Abstrak : Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama antara lain : ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh Al-Akbar, dan teologi Islam. Disebut ilmu tauhid
karena ilmu ini membahas tentang keesaan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan
dengan-Nya. Sedangkan Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam,
yang asal katanya dari kata “theos” yang berarti “Tuhan” dan “logos” berarti
“ilmu” .
Sumber-sumber yang berkaitan dengan keilmuan ini, diambil dari Al- Quran dan
Al-Hadist. Karena pada dasarnya, inti pokok ajaran Al-Quran adalah tauhid. Nabi
Muhammad SAW yang merupakan utusan Allah untuk umat manusia jugalah
untuk mengajarkan ketauhidan, yang dipertegas dan diperjelas oleh Rasulullah
yang tercermin dalam hadistnya. Dan Munculnya berbagai aliran ini bertolak dari
peristiwa pertentangan politik antara Ali bin Abi Talib di Kufah dan Mu’awiyah
bin Abu Sufyan di Damaskus.
1
I. Pendahuluan
Apa yang membedakan ilmu kalam dengan teologi islam? Teologi islam
adalah istilah yang jarang digunakan di Indonesia, karena di indonesia lebih
sering digunakan istilah ilmu kalam atau ilmu tauhid. Teologi islam adalah
istilah asing untuk penyebutan ilmu kalam atau ilmu tauhid.
Theologi berasal dari kata “theos” yang berarti “Tuhan” dan “logos”
berarti “ilmu” dengan demikian dapat diartikan sebagai ilmu Ketuhanan. Yang
membicarakan zat Tuhan, perkataan Tuhan, dan perbuatan Tuhan dari segala
aspeknya yang berkaitan dengan ketuhanan dengan menggunakan argumentasi
rasional. Teologi bisa tidak bercorak agama, tetapi merupakan bagian dari
filsafat atau fhilosophical theology , atau ‘Filsafat Ketuhanan’1.
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama antara lain : ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh Al-Akbar, dan teologi Islam.2 Para ulama
menyatakan ilmu tauhid ini memiliki delapan puluh nama, diantaranya ialah3:
1
Ahmad Hanafi. "Teologi Islam (Ilmu Kalam)." (Jakarta: Bulan Bintang,1974) Hlm v
2
Anwar, Rosihan, and Abdul Rozak. "Ilmu Kalam."( Bandung: Pustaka Setia, 2001) hlm 13
3
Mohd, Teh. Pengantar Ilmu Tauhid. (Kuala Lumpur: Utusan Publication, 2008) Hlm 1
2
1. Ilmu Kalam : Disebabkan para ulama ushuludin dahulu sering
berselisih pendapat tentang kalam Allah, sama ada ia bersifat qadim
atau baru.
2. Ilmu tauhid : Ia banyak membicarakan tentang keesaan Allah
SWT
3. Ilmu ‘Aqaid : Ia senantiasa membicarakan aqidah atau
kepercayaan
4. Ilmu sifat : Disebabkan Ia senantiasa membahas tentang sifat-
sifat Allah SWT yang wajib diketahui
5. Ilmu Ushuluddin : Ia membicarakan tentang perkara usul atau pokok
dalam agama, yaitu berkaitan dengan soal keimanan
6. Ilmu Ma’rifah. : Ilmu ini berkaitan dengan mengenali Allah SWT dan
Rasulnya
Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas tentang keesaan Allah
SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Sebenarnya, ilmu kalam sama
dengan ilmu tauhid, tapi sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan
tauhid, dengan alasan argumentasi ilmu kalam itu lebih berkonsentrasi pada
penguasaan logika.
