Anda di halaman 1dari 7

Pentingnya Komunikasi dan Empati dalam Berinteraksi

Dewi Kusuma Wangsa


102015170 / A4
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
E-mail : dewi.2015fk170@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Masyarakat saat ini adalah tipe masyarakat yang membutuhkan perhatian serta
sentuhan kasih yang lebih besar karena kejenuhan mereka terhadap teknologi. Setiap
kali mereka menghadapi permasalahan yang mengganggu mental maupun fisik,
mereka akan berusaha mencari pertolongan. Dokter adalah salah satu tujuan yang
kerap mereka datangi. Dengan datang kepada dokter, mereka tidak hanya berharap
dapat disembuhkan secara fisik, tetapi juga secara mental.
Dalam ilmu kedokteran, terdapat kemampuan kemampuan dasar yang harus
dikuasai oleh para dokter. Seorang dokter harus dapat berhadapan, dan berkomunikasi
dengan baik kepada pasien. Komunikasi dokter-pasien merupakan komunikasi dua
arah dengan tujuan kesembuhan, dilandasi kesetaraan dan empati, ada kesepakatan tak
tertulis bahwa pasien mempercayakan dirinya kepada dokter yang mengobatinya dan
dokter wajib simpan rahasia jabatan. Disinilah seorang dokter harus dapat melakukan
komunikasi yang efektif kepada tiap masyarakat yang datang untuk mencari
pertolongan. Dengan bersedia mendengarkan tiap keluhan mereka dengan sabar dan
penuh perhatian, dokter secara tidak langsung telah mengurangi penderitaan pasien.
Terlebih dari itu, dengan menyampaikan informasi yang benar ataupun memberikan
kata-kata yang menyejukkan dan menguatkan, membuat pasien semakin merasa
tertolong.
Selain mampu berkomunikasi secara efektif, dokter juga dituntut untuk
memiliki rasa empati. Sebagai dokter kita wajib berempati, mau dan mampu
merabarasakan perasaan, pikiran, sikap dan perilaku pasien, tanpa melibatkan emosi
diri. Empati adalah kemampuan untuk merasakan, menghayati, dan menempatkan diri

Pentingnya Komunikasi dan Empati dalam Berinteraksi


sendiri ditempat orang lain. Dengan berempati, dokter mampu meningkatkan
pertumbuhan pasien dalam hal kesucian, kebajikan, kasih dan hikmat spiritual. Tidak
hanya itu, dengan berempati dokter dapat menolong pasien untuk menjadi kuat,
mandiri, dan dapat melihat realitas kehidupannya. Dengan demikian komunikasi
dokter-pasien bukanlah hal yang mudah, terutama saat berhadapan dengan pasien
yang bermasalah mulai dari yang sederhana hingga yang rumit dan kompleks.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembacanya dapat mengetahui
pengaruh komunikasi dan empati serta memahami dan dapat menerapkannya, baik
dalam menangani pasien maupun masyarakat sekitar.
Analisis Masalah (Mind Map)

Komunikasi
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai alat bantu dalam
kelancaran bekerja, begitu pula dalam dunia kedokteran. Sejak awal perkembangan,
para ahli dari berbagai disiplin ilmu telah turut memberikan sumbangan yang besar
terhadap ilmu komunikasi. McCubbin dan Dahl (1985) mendefinisikan komunikasi
sebagai suatu proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan, dan pendapat.
Johnson (1981) mendefinisikan komunikasi didasarkan atas pengertian secara sempt
dan pengertian secara luas. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang
dikirimkan seorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk
2

