PEMBAHASAN
Dalam sastra matsal adalah suatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan dan
sudah popular dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan
itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu diucapkan. Maksudnya,
menyerupakan sesuatu (seseorang, keadaan) dengan apa yang terkandung dalam
mengena tanpa sengaja) Artinya, betapa banyak lemparan panah yang mengenai
sasaran itu dilakukan seorang pelempar yang bisanya tidak tepat lemparannya. Orang
pertama yang mengucapkan masal ini adalah al-Hakm bin Yagus an-Nagri. Matsal ini
ia katakana kepada orang yang biasanya berbuat salah yang kadang-kadang ia berbuat
benar. Atas dasar ini, masal harus mempunyai maurid (sumber) yang kepadanya
sesuatu yang lain diserupakan.2
Kata matsal ini digunakan pula untuk menunjukan arti “keadaan” dan “kisah
yang menajubkan”. Dengan pengertian ini ditafsirkan kata-kata “masal” dalam
sejumlah besar ayat, misalnya firman Allah:
“(Apakah) masal surga yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada
berubah rasa dan baunya…” (Muhammad :15).
1
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2012) hal 309.
2
Mudzakir As, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Lentera AntarNusa), hal 402
1
2
Zamakhsyari telah mengisyaratkan akan ketiga arti ini dalam kitabnya, al-
Kasysyaf. Ia berkata: masal menurut asal perkataan mereka berarti al-misl dan an-
nazir (yang serupa, yang sebanding). Kemudian setiap perkataan yang berlaku,
popular, yang menyerupakan sesuatu, (orang keadaan dan sebagainya) dengan
“maurid” (atau apa yang terkandung dalam) perkataan itu disebut masal. Mereka
tidak menjadikan sebagai masal dan tidak memandang pantas untuk dijadikan masal
yang layak diterima dan dipopulerkan kecuali perkataan yang mengandung keanehan
dari beberapa segi. Dan, katanya lebih lanjut, “masal” dipinjam (dipakai secara
pinjaman) untuk menunjukkan keadaan, sifat atau kisah jika ketiganya dianggap
penting dan mempunyai keanehan.3
Masih terdapat makna lain, yakni makna keempat, dari masal menurut ulama
Bayan. Menurut mereka, masal adalah majaz murakkab yang ‘alaqah-nya musabahah
jika penggunaanya telah popular. Majaz ini pada asalnya adalah isti’arah tamsiliyah,
seperti kata-kata yang diucapkan terhadap orang yang ragu-ragu dalam melakukan
3
Ibid. h. 403
4
Ibid.
3
ayat-ayat yang menunjukkan makna yang menarik dengan redaksi ringkasan dan
padat, atau ayat-ayat yang dapat dipergunakan bagai sesuatu yang menyerupai dengan
apayang berkenaan dengan ayat itu. sebab, Allah mengungkapkan ayat-ayat itu secara
langsung, tanpa sumber yang mendahuluinya.
Dengan demikian, maka amsal Qur’an tidak dapat diartikan dengan arti
etimologis, asy-syabih dan an-nazir. Juga tidak tepat diartikan dengan pengertian
yang disebutkan dalam kitab-kitab kebahasaan yang dipakai oleh para pengubah
masal-masal, sebab amsal Qur’an bukanlah perkataan-perkataan yang dipergunakan
untuk menyerupakan sesuatu dengan isi perkataan itu. juga tidak tepat diartikan
dengan arti masal menurut ulama Bayan, karena diantara amsal Qur’an ada yang
bukan isti’arah dan penggunaanya pun tidak begitu popular. Oleh karena itu maka
definisi terakhir lebih cocok dengan pengertian amsal dalam Qur’an. Yaitu
menonjolkan makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta
mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih ataupun
perkataan bebas (lepas, bukan tasybih).5
“Sesungguhnya masal kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang
kami turunkan dari langit.” (Yunus:24). Sebagian lagi berupa penggunaan tasybih
dimni (penyerupaan secara tidak tegas, tidak langsung), misalnya:
5
Ibid. h. 405
4
b) Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing dan aneh.
c) Bisa juga berarti sifat, atau keadaan atau tingkah laku yang mengherankan
pula.
6
Ahmad Syadali, Maman Abd Djaliel, Ulumul Qur’an II (Bandung, Pustaka Setia: 1997), h. 35
5
1. Amsal Zahir
Sesuai dengan namanya, amsal zahir adalah perumpamaan yang jelas karena
didalamnya terdapat lafaz “matsal” atau sesuatu yang menunjukkan tasybih.10
Amsal ini juga dikenal dengan sebutan ”al-Amsal al-Musharihah”. Macam yang
pertama ini banyak sekali contohnya di dalam alquran. Contoh dalam alquran
surah Ibrahim ayat 24-27:
7
Jaladuddin al-Suyuti, Al-Itqan fi Ulum al-Quran (Riyadh: Wizarah al-Syuun al-Islamiyah wa al-
Auqaf wa al Dakwah wa al-Irsyad), h. 39
8
Muhammad bin Abdullah al-Zarkasy, Al-Burhan fi Ulum al-Quran (Kairo: Darut Turots, 1984),
h.486
9
Manna Khalil Al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Quran (Kairo: Maktabah Wahbah), h. 277
10
Ibid.
