Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PERTANYAAN FILSAFAT ISLAM

NAMA : SATRYA KARUNIA TRI HARYANTO

1. Sahdan

1. Jelaskan tentang Zuhud ?

Dalam pengertian banyak orang, zuhud adalah menghindari hal-hal yang bersifat
keduniaan. Mereka tidak mengerti, mana perkara-perkara duniawi yang tercela, yang harus
ditinggalkan, dan mana yang boleh didekati. Sehingga iblis berkesempatan mempermainkan
mereka. Lahirlah anggapan bahwa seseorang tidak akan selamat akhiratnya, kecuali jika
meninggalkan dunia seisinya. Kalau perlu menyendiri di suatu tempat terpencil, khusus untuk
melakukan peribadatan kepada Allah. Meskipun dengan meninggalkan keluarga, orang tua dan
bahkan shalat berjama’ah serta shalat Jum’at. Sebagian orang menganggap, inilah zuhud yang
hakiki. Persepsi semacam ini muncul lantaran kedangkalan terhadap ilmu agama.

Orang awam yang jenuh dengan gemerlap dunia, atau muak melihat kepalsuan serta tipu
muslihat dunia dan ingin mendapatkan ketenteraman rohani, mungkin akan mudah terperangkap
dalam pengertian zuhud di atas. Ia akan lahap untuk mendengarkan secara salah ayat-ayat,
hadits-hadits serta ceramah-cermah yang berisi celaan terhadap dunia. Asal berbau dunia,
semuanya buruk dan negatif. Akhirnya akan berasumsi bahwa keselamatan akhirat hanya dapat
diraih dengan meninggalkan dunia, meningalkan pekerjaan dan bermalas-malasan dengan dalih
ibadah.

Read more https://almanhaj.or.id/2781-zuhud-yang-banyak-disalah-pahami.html

Zuhud berarti meninggalkan segala urusan dunia, dan mendekatkan diri kepada Allah
Swt. Zuhud merupakan perilaku terpuji karena lebih mengutamakan akhirat. Akan tetapi, kita
bersikap Zuhud bukan berarti meninggalkan segala kehidupan dunia seperti
anak,istri,suami,harta dan benda serta hanya Fokus beribadah kepada Allah semata. Zuhud disini
berarti kita hidup di dunia tetapi tujuan kita adalah akhirat, dengan tidak melupakan kehidupan
dunia, karena dunia merupakan jembatan menuju akhirat. Kita tidak boleh meninggalkan dunia
dan mengabaikannya begitu saja, karena setiap orang mempunyai hak atas kita. Jadi zuhud
sendiri bermakna meninggalan sesuatu keburukan yang mengarahkan kita kepada murka Allah
swt. Dan mendekatkan diri kita kepada apa saja yang Allah perintahkan.

2. Bagaimana cara kita agar selalu bersyukur menerima apa yang telah terjadi dalam
kehidupan kita ?

Yang pasti pertama kita harus bersabar dalam menerima tekanan maupun cobaan yang ada dalam
hidup kita, karena Allah itu tidak akan menguji suatu kaum kecuali dengan kesanggupannya dan
Allah tidak akan membiarkan seseorang berkata saya beriman kepada Allah, tanpa di uji
keimamannya. Dan hendaknya kita selalu mengingat Allah baik dalam keadaan susah maupun
senang agar kita senantiasa bersyukur terhadap apa yang Allah berikan kepada kita.

2. Aniskenia

1. Menahan terhadap penyakit fisik disebut sabar badani.

Bagaimana takaran sabar tersebut, berikan contohnya dan jelaskan sedikit ?

Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh orang
mengenai kata sabar. Imam al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama bersifat
badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit
yang kronis (bersabar terhadap penyakit yang diderita)

Sabar itu ada takarannya karena manusia ini terbatas, yaitu kematian. Disaat kita mati
maka kita tidak bias lagi bersabar, missal kita sedang mengalami suatu musibah berupa sakit,
maka kita bersabar terhadap apa yang kita derita, karena saat kita mengalami sakit kita akan
mengalami berbagai cobaan karena terhimpit biaya dan lain sebagainya, disitu kita akan dihasut
oleh setan untuk melanggar perintah yang Allah larang. Maka kita harus bersabar terhadap apa
yang Allah berikan kepada kita.

3. Haady

Tasawuf Falsafi adalah Tasawuf yang bercampur dengan ajaran filsafat atau tasawuf yang
memadukan antara visi intuitif dan visi rasional. Oleh karna itu tasawuf yang berbau filsafat ini
tidak sepenuhnya di katakana bias di katakan Tasawuf dan juga tidak di katakana filsafat, karna
itu di sebut tasawuf falsafi, karna disatu pihak memakai term-term filsafat namun dilain pihak
memakai dzauq atau intuisi atau wujdan (rasa). Atau dapat diartikan sebagai memahami sesuatu
dengan perasaan dan penalaran.

