Anda di halaman 1dari 19

DISINTEGRASI DUNIA ISLAM MASA KHALIFAH BANI ABBASIYAH

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam


Diseminarkan Dalam Presentasi Kelas pada
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh :

ST. RABIYATUL ADAWIAH NUR


NIM. 80100220003

MIRWAN
NIM. 80100220018

DosenPemandu:

Dr. H. M. Abduh Wahid, M. Th.I

PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. yang telah melimpahkan

rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

ilmiah (makalah) ini yang berjudul “Disintegrasi Dunia Islam Masa Khalifah Bani

Abbasiyah” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada

junjungan Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita selaku ummatnya dari

zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh dengan nuansa Islami dan zaman yang

penuh penerangan ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami

berbagai macam hambatan dan rintangan dan makalah ini dapat terselesaikan, namun

masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat

menyadari bahwa makalah masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman sangat penulis

harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga karya

ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan wacana keilmuan kita semua,

khususnya bagi penulis sendiri dan mahasiswa pada umumnya.

Āmin Yā Rabb al-„Ālamin....

Watampone, Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan dan Kegunaan 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Definisi Disintegrasi 4

a. Proses Disintegrasi Pada Masa Khalifah

Bani Abbasiyah 4

B. Penyebab Terjadinya Disintegrasi Pada Masa Khalifah

Bani Abbasiyah 10

BAB III PENUTUP 14

A. Simpulan 14

B. Implikasi 16

DAFTAR PUSTAKA 17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semenjak pemerintah Harun ar-Rasyid (786-809M/170-194H) dikatakan

bahwa pada masa itu terjadi masa keemasan bani Abbasiyah. Tetapi pada waktu

inilah terjadi benih-benih disintegrasi tepatnya saat penurunan tahta. Haru ar-Rasyid

telah mewariskan tahta-tahta kakhalifaan pada putranya yaitu Al-Amin dan putra

yang lebih muda yaitu al-ma’mun (saat itu menjabat sebagai gubernur khurasan).

Setelah wafatnya Harun al-Rasyid, Al-Amin berusaha menghianati hak adiknya dan

menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Inilah yang akhirnya

menjadi awal masa perpecahan, yang akhirnya dimenangkan oleh al-ma’mun.

Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad menjadi salah satu pusat

peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Baghdad menjadi pusat

intelektual dan pusat aktivitas pengembangan ilmu. Sebagai pusat peradaban Islam,

khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-

provinsi dengan pembayaran upeti.

Dalam periode pertama,sebenarnya banyak tantangan dan gangguan yang

dihadapi dinasti Abbasiyah. Beberapa gerakan politik yang merongrong pemerintah

dan mengganggu stabilitas muncul dimana-mana, baik gerakan di kalangan intern

Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Namun semuanya dapat diatasi dengan baik.

Keberhasilan penguasa Abbasiyah mengatasi gejolak dalam negeri ini semakin

memantapkan posisi dan kedudukan mereka sebagai pemimpin yang tangguh.

Kekuasaan betul-betul berada ditangan khalifah. Keadaan ini sangat berbeda dengan

1
2

periode sesudahnya. Setelah periode pertama berlalu, kekuatan khalifah mulai

melemah, mereka berada dibawah pengaruh kekuasaan lain. Kondisi ini memberi

peluang kepada tentara professional asal Turki untuk menguasai kakuasaan.

Kekuasaan Turki tidaklah selamanya mengalami kejayaan, pada akhir periode

kedua, pemerintahan tentara turki mulai melemah dengan sendirinya, didaerah-daerah

muncul tokoh-tokoh kuat yang kemudian memerdekakan diri dari kekuasaan pusat,

mendirikan dinasti-dinasti kecil.

Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan

kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, beberapa provinsi tertentu di

pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah. Sehingga

menimbulkan disintegrasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan disintegrasi?

2. Bagaimana proses disintegrasi pada masa khalifah Bani Abbasiyah?

3. Apa penyebab terjadinya disintegrasi pada masa khalifah Bani Abbasiyah?

C. Tujuan dan Kegunaan Makalah

1. Tujuan Makalah

Adapun yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini

adalah:

a. Untuk mengetahui yang dimaksud disintegrasi.

b. Untuk mengetahui proses disintegrasi pada masa khalifah Bani

Abbasiyah.
3

c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya disintegrasi pada masa khalifah

Bani Abbasiyah.

2. Kegunaan Makalah

Secara teoritis, makalah ini memberikan sumbangsih ilmu maupun

pengetahuan dan referensi bagi penulis maupun pembaca yang nantinya mampu

memahami tentang disintegrasi dunia Islam masa khalifah bani Abbasiyah.


