Anda di halaman 1dari 16

KONTEKS KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Makalah

Untuk memennuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya

Yang Diampu oleh : Muhammad Farhan S. Sos. I., M. I. Kom.

Disusun oleh :

Kelompok IV

Dila Nurwulandari D20191009

Ismatul Maula D20191012

M. Fajar Maulana Ely D20191017

Naimatul Munawaroh D20191030

FAKULTAS DAKWAH

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta
salam tetap kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita dari jaman jahliyah hingga jaman penuh dengan ilmu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi


Lintas Budaya yang diampu oleh Bapah Muhammad Farhan S. Sos. I., M.I.Kom.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Muhammad Farhan S. Sos. I. M. I. Kom. Yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Konteks
Komunikasi Lintas Budaya yang di dalamnya akan membahas secara rinci
tentang Pendekatan situasional terhadap konteks, Pendekatan pengembangan dan
gaya terhadap konteks.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan seluruh


pihak yang telah membantu menulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun, penulis telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jember, 23 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1-PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................2
BAB II-PEMBAHASAN
A. Pengertian Konteks Komunikasi.............................................................3
B. Pendekatan situasional terhadap konteks komunikasi............................4
C. Pendekatan fungsional terhadap konteks komunikasi............................7
D. Pendekatan pengembangan terhadap konteks komunikasi.....................8
E. Pendekatan gaya terhadap konteks komunikasi......................................8
F. Peran konteks antar budaya.....................................................................9
BAB III-PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar bagi kehidupan
manusia, baik itu manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk
sosial. Hal tersebut menjadi sebuah interaksi satu-satunya yang dilakukan
manusia sebagai perantara untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Sebagaimana pengertian komunikasi, bahwa komunikasi paling tidak
harus melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan cara-cara
berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti melalui lisan,
tulisan maupun sinyal-sinyal non verbal.
Salah satu bentuk komunikasi dalam kehidupan sosial adalah
komunikasi antar budaya. Dimana Kebudayaan dipahami sebagai seluruh
cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat. Hidup
berkelompok seperti ini pasti tidak luput dengan adanya perbedaan.
Apalagi kebudayaan Indonesia yang terkenal dengan keragaman
budayanya.
Perbedaan dalam berkomunikasi merupakan salah satu contohnya.
Hal tersebut sangat wajar karena tergantung cara pandang seseorang
melihat situasi dan kondisi dalam melakukan komunikasi. Baik dari situasi
psikologi maupuun sosial yang meliputi hubungan pelaku komunikasi
harus diletakkan dalam sebuah wadah yang membatasi tindakan
berkomunikasi.
Untuk itu, penulis akan membahas beberapa pendekatan dalam
mengidentifikasi konteks komunikasi sebagai salah satu fungsi
komunikasi antar budaya yang akan menjadi titik tengah dalam mengurusi
permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan karakteristik
kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konteks komunikasi?
2. Bagaimana pendekatan situasional terhadap konteks komunikasi?
3. Bagaimana pendekatan fungsional terhadap konteks komunikasi?
4. Bagaimana pendekatan pengembangan terhadap konteks komunikasi?
5. Bagaimana pendekatan gaya terhadap konteks komunikasi?
6. Bagaimana peran konteks antar budaya?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian konteks komunikasi
2. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan situasional terhadap konteks
komunikasi
3. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan fungsional terhadap konteks
komunikasi
4. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan pengembangan terhadap
konteks komunikasi
5. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan gaya terhadap konteks
komunikasi
6. Untuk mengetahui apa peran konteks komunikasi antar budaya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konteks Komunikasi


[Lasswell, 1960] Komunikasi adalah suatu proses dimana dua
orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian
yang mendalam.
Komunikasi merupakan bagian paling mendasar dalam kehidupan
manusia. Komunikasi yang memungkinkan manusia yang membangun
suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk
menafsirkan situasi apapun yang mereka hadapi. Dengan komunikasi,
manusia mempelajari dan menerapkan cara-cara untuk mengatasi
permasalahan dalam kehidupan sosial (Mulyana,2010). Komunikasi antar
pribadi dianggap sebagai salah satu strategi untuk membangun dan
mempertahankan hubungan yang efektif antara organisasi dengan publik.
Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, maka disitulah
komunikasi mengambil peranan penting dalam hubungan yang tercipta.
Komunikasi yang sedang berlangsung antar individu terbagi atas apa yang
dimaksud dengan komunikasi verbal ataupun komunikasi non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang bersifat lisan atau komunikasi
dengan kata-kata maupun tulisan (Devito,2012). Komunikasi nonverbal
identik dengan komunikasi tanpa menggunakan kata-kata atau
menekankan terhadap pemaknaan simbol-simbol yang berlaku di sosial
masyarakat.
Secara luas konteks komunikasi disini berarti semua faktor di luar
orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, aspek bersifat
fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding,
penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia
untuk menyampaikan pesan; kedua, aspek psikologis, seperti: sikap,
kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi; ketiga,