6
Pada ayat diatas nampak jelas perumpamaan yang digambarkan yaitu pada
Contoh lain dari amsal zahir ini terdapat dalam surah al Baqarah:264
Pada ayat diatas, Allah SWT. Memberikan perumpamaan bagi orang beriman
yang tidak ikhlas dalam bersedekah seperti batu licin yang diatasnya ada
tanah kemudian batu tersebut ditimpa hujan.
2. Amsal Kamin
Amsal kamin adalah perumpamaan yang tidak dijelaskan dengan lafaz tamsil akan
tetapi kalimat tersebut menunjukan makna-makna yang indah, menarik dalam
kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri apabila dipindahkan
kepada kalimat yang serupa dengannya.11 Contoh dalam ayat yang senada dengan
12
pernyataan bahwa ”sebaik-baiknya pekerjaan itu yang pertengahan
11
Manna Khalil al-Qattan, Ibid., h. 279
12
Jaladuddin al-Suyuti, op.cit.h. 41
8
3. Amsal al-Mursalah
Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (an-Najm : 58)
13
Manna Khalil al-Qattan, op.cit., h. 280
9
Apabila kita mengkaji ayat-ayat amtsal (perumpamaan) dalam Alquran, secara aspek
kebahasaan, kita akan menemukan tiga pokok bahasan yang termasuk dalam kajian
ilmu bayan.15 Ketiga pokok bahasan tersebut yaitu, tasybih16, majaz17 dan kinayah18.
14
Hermeneutika adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna. Nama
hermeneutika diambil dari kata kerja dalam Bahasa Yunani hermeneuein yang berarti menafsirkan,
memberi pemahaman, atau menerjemahkan. Jika dirunut lebih lanjut, kata kerja tersebut diambil dari
Hermes, dewa pengetahuan dalam mitologi Yunani yang bertugas sebagai pemberi pemahaman kepada
manusia terkait pesan yang disampaikan oleh para dewa-dewa di Olimpus. Sebagai istilah ilmiah,
hermeneutika diperkenalkan pertama kali sejak munculnya buku dasar-dasar logika, Peri Hermeneias
karya Aristoteles. Sejak saat itu pula konsep logika dan penggunaan rasionalitas diperkenalkan sebagai
dasar tindakan hermeneutis. Dalam Tradisi Kristen, sejak abad 3 M, gereja yang kental dengan tradisi
paripatetik menggunakan konsep tawaran Arstoteles ini untuk menginpretasikan Al-Kitab. Sedangkan
dalam tradisi filsafat Islam, ulama kalam menggunakan istilah takwil sebagai ganti dari hermeneutika,
untuk menjelaskan ayat-ayat mutasabihat. (Wikipedia,2019)
15
Ilmu bayan adalah kajian ilmu gaya Bahasa Arab, merupakan salah satu cabang dari llmu balagah;
Ma’ani, Bayan dan Bade. Ilmu Bayan sendiri terbagi menjadi tiga pokok kajian; Tasybih, Majaz dan
Kinayah.
16
Tasbih adalah penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena ada titik persamaan. Unsur-
unsurnya mencakup throfain (musabah;yang diserupai, dan musabah bih;yang menyerupai), adat sibh,
dan wajh sibh. Contoh: ( أنت كاالسد في الشجاعةengkau bagaikan singa dalam keberanian). أنتadalah
musabah, diserupai dengan أسدyang menyerupai dalam hal الشجاعة, keberanian. Sebagai wajh sibh.
Adat sibhnya huruf ك
17
Majaz adalah pengungkapan seperti tasybih, akan tetapi salah satu dari thorofain-nya dihilangkan,
baik itu musabah atau musabah bihnya. Contoh: ( يخطب األسد على الممبرsinga itu sedang berpidato diatas
mimbar). Musabahnya dihilangkan yaitu ( الرجلseseorang) yang diserupai dengan ( األسدsinga).
18
Kinayah adalah model pengungkapan yang memiliki arti konotatif. Kinayah memiliki kesamaan
dengan majaz karena keduanya bermakna konotatif. Perbedaannya adalah kinayah bisa dipahami atau
mengandung makna denotative. Sedangkan pada majaz tidak diperbolehkan mengambil makna
denotatif.
10
Pada bahasan ini akan disuguhkan ayat-ayat amtsal Alquran yang mengandung ketiga
unsur ilmu bayan tersebut.
