Anda di halaman 1dari 28

HAKIKAT DAKWAH ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Dakwah

Dosen Pengampu : Dr. Asep Shodiqin, M.Ag

Disusun oleh :
Abdul Hasib Hudaya 1184020002
Abdul Rahman 1184020003
Aniken Yuliana Citra 1184020020
Annisa Zahra S 1184020025
Muh Imadudin Aji 1184020096

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam


Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
2020

1|Hakikat Dakwah Islam


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
nikmat sehat wal’afiat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Tak lupa, shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada nabi kita
Muhammad Saw. kepada keluarga dan para sahabatnya juga kepada kita selaku
umatnya semoga diberikan syafaat di yaumil akhir nanti.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Asep
Shodiqin, M.Ag selaku dosen Filsafat Dakwah yang senantiasa membimbing dan
memberikan waktu kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik-baiknya.
Makalah yang diberi judul “Hakikat Dakwah Islam” semoga dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak yang membaca.
Kami menyadari segala kekurangan yang ada pada makalah ini. Oleh karena
itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam makalah
ini. Terimakasih.

Bandung, 26 Maret 2020

Penulis

2|Hakikat Dakwah Islam


DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I .......................................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
1.3. Tujuan ............................................................................................................................ 4
BAB II ......................................................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Dakwah ........................................................................................................ 5
2.2. Istilah Teknis Dalam Dakwah ......................................................................................... 7
2.3. Tujuan dan Fungsi Dakwah .......................................................................................... 12
2.4. Prinsip-Prinsip Dakwah Islam ....................................................................................... 15
2.5. Dakwah sebagai Kebutuhan Manusia .......................................................................... 20
2.6. Dakwah yang Sistematik .............................................................................................. 22
BAB III ...................................................................................................................................... 26
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................... 26
3.2. Saran ............................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 28

3|Hakikat Dakwah Islam


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu Dakwah adalah ilmu untuk mengkomunikasikan pesan Islam kepada
manusia. Secara lebih operasional, dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia
kepada tujuan yang defenitif yang rumusannya bisa diambil dari Al Qur’an dan Hadits
atau dirumuskan oleh da’i sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya.
Sebagai peristiwa komunikasi, aktivitas dakwah dapat menimbulkan berbagai
peristiwa di tengah masyarakat yang harmoni, menegangkan dan kontroversial, bisa
juga melahirkan berbagai pemikiran baik yang moderat maupun yang ekstrim, yang
sederhana maupun yang rumit, yang parsial maupun yang komprehensif.
Manusia sebagai objek dakwah (mad’u) individu maupun kelompok memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Begitu juga da’i ada yang berfikiran sempit dan ada
yang luas, da’i tak cukup menguasai materi dakwah tetapi harus memahami
karakteristik mad’u.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Dakwah?
2. Bagaimana Istilah Teknis Dalam Dakwah?
3. Bagaimana Tujuan dan Fungsi Dakwah?
4. Bagaimana Prinsip Dakwah Islam?
5. Bagaimana Dakwah Menjadi Kebutuhan Manusia?
6. Bagaimana Dakwah Yang Sistematik Itu?

1.3. Tujuan
Agar dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana dakwah yang tepat
menurut hakikat dakwah tersebut.

4|Hakikat Dakwah Islam


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dakwah


Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad’u (fi’il
mudhari’) dan da’a (fi’il madlhi) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang
(to invite), mengajak, menyeru, mendorong dan memohon (to pray). Selain kata
“dakwah”, Al-Qur’an juga menyebutkan kata yang memiliki pengertian yang hampir
sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh” yang berarti penyampaian, dan “bayan”
yang berarti penjelasan.

Dakwah dalam pengertian tersebut, dapat dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur’an


antara lain: Surah al-Baqarah ayat 186 yang berbunyi :

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi 20 kehidupan kepada
katamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan
hatinya akan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS. al-Baqarah:
186)

Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi dapat dilihat dari pendapat


beberapa ahli antara lain:

a. Samsul Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah merupakan bagian yang


sangat esensial dalam kehidupan seorang Muslim, dimana esensinya berada
pada ajakan dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang

5|Hakikat Dakwah Islam


lain untuk menerima ajaran agama Islam dengan penuh kesadaran demi
keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya.
b. Wahidin Saputra menyebutkan dakwah adalah menjadikan perilaku Muslim
dalam menjalankan Islam sebagai 21 agama rahmatan lil alamin yang harus
didakwahkan kepada seluruh manusia.
c. Sayid Muhammad Nuh menyebutkan dakwah adalah bukan hanya terbatas pada
penjelasan dan penyampaian semata, namun juga meliputi pembinaan dan
takwin (pembentukan) pribadi, keluarga, dan masyarakat.
d. M. Munir dan Wahyu Ilaihi menyebutkan dakwah adalah aktivitas
menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan
mungkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.
e. M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau
usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat. (Munir Amin, 2009: 4)
f. Thoha Yahya Omar mengartikan dakwah sebagai usaha mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.

