Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadhira Adzra Nurhaliza

NPM : 10080021302

Kelas : Komunikasi Antar Persona G

TUGAS LAPORAN PERTEMUAN KE-LIMA

Dalam tugas laporan kali ini, saya mengambil contoh hubungan antara dokter dan
pasiennya. Hubungan antara dokter dengan pasien merupakan hubungan yang saling
membutuhkan dan terikat. Dalam sudut pandang komunikasi kesehatan, dalam dunia
psikologi khususnya psikoterapi terdapat sebuah teknik penyembuhan yang disebut
komunikasi terapeutik (therapeutic communication) yang umum dipakai oleh dokter dan
pasien selama proses pemeriksaan hingga penyembuhan. Dengan metode tersebut pasien
sebagai komunikan diarahkan sedemikian rupa oleh dokter atau komunikator sehingga terjadi
pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan yang bertujuan dan bermanfaat.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak atau tujuan
saling memberikan pengertian terapiutik dengan pasien. Dalam tahapan-tahapan pemeriksaan
yang dilakukan oleh dokter terjadi pertukaran pesan atau informasi antara dokter dan pasien,
dokter menanyakan pertanyaan terkait penyakit yang diderita kepada pasien untuk membantu
penetapan diagnosa dan tindakan medis yang tepat (pesan). Kemudian pasien menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh dokter (umpan balik). Dalam proses
komunikasi antara dokter dan pasien terjadi pertukaran pendapat, penyampaian informasi
serta perubahan sikap dan perilaku. Dalam proses komunikasi tersebut itulah terjadinya
efektivitas komunikasi. Interaksi komunikasi antara dokter dan pasien adalah contoh dari
komunikasi antar persona, dan komponen atau faktor pengaruh komunikasi antar persona
dalam hubungan antara dokter dan pasiennya adalah sebagai berikut ;

1. Rasa percaya pasien kepada dokter yang dianggap oleh pasien dapat
menyembuhkan penyakitnya, yang dalam teori komunikasi antar persona disebut komponen
self concept.
2. Ability atau kemampuan baik dari dokter ataupun pasien untuk saling
mendengarkan satu sama lain.

Implementasi komunikasi antar persona yang diterapkan dalam hubungan antara


dokter dan pasien dikatakan harus efektif agar tidak terjadi hal krusial yang melibatkan
kesehatan pasien ataupun permasalahan bagi dokter. Aspek yang harus diperhatikan oleh para
pelaku komunikasi interpersonal atau dalam kasus ini dokter dan pasiennya, ialah ;

1. Keterbukaan : keinginan dari dalam diri komunikan atau komunikator untuk


membuka diri dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lawan bicara. Kualitas
komunkasi ditentukan dari seberapa partisipan saling terbuka satu sama lain. Sifat
keterbukaan ini dibangun atas dasar tujuan agar komunikasi antarpribadi yang terjalin efektif,
dan pesan makna yang disampaikan mampu dipahami dengan baik dan lurus, timbal balik
dari pesan yang disampaikan juga sesuai harapan dan tidak terjadi kesalahpahaman.

2. Empati : Komunikasi antar persona yang melibatkan jiwa atau diri orang lain
memerlukan empati, yang merupakan kemampuan manusia untuk dapat merasakan berbagai
hal dari orang lain. Empati diperlukan agar dapat melakukan pemahaman terhadap pihak lain
dan tidak melulu melihat suatu permasalahan dalam komunikasi dari satu sisi. Empati dapat
terjadi atau diterapkan secara verbal atau nonverbal. Beriringan dengan empati, sikap
supportif juga merupakan penunjang yang kuat dalam komunikasi antar persona. Sikap saling
mendukung antar partisipan (komunikator dan komunikan) akan menciptakan situasi
komunikasi antarpribadi yang efektif. Komunikasi antarpribadi dapat terjalin efektif bila
kedua belah pihak tidak menumbuhkan sikap defensive atau melawan-bertahan. Hal tersebut
sangat menghambat efektifitas komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi antar persona,
sikap supportif dapat diterapkan dengan dengan saling menghargai lawan bicara tanpa
menyela ataupun menyinggung salah satu pihak, dan menghargai serta memberikan timbal
balik pesan sesuai dengan konteks yang sedang dibahas dan tidak keluar jalur ataupun
membesar-besarkan masalah.