BAB II
PEMABAHASAN

A. Defenisi Masa Disintegrasi

Disintegrasi dalam Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1996 difahami

sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang saling terpisah. 1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disintegrasi adalah keadaan tidak

bersatu padu; keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan;

perpecahan. 2 Disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya

keutuhan, atau persatuan serta menyebabkan perpecahan. 3 Dari beberapa definisi

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa disintegrasi merupakan suatu keadaan yang

terpecah belah dari kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah.

B. Disintegrasi pada Masa Khalifah Bani Abbasiyah

Fase disintegrasi adalah fase dimana pertentangan intern umat Islam di

kalangan pemerintahan, baik dimasa Bani Umayyah, maupun Abbasiyah, muncul

dalam bentuk pemisahan diri dari pemerintah pusat dan memproklamirkan diri

sebagai khalifah sendiri, di masa ini keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai

1
https://matob.web.id/note/disintegrasi-penyebab-analisa-dan-contoh/ diakses pada tanggal
07 Desember 2020 pukul 20:16 WITA
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, diakses pada tanggal 07 Desember 2020,
pukul 20:17 WITA
3
"Definisi 'disintegrasi'". artikata.com. Diakses tanggal 07 Desember 2020, pukul 20:18
WITA

4
5

pecah, kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan

dihancurkan oleh Hulagu. 4

Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir

zaman Bani umayyah. Akan tetapi, berbicara tentang politik Islam dalam lintasan

sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintah Bani umayyah dengan pemerintah

bani Abbas. Wilayah kekuasaan bani umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai

masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini

tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada pemerintahan bani Abbas. Kekuasaan

dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika utara, kecuali Mesir

yang bersifat sebentar-bentar dan kebanyakan bersifat nominal. bahkan, dalam

kenyataanya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah.5

Dalam periode pertama, sebenarnya banyak tantangan dan gangguan yang

dihadapi dinasti Bani Abbasiyah. Beberapa gerakan politik yang merongrong

pemerintah dan mengganggu stabilitas muncul dimana-mana, baik gerakan dari

kalangan intern Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Namun, semuanya dapat diatasi

dengan baik. Keberhasilan penguasa Abbasiyah mengatasi gejolak dalam negeri ini

memantapkan posisi dan kedudukan mereka sebagai pemimpin yang tangguh.

Kekuasaan betul-betul berada di tangan khalifah. Keadaan ini sangat berbeda dengan

periode sesudahnya. Setelah periode pertama berlalu para khalifah sangat lemah.

Mereka berada dibawah pengaruh kekuasaan yang lain. 6

Pada masa periode kedua dinasti Abbasiyah, terjadi dominasi orang-orang

Turki. Dari tahun 247-334 H/861-945 M adalah masa dimana orang-orang militer

4
Muhaimin. Kawasan Dan Wawasan Studi Islam. (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 227
5
Sir William Muir, The Cliphat, (New York: AMS inc, 1975), h. 432
6
Yatim Badri. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 61
6

Turki memegang kendali atas khalifah yang lemah. Merekalah yang memilih khalifah

dan mereka pula yang memecatnya. Mereka membunuh para khalifah semau mereka

sendiri. Al-Mu’tashim yang mendatangkan orang-orang Turki karena tentara sudah

berada ditangan mereka. 7

Pilihan Khalifah Al-Mu’tashim terhadap unsur Turki dalam ketentaraan

terutama dilatarbelakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia

pada masa Al-Ma’mun dan sebelumnya. Bahkan, perebutan kekuasaan antara Al-

Amin dan Al-Ma’mun dilatarbelakangi oleh persaingan antara golongan Arab yang

mendukung Al-Amin dan golongan persia yang mendukung Al-Mu’min.

Masuknya Turki dalam persaingan antar bangsa dalam dinasti Abbasiyah

menambah rumit situasi. Al-Mu’tashim dan sesudahnya, Al-Watsiq, mampu

mengendalikan mereka. Namun, khalifah Al-Mutawakkil, yang merupakan awal

kemunduran politik Bani Abbas adalah orang yang lemah. Pada masa

pemerintahannya, orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepat. Setelah