1. Ayat-ayat Tasybih
Dari ayat-ayat tersebut kita dapat memetakan unsur-unsur tasybih sebagai berikut:
a. Musabah (yang diserupai) adalah lafadz “hum” pada ayat 17 yang maksudnya
adalah orang-orang munafik.
c. Adat Sybh (kata yang dipakai untuk menyatakan kesamaan) adalah kata-kata
dan huruf
11
Ayat ini dapat juga berarti, orang-orang itu dalam ibadah dan doa mereka kepada
Tuhan-Tuhan mereka, seperti pengembala yang berteriak kepada binatangnya yang
19
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat, Lentera Hati 2005), cet.III, hal.386
12
tidak mendengar. Di sini orang-orang kafir itu diibaratkan dengan pengembala dan
yaitu seluruh jari. Yang dimaksud dalam ayat ini hanya sebagian ujung jari. Maka
pada ayat ini menggunakan majaz, digunakan arti keseluruhan dalam pengertian
20
ibid
13
sebagian. Dan tidak mungkin memasukan jari keseluruhan ke dalam telinga. Majaz
yang terkandung dalam ayat ini dinamakan majaz mursal karena hubungan qorinah
(petunjuk) keduanya bukan perserupaan.
dalam ayat ini adalah majaz isti’arah karena hubungan qorinahnya adalah
perserupaan.
3. Ayat-ayat Kinayah
21
Yayan Nurbayan, Implikasi Hermeunetis dan Pedagogis Perbedaan Pemahaman Ayat-Ayat Kinayah
dalam al-Quran, Jurnal Lingua 2010, vol. 1, no. 1/80
14
(kata kiasan), badal (kata pengganti yang sebanding), kebalikannya dari ungkapan
shorih (jelas maknanya), dan bentuk kinayah seperti yang dipahami sekarang ini.
Contoh dari kesimpulan tersebut bisa kita perhatikan dalam penjelasan ini.
Menurtunya, lafadz pada lafadz merupakan kinayah (makna dhomir) dari dzat
yang ghaib. Kata pada surat al-Baqarah ayat 79 merupakan kinayah (makna
...... ....
Pada ayat diatas terdapat ungkapan kinayah, yaitu pada . Jika kata
22
ibid
15
Artinya :
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan [pahala] sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti [perasaan si penerima], seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti
batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih [tidak bertanah]. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir.” (264)
Artinya :
“Orang-orang yang makan [mengambil] riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran [tekanan] penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
[berpendapat], sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti [dari mengambil
riba], maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu [sebelum datang
larangan]; dan urusannya [terserah] kepada Allah. Orang yang mengulangi
[mengambil riba], maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.” (275)
Artinya :
“Perumpamaan [nafkah yang dikeluarkan oleh] orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat
gandakan [ganjaran] bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
[karunia-Nya] lagi Maha Mengetahui.” (261)
6. Memberikan pujian kepada pelaku, seperti disebutkan dalam firman Allah pada
suratAlFath (48) ayat 29
Artinya :
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
18
7. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat,lebih
kuatdalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Allah banyak
menyebut amtsal di dalam AlQur’an untuk peringatan dan pelajaran.:
)٤٣( َاسۖ َو َما يَعۡ ِقلُ َها ٓ ِإ َّال ۡٱل َع ٰـ ِل ُمون ۡ َوتِ ۡل َك ۡٱأل َ ۡمث َ ٰـ ُل ن
ِ ََّض ِربُ َها ِللن
Artinya :
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan
tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (43)
Dari berbagai faedah ayat-ayat amtsal AlQur’an maka dapat dikatakan bahwa
tujuan dari amtsal adalah :
a. Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan dalam
arti contoh yang baik.
b. Untuk dijadikan sebagai teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek
sedapat mungkin dihindari.
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amtsalil Qur’an adalah menyerupakan sesuatu dengan apa yang terkandung
dalam perkataan itu.
Amtsalil Qur’an mempunyai beberapa unsur diantaranya yaitu: adanya
musyabbah, musyabbah bih, wajhul musyabbah, dan alat tasybih.
Sedangkan macam-macam amtsalil Qur’an yaitu: amtsal musarrahah, amtsal
kaminah, dan amtsal mursalah.
Serta kegunaan amtsalil Qur’an diantaranya yaitu: mengungkapkan sesuatu
yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapt ditangkap dengan indera
manusia; mengungkapkan kenyataan; mengumpulkan makna yang indah, menarik,
singkat, dan padat; mendorong giat beramal; menghindarkan dari perbuatan yang
tercela.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah
Amtsalil Qur’an. Semoga dapat menambah pengetahuan tentangamtsalil
Qur’an. Kami minta maaf jika dalam penulisan makalah ini serta dalam
penyampaiannya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami semua. Amin.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2012) hal 309.
21