Dari beberapa pengertian dakwah tersebut diatas, dapat dipahami bahwa pada
prinsip dakwah merupakan upaya mengajak, menganjurkan atau menyerukan manusia
agar mau menerima kebaikan dan petunjunk yang termuat dalam Islam. Atau dengan
kata lain, agar mereka mau menerima Islam sehingga mereka mendapatkan kebaikan
dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

Di dalam buku Filsafat Dakwah karya Dr. A.Ismail, M.A. dan Prio Hotman,
M.A menjelaskan bahwa dakwah juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
memotivasi orang dengan basirah, supaya menempuh jalan Allah Swt, dan
meninggikan agamanya. Maknanya berarti dakwah yang disebarluaskan dengan cara
damai dan bukan dengan kekerasan , serta mengutamakan aspek kognitif dan afektif.

6|Hakikat Dakwah Islam


2.2. Istilah Teknis Dalam Dakwah
Di dunia ini istilah-istilah yang terkait dengan dakwah banyak sekali. Istilah
dakwah di klasifikasikan sebagai berikut:

1. Istilah dakwah menurut bentuknya


a. Amar Ma’ruf nahi mukar

Amar ma’ruf tidak dapat dipisahka dengan nahi munkar. Dalam Al-qur’an
istilah ini sering diulang sampai Sembilan kali dalam surat, yaitu al-a’raf ayat 157,surat
al-hajj ayat 41, surat al-imran 104, surat lukman ayat 17, surat at-taubah ayat 67,71,112.
Secara bahasa, ma’ruf berasal dari kata arafa yang berarti mengetahui dan mengenal.
Maka, ma’ruf adalah sesuatu yang dikeanal, dimengerti, dipahami, diterima, dan
pantas. Sebaliknya munkar adalah sesuatu yang dibenci, ditolak dan tidak pantas.
Dengan demikian ma’ruf dan munkar lebih mengarah kepada norma dan tradisi
masyarakat.

Amar ma’ruf nahi munkar merupakan kewajiban bagi setiap Muslim sekaligus
sebagai identitas orang mukmin. Pelaksanaannya diutamakan kepada orang-orang yang
terdekat sesuai dengan kemampuannya, orag yang meninggalkan perintah ini
dipandang dosa bahkan diancam dengan laknat dan siksa di dunia dan di akhirat.
Sebaliknya identitas orang non mukmin adalah amar munkar nahi ma’ruf. Allah swt
menjelaskan dalam surat At-Taubah ayat 67 dan 71 yang artinya:

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian


yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang munkar dan melarang berbuat

7|Hakikat Dakwah Islam


yang ma’ruf dan mereka yang menggenggamkan tangannya (kikir), mereka telah lupa
kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang munafik itu adlah
orang-orang yang fasik. (Qs. At-Taubah: 67)

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah
dari yag munkar, mendirika sholat menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasulnya mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah maha
perkasa lagi maha bijaksana. (Qs.At-Taubah: 71)

b. An-Nashihah

An-Nashihah artinya memberi petunjuk yang baik, yaitu tutur kata yang baik
dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Nasihat yang dimaksud adalah usaha
memperbaiki tingkah laku sesorang atau sekelompok orang (masyarakat).

c. Mau’izhah

Maui’zhah artinya memberi nasihat, atau membari pelajaran yang baik kepada
orang lain. Kata maui’zhah biasanya dikaitkan dengan maui’zhah hasanah (nasihat
yang baik).

d. Al-Irsyad

Al-Irsyad adalah suatu upaya untuk mendorong manusia agar mau mengikuti
petunjuk dengan menyampaikan kebenaran Islam, Sekaligus larangan-larangan
sehingga menimbulkan perbuatan manusia untuk mengikuti Islam.

8|Hakikat Dakwah Islam


e. Ad-Di’ayah

Ad-Di’ayah adalah propaganda, yaitu upaya untuk mempropagandakan agama


Islam sehingga mereka mengikuti ajaran Islam. Ad-Di’ayah, juga dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk menarik perhatian dan simpati seseorang baik secara
individu maupun secara kelompok (masyarakat) terhadap suatu sikap, tidakan atau
pemikiran dengan menggunakan bujukun, pujian, dan sejenisnya.

f. Tabsyir dan Tandzir

Kedua kata ini saling terkait dan keduanya mempunyai makna yang hampir
sama dengan dakwah. Tabsyir adalah memberikan uraian keagamaan kepada orang lain
yang isinya berupa berita-berita yang menggembirakan orang-orang yang
menerimanya, seperti berita tentang janji Allah Swt. Istilah ini juga sepadan dengan
targhib yaitu menerangkan ajaran agama yang menyenangkan hati dan dapat
memberikan gairah orang lain untuk melakukannya.

Kebalikan dari kata tabsyir adalah tandzir adalah menyampaikan uraian


keagamaan kepada orang lain yang isinya peringatan dan ancaman bagi orang-orang
yang melanggar syari’at Allah Swt. Tandzir diberikan dengan harapan oarang yang
menerimanya tidak melakukan dan menghentiakn perbuatan dosa. Orang yang
memberikan tandzir adalah mundzir atau nadzir

g. Tadzkirah atau Indzar

Tadzkirah artinya peringatan. Indzar adalah memberi peringatan (ancaman)


atau mengingatkan manusia agar selalu menjauhkan perbuatan yang menyesatkan dan
agar selalu mengingat Allah agar mengikuti petunjuk-Nya.