Al-Mutawakkil wafat, merekalah yang memilih dan mengangkat khalifah. 8

Menurut watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan bani Abbas mulai terlihat

sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya

pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di propinsi-propinsi tertentu

yang membuat mereka benar-benar independen. Kekuatan military Abbasiyah waktu

itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah

mempekerjakan orang-orang professional dibidang kemiliteran, khususnya tentara

Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengankatan anggota

7
Ahmad Al-‘Usairy. Sejarah Islam (Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX). (Jakarta:
Akbar Media. 2013), h. 239
8
Yatim Badri. Sejarah Peradaban Islam., h. 62
7

militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya ternyata, menjadi ancaman besar

terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi, pada priode pertama pemerintahan dinasti

Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu’aibah

(kebangsaan anti arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap

gerkan politik, disamping persoalan-persoalan keagamaan tampaknya, para khilafah

tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu,

sehingga, meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam

kesustraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersunggu-sungguh menghapuskan

fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam

konflik kebangsaan dan keagamaan itu.9

Ketika konflik kebangsaan dan keagamaan memunculkan negeri-negeri

independen berdasarkan bangsa, Bani Abbasiyah berusaha untuk menumpasnya. Pada

Pemerintahan Bani Abbasiyah telah berusaha untuk menumpas mereka pada awalnya.

Namun, kemudian membiarkannya. Jika diteliti secara seksama, maka akan kita

dapatkan bahwa negeri-negeri yang memisahkan diri pada saat itu hanyalah di

kawasan sebelah Barat (Maghrib). 10

Menurut Samsul Munir Amin,kekuasaan dinasti dinasti ini tidak pernah diakui

oleh Islam di wilayah Spanyol dan Afrika Utara, kecuali Mesir. Bahkan dalam

kenyataannya, banyak wilayah yang tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-

daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan.

Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan pembayaran upeti.11

9
Yatim Badri. Sejarah Peradaban Islam., h. 64-65
10
Ahmad Al-‘Usairy. Sejarah Islam (Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX), h. 238
11
Samsul Munir Amin. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 153
8

Ada kemungkinan para khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup puas dengan

pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti.

Alasannya, pertama, mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka

tunduk kepadanya. Kedua, penguasa Bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan

peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan

kebudayaan islam dari persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu dipinggiran

mulai lepas dari genggaman penguasa bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu

dari dua cara: pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontak dan

berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat Umayyah di spanyol dan

idrisyiah di maroko. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah

kedudukannya semakin bertambah kuat, seperti Daulat Aghlabiyab di Tunisia.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, propinsi-propinsi

itu pada mulaya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad

stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolokan-pergolokan yang muncul. Namun,

pada saat wibawa khalifah sudah memudar, mereka melepaskan diri dari kekuasaan

Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa

diantaranya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri. Adapun dinasti yang

lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Yang berbangsa Persia:

a. Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).

b. Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).

c. Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).


9

d. Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).

e. Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

2. Yang berbangsa Turki:

a. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).

b. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).

c. Ghaznawiyah di Afghanistan, (351-585 H/962-1189 M).

d. Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya:

1) Seljuk besar, atau seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Abu Thalib

Tuqhrul Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai

Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127

M).

2) Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).

3) Seljuk Syriaatau Syam di Syria,(487-511 H/1094-1117 M).

4) Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).

5) Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia Kecil, (470-700 H/1077-1299 M).

3. Yang berbangsa Kurdi:

a. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).

b. Abu Ali, (380-489 H/990-1095 M).

c. Ayubiyah, (564-648 H/1167-1250 M).

4. Yang berbangsa Arab:

a. Idrisiyyah di Marokko, (172-375 H/788-985 M).

b. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).

c. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).

d. Alawiyah di Tabaristan, (250-316 H/864-928 M).


10

e. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).

f. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).

g. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).

h. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

5. Yang mengaku dirinya sebagai khilafah:

a. Umawiyah di Spanyol (Andalusia)

b. Fathimiyah di Mesir.

Dari latar belakang dinasti-dinasti tersebut, tampak jelas adanya persaingan

antarbangsa terutama bangsa Arab,Persia, dan Turki. Disamping latar belakang

kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatarbelakangi oleh paham keagamaan, ada

yang melatarbelakangi Syi’ah dan ada pula yang Sunni. 12

C. Penyebab Terjadinya Disintegrasi Pada Masa Khalifah Bani Abbasiyah

Pada dasarnya disintegrasi pada masa Bani Abbasiyah terjadi karena

kemerosotan khalifah dalam bidang politik dan ekonomi. Para khalifah ini kemudian

berpindah kekuasaannya dari Abbasiyah menuju Tentara Turki (Buwaih) karena

ketidakcakapan dalam militer. Sehingga pengaruh Buwaih terasa dalam pemilihan


Khalifah. Penyebab terjadinya disintegrasi pada masa Kekhalifaan Islam dimasa

lampau yaitu adanya dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad. Adapun

penyebab lain terjadinya disintegrasi pada masa khalifah Bani Abbasiyah, yaitu:

1. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah

perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini terjadi bahkan sejak masa

12
http://khamr28.blogspot.com/2016/01/masa-disintegrasi.html diakses pada tanggal 07
Desember 2020 pukul 21:47 WITA
11

sebelumnya. Tapi yang terjadi pada masa Bani Abbas berbeda dengan

sebelumnya.

