Anda di halaman 1dari 12

DASAR-DASAR QURANI

DAN SEJARAH KEMUNCULAN PERSOALAN-PERSOALAN KALAM

Yulinda Aini Ulfa

Abstrak : Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama antara lain : ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh Al-Akbar, dan teologi Islam. Disebut ilmu tauhid
karena ilmu ini membahas tentang keesaan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan
dengan-Nya. Sedangkan Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam,
yang asal katanya dari kata “theos” yang berarti “Tuhan” dan “logos” berarti
“ilmu” .

Sumber-sumber yang berkaitan dengan keilmuan ini, diambil dari Al- Quran dan
Al-Hadist. Karena pada dasarnya, inti pokok ajaran Al-Quran adalah tauhid. Nabi
Muhammad SAW yang merupakan utusan Allah untuk umat manusia jugalah
untuk mengajarkan ketauhidan, yang dipertegas dan diperjelas oleh Rasulullah
yang tercermin dalam hadistnya. Dan Munculnya berbagai aliran ini bertolak dari
peristiwa pertentangan politik antara Ali bin Abi Talib di Kufah dan Mu’awiyah
bin Abu Sufyan di Damaskus.

Kata kunci : Ilmu Kalam, Tauhid, Teologi, Aliran, Sumber

1
I. Pendahuluan

Apa yang membedakan ilmu kalam dengan teologi islam? Teologi islam
adalah istilah yang jarang digunakan di Indonesia, karena di indonesia lebih
sering digunakan istilah ilmu kalam atau ilmu tauhid. Teologi islam adalah
istilah asing untuk penyebutan ilmu kalam atau ilmu tauhid.

Theologi berasal dari kata “theos” yang berarti “Tuhan” dan “logos”
berarti “ilmu” dengan demikian dapat diartikan sebagai ilmu Ketuhanan. Yang
membicarakan zat Tuhan, perkataan Tuhan, dan perbuatan Tuhan dari segala
aspeknya yang berkaitan dengan ketuhanan dengan menggunakan argumentasi
rasional. Teologi bisa tidak bercorak agama, tetapi merupakan bagian dari
filsafat atau fhilosophical theology , atau ‘Filsafat Ketuhanan’1.

Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh


persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan ustman bin Affan
yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah atas kekalifahan Ali bi Abi Thalib

Di uraian selanjutnya, dalam tulisan ini akan membahas pengertian dan


nama-nama lain dari ilmu kalam, sumber-sumber serta sejarah kemunculan
persoalan-persoalan tauhid/kalam.

II. Nama dan Pengertian Ilmu Kalam

Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama antara lain : ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh Al-Akbar, dan teologi Islam.2 Para ulama
menyatakan ilmu tauhid ini memiliki delapan puluh nama, diantaranya ialah3:

1
Ahmad Hanafi. "Teologi Islam (Ilmu Kalam)." (Jakarta: Bulan Bintang,1974) Hlm v
2
Anwar, Rosihan, and Abdul Rozak. "Ilmu Kalam."( Bandung: Pustaka Setia, 2001) hlm 13
3
Mohd, Teh. Pengantar Ilmu Tauhid. (Kuala Lumpur: Utusan Publication, 2008) Hlm 1

2
1. Ilmu Kalam : Disebabkan para ulama ushuludin dahulu sering
berselisih pendapat tentang kalam Allah, sama ada ia bersifat qadim
atau baru.
2. Ilmu tauhid : Ia banyak membicarakan tentang keesaan Allah
SWT
3. Ilmu ‘Aqaid : Ia senantiasa membicarakan aqidah atau
kepercayaan
4. Ilmu sifat : Disebabkan Ia senantiasa membahas tentang sifat-
sifat Allah SWT yang wajib diketahui
5. Ilmu Ushuluddin : Ia membicarakan tentang perkara usul atau pokok
dalam agama, yaitu berkaitan dengan soal keimanan
6. Ilmu Ma’rifah. : Ilmu ini berkaitan dengan mengenali Allah SWT dan
Rasulnya

Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas tentang keesaan Allah
SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Sebenarnya, ilmu kalam sama
dengan ilmu tauhid, tapi sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan
tauhid, dengan alasan argumentasi ilmu kalam itu lebih berkonsentrasi pada
penguasaan logika.