3. Sikap Positif : Sebenarnya, penerapan sikap positif dalam komunikasi antar persona
juga beriringan dengan empati. Dalam suatu hubungan yang intim dan melibatkan emosi dari
tiap-tiap pihak, setiap individu pastinya memiliki kemampuan dalam memandang dirinya
sendiri secara positif dan orang lain. Sikap positif tak luput dari upaya mendorong, menerima
keberadaan serta pentingnya memahami pihak lain yang berkaitan.
4. Kesetaraan : Kembali ke sikap menghargai diatas, memunculkan sifat
keseimbangan antar individu dengan tidak menonjolkan masalah pribadi yang condong
kepada salah satu pihak dapat membantu berjalannya komunikasi antar persona yang efektif,
yang bertujuan untuk membangun rasa kenyamanan dan kesamaan antar partisipan dalam
berkomunikasi.

Komunikasi verbal dan nonverbal berperan penting karena dalam praktiknya,


komunikasi antara dokter dan pasien melibatkan banyak sekali unsur verbal dan nonverbal,
gestur antara si sakit dan penyembuh menjadi hal yang teramat penting. Berikut adalah unsur
komunikasi verbal yang dapat dianalisis dari komunikasi antar persona dokter dan
pasiennya ; Informasi yang disampaikan oleh dokter kepada pasien harus ringkas namun
jelas, agar tetap sejalan dan tidak salah paham selama proses penyembuhan. Dokter baiknya
menggunakan istilah medis yang sederhana dan dapat dipahami oleh pasien, apalagi jika
pasien tersebut adalah orang awam untuk menghindari kesalahpahaman diagnosis antara
dokter dan pasien. Tempo bicara dari kedua belah pihak juga sebaiknya diperhatikan,
bagusnya tidak tergesa dan terburu-buru agar komunikasi yang diberi dan didapat oleh kedua
belah pihak tidak tumpang tindih dan jelas. Waktu berkomunikasi antara pasien dan dokter
juga sebaiknya menjadi perhatian, tidak berlama-lama walaupun pasien harus dibantu oleh
relasi dalam menjawab pertanyaan yang relevan jika sekiranya pasien tidak mampu untuk
menjawab sendiri. Intermezzo dari dokter berupa humor dikatakan dapat menjadi selingan
yang membuat pasien merasa leluasa dan nyaman dalam berkonsultasi dengan dokter.

Sedangkan untuk unsur nonverbal dalam komunikasi antar persona dokter dan
pasiennya adalah sebagai berikut ; Penampilan dokter yang memakai jas medis merupakan
simbol dari tenaga kesehatan. Intonasi suara dokter saat berbicara dengan pasien juga
menyesuaikan, suara dokter harus terdengar keras agar jelas namun tetap lembut dan tidak
terkesan memaksakan informasi pada pasien. Ekspresi wajah dokter hanya bisa terlihat dari
mata karena dokter menggunakan masker selama bertugas, maka dari itu pancaran mata
dokter diharapkan ramah. Dalam memeriksa, dokter hanya menggunakan sentuhan fisik
kepada bagian-bagian yang terasa sakit atau yang diharuskan untuk diperiksa, tetapi dokter
juga bisa memberi sentuhan semangat kepada pasien berupa tepukan untuk memberi
semangat, dan lain-lain.

Hambatan yang menghambat komunikasi antar persona dokter dan pasien dapat
menghambat kesembuhan pasien. Jika hambatan komunikasi tersebut tidak diatasi, maka
pasien tidak memahami pesan dan saran yang diberikan dokter terhadap pasien atau tujuan
dari komunikasi tersebut tidak tercapai. Pesan dan saran dari dokter bertujuan untuk
kesembuhan pasien akan tetapi jika pasien tidak memahaminya, maka pasien tidak akan
mengetahui yang harus dilakukan. Seperti dalam hal menjaga kesehatan pasca sakit, ataupun
mengenai resep atau cara pemakaian obat yang telah dianjurkan oleh dokter. Dari hal ini
diketahui bahwa yang biasanya menjadi hambatan komunikasi antara dokter dan pasien
adalah kesalahpahaman informasi atau misleading information. Sebagai pasien hendaknya
tanpa ragu mengajukan pertanyaan seputar penyakitnya sendiri atapun hal dan informasi yang
berkaitan dengan penyakitnya agar informasi yang diterima jelas, clear dan tidak
menyusahkan pasien itu sendiri. Untuk dokter, wajib untuk bekerja secara profesional dan
tidak menutupi atau membuat informasi kesehatan pasien bermakna dua, bersikap transparan
dan supportif terhadap pasien.

( Laporan ini dibuat berdasarkan jurnal KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA


DOKTER DAN PASIEN karya Genoveva Lidwina Sari dan Firdastin Ruthnia Yudiningrum )

Anda mungkin juga menyukai