Nabi Muhammad memang tidak menentukan cara pergantian pimpinan

setelah ditinggalkannya. Dimulai dengan pemberontakan pada masa Ali bin Abi

Thalib. Tujuan pemberontakan-pemberontakan ini adalah menjatuhkan ali

sebagai khalifah. Berdirinya Bani Abbasiyah memang tidak terlepas dari

pemberontakan terhadap Bani Umayyah di Damaskus.

Pada masa awal pemerintahan Bani Abbasiyah, perebutan kekuasaan

sering terjadi. Namun pada masa periode kedua, para khalifah semakin tidak

berdaya dalam menghadapi pemberontakan. Terlebih ketika tentara Turki

berhasil merebut kekuasaan Bani Abbas, secara tidak langsung daulat Abbasiyah

berada di bawah kekuasaan Bani Buwaih. Pada masa ini khalifah Abbasiyah

tinggal namanya saja.

Kekuasaan ini tidak berlangsung lama, Bani Buwaih sendiri hancur

akibat perebutan kekuasaan, akibat perebutan kekuasaan oleh ketiga anak pendiri

Bani Buwaih (Izz Al-Daulah Bakhtiar dengan Adhad Al-Daulah). Dan kemudian

terjadi pertentangan di dalam militer Bani Buwaih itu sendiri.

Kemudian Bani Buwaih digantikan oleh Seljuk dan sebagai tanda awal

periode keempat khilafah Abbasiyah. Pemimpinnya yang pertama adalah

Thugrul Bek. Dinasti Seljuk menggantikan posisi Bani Buwaih. Dalam hal

agama, kembali dari ajaran Syiah ke Sunni.

Dalam kepemimpinan Seljuk ini, Abbasiyah mencapai puncaknya lagi.

Dengan penguasaan wilayah yang luas kembali dan banyak negara yang pada

awalnya memisahkan diri ditaklukan kembali. Terdapat peristiwa perang


12

Manzikert sebagai titik awal perang salib dan awal dari Turkification (penyatuan

Turki).

Namun, pada akhirnya dinasti Seljuk yang menguasai Bani Abbasiyah ini

ditaklukan oleh Khawarim dari Persia. Jadi setidaknya ada empat penguasa

(dinasti) yang menguasai Bani Abbasiyah. Yaitu Bani Abbasiyah itu sendiri,

Bangsa Turki, bangsa Buwaih dan bangsa Seljuk.

2. Pemberontakan Zinj

Orang-orang Zinj merupak sekelompok budak asal Afrika. Menimbulkan

rasa takut dan ancaman terhadap pemerintahan Abbasiyah selama empat belas

tahun. Dipimpin seorang Persia bernama Ali bin Muhammad yang mengaku

keturunan dari Ali Zainul Abidin ibnul-Husen. Ia membebaskan banyak

budak dan membuat kota bernama al-Mukhatarah.

Dalam beberapa kali peperangan dia berhasil mengalahkan pasukan

Abbasiyah. Menguasai beberapa kota di wilayah Bani Abbasiyah sehingga

khalifah Al-Mu’tamid keluar dan memimpin langsung pasukannya. Al-

Mukhatarah dikepung dan berhasil dihancurkan. Pemberontakan berakhir 270

H/883 M. Peperangan menelan korban hingga 2.500.000 menurut Ibnu Thaba

Thaba al-Fajhri, dan 1.500.000 menurut Imam as-Suyuthi.

3. Gerakan Qaramithah (277-470 H/890-1077)

Sekte beraliran kebatinan. Menurut mereka tidak seorang pun yang

mengetahui yang batin ini kecuali Imam dari anak keturunan Ali. Mazhab

batiniah ini berakar pada pemikiran Persia yang sesat. Menyeru pada syiah

Ismailiyah pada awalnya, namun kemudian menyerukan pada diri sendiri.


13

Didirikan oleh Hamdan ibnul-Asy’ats yang bergelar Qarmath yang belajar

kepada Husen al-Ahwazi.

