Anda di halaman 1dari 13

Tasawuf Irfani dan Penjelasannya

Makalah Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf Yang Diampui oleh: Hilmi
Azizi, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Kelompok 7

1. Muhammad Izzul Afif D20191050


2. Alvion Eky Thorieq D20191042
3. Wiwin Anggraini D20191029
4. Mutiara Fissabilillah D20191035

FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia ni
kmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Shalawa
t serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunj
ukkan jalan kebaikan dan kebenaran didunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf dan juga unt
uk khalayak ramai sebagai penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memb
agai sebagian pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. N
amun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini teru
tama kepada Bapak Hilmi Azizi,M.Pd.I atas bimbingannya selaku dosen pengampu d
alam mata kuliah ini.

Denpasar, 25 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang …………………………………………………….


B. Rumusan masalah …………………………………………………
C. Tujuan penulisan ………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Tasawuf Irfani …………………………………………


2. Macam-macam sistem pembinaannya …………………………….
3. Karakteristik Tasawuf Irfani ………………………………………
4. Tokoh-tokoh Tasawuf Irfani beserta ajarannya …………………..
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………………

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tasawuf bukan ilmu yang stagnan ditempat, walaupun nama tasawuf baru t
erdengar mulai awal-awal abad ke II Hijriyah, tetapi dalam perjalanannya mengalami
perekembangan yang cukup signifikan. Hadirnya berbagai tokoh tasawuf memperkay
a cara pandang ilmu tasawuf.
Tasawuf (Tasawuf) atau Sufisme dalam bahasa arab adalah ilmu untuk men
getahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhahir d
an batin serta untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Tasawuf pada awalnya mer
upakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangan
nya melahirkan tradisi mistisme Islam. Tasawuf dibagi berdasarkan tokoh-tokohnya s
erta menurut pemikiran dan konsep ajarannya.
Pertama, “Tasawuf Falsafi” ini jenis tasawuf yang sifatnya teoritis, aktifitas
nya mengkaji dan memahami hakikat dari eksistensi dengan cara yang unik, contohny
a seperti mencoba menemukan bahasa akal untuk menjelaskan berbagai pengalaman
mistis.
Kedua, “Tasawuf Akhlaki” Tasawuf ini berfokus pada birokrasi atau aturan-
aturan formal untuk membentuk sikap dan perilaku murid, targetnya adalah perbaikan
langsung moral dan etika. Tasawuf ini menekankan pada adab lahiriyah dan batiniah
(ada yang menyebutnya dengan “hadap”) dalam berguru. Sehingga terkenal aturan: “d
ahulukan adab dari pada ilmu”.
Ketiga, “Tasawuf Irfani” (Tarekatullah/Makrifatullah), inilah puncak atau je
nis tasawuf yang dapat menguba, mengembalikan manusia kepada jati diri yang fitrah.
Antara hamba dengan Allah ada “jarak” yang memisahkan (hijab), tasawuf ini meru
pakan perjalanan manusia untuk kembali kepada Allah, ke asalnya yang suci. Ini yang
disebut “mati sebelum mati”(hadist), sejak dan kembali menyaksikan-Nya. Dalam ma
kaalh ini penulis mengambil penjelasan dari salah satu tasawuf tersebut yakni Tasawu
f Irfani.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tasawuf Irfani?
2. Apa metode Tasawuf Irfani?
3. Apa karakteristik Tasawuf Irfani?
4. Siapa tokoh-tokoh Tasawuf Irfani dan ajarannya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Tasawuf Irfani


2. Untuk mengetahui dan memahami metode Tasawuf Irfani
3. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik Tasawuf Irfani
4. Untuk mengetahui dan memahami tokoh-tokoh Tasawuf Irfani dan ajarannya

