Anda di halaman 1dari 8

Komunikasi Kesehatan: Penerapan Komunikasi Holistik Dalam Komunikasi Tenaga Medis-Pasien

A. Pengantar Masih segar dalam ingatan ketika terjadi fenomena dukun cilik Ponari di Jombang beberapa tahun silam. Ponari dipercaya masyarakat awam sebagai alternatif pengobatan dengan biaya seadanya, tidak perlu obat-obatan apalagi harus rawat inap. Kejadian sejenis Ponari merupakan pelayanan kesehatan non-medis yang tidak jelas evidence based-nya, dan hal semacam ini bukan hanya muncul sekali. Sebelum dan setelah Ponari, ada banyak pelayanan kesehatan non-medis semacam dukun dan pengobatan alternatif yang terdapat di Indonesia, baik di daerah non-perkotaan maupun di kota besar. Hal yang mengherankan, pelayanan non-medis semacam ini tidak pernah sepi dari pasien, seperti yang terlihat di media televisi ada ribuan orang yang rela mengantri hanya untuk mendapatkan kesembuhan dari Ponari. Kejadian semacam Ponari sesungguhnya merupakan indikasi adanya fenomena berkurangnya minat dan kepercayaan masyarakat terhadap dokter. Fenomena tersebut mungkin dipengaruhi oleh tingginya biaya kesehatan maupun berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pelayanan tenaga kesehatan. Tingginya biaya medis dapat ditekan dengan obat-obatan merek Generik dan ASKES yang menjamin pengobatan bagi masyarakat menengah kebawah. Akan tetapi,

berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap dokter merupakan persoalan pelik yang tidak dapat diatasi hanya dengan hal-hal teknis, karena kepercayaan berhubungan erat dengan adanya hubungan komunikasi yang terjalin dengan baik antara dokter dan pasien. Sebuah kajian menyimpulkan bahwa kepercayaan pada pelayanan kesehatan ternyata sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dokter-pasien (Calnan Et Al, 2004). Hubungan antara dokter dan pasien awalnya menganut pola paternalistik, namun saat ini hubungan dokter-pasien mengalami pergeseran menjadi hubungan yang bersifat kontraktual. Kondisi dan situasi saat ini telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi yakni sebagai penyedia layanan jasa. Sehingga, apabila jasa yang diberikan tidak memuaskan pasien, maka pasien pun berhak untuk menyampaikan keluhan bahkan sampai pada tuntutan hukum ke pengadilan.

Sehingga, maraknya tuntutan mal praktek di masyarakat dapat menjadi indikasi suatu kondisi komunikasi yang kurang baik antara masyarakat dengan dokter. Komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien merupakan salah satu elemen penting dalam hubungan dokter-pasien. Komunikasi interpersonal yang baik dapat meningkatkan kepuasan pasien, kepatuhan pasien dalam melaksanakan terapi serta hasil akhir berupa kesembuhan pasien. Pasien yang memahami sifat penyakit mereka beserta penanganannya, dan pasien yang percaya bahwa dokter yang merawatnya benar-benar memperdulikan kesembuhan mereka, menunjukkan

kepuasan yang lebih besar dengan perawatan yang diterima dan lebih mungkin untuk mematuhi aturan pengobatan. Pengakuan tentang pentingnya komunikasi

interpersonal telah ada secara meluas, namun penekanan dalam bidang medis sendiri kurang diperhatikan. Komunikasi holistik atau komunikasi yang menggunakan pendekatan secara holistik dalam penerapannya menjadi salah satu alternatif dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi holistik mulai menjadi perbincangan hangat sejak beberapa tahun silam seiring dengan meningkatnya perhatian praktisi kesehatan terhadap komunikasi interpersonal antara tenaga medis-pasien. Lebih jauh tentang komunikasi holistik akan dijabarkan dalam bahasan berikut.

B. Mengapa Pendekatan Holistik? Kualitas komunikasi dan hubungan relasi bergantung pada situasi dimana suatu kondisi terjadi. Kualitas hubungan ditentukan berdasar sebaik apa kedua belah pihak saling mengetahui dan memahami satu dengan yang lain mengenai permasalahan mereka (dalam hal kesehatan tentunya masalah penyakit yang diderita pasien), kebutuhan-kebutuhan dan perspektif seseorang akan yang lain. Pendekatan holistik digunakan dalam keadaan seperti ini, karena pendekatan holistik melibatkan manusia secara keseluruhan bersama dengan segala kebutuhannya. Kualitas hubungan juga termasuk bagaimana orang menunjukkan empati terhadap orang lain. Dalam kesehatan, komunikasi sedemikian pentingnya dan bersifat esensi karena tanpanya para tenaga medis tidak akan dapat memahami keluhan pasien dan permasalahan yang diderita. Holistik atau holism didefinisikan sebagai pendekatan yang memperhatikan pasien secara keseluruhan terutama kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual pasian berdasarkan sakit yang mereka derita.