Dalam bahasa Arab, tauhid berarti beriman pada ke-Esaan Allah Swt., al-
iman bi wahdaniyatillah atau monotheism. Iman berarti pengetahuan
(knowledge), percaya (belief, faith), dan yakin tanpa bayangan keraguan (to be
convinced beyond the least shadow of doubt)4
“Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Tuhan (Allah),
sifat-sifat wajib dan boleh ditetapkan bagi-Nya serta apa yang wajib
ditiadakan (nafy) dari-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul untuk
4
Abdur Rahman, Assegaf. Filsafat pendidikan Islam: paradigma baru pendidikan hadhari berbasis
integratif-interkonektif. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) Hlm. 38
3
membuktikan kebenaran kerasulannya serta apa yang wajib ada pada mereka
dan apa yang boleh dan tidak boleh di nisbatkan kepada mereka”5
Abu Hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut
persepsinya, hukum islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua
bagian. Pertama, fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok
agama atau ilmu tauhid. Kedua, fiqh al-ashghar, membahas hal-hal yang
berkaitan dengan masalah muamalah, bukan bukan pokok-pokok agama,
tetapi hanya cabangnya saja6
Sedangkan Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam, yang
asal katanya dari kata “theos” yang berarti “Tuhan” dan “logos” berarti
“ilmu” dengan demikian dapat diartikan sebagai ilmu Ketuhanan. Dan dalam
bahasa Inggris, ilmu ini dinamakan Theology yang memiliki arti ilmu
keagamaan (Phoenix Pocket Dictionary New Edition 2006). Sebenarnya
pembahasan teologi islam sudah banyak dikenalkan di Indonesia. Berikut
adalah beberapa buku yang membahas tentang teologi islam :
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam). Buku terbitan Bulan Bintang
pada tahun 1974 membahas tentang sejarah dan perkembangan ilmu kalam
hingga kemunculan aliran aliran dan pokok-pokok persoalan yang ada
didalam nya.
Dalam pandangan Al- Gazzali, ilmu universal bagi ilmu-ilmu agama islam
adalah ilmu kalam. Dalam ilmu ini dikaji konsep-konsep umum, yaitu “ada”
(being) yang dibedakan menjadi “Ada” yang kadim dan “Ada” yang baharu.
5
Kiswati, Tsuroya. AL JUWAINI: PELETAK DASAR TEOLOGI RASIONAL DALAM ISLAM. (Erlangga,
2015) Hlm. 6
6
Abdul Rozak, Op.cit. hlm. 13
4
Dia juga berbeda karena memiliki beberapa sifat yang wajib, mustahil dan jaiz
bagi-Nya. Kemudian ilmu kalam mengkaji perbuatan-Nya, dan alam ini
termasuk perbuatan-Nya yang jaiz, begitu pula pengiriman para rasul ke
dunia,bahwa dia kuasa melakukan itu dan menerangkan kebenaran para rasul
itu dengan mukjizat.7
1. Al-Qur’an
2. Hadist
3. Pemikiran manusia
4. Insting
a. Q.S. Al-Ikhlas (112) : 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa tuhan tidak
beranak dan diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun di dunia ini
yang tampak sekutu (sejajar) dengan-Nya.
b. Q.S. Asy-Syura (42):7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak
menyerupai apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui.
7
Anwar, H. Syamsul. PEMIKIRAN USUL FIKIH AL-GAZZĀLĪ (450-505/1058-1111). (Suara
Muhammadiyah, 2016) Hlm. 114
8
Abdul Rozak, Op.cit. hlm. 15
9
Ibid. Hlm. 15,16
5
c. Q.S. Al-Furqan (25): 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang
Maha Penyanyang bertakhta di atas “Arsy”. Ia pencipta langit, bumi,
dan semua yang ada diantara keduanya.
d. Q.S. Al-Fath (48): 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai
“tangan” yang selalu berada di atas tangan orang-orang yang
melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh dengan janji Allah.
e. Q.S. Thaha (20) : 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai
“mata” yang selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak
termasuk gerakan hati makhluk-Nya.
f. Q.S. Ar-Rahman (55) : 27. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan
mempunyai “wajah” yang tidak akan rusak selama lamanya
g. Q.S. An-nisa’ (4): 125. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan
menurunkan aturan berupa agama. Seseorang akan dikatakan telah
melaksanakan aturan agama apabila melaksanakannya dengan ikhlas
karena Allah
h. Q.S. Luqman (31): 22. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah
menyerahkan dirinya kepada Allah disebut sebagai orang muhsin.
i. Q.S. Ali Imran (3) : 83. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah
tempat kembali segala sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara
sadar.