3
aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik
budaya; dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa,
jam berapa, pagi, siang, sore, malam).
B. Pendekatan Situasional Terhadap Konteks Komunikasi
Salah satu cara untuk menentukan dan membedakan konteks, dapat
diidentifikasikan melalui pengaruh karakteristik komunikasi terhadap
komunikasi. Beberapa pengarang telah menyusun karakteristik
komunikasi berdasarkan: jumlah komunikator, derajat proksimitas fisik,
jumlah saluran sensoris yang mungkin dapat digunakan komunikator, dan
kecepatan reaksi umpan balik (Miller, dalam Sarah Trenholm).
Menurut Miller, dimensi-dimensi ini berkaitan satu sama lain,
namun yang paling penting adalah faktor komunikator, karena inilah yang
menjadi kunci dimensi situasional tersebut. Ini berarti dengan menambah
jumlah orang maka berubah pula situasi komunikasinya. Menyusul Miller
adalah Swanson dan Delia yang menempatkan ukuran kepentingan pada
kemampuan para interactor untuk mengadaptasi pesan – pesan sesuai
dengan kebutuhan orang lain, situasi formalitas dan dari pesan
komunikasi, serta tujuan komunikasi yang bersifat khusus.
Ada lima konteks dalam pendekatan ini, antara lain:
 Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi lintas budaya juga termasuk dalam konteks
komunikasi antar pribadi, karena dalam komunikasi lintas budaya
itu melibatkan paling sedikit dua atau tiga orang yang berbeda
kebudayaan, lalu jarak fisik di antara mereka sangat dekat satu
sama lain, sementara itu dalam komunikasi tatap muka atau
bermedia, umpan baliknya berlangsung cepat, adaptasi pesan
bersifat khusus, dan tujuan komunikasi bersifat tidak berstruktur.
Dalam kenyataannya proses komunikasi lintas budaya yang
dilakukan oleh dua orang atau orang yang berbeda kebudayaan itu
dipengaruhi oleh faktor-faktor personal maupun kelompok budaya,
faktor-faktor personal yang mempengaruhi komunikasi antar

4
pribadi antara lain, faktor kognitif, seperti konsep diri, presepsi,
sikap, orientasi diri (self orientation), dan self esteem.
 Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi diantara
sejumlah orang. Di dalam komunikasi kelompok juga terjadi
proses interaksi antar budaya dari para anggota kelompok yang
berbeda latar belakang yang berbeda latar belakang kebudayaan.
Termasuk dalam pengertian konteks komunikasi kelompok adalah
operasi komunikasi antar budaya di kalangan in grup maupun
antara anggota sebuah grup dengan out grup , atau bahkan antara
berbagai kelompok (inter grup communication). Perasaan-perasaan
terikat pada kelompok yang kerap kali dimanifestasikan dengan
merendahkan kelompok lain yang dikenal dengan etnosentrisme
dan rasisme. Akibatnya adalah terbentuknya jaringan komunikasi
antara anggota kelompok (networks of communication). Ada
beberapa kategori peranan setiap orang dalam membentuk jaringan
antar pribadi, yaitu:
1) Nodes, yang menjelaskan peranan atau kedudukan serta
fungsi komunikasi setiap individu dalam kelompok.
2) Link, yang menjelaskan kaitan antara nodes dan
karakteristik hubungan tersebut sebagai akibat dari fungsi
mereka sebagai saluran komunikasi.
3) Cliques, yang menjelaskan sub kelompok dalam jaringan
dan pengembangan tugas dalam klik dan struktur mereka
dalam kaitan dengan arus komunikasi.
4) Network, menjelaskan tentang satuan jaringan dan relasi
antara karakteristik sistem (ukuran atau struktur) dan
kaitannya dengan arus komunikasi.
 Komunikasi Organisasi
Praktek komunikasi organisasi melibatkan di dalamnya
komunikasi antar pribadi atau komunikasi kelompok yang bersifat