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Tasawuf Irfani

Tasawuf Irfani adalah tasawuf yang berusaha mengungkapkan hakikat kebenar


an atau ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemiki
ran tetapi melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemberian T
uhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh dengan tidak diperoleh karena sufi berupaya mel
akukan tasfiyat al-Qalb, dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batini
dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan ke dalam Allah, hakik
at kebenaran tersingkup melalui ilham (intuisi).
Secara etimologis, kata ‘irfan merupakan kata kerja (masdhar) dari kata ‘araf
a’ (tentang/pendahuluan). Adapun secara terminologis, ‘irfan diartikan sebagai pencer
ahan sufistik, orang yang ‘irfat/makrifat kepada Allah adalah orang yang benar-benar
mengenal Allah melalui dzauq dan kasyf (wahyu). Ahli ‘irfan adalah orang yang terce
rah kepada Allah, kadang-kadang kata di identifikasikan dengan kualitas inheren terte
ntu yang muncul dalam diri seseorang ‘arif (yang tercerahkan kepada Tuhan), dan me
njadi sesuatu baginya.
Dalam konteks ini, Ibn ‘Arabi berkata, ‘Arif adalah orang ynag berwujud Tuh
an sehingga dia melihat kondisi batin tertentu (ahwal). ‘Irfan diperoleh seseorang mel
alui jalur al-idrak al-mubasyir al-wudjani (penangkapan langsung emosional), bukan
penangkapan langsung yang rasional adalah Dzu An-Nun Al-Mishri (wafat 245 H/ 85
9M). Sedangkan Al-Ghazali diposisikan sebagai sosok sufi yang lebih dulu mendalam
i hal tersebut.

Pengertian Tasawuf Irfani

Tasawuf Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikapi hakikat kebenaran ata
u makrifat yang diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikir
an, tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena seorang suf
i berupaya melakukan tafsiat al-Qolb, dengan hati yang suci seseorang dapat berdialo
g secara batin dengan tuhan. Sehingga pengetahuan atau maktifat dimasukkan Allah k
edalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).
Murtadha Mutahahhri berpendapat bahwa irfan sebagai ilmu memiliki dua asp
ek: praktis dan teoritis. Aspek praktis ‘irfani adalah bagian yang menjelaskan hubunga
n dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya, dunia dan Tuhan. Irfan praktis j
uga disebut as-Sair wa as-Suluk.
Bagian ini menjelaskan bagaimana seorang salik mengawali perjalanan, mene
mpuh maqamat secara sistematis, dan keadaan jiwa yang akan dialami sepanjang perj
alanannya tersebut. Untuk tujuan perjalanan ini, menurut mutahahhri, sangatlah pentin
g dibawah bimbingan guru yang benar-benar telah mengalami sendiri perjalanan ini d
an sangat mengetahui prosedur setiap tahap tanpa bimbingan seorang mursyid.
Sedangkan irfan teoritis memfokuskan perhatiannya pada masalah wujud secar
a ontologis mendisdusikan manusia, Tuhan alam semesta dengan demikian irfan ini ju
ga yang memberikan penjelasan tentang wujud. Seperti halnya filsafat, ‘irfan juga me
ndefinisikan berbagai prinsip dan problemanya, dalam pandangan seorang arif kesem
purnaan manusia tidaklah terletak pada gambaran mental yang utuh tentang alam sem
esta, tetapi terletak pada kemampuan untuk kembali kepada sumber segala sesuatu, ke
mampuan untk mengatasi jarak antara dirinya dengan Zat Tuhan, dan dalam dekapann
ya untuk melemburkan diri hingga ia menjadi abadi dalam ketakterhinggaan-Nya.

2. Masing-masing bagian dari Metode Tasawuf Irfani

1. Riyadhah
Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak m
elakukan perihal yang mengotori jiwanya. Suatu pembiasaan itu dilakukan terus-
menerus secara rutin sehingga seseorang benar-benar terlatih, khususnya dalam m
enahan diri agar jauh dari berbuat maksiat atau dosa. Riyadhah bukanlah perkara
mudah, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan muhajadah, yaitu kesungguha
n dalam berusaha meninggalkan sifat-sifat buruk.

2. Takafur (Refleksi)
Secara harfiyah “Takafur” berarti memikirkan sesuatu secara mendalam, sistem
atis, dan terperinci (Gulen, 2001: 34). Menurut imam Al-Ghazali (dalam Badri, 19
89), jika ilmu sudah sampai pada hati, keadaan hati akan berubah, jika sudah beru
bah, perilaku anggota badan juga akan berubah.