j. Q.S. Ali Imran (3) : 84-85. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah
yanng menurunkan penunjuk jalan kepada para Nabi
k. Q.S. Al-Anbiya (21) : 92. Ayat ini menunjukkan bahwa manusia
dalam berbagai suku, ras, atau etnis, dan agama apapun adalah umat
Tuhan yang satu. Oleh sebab itu, semua umat , dalam kondisi dan
situasi apapun, harus mengarahkan pengabdiannya hanya kepada-Nya
l. Q.S Al-Hajj (22): 78. Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang yanng
ingin melakukan suatu kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan
sebagai “jihad” kalau dilakukannya hanya karena Allah SWT semata.
6
Ayat-ayat diatas berkaitan dengan Tuhan, tapi penjelasan rincinya tidak
ditemuakan. Dan pembicaraan yang berkaitan dengan Ketuhanan ini
disistematisasikan menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan ilmu Kalam
ب أَ ْقفَالُ َها
ٍ أَفَال يَتَ َدبَّ ُرونَ ا ْلقُ ْرآنَ أَ ْم َعلَى قُلُو
Yang keempat adalah insting, secara instingnya manusia itu selalu ingin
bertuhan. Oleh sebab itu, kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak
adanya manusia pertama. Abbas Mahmoud Al-Akkad mengetakan bahwa
keberadaan mitos merupakan asal usul agama di kalangan orang-orang primitif.
Kepercayaan adanya Tuhan, secara instingtif, telah berkembang sejak keberadaan
manusia pertama. Oleh sebab itu sangat wajar kalau William L. Resee
mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan, yang dikenal
dengan istilah theologia, telah berkembang sejak lama. Ia bahkan mengatakan
bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (theologia was originally viewed as
10
Ibid. Hlm 21
7
concerned with myth). Selanjutnya teologi itu berkembang menjadi “theologi
natural” (teologi alam) dan “revealed theology” (teologi wahyu).11
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam itu bersumber
pada Al-Qur’an, Hadist dan pemikiran manusia, dan insting.
Menurut Khawarij pembuat dosa besar tersebut telah keluar dari islam dan
telah menjadi kafir dan zalim. Sebaliknya mereka yang tidak mau menerima
tahkim, masih termasuk golongan yang mukmin. Dampak yang ditimbulkan
dari penyebutan kafir dan mukmin adalah halal nya darah mereka. Orang yang
masih mukmin tidak boleh dibunuh atau diperangi, sedangkan orang yang
11
Ibid. Hlm.27
12
Ibid. Hlm.28
8
sudah keluar dari golongan mukmin dan masuk kedalam golongan kafir, wajib
dibunuh atau diperangi13
Di luar pasukan yang membelot Ali, adapula yang sebagian besar yang
tetap mendukung Ali. Mereka inilah yang kemudian memunculkan kelompok
Syi’ah. Menurut Watt, Syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara
Ali dan Mu’awiyah yang di kenal dengan perang Siffin. Sebagia respon atas
penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali
terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali-kelak disebut
Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali kelak disebut Khawarij14
Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam, yaitu:
13
Kiswati, Tsuroya. Op.cit. hlm. 8
14
Abdul Rozak, Op.cit. hlm. 28
9
dalam bahasa arabnya terkenal dengan istilah al-manzilah manzilatain
(posisis dinatara dua posisi)15
Golongan ini berasal dari dua kelompok yaitu aliran Asy’ariah dan aliran
Maturidiyah, yang sama-sama menentang Aliran Mu’tazilah.
15
Ibid. Hlm. 28,29
16
Halimah Dja’far. NAZHARAT, VOL, XV, N0.1, APRIL 2014.
10
VI. Penutup
Dan aliran aliran yang masih eksis sampai sekarang adalah aliran
Asy’ariah dan Maturidiyah yang keduanya disebut Ahlussunnah wal-jama’ah.
Sedangkan aliran-aliran Khawarij, Murjiah dan Mu’tazilah telah menjadi
sejarah. Dan sampai saat ini sekitar 70% umat muslim di dunia menganut
paham golongan ahlu-al-sunnah wa al-jamaa’h ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
12