Pentingnya Komunikasi dan Empati dalam Berinteraksi


mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan dalam arti luas, komunikasi
dideskripsikan sebagai setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi orang lain1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah interaksi penuh makna antar sesama manusia dimana terjadi proses pemberian
atau penerimaan pesan sehingga terjadi pemahaman baik melalui verbal maupun nonverbal melalui sebuah pembicaraan, tulisan, dan bisa juga melalui syarat2.
Komunikasi kemudian dapat dibagi bagi menurut jenis dan sifatnya.
Menurut jenisnya, terbagi menjadi komunikasi searah dan komunikasi dua arah.
Komunikasi searah adalah pengiriman suatu pesan dari pengirim kepada penerima
pesan, tanpa peneriman memberi respon atau tanggapan. Sedangkan komunikasi dua
arah ialah penyampaian suatu pesan dari pengirim kepada penerima pesan dan terjadi
respon balik atau tanggapan dari penerima terhadap pemberi pesan. Komunikasi dua
arah dapat memungkinkan pemberi dan penerima pesan mengukur tingkat
pemahaman pesan dan juga dapat menyikapi kesalahpahaman yang terjadi. Dalam
dunia kedokteran, lebih sering terjadi komunikasi dua arah antara pasien dengan
dokter dimana pasien berkonsultasi dengan dokter, dan terjadi tanya jawab serta
tangapan tanggapan2.
Menurut sifatnya, komunikasi juga dibedakan menjadi dua yaitu, komunikasi
verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
kata kata yang dapat disuarakan maupun ditulis dalam penyampaian pesannya.
Dalam dunia kedokteran komunikasi verbal biasanya dapat kita temukan saat pasien
sedang berkonsultasi atau saat dokter menerangkan dengan kata kata mengenai
suatu penyakit. Sedangkan komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang
menggunakan gerak isyarat tubuh, sikap, ataupun hal lain yang tidak menggunakan
kata kata dalam penyampaian pesannya. Dalam praktek dokter komunikasi ini dapat
dilakukan dalam bentuk yang bervariasi misalnya gerakan tubuh, ekspresi mnuka,
kontak mata, gaya rambut, atau posisi2.
Komunikasi tidak hanya berinteraksi, tetapi diperlukan beberapa hal agar
terciptanya komunikasi yang baik. Kita perlu mendengar aktif agar seluruh yang
diucapkan baik verbal maupun non-verbal dapat dimengerti, serta pendengar juga
harus aktif mengkonfirmasikan pemahamannya sebelum memberikan tanggapan.
Selain mendegar aktif, kita perlu juga untuk trampil berdialog. Yang dimaksudkan

Pentingnya Komunikasi dan Empati dalam Berinteraksi


trampil berdialog ialah terjadinya komunikasi dua arah yang dimengerti baik pemberi
maupun penerima pesan. Kita juga perlu memahami perasaan diri sendiri dan lawan
bicara, mengendalikan emosi dengan cara sabar, dan yang terakhir adalah empati, atau
kemampuan untuk menghayati perasaan orang lain tanpa ikut larut di dalamnya 2.
Dalam dunia kedokteran, seorang dokter bukan hanya harus pandai
berkomunikasi, tetapi juga harus memiliki keterampilan untuk berkomunikasi secara
efektif. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat
memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan dapat memberi
umpan balik yang sesuai. Agar tercapainya komunikasi efektif, diperlukan beberapa
syarat yaitu, respect (saling menghargai), empathy (adanya empati), audible (suara
yang baik dan jelas), clarity (mudah dimengerti), dan juga humble (tidak interogatif)2.
Manfaat yang dapat diperoleh dari komunikasi efektif dokter-pasien adalah
dapat meningkatkan kesehatan jiwa, pasien lebih patuh pada pengobatan,
meningkatnya kepuasan pasien, meningkatnya kepuasan dokter, dan pada akhirnya
dapat mengurangi risiko malpraktik. Melihat begitu banyak manfaat yang diperoleh
dari komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, maka jelaslah bahwa
komunikasi yang efektif adalah hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh
dokter dan pasien.
Empati
Empati mempunyai hubungan dengan komunikasi, karena empati dapat
dibangun dari komunikasi yang efektif. Kebanyakan orang beranggapan bahwa
empati memiliki arti dan makna yang sama dengan simpati, padahal pengertian
empati adalah seseorang menempatkan dirinya secara imajinatif pada posisi orang
lain3. Namun empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan
orang atau kelompok lain (KBBI:2002). Dapat disimpulkan bahwa empati adalah
kemampuan untuk menghayati perasaan orang lain tanpa ikut larut di dalamnya.
Cara efektif menumbuhkan empati adalah dengan mengembangkan sikap
ramah dan bersahabat. Dengan bersikap ramah, kita siap menerima kehadiran orang
lain yang ingin berkomunikasi dengan kita sehingga mampu menciptakan semangat
kekeluargaan dan terwujudnya komunikasi yang akrab dan jujur4. Selain ramah dan