h. Tarbiyah dan Ta’lim

Kedua istilah ini memiliki arti yang tidak jauh berbeda dengan dakwah.
Keduanya umumnya diartikan dengan pendididikan dan pengajaran. Pendidikan

9|Hakikat Dakwah Islam


merupakan transformasi nilai-nilai, ilmu pengetahuan maupun ketrampilan yang
membentuk wawasan, sikap, dan tingkah laku individu dan masyarakat. Proses
pendidikan adalah proses perubahan sosial yang berangkat dari ide gagasan, pendapat,
dan pemikiran. Dakwah juga demikian, kata tarbiyah dalam kamus dapat berarti
mengasuh, mendidik, memelihara, tumbuh, tambah besar, dan membuat

Ta’lim dalam kamus juga berarti pengajaran, pendidikan dan pemberi tanda.
Pada umumnya, ta’lim diartikan dengan pengajaran tentang suatu ilmu. Ini tidak salah
karena ta’lim berasal dari kata ‘alima artinya mengetahui atau ‘ilmun (ilmu
pengetahuan). Ilmu adalah makanannya hati yang akan mati bila tidak diberi makan
selama tiga hari. Disisi lain ada yang menjelaskan ta’lim sebagai proses pengajaran
yang hanyapada tingkat pemahaman, sedangkan tarbiyah adalah upaya untuk
mendorong melaksanakannya.

2. Istilah dakwah Menurut Metodenya


a. Tabligh

Dalam berbagai pembentukan katanya, kata ini dikemukakan al-qur’an


sebanyak 77 kali. Arti asal tabligh adalah menyampaikan. Dalam aktivitas dakwah
tabligh berarti menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Tabligh lebih bersifat
pengenalan dasar tentang Islam. Pelakunya disebut muballigh, yaitu orang yang
melakukan tabligh. Seorang muballigh akan menghadapi orang-orang yang beraneka
ragam pemahamannya khususnya orang yang awam tentang islam.

Karena awamnya ini, boleh jadi rintangan dan ancaman terhadap muballigh
sangat besar. Dalam surat Al-Maidah ayat 67 dijelaskan bahwa Rasulullah SAW
diperintahkan untuk tabligh (menyampaikan wahyu yang diterima dari Allah SWT)
dan Allah menjanjikan penjagaannya. Dalam ayat lain juga disebutkan bahwa tugas
para nabi dan pendakwah pada umumnya hanyalah tabligh pada umatnya. Apakah
mereka mengikuti atau tidak, bukan urusan para para nabi dan pendakwah.

10 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
Tabligh sebenarnya dapat disampaikan melalui lisam maupun tulisan. Akan
tetapi, istilah muballigh sekarang cenderung diartikan secara sempit oleh masyarakat
umum sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melaui lisan, seperti
penceramah agama, pembaca khotbah dan sebagainya. Dalam surat Al-Imron:20,
Yasin:17, Al-Maidah:92 dan 99, ar-Ra’d:40, an-Nahl:54, al-‘ankabut:18, dan surat as-
syu’ara :48 dinyatakan bahwa tabligh itu berorientasi tugas bukan hasil.

b. Khotbah

Kata khotbah berasal dari susunan 3 huruf, yaitu kho’, tho’ dan ba’ yang dapat
berarti pidato atau meminang. Arti asal khotbah adalah bercakap-cakap tentang
masalah yang penting. Berdasar pengertian ini maka khotbah adalah pidato yang
disampaikan untuk menunjukkan kepada pendengar mengenai pentingnya suatu
pembahasan. Pidato diistilahkan dengan khitabah. Dalam bahasa Indonesia sering
ditulis dengan khutbah atau khotbah. Pidato Rasulullah yang disampaikan pada haji
terakhir sebelum wafat disebut oleh para ahli sejarah dengan khotbah wada’ (khotbah
perpisahan). Orang yang berkhotbah disebut khotib. Dalam Al-Qur’an bahwa hamba
Allah SWT yang beriman selalu menghindari percakapan orang-orang bodoh.

Makan khotbah sudah tergeser dari pidato secara umum menjadi pidato atau
ceramah agama dalam ritual keagamaan. Dengan demikian khotbah yang sudah
bergeser dari pidato atau ceramah menjadi pidato yang khusus acara ritual keagamaan,
maka yang membedakan khotbah dengan pidato pada umumnya terletak pada adanya
aturan yang ketat tentang waktu, isi dan penyampaian pda khotbah.

c. Washiyah atau Taushiyah

Washiyah berarti pesan atau perintah tentang sesuatu. Kegiatan menyampaikan


washiyah disebut taushiyah. Kata ini kemudian dalam Bahasa Indonesia ditulis dengan
wasiat. Pengertian ini dipahami dari kata washiyah dan kata pengembangannya dalam
al-qur’an dam hadits. Dalam konteks dakwah, wasiat adalah berupa pesan moral yang

11 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
ahrus dijalankan oleh penerima wasiat. Pesan ini tidak disampaikan dengan cara lain
kecuali dengan wasiat.

2.3. Tujuan dan Fungsi Dakwah


Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah yang sama
pentingya daripada unsur-unsur lainnya, seperti subyek dan obyek dakwah, metode dan
sebagainya. Bahkan lebih dari tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh
terhadap penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi
dakwah juga ditentukan atau berpengaruh olehnya (tujuan dakwah). Ini disebabkan
karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh aktivitas dakwah.
Yang mana kesemuanya tersebut dimulai dari motivasi dan kesenangan di dalam
berdakwah.