5
impersonal (komunikasi yang berstruktur) yang dilakukan oleh
pribadi atau kelompok kerja dalam satu organisasi. Jalur
komunikasi organisasi adalah jalur vertical (atas-bawah, bawah-
atas), horizontal (antara unit tau satuan kerja yang sama derajat),
dan diagonal (komunikasi lintas unit atau satuan kerja). Organisasi
merupakan wadah yang mempekerjakan karyawan yang berasal
dari berbagai latar belakang Pendidikan, pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman, dan kebudayaan berbeda.
 Komunikasi Publik
Dalam komunikasi public, jumlah orang yang terlibat
dalam komunikasi semakin banyak, umpan balik mulai lamban dan
tertunda, adaptasi pesan masih bersifat khusus dengan tema
tertentu, dan tujuan komunikasi mulai terstruktur. Komunikasi
public merupakan komunikasi yang dilakukan oleh seorang kepada
sejumlah orang yang berbeda latar belakang kebudayaan di dalam
situasi pertemuan (rapat, seminar, local karya, symposium).
Komunikasi public mengutamakan pengalihan pesan yang tersusun
secara baik misalnya tertulis mapun lisan (karena itu aspek
pengggunaan symbol verbal dan non verbal yang patut dipahami
oleh peserta yang berbeda kebudayaan) yang dimulai dengan
proses satu arah kemudian dibuka dialog antara pembicara dengan
audiens.
 Komunikasi Massa
Dalam komunikasi massa, jumlah orang yang terlibat dalam
komunikasi massa sangat banyak (ratusan, ribuan, bahkan jutaan
manusia) yang disebut massa. Sifat umpan baik komunikasi massa
berlangsung lamban yang disebut umpan balik tertunda (delayed
feedback). Adaptasi pesan bersifat sangat umum, tujuan
komunikasi sangat berstruktur. Komunikasi massa adalah proses
komunikasi dengan massa yang dilakukan melaui media, yakni
media massa seperti surat kabar, majalah, buku, radio, televisi, dan

6
lain-lain. Seluruh proses komuikasi massa melibatkan di dalamnya
berbagai aspek perbedaan latar belakang budaya, mulai dari
pengelola (organisasi media), saluran atau media massa, pesan-
pesan, hingga kepada khalayak sasaran maupun dampak.
Khalayak dalam komunikasi massa merupakan orang atau
sekelompok orang yang berbeda latar belakang budaya dan
tersebar secara geografis di aneka ruang yang luas mulai dari local,
regional, nasional maupun internasional. Dampak dari kehadiran
Lembaga, pesan, maupun media yang berasal dari latar belakang
kebudayaan yang berbeda sangat besar terhadap perubahan sikap
khalayak. Jadi pemahaman terhadap konsep komunikasi antar
budaya sangat membantu untuk menganalisis konteks komunikasi
massa. Karena itu maka salah satu kunci untuk menentukan
komunikasi lintas budaya yang efektif adalah pengakuan terhadap
faktor-faktor pembeda yang mempengaruhi sebuah konteks
komunikasi, misalnya peserta komunikasi, apakah itu etnik, ras,
kelompok, kategori yang memiliki kebudayaan tersendiri.
Perbedaan-perbedaan itu meliputi nilai, norma, kepercayaan,
bahasa, sikap, dan presepsi, yang semuanya itu sangat menentukan
pola-pola komunikasi lintas budaya.
C. Pendekatan Fungsional Terhadap Konteks Komunikasi
Kalau pendekatan situasi menekankan pada faktor situasi interaksi,
maka pendekatan ini lebih menenkankan pada faktor fungsional yang
menghambat komunikasi. Dengan demikian, konteks komunikasi
ditentukan oleh fungsi komunikasi. Contoh kita dipersilahkan melihat
relasi antara pasangan suami istri yang berbeda kebudayaan namun mereka
sudah menikah 10 tahun. Mereka telah berhasil mempertahankan fungsi-
fungsi keluarga, (reproduksi, perlindungan, ekonomi) melalui cara-cara
mereka berkomunikasi selama masa perkawinan itu. Bandingan relasi
suami istri itu dengan seorang pembicara yang berpidato di depan audiens
dalam sebuah seminar.