Dalam bahasa Arab, tauhid berarti beriman pada ke-Esaan Allah Swt., al-
iman bi wahdaniyatillah atau monotheism. Iman berarti pengetahuan
(knowledge), percaya (belief, faith), dan yakin tanpa bayangan keraguan (to be
convinced beyond the least shadow of doubt)4

Muhammad Abduh dalam bukunya Risalah Al-Tawhid ketika


mendefinisikan ilmu kalam mengatakan :

“Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Tuhan (Allah),
sifat-sifat wajib dan boleh ditetapkan bagi-Nya serta apa yang wajib
ditiadakan (nafy) dari-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul untuk

4
Abdur Rahman, Assegaf. Filsafat pendidikan Islam: paradigma baru pendidikan hadhari berbasis
integratif-interkonektif. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) Hlm. 38

3
membuktikan kebenaran kerasulannya serta apa yang wajib ada pada mereka
dan apa yang boleh dan tidak boleh di nisbatkan kepada mereka”5

Abu Hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut
persepsinya, hukum islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua
bagian. Pertama, fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok
agama atau ilmu tauhid. Kedua, fiqh al-ashghar, membahas hal-hal yang
berkaitan dengan masalah muamalah, bukan bukan pokok-pokok agama,
tetapi hanya cabangnya saja6

Sedangkan Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam, yang
asal katanya dari kata “theos” yang berarti “Tuhan” dan “logos” berarti
“ilmu” dengan demikian dapat diartikan sebagai ilmu Ketuhanan. Dan dalam
bahasa Inggris, ilmu ini dinamakan Theology yang memiliki arti ilmu
keagamaan (Phoenix Pocket Dictionary New Edition 2006). Sebenarnya
pembahasan teologi islam sudah banyak dikenalkan di Indonesia. Berikut
adalah beberapa buku yang membahas tentang teologi islam :

Harun Nasution, Teologi Islam: aliran-aliran sejarah analisa


perbandingan. Buku ini tergolong buku lama yang menjadi banyak acuan
dalam perkuliah, buku ini diterbitkan pada tahun 1986 dengan penerbit
Universitas Indonesia.

Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam). Buku terbitan Bulan Bintang
pada tahun 1974 membahas tentang sejarah dan perkembangan ilmu kalam
hingga kemunculan aliran aliran dan pokok-pokok persoalan yang ada
didalam nya.

Dalam pandangan Al- Gazzali, ilmu universal bagi ilmu-ilmu agama islam
adalah ilmu kalam. Dalam ilmu ini dikaji konsep-konsep umum, yaitu “ada”
(being) yang dibedakan menjadi “Ada” yang kadim dan “Ada” yang baharu.

5
Kiswati, Tsuroya. AL JUWAINI: PELETAK DASAR TEOLOGI RASIONAL DALAM ISLAM. (Erlangga,
2015) Hlm. 6
6
Abdul Rozak, Op.cit. hlm. 13

4
Dia juga berbeda karena memiliki beberapa sifat yang wajib, mustahil dan jaiz
bagi-Nya. Kemudian ilmu kalam mengkaji perbuatan-Nya, dan alam ini
termasuk perbuatan-Nya yang jaiz, begitu pula pengiriman para rasul ke
dunia,bahwa dia kuasa melakukan itu dan menerangkan kebenaran para rasul
itu dengan mukjizat.7

III. Sumber-Sumber Ilmu Kalam/Tauhid

Sumber-sumber Ilmu kalam adalah berikut ini8:

1. Al-Qur’an
2. Hadist
3. Pemikiran manusia
4. Insting

Sumber-sumber yang berkaitan dengan keilmuan ini, diambil dari Al-


Quran dan Al-Hadist. Karena pada dasarnya, inti pokok ajaran Al-Quran adalah
tauhid. Nabi Muhammad SAW yang merupakan utusan Allah untuk umat
manusia jugalah untuk mengajarkan ketauhidan, yang dipertegas dan diperjelas
oleh Rasulullah yang tercermin dalam hadistnya.

Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang


berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah9 :

a. Q.S. Al-Ikhlas (112) : 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa tuhan tidak
beranak dan diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun di dunia ini
yang tampak sekutu (sejajar) dengan-Nya.
b. Q.S. Asy-Syura (42):7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak
menyerupai apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui.
7
Anwar, H. Syamsul. PEMIKIRAN USUL FIKIH AL-GAZZĀLĪ (450-505/1058-1111). (Suara
Muhammadiyah, 2016) Hlm. 114
8
Abdul Rozak, Op.cit. hlm. 15
9
Ibid. Hlm. 15,16

5
c. Q.S. Al-Furqan (25): 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang
Maha Penyanyang bertakhta di atas “Arsy”. Ia pencipta langit, bumi,
dan semua yang ada diantara keduanya.
d. Q.S. Al-Fath (48): 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai
“tangan” yang selalu berada di atas tangan orang-orang yang
melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh dengan janji Allah.
e. Q.S. Thaha (20) : 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai
“mata” yang selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak
termasuk gerakan hati makhluk-Nya.
f. Q.S. Ar-Rahman (55) : 27. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan
mempunyai “wajah” yang tidak akan rusak selama lamanya
g. Q.S. An-nisa’ (4): 125. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan
menurunkan aturan berupa agama. Seseorang akan dikatakan telah
melaksanakan aturan agama apabila melaksanakannya dengan ikhlas
karena Allah
h. Q.S. Luqman (31): 22. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah
menyerahkan dirinya kepada Allah disebut sebagai orang muhsin.
i. Q.S. Ali Imran (3) : 83. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah
tempat kembali segala sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara
sadar.
j. Q.S. Ali Imran (3) : 84-85. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah
yanng menurunkan penunjuk jalan kepada para Nabi
k. Q.S. Al-Anbiya (21) : 92. Ayat ini menunjukkan bahwa manusia
dalam berbagai suku, ras, atau etnis, dan agama apapun adalah umat
Tuhan yang satu. Oleh sebab itu, semua umat , dalam kondisi dan
situasi apapun, harus mengarahkan pengabdiannya hanya kepada-Nya
l. Q.S Al-Hajj (22): 78. Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang yanng
ingin melakukan suatu kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan
sebagai “jihad” kalau dilakukannya hanya karena Allah SWT semata.

6
Ayat-ayat diatas berkaitan dengan Tuhan, tapi penjelasan rincinya tidak
ditemuakan. Dan pembicaraan yang berkaitan dengan Ketuhanan ini
disistematisasikan menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan ilmu Kalam

Kemudian pemikiran manusia, manusia akan menggunakan pemikiran


rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-
Qur’an. Bahkan didalam Al-Quran manusia diperintahkan untuk menggunakan
rasio/akalnya. Dan ternyata keharusan untuk menggunakan rasio ternyata
mendapat pijakan dari beberapa ayat Al-Qur’an, diantaranya10:

‫ب أَ ْقفَالُ َها‬
ٍ ‫أَفَال يَتَ َدبَّ ُرونَ ا ْلقُ ْرآنَ أَ ْم َعلَى قُلُو‬

Artinya : “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati


mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47] : 24)

Ayat serupa dapat ditemukan pada An-Nahl (16): 68-69; Al-Jatsiyah


(45):12-13 ; Al-Isra’ (17): 44; Al-an’am (6): 97-98; At-Taubah (9): 122; Ath-
Thariq (86): 5-7; Al-Ghatsiyah (88): 7-20; Shad (38): 29; An-Nahl (16): 17; Az-
Zumar (39): 9; Adz-Dzariyat (51): 47-49, dan lain-lain