1. Tujuan Umum Dakwah (Major Obyektive)

Sebenarnya tujuan dakwah adalah tujuan yang diturunkannya agama Islam bagi
ummat manusia itu sendiri, yaitu untuk membuat manusia yang memiliki kualitas
aqidah, ibadah, serta akhlak yang tinggi. Bisri Affandi mengatakan bahwa yang
diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik
kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, cara
berfikir berubah, cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas
maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama sedangkan kualitas adalah
bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala
situasi dan kondisi.

Amrul Ahmad mengatakan tujuan dakwah adalah untuk memengaruhi cara


merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran individual dan sosio
kultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan.

Kedua pendapat diatas menekankan bahwa dakwah bertujuan untuk mengubah


sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik atau meningkatkan kualitas

12 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
iman dan Islam seseorang secara sadar dan timbul kemaunnya sendiri tanpa merasa
terpaksa oleh apa dan siapapun.

Salah satu tugas pokok dari Rasullah adalah membawa mission sacre (amanah
suci) berupa menyempurnakan akhlak yang mulia bagi manusia. Dan akhlak yang
dimaksudkan ini tidak lain adalah Al-quran sendiri-sebab hansya kepada Al-quran-lah
setiap pribadi muslim itu akan berpedoman, atas dasar ini tujuan dakwah secara luas,
dengan sendirinya adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik individu
maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan
sesuai dengan ajaran tersebut.

2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Obyectif)

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari


pada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh
aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa
yang kehendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara menjelaskan
informasi yang berwibawa dan terperinci. Sehingga tidak terjadi overlaping antara juru
dakwah yang satu dengan yang lainnya yang hanya disebabkan karena massih
umumnya tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu di bawah ini disajikan beberapa
tujuan khusus dakwah sebagai terjemahan dari major objektif yaitu:

a. Mengajak ummat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah swt. Artinya mereka diharapkan agar
senantiasa mengerjakan segala perintah Allah dan selalu mencegah atau
meninggalkan.
b. Perkara yang dilarangya.

13 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
(bagi orang yang tolong menolong dalam kejahatan)” (Q.S Al-Maidah :2)
c. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang mualaf. Muallaf artinya bagi
mereka yang masih mengkhawatirkan tentang keislaman dan keimananya (baru
beriman).
d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
Dalam Al-Qur‟an telah disebutkan bahwa manusia sejak lahir telah
membawa fitrahnya yakni beragama iIslam (agama tauhid). Disebutkan dalam
Al-Qur‟an yang berbunyi sebagai berikut:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;


(tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar-Rum :30)

14 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
Wadah inilah sebagai penentu keberagamaan anak di masa depan. Kaitannya
dengan Nabi saw bersabda dalam satu hadisnya: "Dari Abi Hurairah ra, bahwa Nabi
saw bersabda: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tualah
yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi". Konteks hadis tersebut relevan
dengan QS. Al-Rum (30): 30 bahwa hakekat fitrah keimanan sebagai petunjuk bagi
orang tua agar lebih mengarahkan fitrah yang dimiliki anak secara bijaksana.

Tujuan dakwah seperti di atas bila dihubungkan dengan tujuan umum


pendidikan agama islam di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia
tampaknya sangat identik, karena tujuan utama dari dakwah adalah agar hasil yang
ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan dakwah yaitu terwujudnya kebahagian dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan perantara dari dakwah
adalah membentuk nilai yang dapat mendatangkan kebahagian, keindahan dan dan
kesejateraan yang diridhoi oleh Allah masingmasing sesuai sesuai dengan segi atau
bidangnya

Tujuan umum dan tujuan khusus dari dakwah adalah terwujudnya individu dan
masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan
hidupnya adalah tujuan yang sangat ideal dan memerlukan waktu serta tahap-tahap
panjang. Oleh karena itu maka perlu ditentukan tujuan-tujuan perantara pada tiap-tiap
tahap atau tiap-tiap bidang yang dapat menunjang tercapainya tujuan dari dakwah.

2.4. Prinsip-Prinsip Dakwah Islam


Prinsip metode dakwah artinya ruh atau sifat yang menyemangati atau
melandasi berbagai cara atau pendekatan dalam kegiatan dakwah. Untuk lebih jelas
diantaranya mengacu kepada petunjuk al-Quran surat al-Nahl ayat 125 terdiri dari tiga
prinsip yaitu al-hikmah, al-mauidzah al-hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan.
Ayat tersebut berbunyi: Allah SWT berfirman:

15 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl [16] : 125)

1. Bi al-Hikmah

Kata al-hikmah mempunyai banyak pengertian. Dalam beberapa kamus, kata


al-hikmah diartikan: al-adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), al-Nubuwah
(kenabian), al-ilm (ilmu pengetahuan), al-Quran, falsafah, kebijakan, pemikiran atau
pendapat yang baik, al-haqq (kebenaran), meletakan sesuatu pada tempatnya,
kebenaran sesuatu, mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling
utama.