3. Tazkiyat An-Nafs
Secara harfiyah terdiri dari dua kata, yaitu ‘tazkiyat’ dan ‘an-nafs’. Kata ‘tazkiy
at’, berasal dari bahasa Arab, adalah islam masdhar dari kata ‘zakka’ yang berarti
penyucian.
Allah berfirman: (QS Asy Syams [91]: 7-10)

)9( ‫) قَ ْد اَ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكهَا‬8( ‫) فَا َ ْلهَ َمهَا فُجُوْ َرهَا َوتَ ْق َو هَا‬7( ‫س َّو َما َس َّوهَا‬
ٍ ‫َونَ ْف‬

َ ‫َوقَ ْدخَا‬
)10( h‫ب َم ْن َد َّسهَا‬

Artinya:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan k
epada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengo
torinya ”
Kata ‘an-nafs’ berarti jiwa anti psikis. Dengan begitu Tazkiyat An-Nafs (penyu
cian jiwa) merupakan salah satu tugas yang diemban Rasulullah Saw.
Allah berfirman: QS Al-Jumu’ah [62]: 2
‫ث فِى اأْل ُ ِّميِّينَ َرسُوالً ِّم ْنهُ ْم يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم اَيَاتِ ِه َويُ َز ِّك ْي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ا ْل ِكتَا‬
َ ‫ه َُوالَّ ِذى بَ َع‬

َ ‫ب َوا ْل ِح ْك َمةَ َوأِ ْن كَا نُوا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِى‬


‫ضالَ ٍل ُّمبِين‬ َ

Artinya:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantar
a mereka, yang membacakan ayat-ayatnya kepada mereka, mensucikan mereka K
itab Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar da
lam kesatuan yang nyata. ”

4. Dzikrullah
Istilah ‘zikr’ berasal dari bahasa Arab, yang berarti menginsyaratkan, mengagumk
an, menyebut atau mengingat-ingat. Berzikir kepada Allah sebagai tuhan yang disemb
ah dengan sebaik-baiknya. Dzikrullah adalah tuntunan masalah ruhiyah atau yang ber
hubungan dengan masalah pengalaman ruhiyah (batin). Al-Qur’an mengisyaratkan te
ntang dzikrullah.
Allah berfirman: QS Al-Baqarah [2]: (152)
َ‫صبِ ِريْن‬
َّ ‫صلَو ِة اِ َّن هللاَ َم َع ال‬ َ ‫يآَيُهَاالَّ ِذ ْينَ آ َمنُواا ْست َِعينُوابِال‬
َ ‫صب ِْر َوال‬

Artinya:
“Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada mu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”