7
Perbedaan antara dua contoh komunikasi itu terletak pada fungsi
yang digambarkan oleh situasi. Situasi pertama menunjukkan sebuah
proses komunikasi lintas budaya yang lebih mendalam lantaran dua pihak
telah mengembangkan relasi, pertukaran informasi dan mengembangkan
komunikasi persuasive selama kurun waktu 10 tahun. Kalau dibandingkan
dengan situasi kedua yang proses komunikasinya baru pada tahap interaksi
yang mengarah ke tahap relasi bagi pertukaran informasi. Aspek fungsi
tersebut harus dipertimbangankan ketika kita menjelaskan komunikasi,
karena komunikasi antar pribadi, antar kelompok sangat bervariasi, dan
variasi itu terletak dalam hal maksud, tujuan harapan dari sebuah tindakan
komunikasi. Mengacu pada konteks situasional maka meskipun mungkin
dua orang yang bertatap muka merupakan bagian yang sama dari konteks
antar pribadi namun mempunyai tujuan dan maksud (fungsi) komunikasi
yang berbeda. Suami istri melakukan komunikasi antarpribadi tanpa batas
jarak (proksimitas) fisik, sebaliknya komunikasi tatap muka antara seorang
salesman dengan calon pembeli, antara dosen dengan mahasiswa, atasan
dengan bawahan, kyai dengan jamaah, antara anda dengan tetangga,
semua jenis komunikasi itu berbeda karena berkomunikasi dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda pula.
Dalam pendekatan fungsioanal konteks komunikasi sangat
ditentukan oleh kemungkinan fungsi, yaitu:
1) Pengembangan dan pemeliharaan relasi
2) Pertukaran informasi
3) Pengaruhs osial dan psikologis (persuasive) Konsep yang
sama dalam ilmu sosial dikonstruk dengan
4) Fungsi therapeutic, dimana salah satu pihak merasa
bahwa pengalaman kognitif dan emosional dia tumbuh
akibat dari interaksi antar pribadi.
5) Komunikasi yang ritualistic sebagai pendorong fungsi
menciptakan solidaritas budaya dan identifikasi budaya

8
6) Fungsi puitis dan estetika yakni untuk memenuhi kualitas
pesan komunikasi.
D. Pendekatan Pengembangan Terhadap Konteks Komunikasi
Menurut Dance dan Larson, ada tiga dasar konteks atau tingkatan
komunikasi yaitu intrapersonal, interpersonal, dan the person to person.
Setiap dasar konteks itu mempunyai jenis pemrosesan kognitif yang
berbeda-beda. Pada tingkatan pertama, yakni komunikasi intrapersonal,
pengirim dan penerima itu identikatausama, hanya ada satu orang. Pesan-
pesan yang bersumber dari diri sendiri dikirimkan melalui media self yang
mengikuti proses yang dialakukan sendiri, yaitu internalisasi simbol vokal
untuk maksud dan tujuan menyelesaikan urusan pribadi atau bagi
penyesuaian sosial.
Pada tingkatan kedua, yakni komunikasi antarpribadi, komunikasi
yang terjadi antara dua orang dan kemudian memusatkan perhatian pada
karakteristik yang unik dari dua pihak masing-masing. Pada tingkat ini dua
orang yang berkomunikasi akan terlibat dalam partisipasi pertukaran
pesan, saling memberi dan menerima, saling merasa bahwa saya adalah
bagian dari Anda dan Anda adalah bagian dari saya, saya mengakui Anda
dan Anda mengakui saya, jadi keunikan dalam perbedaan tetap dihargai.
Pada tingkatan ketiga, komunikasi antara satu orang “kepada”
orang lain, yang dimaksudkan sebagai komunikasi yang simultan antara
satu orang dengan sejumlah orang. Ketika seorang berbicara dengan
sejumlah orang lain maka dia mengkonsentrasikan diri pada kesamaan-
kesamaan dan bukan pada perbedaan, tingkatan ini banyak dilakukan
dalam percakapan. Disini individu harus mampu mengabstraksikan
karakteristik bersama dan berbicara untuk menarik kesimpulan tentang
orang lain dan menjadikan mereka ke dalam kelompok yang satu. Baik
Dance maupun Larson menekankan bahwa hubungan interkoneksi pada
tiap tingkatan. Bahwa pengalaman dan kemampuan setiap orang pada
setiap tingkatan/level komunikasi mempengaruhi komunikasi pada setiap
level berikutnya.