Dalam kitab-kitab tafsir, al-hikmah dikemukakan sebagai berikut: Tafsir Al-


Quran Al-adzim karya Jalalain memberi makna bi al-hikmah dengan Al-Quran, Syekh
Muhammad Nawawi Al-Jawi memberi makna bi al-hikmah dengan hujjah
(argumentasi), akurat, dan berpaedah untuk penetapan akidah atau keyakinan.

Al-Zamakhsari memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan yang sudah


pasti benar, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau
kesamaran.

Ia juga mengartikannya dengan al-Quran, yakni “serulah mereka untuk


mengikuti kitab yang memuat al-hikmah”. Wahbah al-Juhaili dalam karyanya tafsir al-
Munir memberi makna bi al-hikmah sebagai perkataan jelas dengan dalil yang terang,

16 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
yang dapat mengantarkan pada kebenaran dan menyingkap keraguan. Al-Maragi
memberi makna bi al-hikmah secara lebih luas, yaitu wahyu Allah yang telah diberikan
kepadamu.

Dari beberapa pemaknaan al-hikmah tersebut, diambil kesimpulan bahwa


dakwah bi al-hikmah pada intinya merupakan penyeruan atau pengajakan dengan cara
bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan ketabahan,
sesuai dengan risalah al-nubuwwah dan ajaran al-Quran atau wahyu Illahi. Dengan
demikian terungkaplah apa yang seharusnya secara al-haq (benar) terposisikannya
sesuatu secara proporsional.

Menurut Ibnu Rusyd, dakwah dengan hikmah artinya dakwah dengan


pendekatan substansi yang mengarah pada falsafah dengan nasihat yang baik, yang
berarti retorika yang efektif dan populer, serta argumentatif atau dialektis yang unggul.

Dakwah bi al-hikmah, yang berarti dakwah bijak, mempunyai makna selalu


memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u (muqtadha al-hal). Hal ini berarti
menggunakan metode yang relevan dan realistis sebagaimana tantangan dan kebutuhan
dengan memperhatikan kadar pemikiran danintelektual, suasana psikologis, serta
situasi sosial kultural mad’u.

Prinsip-prinsip metode dakwah bi al-hikmh ditujukan terhadap mad’u yang


kapasitas intelektual pemikirannya terkategorisasikan khawas, cendikiawan, atau
ilmuwan.Menurut Sayid Qutub (1997: 22), dakwah dengan metode hikmah akan
terwujud apabila memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang-orang
yang didakwahi.

Kedua, kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka
merasa tidak keberatan dengan beban materi tersebut. Ketiga, metode penyampaian
materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi
pada saat itu. Menurut Muhammad Husen Yusuf, dakwah dengan hikmah berarti
dakwah yang disesuaikan dengan kadar akal, bahasa, dan lingkungan para

17 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
pendengarnya. Sebab manusia secara fitrah terdiri atas tiga macam. Salah satunya
manusia yang secara fitrah memiliki tendensi pada kebenaran.

Dengan pemikirannya, ia menerima dakwah dengan mudah, selama dakwah itu


tegak dan dijalankan sesuai dengan proporsinya. Ia tidak akan berbelit-belit dalam
menyambut dakwah dan tidak ragu untuk membelanya demi berjuang dijalan Allah,
seperti yang dilakukan generasi pertama Islam. Mereka tidak ragu-ragu untuk
menyambut ajaran Rasulullah. Dengan hanya mendengar ayat-ayat al-Quran dan
penjelasan-penjelasan yang disampaikan kepada mereka.

2. Al-Mauidzah al-Hasanah Al-mauidzah al-hasanah

Menurut beberapa ahli bahasa dan pakar tafsir, memiliki pengertian sebagai
berikut:

a) Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari perbuatan jelek melalui tarhib
dan targhib (dorongan dan motivasi); penjelasan, keterangan, gaya bahasa,
peringatan, penuturan, contoh teladan, pengarahan, dan pencegahan dengan
cara halus.
b) Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan, dengan gaya bahasa
yang mengesankan, atau menyentuh dan terpatri dalam naluri;
c) Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang
memuaskan melalui al-qaul al-rafiq (ucapan lembut dengan penuh kasih
sayang)
d) Kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki peningkatan amal
e) Nasihat, bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan. Dilakukan dengan baik
dan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif, mudah dicerna, dan terkesan di
hati sanubari mad’u.
f) Suatu ungkapan dengan penuh kasih sayang yang terpatri dalam kalbu, penuh
kelembutan sehingga terkesan dalam jiwa, tidak melalui cara pelarangan dan

18 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
pencegahan, sikap mengejek, melecehkan, menyudutkan atau menyalahkan,
meluluhkan hati yang keras, menjinakan kalbu yang liar.
g) Tutur kata yang lemah lembut, perlahan-lahan, bertahap dan sikap kasih sayang
– dalam konteks dakwah-, dapat membuat seseorang merasa dihargai rasa
kemanusiaannya dan mendapat respon positif dari mad’u. Prinsip-prinsip
metode ini diarahkan kepada mad’u yang kapasitas intelektual dan pemikiran
serta pengalaman spiritualnya tergolong kelompok awam.

Dalam hal ini, peranan juru dakwah adalah sebagai pembimbing, teman dekat
yang setia, yang menyayangi dan memberikannya segala hal yang bermanfaat serta
membahagiakan mad’unya.

