peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan
komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia.
Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana
komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan
lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman
komunikasi itu sendiri.
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam
memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga
ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah
kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing
anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan
memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan .
Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok
tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama.
Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Sejatinya komunikasi kelompok sudah ada sejak dahulu yang mana sebelum adanya ilmuan yang
membahas secara lanjut ilmu ini,sejak dahulu kelompok kelompok telah ada dan pada kelompok
tersebut telah ada komunikasi yang terjadi,ini menandakan komunikasi kelompok sudah ada sejak
dahulu.Pada tahun 1930 an para ahli lisan telah memikirkan betapa pentingnya diskusi
dikembangkan sebagai bidang studi dan terapan,meskipun pada saat itu terjadi gesekan antara
kaum golongan kanan dengan kaum kaum lain,pada saat itu para ahli lisan mengembangkan ilmu
diskusi agar dapat membantu suatu kelompok mengambil keputusan.
Pada tahun 1939 McBurney dan Hance mengeluarkan buku yang membahas tentang komunikasi
kelompok atau yang awalnya dikenal sebagai diskusi,buku itu berjudul Discussion in Human
Affairs .Pada saat ini diskusi dianggap hal yang penting dalam melaksaanakan tradisi berdiskusi
dan diskusi kelompok ini cenderung memusatkan perhatiannya pada tingkah laku dari anggota
kelompoknya.
Perhatian pada komunikasi kelompok sebagai suatu bidang studi,penelitian dan terapandalam
komunikasi lisan sebenarnya sejak 50 tahun lalu sudah ada namun masih dalam skala dan ruang
lingkupnya yang kecil,namun setelah munculnya buku dari McBurney dan Hance komunikasi
massa menjadi hal yang vital dan meluas dalam kurikulum komunikasi lisan.Meskipun buku dari
McBuney dan Hance bukanlah buku yang membahas tentang diskusi yang pertama namun pada
buku tersebut terdapat dasar pemikiran filosofis yang sesuai dengan perhatia dan kepentingan
orang banyak dibidan disiplin ilmu komunikasi lisan.
A. Dasar Pembetukan Kelompok
Langkah proses pembentukan diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses
selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut :
Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada
anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai
tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi
juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan
pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
1) Kedekatan
Kedekatan geografis tempat tinggal. Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan
geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita
membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung
dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang
saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin
mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik
meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan
terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan
peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan. Kedekatan geografis
daerah asal. Ketika seseorang merantau ke suatu tempat dan bertemu dengan orang yang
sama-sama merantau dan berasal dari daerah yang sama, maka orang tersebut merasa ada
ikatan batin, meskipun semula belum saling mengenal ketika masih di daerah asal.
2) Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga
kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka
berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang
dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau
karakter-karakter personal lain.
Kesamaan kesamaan yang dimaksud antara lain :
a. Kesamaan kepentingan
Dengan adanya dasar utama adalah kesamaan kepentingan maka kelompok sosial ini
akan bekerja sama demi mencapai kepentingan yang sama tersebut.
b. Kesamaan keturunan
Sebuah kelompok sosial yang terbentuk atas dasar persamaan keturunan biasanya
orientasinya adalah untuk menyambung tali persaudaraan, sehingga masing-masing
anggotanya akan saling berkomitmen untuk tetap aktif dalam kelompok sosial ini
untuk menjaga tali persaudaraan agar tidak terputus.
c. Kesamaan nasib
Dengan kesamaan nasib/ pekerjaan/ profesi, maka akan terbentuk kelompok sosial
yang mewadahinya untuk meningkatkan taraf maupun kinerja masing-masing
anggotanya.
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui,
seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya
dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi
komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka,
peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk
mencapai tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi
kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan
seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama
lain.
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya: Human Communication, A Revision of
Approaching Speech/Communication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi
tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki
seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota
dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-to
faceinteraction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information
sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to personal
characteristics of the other members accurately).
Dalam diskusi tersebut semua anggota kelompok diikutsertakan secara aktif dalam mencapai
kemungkinan
pemecahan
masalah
secara
bersama-sama
mengutarakan
masalahnya,
mengutarakan ide-ide, mengutarakan saran-saran, saling menanggapi satu dengan yang lain
dalam rangka pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dalam kegiatan diskusi kelompok yang
memegang peranan adalah pembimbing. Pembimbing berusaha menciptakan situasi yang
mendorong konseli untuk ikut terlibat dalam diskusi dan selalu aktif berpartisipasi dan saling
berinteraksi diantara mereka. Setelah diskusi kelompok berjalan, diharapkan pembimbing untuk
tidak terlalu mencampuri pola suatu permasalahan.
Secara sederhana, Diskusi kelompok merupakan suatu teknik bimbingan kelompok yang
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memecahkan masalah secara bersama-sama
dalam suatu kelompok. Dalam diskusi tersebut diharapkan setiap siswa secara aktif mengambil
bagian untuk mengemukakan pendapat ataupun pengalaman-pengalamannya sehingga siswa yang
lain dalam kelompok tersebut dapat mengambil manfaat dari pendapat dan pengalaman yang
dikemukakan oleh temannya.
Diskusi kelompok juga merupakan percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau
lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan,
dibawah pimpinan seorang pemimpin.
4. Teknik Diskusi Kelompok
Pada dasarnya tujuan diskusi kelompok menurut Winkel adalah membahas bersama masalah yang
dihadapi. Lebih lanjut tim MKDK tujuan diskusi kelompok adalah :
1.