Pentingnya Komunikasi dan Empati dalam Berinteraksi


bersahabat, kita sebagai dokter juga harus mampu untuk mendengarkan secara aktif,
responsif pada kebutuhan dan kepentingan pasien, dan memberikan pertolongan pada
pasien. Individu yang berhasil menumbuhkan empati dalam dirinya dapat merasakan
perasaan seseorang dan mampu memberikan respon yang sesuai2.
Dengan empati juga kita dapat membangun pasien dengan menyokong atau
meningkatkan pertumbuhan dalam kesucian, kebajikan, kasih dan hikmat spiritual 5.
Selain membangun, kita juga dapat menolong pasien untuk menjadi kuat, mandiri,
melihat realitas, dan juga mendapatkan kepastian bahwa masalahnya bisa
dipecahkan6.
Skenario
Dalam suatu kunjungan sosial, seorang mahasiswa mengunjungi rumah
seorang nenek berumur 80 tahun. Nenek tersebut ditemani oleh seorang pengasuh.
Anak, mantu, cucu, dan buyut nenek itu berada di luar negeri. Biaya hidup nenek itu
selalu dikirim dari anaknya yang berada di Amerika, melalui salah seorang saudara
nenek itu. Nenek tersebut sudah sering lupa dan pendengarannya sudah berkurang.
Pembahasan Kasus
Dari skenario diatas, dapat kita ketahui bahwa mahasiswa mengunjungi rumah
seorang nenek berumur 80 tahun. Saat berkomunikasi, dapat terjadi terdapat beberapa
faktor yang dapat menghambat terjadinya penyampaian informasi dari pengirim ke
penerima dan sebaliknya. Jika disesuaikan dengan skenario, maka penghambat
komunikasi antara mahasiswa dengan nenek adalah :
1. Pendengaran berkurang
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi seiring dengan bertambahnya usia,
merupakan hal yang umum terjadi. Gejala ini bersifat semakin tua semakin berat.
Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris ( terjadi pada kedua sisi telinga).
2. Sering lupa
Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa
menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan
penurunan beberapa kemampuan belajar.
Secara keseluruhan, berdasarkan teori, maka mahasiswa tetap dapat
5

Pentingnya Komunikasi dan Empati dalam Berinteraksi


menjalankan komunikasi efektif dengan nenek yang berusia 80 tahun. Pada hambatan
pertama, dapat dilihat bahwa walaupun pendengaran sang nenek sudah berkurang,
dengan tetap menjadi pembicara dan pendengar yang baik, yang dimaksudkan adalah
berkomunikasi dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh nenek. Dan jika
nenek tidak menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan, mahasiswa harus mampu
sabar dan tetap mengendalikan emosi agar tercipta komunikasi yang efektif.
Faktor kedua yaitu sering lupa. Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin umur
bertambah, kemampuan otak yang jika tidak diasah dapat menurunkan daya ingat
seseorang. Dalam kasus ini, mahasiswa harus mampu berempati kepada nenek dengan
memberi pertanyaan yang mudah dijawab, menggunakan kalimat pendek dengan
tempo yang pelan, dan jangan memaksa nenek untuk mengingat sesuatu yang ia tidak
ingat.
Kesimpulan
Dari pembahasan kasus tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
praktek kedokteran, dibutuhkan komunikasi efektif yang dua arah antara dokter
dengan pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam menerima informasi. Selain
komunikasi, peran empati juga sama pentingnya dalam praktek kedokteran. Sudah
seharusnya semua dokter memperhatikan empati dan komunikasi terhadap pasien.
Yang harus mahasiswa terhadap nenek adalah menciptakan suasana
komunikasi yang efektif dengan cara mengerti bahwa nenek tersebut sudah sering
lupa sehingga mahasiswa harus mampu berempati dengan cara sabar, memberi
pertanyaan yang mudah dijawab, menggunakan kalimat pendek dengan tempo yang
pelan, dan jangan memaksa nenek untuk mengingat sesuatu yang ia tidak ingat.

Pentingnya Komunikasi dan Empati dalam Berinteraksi

Daftar Pustaka
1. Prigunanto, Ilham. 2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Jakarta: Teraju
2. Andri, Dan H, dkk. Komunikasi dan Empati. Bahan kuliah. Jakarta : FK UKRIDA ;
2015
3. Uripni, Christina Lia; dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
4. Wade, C. Tavris. Psikologi . Ed. 2. Jakarta: Erlangga. 2008. hal. 194-204.
5. West, Richard., Lynn HT. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Ed.3.
Jakarta : Salemba Humanika.
6. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo. Hal 2 7.

Anda mungkin juga menyukai