Yang keempat adalah insting, secara instingnya manusia itu selalu ingin
bertuhan. Oleh sebab itu, kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak
adanya manusia pertama. Abbas Mahmoud Al-Akkad mengetakan bahwa
keberadaan mitos merupakan asal usul agama di kalangan orang-orang primitif.
Kepercayaan adanya Tuhan, secara instingtif, telah berkembang sejak keberadaan
manusia pertama. Oleh sebab itu sangat wajar kalau William L. Resee
mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan, yang dikenal
dengan istilah theologia, telah berkembang sejak lama. Ia bahkan mengatakan
bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (theologia was originally viewed as

10
Ibid. Hlm 21

7
concerned with myth). Selanjutnya teologi itu berkembang menjadi “theologi
natural” (teologi alam) dan “revealed theology” (teologi wahyu).11

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam itu bersumber
pada Al-Qur’an, Hadist dan pemikiran manusia, dan insting.

IV. Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Tauhid/Kalam

Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh


persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan ustman bin Affan
yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah atas kekalifahan Ali bi Abi Thalib.
Ketegangan antara Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi
perang siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali
yang menerima tipu muslihat Amr bin Al-Ash utusan dari pihak Mu’awiyah
dalam tahkim,sungguhpun dalam keadaan tyerpaksa, tidak disetujui oleh
sebagian tentaranya. Mereka berpendapat bahwa persoalan yang terjadi saat
itu tidak dapat diputuskan melalui tahkim. Putusan hanya datang dari Allah
dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an. La
Hukmailla Lillah (tidak ada hukum selain hukum Allah) atau la hukma illa
Allah (tidak ada perantara selain Allah) menjadi semboyan mereka. Mereka
memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat salah sehingga mereka
meninggalkan barisannya. Dalam sejarah islam, mereka dikenal dengan nama
khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri atau secerders.12

Menurut Khawarij pembuat dosa besar tersebut telah keluar dari islam dan
telah menjadi kafir dan zalim. Sebaliknya mereka yang tidak mau menerima
tahkim, masih termasuk golongan yang mukmin. Dampak yang ditimbulkan
dari penyebutan kafir dan mukmin adalah halal nya darah mereka. Orang yang
masih mukmin tidak boleh dibunuh atau diperangi, sedangkan orang yang
11
Ibid. Hlm.27
12
Ibid. Hlm.28

8
sudah keluar dari golongan mukmin dan masuk kedalam golongan kafir, wajib
dibunuh atau diperangi13

Paham yang disampaikan oleh khawarij ini menarik perhatian para


pemikir muslim untuk mencari jawaban dari permasalahan yang muncul. Dan
sebagai pertentangan dari paham kaum Khawarij, muncullah kaum Mur’jiah.
Mereka (Murji’ah) berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar
tetaplah mukmin dan bukan kafir. Jadi mereka tidak boleh dibunuh karena
masih golongan mukmin.

Di luar pasukan yang membelot Ali, adapula yang sebagian besar yang
tetap mendukung Ali. Mereka inilah yang kemudian memunculkan kelompok
Syi’ah. Menurut Watt, Syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara
Ali dan Mu’awiyah yang di kenal dengan perang Siffin. Sebagia respon atas
penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali
terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali-kelak disebut
Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali kelak disebut Khawarij14

Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam, yaitu:

1. Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah


kafir, dalam arti telah keluar dari islam, atau tegasnya murtad dan
wajib dibunuh
2. Aliran Mur’jiah, menegaskan bahwa orang yang beruat dosa besar
masih tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang
dilakukannya, hal itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau
menghukumnya.
3. Aliran Mu’tazilah, yang tidak menerima kedua pendapat diatas. Bagi
mereka, orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula
mukmin. Mereka mengambil posisi antara mukmin dan kafir, yang

13
Kiswati, Tsuroya. Op.cit. hlm. 8
14
Abdul Rozak, Op.cit. hlm. 28

9
dalam bahasa arabnya terkenal dengan istilah al-manzilah manzilatain
(posisis dinatara dua posisi)15