3. Al-mujadalah al-ahsan

Al-mujadalah al-ahsan merupakan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi,


atau berdebat dengan cara yang terbaik, sopan, santun, saling menghargai, dan tidak
arogan. Dalam pandangan Muhammad Husain Yusuf, cara dakwah ini diperuntukan
bagi manusia jenis ketiga. Mereka adalah orang-orang yang hatinya dikungkung secara
kuat oleh tradisi jahiliyah, yang dengan sombong dan angkuh melakukan kebatilan,
serta mengambil posisi arogan dalam menghadapi dakwah.

Kesombongannya yang transparan mendorongnya untuk berkata:


“Mengapakah al-Quran ini tidak diturunkan kepada orang-orang yang besar dari salah
satu dari dua negeri (Mekah dan Thaif) ini”. Mereka mengucapkan perkataan yang
serupa dengan orang-orang terdahulu, sebagaimana direkam dalam al-Quran yang
terjemahnya:”Mereka berkata, “Apakah betul, apabila kami telah mati dan menjadi
tanah serta tulang belulang akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak
kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu kala”.

Bagi manusia semacam itu, keindahan balaghah al-Quran dan nasihat yang baik
tidak berarti apa-apa. Mereka harus dihadapkan pada perdebatan yang baik dengan cara
menegakan berbagai argumentasi yang dapat mematahkan mereka, dengan tetap

19 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
menjaga sikap arif dan lembut kepada mereka. Sebab, cara demikian sangat kondusif
untuk memadamkan api jahiliyah. Sikap keras dan kasar kepada mereka hanya
membuat mereka menjadi semakin sombong saja.

Prinsip metode ini ditujukan sebagai reaksi alternatif dalam menjawab


tantangan respon negatif dari mad’u, khususnya bagi sasaran yang menolak, tidak
peduli, atau bahkan melecehkan seruan.Walaupun dalam aplikasi metode ini ada watak
dan suasana yang khas, yakni bersifat terbuka atau transpran, konfrontatif, dan
reaksioner, juru dakwah harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip umum dari watak
dan karateristik dakwah itu sendiri yaitu: Menghargai kebebasan dan hak asasi tiap-
tiap individu, menghindari kesulitan dan kepicikan., bertahap, terprogram, dan
sistematis.

2.5. Dakwah sebagai Kebutuhan Manusia


Allah Swt memberikan dua petunjuk kepada manusia. Pertama, petunjuk jiwa
yaitu akal sehat dan nurani. Kedua, yaitu petunjuk agama. Dengan adanya dua petunjuk
ini, manusia dapat membedakan baik buruknya kehidupan. Baik petunjuk jiwa dan
petunjuk agama harus seimbang agar kita selamat di dunia dan akhirat.

Meskipun kita telah diberi petunjuk oleh Allah Swt., terkadang kita lalai karena
kenikmatan dunia. Padahal kenikmatan dunia ini hanyalah sementara. Akal manusia
seringkali mengalami kondisi dimana tidak dapat membedakan yang baik dan buruk
sehingga dapat menjerumuskan manusia kepada hal yang tidak baik. Begitu pula hati
nurani manusia yang kian redup. Maka dari itu, petunjuk agama menjadi sebuah
kebutuhan mutlak dalam merestorasi disfungsi akal dan hati nurani.

Dakwah merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi manusia. Tanpa dakwah,


manusia tidak mengenal kebajikan, jika kebajikan tidak lagi dikenal, sejarah hidup
akan kacau (chaos of history), kondisi demikian ini tidak terjadi kecuali berakhir
dengan fenomena-fenomena kerusakan di muka bumi (Ismail, Hotman, 2011 : 41).

20 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
Manusia di bumi ni butuh yang namanya ‘dakwah’. Karena dengan adanya
dakwah kehidupan manusia akan teratur, dan akan tersebar kebaikan dimana-mana.
Tetapi jika tidak ada dakwah maka kehidupan ini akan kacau, serta kejahatan akan
merajalala. Dakwah akan membimbing manusia kepada jalan benar yang berpedoman
pada Al-Qur’an dan Hadits serta menjauhkan manusia dari segala macam penyakit
kejiwaan.

Di dalam buku Filsafat Dakwah : Rekayasa Membangun Agama dan


Peradaban karya Dr. A. Ilyas Ismail, M.A. dan Prio Hotman, M.A., dijelaskan bahwa
kebutuhan dakwah merupakan ‘investasi berjangka’ (investment expect) umat manusia.
Dakwah diperlukan saat sekarang, demi kelangsungan hidup di masa mendatang.
Apabila kebutuhan manusia diklasifikasikan ke dalam primar (daruriah), sekunder
(hajjiyah) dan tersier (tahsiniah), maka kebutuhan kepada dakwah di golongkan
sebagai kebutuhan primary primar (adarru al-daruriyah) yang mengatasi segala
kebutuhan fisik yang temporal.

Hidup manusia tidak dapat berjuang tanpa adanya dakwah dan petunjuk agama.
Berdasarkan permasalahannya bermula dari tiga pijakan teologis. Pertama,
ketundukan dan kepasrahan manusia pada kehendak Tuhan. Kedua, pandangan tentang
superioritas manusia kepada alam. Ketiga, kerapuhan batin atau ruh manusia. (Ismail,
Hotman, 2011 : 43).