3. Karakteristik Tasawuf Irfani

Dalam arti lain pembedaan nalar ‘irfani dengan nalar yang lain dalam proses d
an metodenya bisa dilihat bahwa, nalar ‘irfani berkaitan dengan hati (qalb) karena wil
ayah bekerjanya pada dimensi batin. Nalar ‘irfani dapat menangkap objeknya secara l
angsung. Adapun objek yang ditangkap nalar ‘irfani bersifat lebih abstrak; seperti rasa
cinta, benci, kecewa, dan bahagia (Kartanegara, 2003:59).
Pengetahuan ‘irfani tidak didasarkan atas teks seperti bayani, tetapi pada kasyf
dimana dialaminya suatu pengalaman ketersingkapan rahasia-rahasia realitas oleh Tu
han. Sumber dari nalar ‘irfani adalah realitas pengalaman (experience) yang ditemuka
n langsung oleh sang arif atau sufi sebagai kelompok pendukung keilmuwan dalam sis
tem nalar ini.
Karena itu, pengetahuan ‘irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks dan p
embuktian empiris, tetapi dengan olah ruhani (Abdullah, 2005:2008) dimana dengan k
esucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan (faidh) pengetahuan langsung kepa
danya. Dengan demikian, telah jelas bahwa kekhasan nalar ‘irfani ini terletak pada sif
atnya yang langsung, mengenai karakter dari sifat langsung ‘irfani dalam menangkap
objeknya ini kemudian dapat dianalisis ke dalam beberapa hal:
Pertama, pengetahuan ‘irfani bisa dicapai melalui pengalaman, yaitu dengan m
engalami atau merasakan sendiri objeknya. Oleh karena itu, nalar ‘irfani dilihat dari s
udut ini, disebut dzauqi (rasa), dan bukan melalui penalaran, seperti yang dilakukan ol
eh nalar burhani. Misalnya, kita tidak akan mengetahui atau memahami “cinta” semat
a dengan membaca literatur tentang cinta, tetapi kita tidak akan pernah mengerti dan
memahami apa dan bagaimana hakikat sebuah cinta.
Cinta tak bisa dipahami lewat akal, tetapi lewat hati (intuisi), maka tidak heran
kadang-kadang kita tidak mampu mengungkapkan rasa cinta itu dengan kata-kata atau
secara diskursif karena ia bukanlah wilayah akal. Namun berbeda halnya dengan hati
yang bisa memahami hakikat cinta lewat pengalaman, bukan lewat kata-kata atau defi
nisi.
Dengan demikian, kita perlu dasarnya tidak akan bisa mengerti bagaimana kea
daan cinta seorang sufi terhadap Tuhannya, tanpa kita sendiri berupaya membangun h
ubungan untuk bisa jatuh cinta kepada-Nya (Oesman Bakar, 1998). konsep cinta seora
ng hamba terhadap Khaliq-Nya itulah yang di dalam disiplin sufistik banyak dikemuk
akan dan dirumuskan oleh berbagai macam aliran dan tarekat.
Kedua, sifat langsung pengetahuan ‘irfani bisa dilihat dari apa yang sering dise
but sebagai ‘ilmu hudhuri’. Pengetahuan ‘irfani ditandai oleh hadirnya (hudhur) objek
di dalam diri si subjek, barang kali karena itu, pengetahuan ini disebut “presensial”.
Berbeda dengan pengenalan rasional yang memahami objek-objeknya lewat simbol-si
mbol atau kata-kata, kalimat, atau rumus-rumus. Pengenalan ‘irfani melampaui segala
bentuk simbol dan menembus sampai ke dalam jantung objeknya.
Ketiga, sifat kelangsungan nalar ‘irfani ini dapat dilihat dari apa yang disebut se
bagai pengalaman “eksistensial”. Akal dan metode raionalnya menurut Muhammad Iq
bal dan Henry Bergson, cederung meruang-ruangkan (spatilize) objeknya dan menguk
urnya dengan ukuran-ukuran atau standar yang homogen. Kecenderungan akal untuk
menghomogenkan objek-objeknya ini membuat akal sering melakukan generelalisasi
sehingga sering mengabaikan pertikularisasi objek-objeknya yang unik dan berdimens
i variatif.

4. Tokoh-tokoh Tasawuf Irfani dan ajarannya

1. Rabi’ah Al Adawiyah
Rabi’ah menganut ajaran zuhud dengan menonjolkan falsafah hubb (cinta) dan syau
q (rindu) kepada Allah.

●Ajaran Tasawuf Rabi’ah Al-Adawiyah


Rabi’ah Al-Adawiyah tercatat dalam perkembangan mistisme dalam islam sebaga
i peletak dasar tasawuf berdasarkan cinta kepada Allah SWT. Sementara generasi seb
elumnya merintis aliran asketisme dalam islam berdasarkan rasa takut dan pengharapa
n kepada Allah SWT, rabi’ah pula lah yang pertama-tama mengajukan pengertian rasa
tulus ikhlas dengan cinta berdasarkan permintaan ganti dari Allah SWT.
Ada dua batasan cinta yang dimunculkan oleh Rabi’ah Al-Adawiyah, yaitu:
1) Cinta sebagai ekspresi cinta hamba kepada Allah, maka cinta itu harus menutup s
elain yang dicintai. Artinya, jika seseorang benar-benar mencintai Allah maka dia
harus memalingkan dirinya dari segala sesuatu selain Allah SWT, dia harus memi
sahkan dirinya dari hal-hal selain Allah SWT dan dia harus meninggalkan semua
hawa nafsunya yang mengarahpada kesenangan dunia.
2) Cinta tanpa pamrih kepada (Allah SWT). Artinya, ketika seseorang benar-benar
mencintai Allah SWT, maka sesungguhnya dia tidak pernah mengharap imbalan
dari Allah SWT baik itu berupa padala (surga) atau dijauhkan dari siksanya (nera
ka), tetapi dia benar-benar mencintai Allah dan menerima dengan ikhlas apapun y
ang Allah berikan.