4. Heriyati

1. Jelaskan dan berikan contoh dari 3 tingkatan Zuhud ? dan bagaimana pendapat
makalah tentang Zuhud.

Pembagian Sikap Zuhud Imam Al-Gazali membagi sikap zuhud dalam tiga tingkatan
sebagai berikut.

1. Tingkatan orang yang meninggalkan sesuatu keadaan untuk mendapatkan hal yang lebih baik.

Contohnya meninggalkan sesuatu yang sifatnya sia-sia ke sesuatu yang lebih berguna dan lebih
baik kedepannya baik di dunia maupun di akhirat.

2. Tingkatan orang yang meninggalkan keduniaan karena mengharapkan sesuatu yang


bersifat keakhiratan. Orang ini lebih mementingkan pencapaian kehidupan akhiratnya daripada
kehidupan dunia.

Contohnya tidak terlalu cinta mati akan dunia, karena dunia ini sifatnya sementara. Akhirat lebih
utama, karena dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdaya.

3. Tingkatan orang yang meninggalkan segala sesuatu selain Allah Swt. karena mencintai-Nya..

Contohnya meninggalakn segala perkara untuk kepada Allah swt. Karena cintanya kepada Allah
Swt. Apapun akan ditinggalakn segala sesuatu yg menggalangi terhadap Allah swt.

2. Bagaimana pendapat pemakalah tentang Tasawuf Falsafi dan Tasawuf Syi’i ?

Tasawuf falsafi, disebut juga denga tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-
ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional sebagai penggagasnya.

Sedangkan Tasawuf Syi’i atau Syi’ah, tasawuf aliran ketiga ini didasarkan atas ketajaman
pemahaman kaum sufi dalam menganalisis kedekatan manusia dengan Tuhan.

5. Adriani
1. Ceritakan tentang tasawuf Jalaluddin Rumi ?

Jalaluddin Rumi adalah tokoh sufi yang terkenal melalui ajaran sufinya yang lahir dari
metamorfosa cinta sang hamba kepada Tuhannya atau dikenal dengan Mistikus Cinta.

Berbagai karyanya banyak memperkenalkan tentang jalan cinta, seperti Matsnawi, Fihi
ma fihi, Maktubat dan beberapa karya lainnya seperti Diwani Syamsi Tabrizi yang berisi syair-
syair religius penuh cinta.

Puisi adalah salah satu sarana yang biasa digunakan oleh para sufi untuk mengungkapkan
keadaan batin mereka. Para sufi yang biasa melakukan hal tersebut adalah Rabiah al Adawiyah,
Yahya ibn Mu’adzal, Razi al Halaj, Umar ibn al Farid dan Jalaluddin Rumi. Jalaluddin Rumi dan
Umar ibn al Farid berpendapat bahwa puisi adalah sarana paling tepat untuk mengungkapkan
realitas secara sentimental.

Sungguh banyak orang yang terkesima dengan bait-bait puisi Jalaluddin Rumi, yang di
dalamnya selalu terajut mahabbah, bagai lautan yang tidak bertepi dalam diwan-diwannya.

Dengan puisi, ia mampu mengungkapkan kedalaman cinta dalam religiusitas seorang


hamba yang bagai tak berdasar, seperti terbang tinggi menerobos langit-langit tanpa atap.

Di antara puisinya yang fenomenal adalah sebagai berikut:

Cinta bagaikan sayap

dengannya manusia terbang di angkasa

menggerakkan ikan menuju jala sang nelayan

menghantar si kaya meraih bintang di langit ketujuh

Cinta berjalan di gunung maka gunung pun bergoyang menari

(Jalaluddin Rumi: 1707)

Mistis sufi dalam ajaran Rumi yang disampaikan lewat konsep cinta merupakan jalan untuk
sampai pada kesempurnaan. Ia merupakan jalan membersihkan diri sehingga bisa mengantarkan
manusia sampai pada Tuhannya.
Rumi metaforkan cinta seperti sayap, agar dapat terbang tinggi menemui Tuhannya. Dengan
terbang tinggi manusia bisa melampaui rute-rute darat yang cukup rumit, bisa melihat keluasan
bumi dan menghalau pandangan yang rabun, serta memiki pengetahuan lebih luas dari
pandangan darat yang hanya bisa melihat sekelilingnya dengan sekat-sekat. Terbang melampaui
sekat-sekat bumi bahkan dapat melihat sekat itu sendiri dari berbagai arah, kemudian
menerobosnya.

