lemah yang mencerminkan
ketidakpastian karena informasi ada yang kurang lengkap. Jadi, karakteristik
semua argumen induktif adalah bahwa dalam kondisi ketidakpastian atau
kurangnya informasi, kita langsung mengambil kesimpulan dengan risiko bahwa
kita mengambil kesimpulan yang salah. Penalaran induktif yang baik berusaha
meminimalkan risiko sehingga kita lebih sering mengambil kesimpulan yang
benar daripada yang salah, dan berusaha memperhitungkan risiko itu dengan
akurat.
Induksi enumeratif, atau generalisasi induktif, adalah proses yang
menggunakan premis-premis yang menggambarkan karakteristik sampel untuk
mengambil kesimpulan umum mengenai kelompok asal sampel itu. Induksi jenis
argumen ini merupakan argumen induktif yang paling terkenal. Silogisme
statistikaljenis spesifikasi induktif yang paling umum digunakan sehari-hari
merupakan kebalikan dari proses generalisasi induktif. Dalam konteks profesional
atau
ilmiahyang
menggunakan
teori-teori
matematika
untuk
menarik
kesimpulan mengenai sampel dari informasi mengenai populasi yang lebih besar
spesifikasi statistik jauh lebih kompleks. Argumen induktif eliminatif atau
diagnostik mempunyai premis-premis yang menggambarkan suatu konfigurasi
fakta atau data yang berbeda-beda, yang merupakan bukti dari kesimpulannya.
Kesimpulan ini didukung oleh bukti-bukti diagnostik yang ada, yang menghapus
adanya kemungkinan kesimpulan lain sebagai penjelasan terbaik atas bukti-bukti
itu. Induksi jenis ini menghasilkan kesimpulan yang merupakan penjelasan
terbaik, tetapi tidak statistikal.
16
dilakukan.
Kita
seringkali
senang
merapikan
dunia
dengan
17
pertama dari tiga yang akan kita bahas sering disebut kesalahan pemercontohan
(sampling error). Kesalahan Kausal terjadi jika terdapat hubungan kausal di
antara dua kejadian X dan Y, ada tiga kasus yang mungkin, yaitu (1) X
menyebabkan Y; (2) Y menyebabkan X; dan (3) X dan Y sama-sama disebabkan
oleh Z. Kesalahan analogi terjadi ketika orang menggunakan analogi yang tidak
tepat atau yang menyesatkan dalam argumennya. Dari sudut pandang logika,
argumen analogi bukanlah argumen yang paling baik. Analogi dapat merupakan
cara pandang yang original, kreatif, dan menohok pikiran. Namun analogi tidak
dapat menggantikan argumentasi langsung mengenai suatu sudut pandang.
4. Dasar-Dasar Etika
Etika dan moralitas memang dua kata berhubungan erat dan
seringkali orang mengunakan dua kata tersebut secara bergantian, tetapi tidak
tepat (Graham, 2010, 1). Etika merupakan refleksi filosofis atas moral, sedangkan
moralistas merupakan kepercayaan atau perilaku tentang baik dan buruk.
Dalam pengertian yang terakhir ini, etika adalah cabang ilmu filsafat yang
menyelidiki suatu sistem prinsip moral. Tidak heran jika etika disebut juga filsafat
atas moral. Etika punya fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu
baik atau tidak. Lain halnya dengan moralitas berasal dari kata Latin "moralis"
yang berarti "tata cara", "karakter", atau "perilaku yang tepat" (Pritchard, 2012,
1). Secara terminologis moralitas sering kali dirujuk sebagai diferensiasi dari
keputusan dan tindakan antara yang baik atau yang tidak baik. Moralitas lebih
dipahami sebagai suatu keyakinan untuk menjalani hidup yang baik. Karena itu
sistem moralitas seringkali sangat bergantung dengan komutitasnya.
Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek
kajiannya. Etika adalah suatu abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan
moral dengan melakukan refleksi atasnya. Etika membahas persoalan moral pada
situasi tertentu dengan pendekatan tertentu pula. Sedang moralitas tergantung
pada pilihan individu, keyakinan atau agama dalam menentukan hal yang benar
atau salah, baik atau buruk.
Etika bisa dibagi menjadi berberapa bidang sebagai berikut :
18
Etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau keputusan etis yang
berfokus pada prinsip-prinsip yang seharusnya dari tindakan yang baik. Dalam
etika normatif ini muncul teori-teori etika, misalnya etika utilitarianisme, etika
deontologis, etika kebajikan dan lain-lain. Dalam pengajukan kriteria norma
tersebut, teori etika akan memberikan semacam pernyataan yang secara normatif
mengandung makna seperti "Fulan seharusnya melakukan X" atau "Fulan
seharusnya tidak melakukan X".
Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih
spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik
seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati dan lain-lain. Etika terapan ini
bisa dibagi menjadi etika profesi, etika bisnis dan etika lingkungan. Dapat
dimengerti bahwa istilah etika terapan digunakan untuk menggambarkan upaya
untuk menggunakan metode filosofis mengidentifikasi apa saja yang benar secara
moral terkait dengan tindakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap 'etis'
oleh individu atau masyarakat. Etika deskriptif hanya melakukan observasi
terhadap apa yang dianggap baik oleh individu atau masyarakat. Tujuan dari etika
deskriptif adalah untuk menggambarkan tentang apa yang dianggap oleh
seseorang atau masyarakat sebagai bernilai etis
digunakan untuk menyebut seseorang itu etis atau tidak (Kitchener, 2000, 3).
Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari
metaetika adala arti atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam
etika. Dengan kata lain, metaetika merupakan kajian tingkat kedua dari etika.
Metaetika juga bisa dimengerti sebagai sebuah cara untuk melihat fungsi-fungsi
pernyataan-pernyataan etika, dalam arti bagaimana kita mengerti apa yang dirujuk
dari
pernyataan-pernyataan
tersebut
dan
bagaimana
pernyataan
itu
19
20
21
disalahartikan
menjadi
pandangan
yang
secara
general
22
pilihan-pilihan moral. Pertimbangan intuitif ini bagi Ross sangat vital, karena
intuisi bukanlah pertimbangan yang serampangan, tetapi pertimbangan yang
menggunakan segala aspek kecerdasan dan sensibilitas individu tersebut. Dengan
demikian maka ia dapat menghindarkan dirinya dari pilihan yang menyebabkan
keburukan untuk dirinya maupun terhadap orang disekitarnya.
Meninjau seluruh pembahasan dari buku tersebut, dapat kita ambil banyak
ilmu yang berkaitan tentang karakter, filsafat, logika dan etika yang dapat
dikorelasikan dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari serta untuk masa depan
kita. Ilmu-ilmu tersebut menyusun pengetahuan dasar akan berbagai pengetahuan
rumit lainnya sehingga sangat penting untuk dikuasai konsepnya. Korelasi yang
ada antar pembahasannya dapat sangat berguna bagi pengembangan kapabilitas
seseorang dan secara efektif dapat mendukung pembangunan bangsa dan negara.
23