2. Dzu An-Nun Al-Mishri.


Asal mula Al-Mishri tidak banyak diketahui, tetapi riwayatnya sebagai seoran
g sufi banyak diutarakan. Al Mishri dalam perjalanan hidupnya berpindah dari suatu t
empat ke tempat lain. Ia pernah menjelajahi daerah di Mesir, mengunjungi Bait Al-M
aqdis, Baghdad, Mekah, Hijaz, Siria, Pegunungan Lebano, Anthokiah, dan Lembah K
an’an. Adapun ajaran tasawuf Dzun An-Nun Al-Mishri:
● Makrifat
Al-Mishri adalah pelopor faham makrifat. Makrifat sebenarnya adalah musyah
adah qalbiah (penyaksian hati), sebab makrifat merupakan fitrah dalam hati manusia
sejak azali.
Pandangan-pandangan Al-Mishri tentang Makrifat pada mulanya sulit diterim
a kalangan teolog sehingga ia dianggap sebagai zindiq.
a. Sesunguhnya makrifat yang hakiki bukanlah ilmu tentang keesaan tuhan dan buk
anlah ilmu nazar milik para hakim, tetapi makrifat terhadap keesaan tuhan khusus
dimiliki para wali. Sebab mereka adalah orang yang menyaksikan Allah dengan h
atinya.
b. Makrifat yang sebenarnya adalah bahwa Allah menyinari hatimu dengan cahaya
makrifat seperti matahari tidak dapat dilihat, kecuali dengan cahaya.
Kedua pandangan Al-Mishri diatas menjelaskan bahwa makrifat kepada Alla
h tidak dapat ditempuh melalui pendekatan akal dan pembuktian tetapi dengan jalan
makrifat batin, yakni Tuhan meyinari hati manusia dan menjaganya dari ketercemasan.

● Pandangan Dzu An-Nun Al-Mishri tentang Maqamat dan Ahwal


Pandangan Al-Mishri tentang maqamat dikemukakan pada beberapa hal saja, y
aitu At-Taubat, Ash-Shab, At-Tawakal, dan Ar-Ridho. Lebih lanjut, Al-Mishri memba
gi tobat, menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Orang yang bertobat dari dosa dan keburukannya.
b. Orang yang bertobat dari kelalaian dan kealifan mengingat Tuhan.
c. Orang yang bertobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tasawuf Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyingkapi hakikat kebenaran atau
makrifat yang diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikira
n, tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena seorang sufi
berupaya melakukan tafsiat al-Qolb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog
secara batin dengan tuhan.
Sehingga pengetahuan atau makrifat dimasukkan Allah kedalam hatinya, hakikat kebe
naran tersingkap lewat ilham (intuisi).
Tokoh-tokoh Tasawuf Irfani yang pertama yaitu, Rabi’ah Al-Adawiyah, Rabi’ah s
endiri menganut ajaran zuhud dengan menonjolkan falsafah hubb (cinta) dan syauq (ri
ndu) kepada Allah. Kedua, Abu Yazid Al-Bustomi yang memiliki dua macam ajaran
yaitu fana’ dan baqa’, serta ittihad. Ketiga, Abu Masyur Al-Hallaj yang menganut aja
ran hulul dan wahdat asy-syuhud.

B. SARAN

Jika dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam
penjelasan materi atau kekurangan materi, kami mohon maaf. Kalian bisa menambah
wawasan materi tentang Tasawuf Irfani dengan cara membaca di referensi lain. Oleh
karna itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://myblogpbse.blogspot.com/2017/12/revisi-makalah-tasawuf-irfani-konsep.html?
m=1
http://ahlaktasawuf2017.blogspot.com/2017/12/tasawwuf-irfani-konsep-dan-
tokohnya.html?m=1
Source : E-book konstruk pemikiran tasawuf hlm 146-152
https://pbs-a01.blogspot.com/2017/12/makalah-taswuf-irfani-konsep-dan.html?m=1
PIWULANG: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3 No. 1 September 2020, 35-55
P-ISSN : 2622-5638. E-ISSN : 2622-5654
Homepage: http://e-journal.staima-alhikam.ac.id/index.php/piwulang
http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/
http://ahlaktasawuf2017.blogspot.com/2017/12/tasawwuf-irfani-konsep-dan-tokohn
ya.html?m=1#:~:text=Tasawwuf%20irfani%20adalah%20tasawwuf%20yang,melalui%20pe
mberian%20Tuhan%20(mauhibah)

Anda mungkin juga menyukai