Maka tak heran jika ajaran sufi Rumi yang cukup menonjol adalah mahabbah. Di mana sang
Maulana Jalaluddin Rumi adalah tokoh sentral yang dibicarakan dalam hubungan hamba-tuhan
dengan ajaran mahabbah dalam puisi-puisi tersebut.

2. Sebutkan contoh tasawuf pada Zaman Rasulullah ?

Kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW dalam kesehariannya adalah kehidupan sufi
yang murni dan menjadi inti dari kehidupan Islam yang sebenarnya. Kehidupan tasawuf Nabi
Muhammad SAW dapat menjadi tauladan bagi siapa saja yang menginginkan kehidupan
sejahtera lahir dan batin serta selamat didunia dan diakhirat.[1]

Kehidupan tasawuf Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua fase, yaitu kehidupan
tasawuf Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat sebagai Rasul dan kehidupan tasawuf Nabi
Muhammad SAW setelah diangkat sebagai Rasul :

1. Kehidupan tasawuf sebelum diangkat sebagai Rasul, Pertumbuhan tasawuf pada mulanya
dapat dipandang ketika Nabi Muhammad SAW suka menyendiri, berkhalwat atau bertahanuts di
Gua Hira’.Di Gua Hira’ beliau melatih diri untuk menjauhi keramaian hidup, menghindari
kelezatan dan kemewahan dunia, bertekun, berjihad, tafakkur, berfikir, menghindari makan dan
minum yang berlebihan, dan memperhatikan keadaan alam dan susunannya, memperhatikan
segala-galanya dengan mata hatinya.

2. Setelah Nabi Muhammad menjadi Rasul Allah, mulailah beliau mengajak manusia
membersihkan rohaninya dari kotoran-kotoran syirik dan nafsu amarah yang tidak sesuai dengan
fitrah aslinya.Beliau berdakwah menyeru manusia memperteguh tauhid dan mempertinggi
akhlaknya untuk mencapai keridhaan Allah. Pada fase ini ditandai dengan askestisme serta
pembatasan diri dalam makan maupun minum, dan penuh makna-makna rohaniah yang
merupakan sumber kekayaan bagi para sufi. Nabi Muhammad SAW selalu mewajibkan diri tetap
dalam keadaan sederhana, banyak beribadah dan shalat tahajud. Keadaan ini berlangsung sampai
turunnya cegahan di dalam Al-Qur’an dalam firman-Nya “Thaha! Kami tidak menurunkan Al-
Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (Qs. Thaha: 1-2).[8]

Berikut ini merupakan perihidup tasawuf Nabi Muhammad SAW dengan iman dan ketabahan
yang kuat yang menjadi suri teladan kaum shufi: [9]

Ketika perjuangan baru dimulai, tulang punggung perjuangan dakwahnya wafat, yaitu Abu
thalib dan Khadijah. Beliau terima segalanya dengan tabah dan tenang.Kemudian pergi ke Thaif,
sesampai disana dakwahnya ditolak dan pulang membawa luka dan derita. Beliau meneruskan
perjalanan di tengah-tengah kepungan umat yang jahil itu. Maka beliau terima segalanya dengan
tabah.

Pada suatu waktu beliau datang ke rumah Aisyah, ternyata di rumah tidak ada apa-apa. Beliau
terima dengan sabar, ia kerjakan puasa sunat. Beliau kemudian pergi ke masjid bertemu dengan
Abu Bakar dan Umar, beliau bertanya :”apakah gerangan dengan anda berdua datang ke
masjid?” kedua sahabat tadi menjawab : “menghibur lapar, beliaupun mengatakan :”aku pun
keluar untuk menghibur lapar”.

Sahabat Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Abdullah bin Mas’ud, Abu Zar, dll pernah berhimpun
di rumah Usman bin Mazh’un Al-Jumahy. Mereka bermusyawarah untuk berpuasa siang hari,
tidak tidur di kasur, tidak memakan daging dan lemak, tidak mendekati isteri, tidak memakai
minyak wangi, akan memakai wool kasar, akan meninggalkan dunia, akan mengembara di muka
bumi dan ada diantara mereka yang bercita-cita akan memotong kemaluannya. Musyawarah itu
terdengar kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW berkata: “Sesungguhnya aku
tidak menyuruh yang demikian. Sesungguhnya ada hak kewajibanmu terhadap dirimu, maka
puasalah kamu dan berbuka, bangunlah beribadah pada malam hari dan tidur, karena aku bangun
beribadah pada malam hari dan tidur, aku berpuasa dan berbuka, aku makan daging dan lemak,
aku datangi perempuan-perempuan. Barangsiapa tidak suka kepada sunnahku itu maka tidaklah
dia termasuk sebagian dari umatku”.

Anda mungkin juga menyukai