Khalifah Bani Abbasiyah Al-Mu’tadhid berhasil mengalahkan mereka di

Irak, Suriah dan terakhir di Bahrain. Namun tahun 317 H gerakan ini menyerang

Mekah dan Madinah. Sulaiman ,pemimpin Qaramithah (kota Ihsa’), menyerang

pada musim haji dan melakukan pembantaian, jasad korban pembantaian

dimasukkan kedalam sumur Zamzam. Dan Hajar Aswad dibawa ke kota Ihsa’

selama dua puluh tahun.

4. Dominasi Negeri-Negeri Syiah

Masa ini memiliki ciri utama yakni dominasi kalangan Syiah terhadap

kawasan yang demikian luas, permerintahan Buwaihidis (Irak, Persia, Ray, Karj

dan Ahwaz), Ubaidiyah/Fathi-miyah (Maghrib dan Mesir) dan pemerintahan

Hamadaniyah (Mosul dan Syam), Qaramithah (Bahrain) dan Samaniyah (Asia

Tengah).13

13
Galih Yoga Wahyu Kuncoro, Penyebab Disintegrasi Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah.
Universitas Negeri Malang, 2015
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis

dapat memberikan kesimpulan bahwa:

1. Kata disintegrasi dalam Webster’s New Encyclopedic Dictionary

1996 dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang

saling terpisah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu; keadaan terpecah

belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan. Disintegrasi adalah

keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya keutuhan, atau persatuan

serta menyebabkan perpecahan. Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa disintegrasi merupakan suatu keadaan yang terpecah belah

dari kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah.

2. Fase disintegrasi adalah fase dimana pertentangan intern umat Islam di

kalangan pemerintahan, baik dimasa Bani Umayyah, maupun Abbasiyah,

muncul dalam bentuk pemisahan diri dari pemerintah pusat dan

memproklamirkan diri sebagai khalifah sendiri, di masa ini keutuhan umat

Islam dalam bidang politik mulai pecah, kekuasaan khalifah menurun dan

akhirnya Baghdad dapat dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu. Ada

kemungkinan para khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup puas dengan

pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti.

Alasannya, pertama, mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat

14
15

mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa Bani Abbas lebih

menitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan

ekspansi. Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan

peradaban dan kebudayaan islam dari persoalan politik itu, propinsi-propinsi

tertentu dipinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa bani Abbas.

3. Pada dasarnya disintegrasi pada masa Bani Abbasiyah terjadi karena

kemerosotan khalifah dalam bidang politik dan ekonomi. Para khalifah ini

kemudian berpindah kekuasaannya dari Abbasiyah menuju Tentara Turki

(Buwaih) karena ketidakcakapan dalam militer. Penyebab terjadinya

disintegrasi pada masa Kekhalifaan Islam dimasa lampau yaitu adanya

dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad. Adapun penyebab lain

terjadinya disintegrasi pada masa khalifah Bani Abbasiyah, yaitu: Perebutan

Kekuasaan di Pusat Pemerintahan, Pemberontakan Zinj, Gerakan Qaramithah

(277-470 H/890-1077) dan Dominasi Negeri-Negeri Syiah.

B. Implikasi

Dengan demikian kita bisa mengetahui mengenai disintegrasi dunia Islam

masa Khalifah Bani Abbasiyah, mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran bagi kita,

dan umumnya yang membaca makalah ini. Masih banyak kekurangan dalam makalah

ini, tentunya kritik dan saran yang sifatnya membangun dibutuhkan untuk
memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

"Definisi 'disintegrasi'". artikata.com. Diakses tanggal 07 Desember 2020, pukul

20:18 WITA

Al-‘Usairy, Ahmad. Sejarah Islam (Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX).

Jakarta: Akbar Media, 2013.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH, 2009.

Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

http://khamr28.blogspot.com/2016/01/masa-disintegrasi.html diakses pada tanggal 07

Desember 2020 pukul 21:47 WITA

https://matob.web.id/note/disintegrasi-penyebab-analisa-dan-contoh/ diakses pada

tanggal 07 Desember 2020 pukul 20:16 WITA

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, diakses pada tanggal 07 Desember

2020, pukul 20:17 WITA

Kuncoro, Galih Yoga Wahyu. Penyebab Disintegrasi Islam Pada Masa Dinasti

Abbasiyah. Universitas Negeri Malang, 2015

Muhaimin. Kawasan Dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Prenada Media, 2005

Muir, Sir William. The Cliphat. New York: AMS inc, 1975

Anda mungkin juga menyukai