Dalam islam timbul pula aliran Qadariyah dan Jabariyah. Qadariyah


memiliki paham bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dalam
kehendak dan perbuatannya. Dan Jabariyah memiliki paham yang
berbanding terbalik dengan Qadariyah.Dan di dalam perjalanannya aliran
Mu’tazilah mendapat banyak tantangan keras dari golongan islam lainnya.
Seperti Asy’ariyah dan Maturidiyah

Aliran-aliran Khawarij, Murjiah dan Mu’tazilah telah menjadi sejarah,


sekarang sudah tidak ada lagi. Dan aliran-aliran yang masih ada sampai
sekarang adalah aliran Asy’ariah dan Maturidiyah yang keduanya disebut
Ahlussunnah wal-jama’ah.

V. Aliran Ahlussunnah wal-jama’ah

Golongan ini berasal dari dua kelompok yaitu aliran Asy’ariah dan aliran
Maturidiyah, yang sama-sama menentang Aliran Mu’tazilah.

Dalam banyak literatur dijelaskan, kehadiran golongan ahlu-al-sunnah wa


al-jama’ah mendapat sambutan yang sangat baik dari umat islam, karena
orang awam menginginkan ajaran sederhana yang sejalan dengan sunah Nabi
Muhammad SAW dan mereka sangat sulit menerima ajaran mu’tazilah yang
rasional dan sangat filosofis. Sampai saat ini sekitar 70% umat muslim di
dunia menganut paham golongan ahlu-al-sunnah wa al-jamaa’h.16

Istilah ahlu-al-sunnah wa al-jamaa’h di sebut juga dengan Ahl-al-Hadis wa


as-Sunnah (golongan yang berpegang teguh pada hadis dan sunah) dalam
kitabnya yang berjudul Maqalat al-Islamiyah. Aliran Mu’tazilah, Khawarij,
Murji’ah dan Syi’ah tidak termasuk aliran ahl-al-sunnah wa al-jama’ah.

15
Ibid. Hlm. 28,29
16
Halimah Dja’far. NAZHARAT, VOL, XV, N0.1, APRIL 2014.

10
VI. Penutup

Dapat disimpulkan dari pembahasan diatas, bahwa Ilmu Kalam/ Tauhid


dan teologi islam merupakan ilmu yang membahas tentang keesaan Tuhan.
Bukan hanya itu saja, tapi juga membahas soal kerasulan. Sumber-sumber
yang berkaitan dengan keilmuan ini, diambil dari Al- Quran dan Al-Hadist,
pemikiran manusia dan juga insting.

Dan aliran aliran yang masih eksis sampai sekarang adalah aliran
Asy’ariah dan Maturidiyah yang keduanya disebut Ahlussunnah wal-jama’ah.
Sedangkan aliran-aliran Khawarij, Murjiah dan Mu’tazilah telah menjadi
sejarah. Dan sampai saat ini sekitar 70% umat muslim di dunia menganut
paham golongan ahlu-al-sunnah wa al-jamaa’h ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rahman, Assegaf. 2011. Filsafat pendidikan Islam: paradigma


baru pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif. Jakarta: Rajawali
Pers.

Ahmad Hanafi, 1974. "Teologi Islam (Ilmu Kalam)." Jakarta: Bulan


Bintang

Anwar, H. Syamsul. , 2016. PEMIKIRAN USUL FIKIH AL-GAZZĀLĪ


(450-505/1058-1111). Suara Muhammadiyah

Anwar, Rosihan, and Abdul Rozak. 2001, "Ilmu Kalam." Bandung:


Pustaka Setia.

Mohd, Teh,. 2008, Pengantar Ilmu Tauhid. Kuala Lumpur: Utusan


Publication.

Kiswati, Tsuroya. 2015. AL JUWAINI: PELETAK DASAR TEOLOGI


RASIONAL DALAM ISLAM. Erlangga

Halimah Dja’far, MEMAHAMI TEOLOGI ISLAM, NAZHARAT, VOL,


XV, N0.1, 2014

12

Anda mungkin juga menyukai