Sebagai manusia kita tidak akan bertahan di dunia ini tanpa tunduk kepada
Yang Maha Kuasa. Dunia ini kompleks sekali, terkadang kita menjumpai berbagai
permasalahan di dunia maka untuk survive dari berbagai cobaan di dunia maka kita
harus tunduk dan pasrah kepada yang menciptakan kita, yaitu Allah Swt. Kemudian
kita juga harus menjaga alam agar terjadi keseimbangan di dunia ini. Selanjutnya,
manusia memiliki ruh yang harus di jaga, karena jika ruh sakit maka jiwa pun akan
sakit. Ruh pun butuh asupan rohani yaitu dengan petunjuk agama dan dakwah adalah
salah satu cara agar ruh manusia tidak rapuh.

21 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
Dakwah membawa misi menegakkan sistem Islam dengan menebarkan nilai-
nilainya yang luhur di seluruh penjuru dunia. Melalui dakwah, hidup manusia
diteguhkan dan dibimbing agar sejalan dengan prinsip Islam, dan iklim hidup yang
menyesatkan kepada petunjuk Ilahi yang menyelamatkan (Ismail, Hotman, 2011 : 48).
Hal ini dijelaskan dalam Al,Qur’an, Surah Yunus ayat 25 :

“Allah menyeru (manusia) ke dalam Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Q.S Yusuf (10) : 25).

2.6. Dakwah yang Sistematik


Di dalam membentuk dakwah yang sistematik diperlukan adanya perencanaan
serta memenuhi unsur-unsur dakwah. Di dalam buku Ilmu Dakwah karya Dr. H. Tata
Sukayat, M.Ag., dijelaskan mengenai unsur-unsur dakwah sebagai berikut :

a. Pelaku Dakwah (Dai atau Daiyah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik melalui lisan, tulisan,
maupun perbuatan, yang dilakukan secara individu, kelompok, maupun organisasi atau
lembaga. Da’i harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam
semesta, kehidupan, dan apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi
terhadap problem yang di hadapi manusia.

b. Objek Dakwah (Mad’u)

Objek dakwah adalah manusia sebagai penerima dakwah, baik individu


maupun kelompok, bahkan umat Islam maupun bukan, atau manusia secara
keseluruhan. Karena Islam bersifat universal, maka objek dakwah pun manusia secara
universal. Hal ini di dasarkan juga kepada misi Muhammad Saw, yang diutus oleh

22 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
Allah untuk mendakwahkan Islam kepada segenap umat manusia, sebagaimana
dijelaskan dalam (Q.S. Al-A’raf(7):158) :

“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi
kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat
petunjuk”.

c. Materi Dakwah (Maudhu’ al-Da’wah)

Materi atau pesan dakwah adalah pesan-pesan yang berupa ajaran Islam atau
segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan
ajaran Islam yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Secara umum, materi
dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok yaitu : masalah akidah,
masalah syariat, masalah muamalah dan maslah akhlak.

d. Media (Wasilah) Dakwah

Media dakwah adalah alat yang bersifat objektif yang dapat menjadi saluran
untuk menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat
nadi dalam totalitas dakwah yang keberadaannya sangat penting dalam menentukan
perjalanan dakwah.

e. Metode (Uslub) Dakwah

23 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
Bentuk metode dakwah ini berbagai macam. Ada metode hikmah, maw’izhah
al-Hasanah, dan mujadalah. Sedangkan bentuk metode dakwah berdasarkan paradigm
ilmu dakwah terbagi menjadi empat yaitu : tablig, irshad, tadbir, dan tathwir atau
tamkin.

Setelah terpenuhi unsur-unsur dakwah, maka dalam membuat dakwah yang


sistematik perlu adanya perencanaan. Dalam berdakwah, perencanaan merupakan
suatu kegiatan yang sangat penting, karena menjadi tolak ukur keberhasilan tujuan
dalam berdakwah. Perencanaan ini memiliki makna penting karena mengutamakan
sistematika kerja dalam menghadapi masalah serta kebutuhan masyarakat yang
semakin meningkat.

Perencanaan dakwah adalah melihat ke depan, menetapkan, dan merumuskan


kebijaksanaan dan tindakan-tindakan dakwah yang akan dilaksanakan pada waktu-
waktu mendatang dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang telah ditetapkan.
(Harahap, 1992 : 234).

Salah satu model perencanaan yang adikuat dalam rangka mencapai tujuan
dakwah ialah perencanaan dengan suatu pendekatan sistem (system approach
planning). (Ridla, 2008, 9(2) : 153).

Di dalam jurnal Perencanaan dalam Dakwah Islam karya Muhammad Rosyid


Ridla dijelaskan mengenai perencanaan dengan pendekatan sistem yang dikembangkan
melalui :

a. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan penemuan kesenjangan antara kondisi yang


ada dengan kondisi yang diinginkan. Dalam konteks ini berarti kesenjangan antara
kondisi ideal (menurut tolak ukur Islam) manusia (sebagai individu dan masyarakat)
dengan kenyataan yan ada pada objek dakwah yang dihadapi. Dalam identifikasi ini
perlu diketahui kondisi objek dakwah baik secara individu maupun kelompok.