9
E. Pendekatan Gaya Terhadap Konteks Komunikasi
Pendekatan ini diperkenalkan oleh Bormann yang merasa yakin
bahwa suatu komunitas retorikal tetap eksis karena para anggotanya
mempunyai seperangkat aturan tertentu, adat istiadat dan perjanjian yang
membiarkan mereka untuk berada dalam satu diskursus yang sama.
Diskursus yang mereka pertahankan yaitu gaya baru dalam sebuah retorika
akan berkembang ketika sebuah norma tua, adat istiadat, dan seperangkat
aturan komunikasi telah menjadi sangat pekat merekat para anggotanya.
Jadi sebuah standar komunikasi akan selalu mengikuti konteks isu yang
ada dalam masyarakat.
F. Peran Konteks Komunikasi Antar Budaya
Menurut Tubbs dan Moss (1996:236) setiap kali Komunikasi Antar
Budaya terjadi, perbedaan kerangka rujukan (frame of reference) peserta
komunikasi membuat komunikasi lebih rumit dan lebih sulit dilakukan,
terutama karena peserta mungkin tidak menyadari semua aspek budaya
lainnya. Sebenarnya kajian komunikasi antar budaya akan menunjukan
aspek-aspek perilaku komunikasi kita sendiri yang tidak kita sadari
sebagai “khas”, seperti sikap kita terhadap waktu, jarak dalam melakukan
komunikasi, dan lain-lain.
Adapun salah satu kunci untuk menentukan komunikasi
antarbudaya yang efektif adalah pengakuan terhadap faktor-faktor
pembeda yang mempengaruhi peserta komunikasi, apakah itu etnik, ras,
atau kelompok kategori, yang memiliki kebudayaan tersendiri. Perbedaan
itu meliputi nilai, norma, kepercayaan, sikap, bahasa, dan persepsi,
semuanya sangat menentukan pola-pola komunikasi antar budayayang
akan menghasilkan kesalahpahaman, prasangka, stereotip, dan sikap
diskriminasi. Kesimpulannya, kita perlu memahami situasi dan kondisi di
mana proses komunikasi antarbudaya itu beroperasi. Dengan kata lain, kita
harus menjawab pertanyaan: in what and what context, contact,
interactions, or communications.

10
Sedangkan menurut Devito (1997:473) dalam mempelajari
komunikasi antarbudaya kita perlu memperhatikan hal-hal berikut :
 Orang dari budaya berbeda berkomunikasi secara berbeda.
 Melihat cara perilaku masing-masung budaya sebagai sistem.
 Cara kita berpikir tentang perbedaan budaya.

Jika kita memahami konsep konteks komunikasi dengan baik dan


benar maka akan membantu kita menyelesaikan semua masalah interaksi,
kompetisi, dan konflik antarbudaya. Dengan adanya ilmu komunikasi
antar budaya lah yang bisa menjelaskan kajian disiplin ilmu yang belum
paham akan budaya yang ada baik di dalam maupun mancanegara.
Berinteraksi sesama manusia harus memahami aspek budayanya sehingga
komunikasi disana akan berjalan dengan lancar sesuai kaidah-kaidah
Komunikasi Antar Budaya. Kemudian komunikasi antarbudaya dapat
terjadi dalam konteks komunikasi manapun. Mulai dari komunikasi dua
orang yang intim hingga ke komunikasi organisasional dan komunikasi
massa. Oleh karena itu, konteks dan pendekatan Komunikasi Antar
Budaya sangat penting untuk dikaji supaya lebih paham akan budaya
masing-masing peserta.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perbedaan cara berkomunikasi adalah hal yang sangat wajar karena
situasi tertentu baik dari situasi psikologi maupun sosial. Menurut para
ahli setiap kali Komunikasi Antar Budaya terjadi, semua peserta
komunikasi membuat komunikasi lebih rumit dan sulit dilakukan,
terutama karena peserta mungkin tidak menyadari semua aspek budaya
lainnya. Oleh karena itu, konteks dan pendekatan Komunikasi Antar
Budaya sangat penting untuk dikaji supaya lebih paham akan budaya
masing-masing peserta. Adapun empat pendekatan terhadap konteks
komunikasi tersebut dibagi menjadi ;
1. pendekatan situasional;
2. pendekatan fungsional;
3. pendekatan pengembangan; dan
4. pendekatan gaya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman kepada banyak sumber. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/yusran_baskara/56b333b2ab92734f09e76b23/konte
ks-komunikasi-antarbudaya?page=3

http://repository.uinsu.ac.id/1208/4/BAB%20I-V.pdf

https://dhanulroom.wordpress.com/2016/10/02/konteks-komunikasi-antar-budaya/

https://rumakom.wordpress.com/2020/03/21/definisi-dan-konteks-ilmu-
komunikasi/

https://nisanisii.wordpress.com/2016/06/03/konteks-konteks-
komunikasi/#:~:text=Secara%20luas%20konteks%20disini%20nerarti,untuk
%20menyampaikan%20pesan%3B%20kedua%2C%20aspek

Arinkunto.2005 manajemen penelitian jakarta; rineka cipta

Aw.suranto.2011.komunikasi interpersonal Yogyakarta graha ilmu

13

Anda mungkin juga menyukai