Memberi kesempatan pada setiap peserta untuk mengambil suatu pelajaran dari pengalaman
teman-teman peserta yang lain dalam mencapai jalan keluar suatu masalah.
2.
Memberikan suatu kesadaran bagi setiap peserta bahwa setiap orang itu mempunyai masalah
sendiri-sendiri apabila ada persamaan masalah yang diutarakan, oleh salah satu anggota hal
ini akan memberi keringanan beban batin bagi anggota yang kebetulan masalahnya sama.
3.
Mendorong individu yang tertutup dan sukar mengutarakan masalahnya, untuk berani
mengutarakan masalahnya.
4.
Kecenderungan mengubah sikap dan tingkah laku tertentu setelah mendengarkan pandangan,
kritikan atau saran teman anggota kelompok.
Kelebihan diskusi :
Memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran,
misalnya : dalam pertukaran pendapat siswa berperan sebagai peserta diskusi, berperan
sebagai pemimpin diskusi, dan sebagai perumus hasil diskusi (lebih-lebih jika kelompok
diskusi tersebut kecil jumlahnya).
Melatih siswa untuk mengutarakan pendapatnya secara runtut dengan menggunakan
bahasa baku, sekaligus melatih siswa menghargai pendapat teman dengan kesadaran
bahwa diskusi adalah pengkajian kebenaran dan adanya perbedaan sudut pandang adalah
suatu kewajaran.
Diskusi memberi kemungkinan perluasaan informasi, bahkan penambahan informasi
baru bagi pesertanya (siswa). Diskusi memberi kesempatan kerjasama, siswa yang
cenderung cerdas dapat membantu siswa yang cenderung lambat belajar. Diskusi melatih
siswa untuk berpikir mandiri dan sekaligus meningkatkan taraf kepercayaan dirinya.
Situasi pembelajaran dengan berdiskusi melatih siswa untuk hidup secara demokratis di
masyarakatnya.
Situasi diskusi memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal diri sendiri, mencari
kemungkinan-kemungkinan
yang
terbaik
dalam
pemecahan
masalahnya,
Kelemahan diskusi:
Dalam situasi diskusi sulit menjamin tercapainya tujuan yang telah ditentukan dalam
waktu yang telah direncanakanpula; situasi dapat berkembang bertele-tele, penuh
perbedaan pendapat, bahkan jika koordinasi serta kepemimpinan diskusi tersebut lemah
atau jelek situasinya dapat berkembang menjadi penuh konflik yang menyesatkan
pencapaian tujuan pembelajaran.
Kegiatan diskusi ini akan membawa hasil sebagaimana diharapkan jika para peserta
diskusi menguasai kemampuan yang memadai untuk diskusi dan sekaligus bersedia
bersiap diri secara pantas sebelum masuk ke situasi diskusi.
Selain penguasaan bahan diskusi, peserta diskusi juga perlu menguasai keterampilan
teknis dalam berdiskusi; hal ini perlu dipalajarinya oleh peserta diskusi pada waktu
sebelum dan didalam siatuasi diskusi.
Proses serta hasil diskusi akan kurang memadai (semu) jika pemimpin diskusi kurang
hasil dalam menciptakan situasi diskusi yang mendorong setiap peserta bebas
berpendapat serta terbuka untuk menerima kebenaran yang diajukan peserta lain dan
kurang berhasil memandu kelompok untuk aktif dalam analisis sintesis (selama
berdiskusi) agar semakin dapat menggali kebenaran yang luas, mendala, dan sistematis,
perlu diakui bahwa sulit untuk menemukan seorang pemimpin diskusi yang berbobot
(lebih-lebih diantara para siswa).
Dalam situasi diskusi dapat terjadi gejala tingkah laku peserta yang dominatif, di pihak
lain dapat terjadi ada peserta yang berperan sebagai penonton, dan ada pula peserta yang
perhatiannya pindah objek-objek lain diluar tema diskusi.
Kegiatan diskusi membutuhkan fasilitas tertentu, misalnya : banyak ruangan untuk
masing-masing kelompok diskusi, mebeler yang memadai serta dapat diatur secara luwes
(mudah dipindah-pindah = bersifat mobil), dukungan sumber relevan serta jumlahnya
mencukupi kebutuhan dan kondisi yang nyaman untuk berdiskusi.
Cara pelaksanaan :
a. Mempersiapkan ruang diskusi lengkap dengan sarana yang lain.
b. Anggota kelompok siap di tempat masing-masing (idealnya 6-10).
c. Perkenalan antar anggota masing-masing dalam perkenalan tersebut dapat atau boleh
diadakan tanya jawab tentang identitas anggota dan ditutup dengan permainan kelompok
untuk menuju kunci akrab.
d. Dipimpin konselor membuat suatu kesepakatan bersama (janji bersama) bahwa anggota
kelompok tidak dibenarkan masalah yang dibahas kelompok (asas kerahasiaan) dan setiap
anggota kelompok berjanji untuk membantu setiap masalah yang dikemukakan oleh teman
anggota kelompok.
e. Kesempatan mengutarakan masalah anggota kelompok dengan terlebih dahulu menentukan
masalah siap diutamakan dan bagaimana tanggapan serta pemecahannya.
f. Pengakhiran diskusi dengan : (1) himpunan ada folow up atau tindak lanjut kepada konseli
atau anggota kelompok yang masalahnya sudah didiskusikan. (2) bila perlu menentukan waktu
untuk diskusi selanjutnya.
Daftar Pustaka
Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sultan. 2010. Jurnal Pengantar Ilmu Komunikasi. Kendari: Universitas Haluoleo.
Bulatau. J. 1971. Teknik Diskusi Berkelompok. Yogyakarta: Kanisius