24 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
b. Merumuskan dan memilih model-model pemecahan yang tepat

Merumuskan dan memilih model-model pemecahan yaitu identifikasi masalah


yang ada pada objek dakwah secara individu dan masyarakat yang kemudian dicarikan
model yang dapat diterapkan agar mengatasi dan memecahkan permasalahan yang ada
untuk selanjutnya ditetapkan model yang tepat.

c. Menetapkan strategi dakwah

Selanjutnya dalam menetapkan strategi dakwah, meliputi beberapa hal yaitu


aspek metodologi, substansi, dan pelaksanaannya. Dalam kaitan dengan perencanaan
dakwah ada beberapa cara yang dilakukan perencana. Pertama, penetapan metode, ada
beberapa metode dalam berdakwah seperti dakwah billisan (dakwah menggunakan
lisan), dakwah bilkitab (dakwah dengan tulisan berupa artikel atau naskah), dakwah
bilhal (dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan secara langsung). Kedua,
pengolahan isi pesan dakwah. Ketiga, penetapan pelaksana dakwah
(da’i/mubaligh/pelaksana lain), diperlukan strategi yang meliputi power strategy,
persuasive strategy dan normative re-educative strategy. Keempat, mengevaluasi hasil
implementasi model strategi dakwah.

Dengan adanya unsur-unsur dakwah serta perencanaan dakwah yang baik maka
akan terbentuk dakwah yang sistematis. Sehingga diharapkan mampu mewujudkan
dakwah yang efektif serta dapat memberikan manfaat bagi orang banyak.

25 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad’u (fi’il
mudhari’) dan da’a (fi’il madlhi) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang
(to invite), mengajak, menyeru, mendorong dan memohon (to pray). Selain kata
“dakwah”, Al-Qur’an juga menyebutkan kata yang memiliki pengertian yang hampir
sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh” yang berarti penyampaian, dan “bayan”
yang berarti penjelasan.

Di dunia ini istilah-istilah yang terkait dengan dakwah banyak sekali. Istilah
dakwah di klasifikasikan menjadi dua yaitu istilah dakwah berdasarkan bentuknya dan
istilah dakwah berdasarkan metodenya.

Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah yang sama
pentingya daripada unsur-unsur lainnya, seperti subyek dan obyek dakwah, metode dan
sebagainya. Bahkan lebih dari tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh
terhadap penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi
dakwah juga ditentukan atau berpengaruh olehnya (tujuan dakwah). Ini disebabkan
karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh aktivitas dakwah.

Prinsip metode dakwah artinya ruh atau sifat yang menyemangati atau
melandasi berbagai cara atau pendekatan dalam kegiatan dakwah. Untuk lebih jelas
diantaranya mengacu kepada petunjuk al-Quran surat al-Nahl ayat 125 terdiri dari tiga
prinsip yaitu al-hikmah, al-mauidzah al-hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan.

Dakwah merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi manusia. Tanpa dakwah,


manusia tidak mengenal kebajikan, jika kebajikan tidak lagi dikenal, sejarah hidup
akan kacau (chaos of history), kondisi demikian ini tidak terjadi kecuali berakhir
dengan fenomena-fenomena kerusakan di muka bumi (Ismail, Hotman, 2011 : 41). Di

26 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
dalam membentuk dakwah yang sistematik diperlukan adanya perencanaan serta
memenuhi unsur-unsur dakwah.

3.2. Saran
Kami harap makalah ini dapat memberikan pemahaman mengenai Hakikat
Dakwah Islam. Alangkah baiknya semua penjelasan di atas dicerna dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini,
mohon maaf dan semoga dapat bermanfaat.

27 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Bisri. 1984. Beberapa Percikan Jalan Dakwah, Surabaya: Fakultas Dakwah.
hlm. 3

Harahap, Nasrudin. 1991. Dakwah Pembangunan. Yogyakarta: DPD Golkar Tingkat I


DIY

Ismail,Ilyas dan Hotman, Prio. 2011. Filsafat Dakwah : Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam. Jakarta: Prenada Media Group

Sukayat, Tata. 2015. Ilmu Dakwah : Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media

Ridla, Muhammad Rosyid. 2008. Perencanaan dalam Dakwah Islam. Jurnal Dakwah.
9(2): 149-162

Muhyidin, Asep dan Safei, Agus Ahmad. 2002. Metode Pengembangan Dakwah,
Bandung: Pustaka Setia

Sambas, Syukriadi dan Anwar, Rasihon. 1999. Di Balik Strategi Dakwah rasulullah
(Membedah Wacana Kepemimpinan, Kaderisasi dan Etika Dakwah Nabi ), Bandung:
Mandiri Press.

Mubarok, Ahmad. 2002. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus. hlm. 31


Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas,
hlm. 55- 60

Hasan, Mohammad. 2002. Buku Ajar Ilmu Dakwah, Pamekasan: STAIN.

H. Ahmad yani. 2008. Bekal menjadi khatib dan muballigh, Jakarta: Gema insani,
hlm.34
Moh. Ali aziz. 2004. Ilmu dakwah, Jakarta: kencana,
Muhiddin, Asep Muhiddin. 2002. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung:
Pustaka Setia. hlm.64
https://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah

28 | H a k i k a t D a k w a h I s l a m

Anda mungkin juga menyukai