Non-Humanisme

Humanisme

PARTS

HOLISTIC

Komunikasi Holistik sebagai bagian dari pendekatan humanisme

Kita telah mendengar pengajaran selama beberapa dekade bahwa badan kita merupakan susunan mesin bio-kimia yang diprogram berdasarkan penentuan genetis atau warisan genetis dan kesehatan kita terutama diatur oleh kecenderungan genetis, sehingga timbul persepsi dan realitas yang sesungguhnya tidak faktual bahwa status kesehatan kita diturunkan dari nenek moyang kita atau silsilah dalam keluarga kita. Inilah kepercayaan yang dipegang oleh banyak orang bahkan menjadi perdebatan bukan hanya di kalangan ilmuwan dan praktisi kesehatan namun juga masyarakat pada umumnya. Tidak hanya masalah keturunan saja, namun banyak orang berpendapat bahwa kesehatan seseorang juga ditentukan dari kondisi tempat tinggal dan pengaruh kultur budayanya. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Elmer dan Alyce Green dari Menninger Foundation, Dr. Candace Pert (Peneliti Biologi Molekul) dari Stanford Medical Professor dan Dr. Bruce Lipton (Peneliti Biologi Sel) membuktikan adanya hubungan antara badan, pikiran, jiwa, dan emosi terhadap kesehatan seseorang dan bagaimana setiap komponen saling mempengaruhi satu sama lain atau terintegrasi satu dengan lainnya. Para peneliti ini menemukan adanya varietas protein yang dikenal sebagai Peptid (termasuk Endorphins) diantara substansi pembawa informasi dalam tubuh, dan setiap protein dapat mempengaruhi pikiran, emosi, sistem imun, sistem pencernaan, dan sistem lain yang mendukung kinerja tubuh secara simultan. Analisa dari penelitian Lipton menyebutkan bahwa gen dan DNA tidak mengatur biologis manusia, sebaliknya DNA diatur oleh sinyal dari luar sel, termasuk pikiran negatif dan positif kita. Ketika kita mengubah persepsi atau kepercayaan, kita mengirim pesan baru ke sel-sel, komunikasi ini kemudian mengganti DNA kita. Penelitian ini dapat menjadi dasar pentingnya komunikasi kesehatan dengan pendekatan holistik, karena pendekatan holistik melibatkan pikiran, emosi dan jiwa dalam penatalaksanaannya. Ketika komunikasi antara tenaga medis-pasien terjadi

dengan pendekatan holistik, empati dan pesan positif dari tenaga medis dapat diterima oleh sel dalam tubuh pasien yang kemudian dapat memproses pesan tersebut untuk memberikan dampak positif bagi kesembuhan pasien.

C. Penerapan Komunikasi Holistik Hal yang tidak mudah menjadi seorang praktisi kesehatan khususnya tenaga medis. Tenaga medis dituntut untuk dapat memahami keadaan pasien apapun latar belakangnya baik kultur budaya, sosial, dan ideologi yang sangat mungkin berbeda dengan latar belakang si tenaga medis. Tidak jarang perbedaan latar belakang antara tenaga medis dan pasien menjadi hambatan dalam mewujudkan komunikasi yang efektif. Dengan mempraktekkan beberapa contoh komunikasi holistik berikut dapat membantu tenaga medis mengatasi kesulitan berkomunikasi, serta membantu pasien menuju kesembuhan.

1. Mengikutsertakan Observer-mu Observer atau peninjau dalam hal ini adalah diri sendiri, yang mengamati atau meninjau diri dalam menghadapi pasien. Proses ini berguna saat menghadapi situasi yang melibatkan emosi, misalnya menghadapi situasi konflik sosial dan kultural dengan pasien. Observer merupakan sisi diri tenaga medis yang lepas dari bias atau pengaruh menghakimi pasien. Observer juga biasanya disebutkan sebagai bagian dari diri kita yang lebih tinggi, terlepas dari latar belakang kultur budaya, sosial bahkan emosi yang dirasakan pada saat menghadapi pasien.

Contoh kasus: Salah satu keluarga pasien berbicara dengan anda, marah dan menuduh anda terlambat menangani anggota keluarganya yang sakit.

Penanganan Manajemen Emosi: Pusatkan pikiran pada diri anda sendiri dan buat motivasi yang baik. Tarik napas, bayangkan hati anda, hubungkan dengan perasaan kasih dan bangkitkan rasa belas kasihan anda terhadap keluarga pasien tersebut. Pikirkan bahwa anda ada untuk kebaikan bersama. Observer mulai melihat reaksi internal anda baik secara emosional, mental dan fisik. Orang ini benar-benar membuat anda jengkel. Anda

malas menghadapi orang ini dan ingin segera mengakhiri situasi ini, jantung anda mulai berdebar kencang Akuilah reaksi ini, tempatkan bersamaan dengan motivasi diri dan diri anda yang lebih tinggi. Benar, kemarahan membuat saya tidak nyaman. Tarik napas lagi dan katakan dalam hati Saya melepaskan pikiran dan perasaan ini, saya disini untuk kebaikan bersama Fokus pada orang tersebut dan situasi. Hadirlah kembali dengan pikiran yang lebih bijak dan hati yang lebih dipenuhi rasa belas kasih.

Keseluruhan proses diatas hanya memakan waktu sekitar 5 menit dan memungkinkan tenaga medis untuk membuat pikiran dan perasaannya sejalan dengan interaksi menyembuhkan-memperdulikan (Thornton, 2000, 2006).

2. Komunikasi CLEAR Dalam bahasa Inggris CLEAR merupakan akronim dari Center yourself, Listen whole heartedly, Empathize, Attention: being fully present dan Respect. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia CLEAR berarti jelas, gamblang dan bersih. Komunikasi CLEAR berarti komunikasi yang jelas dan gamblang, apabila dihubungkan dengan akronim dalam bahasa Inggris komunikasi CLEAR berarti: **Center yourself (Pusatkan pada diri sendiri) Berhenti bicara sejenak Bernapas dalam-dalam Hubungkan dengan perasaan kasih dan belas kasihan Buat motivasi (dalam bahasa yang nyaman bagi kita) yang diperuntukkan bagi kebaikan bersama.

**Listen whole heartedly (Dengarkan dengan sepenuh hati) Singkirkan pikiran, kata-kata dan emosi anda pribadi Fokus pada situasi orang lain Jangan menghakimi atau menganalisa Bukalah hati anda pada apa yang berusaha pasien sampaikan pada anda

**Empathize (Empati) Datang empati dari kesungguhan hati (tulus) Miliki kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, namun bukan mengasihani orang lain.

**Attention: being fully present (Perhatian: hadir secara utuh) Miliki kesadaran akan apa yang anda rasakan. Hadirkan keseluruhan diri anda dalam setiap tindakan emosi, mental, fisik dan spiritual

**Respect (Rasa Hormat) Menghormati segala sesuatunya Hormati diri sendiri - buat batasan jika diperlukan Hormati orang lain hargai perbedaan kultur, sosial, ideologi dan ontologi Menyambut baik keberagaman dan perbedaan.

3. Terhubung Dengan Diri Sendiri: Terhubung Dengan Orang Lain Komunikasi holistik istimewa karena komunikasi yang dilakukan lebih dalam dan kualitasnya sangat besar dipengaruhi oleh kehadiran. Jean Watson dalam Transpersonal Caring Process mengatakan bahwa tenaga medis yang berpusat pada pelayanan dengan hati memiliki kapasitas untuk terhubung secara psikososial, perasaan hati dan spiritual dengan pasien yang ditanganinya. Ini konsep yang cukup sulit untuk dijelaskan apalagi diterapkan. Tenaga medis harus mampu meng-akses, kemudian memahami kedalaman dari dirinya sendiri sebelum memahami kedalaman pasiennya.

Being able to communicate from more profound levels of presence is the result of experience and engaging in processes of deep reflection and inquiry. Cultivating this type of presence, however, is something that can be learned through direct experience and role modeling (Rankin, 2006).

Menerapkan komunikasi holistik memang tidak mudah namun seiring dengan banyaknya pembelajaran, latihan dan pengalaman langsung memungkinkan tenagamedis untuk memahami konsep dan penerapan komunikasi holistik dalam menangani pasien.

Seorang perawat di Swaziland mendampingi pasien mata usia lanjut


(A holistic approach to eye care for older people, AB Dey, Robert Lindfield and Ashish Goel, 2008)

D. Kesimpulan Komunikasi holistik adalah bagian dari komunikasi interpersonal atau komunikasi diadik atau komunikasi dua arah Penerapan komunikasi holistik dalam komunikasi kesehatan khususnya hubungan antara tenaga medis-pasien dapat membantu baik dari pihak dokter maupun pasien untuk mencapai tujuan bersama yaitu kesembuhan pasien. Pendekatan holistik merupakan pendekatan secara mental, fisik, dan spiritual, dimana tenaga medis melihat pasien secara keseluruhan tidak secara terpisah-pisah.

Unsur penting dalam komunikasi holistik adalah rasa empati yang tinggi, tenaga medis berbelas kasih pada pasien tapi bukan rasa kasihan melainkan berusaha untuk menjadi dan merasakan pasien. Inilah sebabnya mengapa konsep komunikasi holistik lebih sulit untuk dipahami dan diterapkan. Sebenarnya ada banyak contoh kasus serta metode untuk menerapkan komunikasi holistik, namun 3 bagian yang telah diuraikan dalam bahasan sebelumnya cukup penting untuk menguasai dasardasar komunikasi holistik yaitu manajemen emosi dengan menggunakan Observer, komunikasi CLEAR dan terhubung dengan diri sendiri sebelum terhubung dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai