Anda di halaman 1dari 10

TAUHID SEBAGAI PILAR UTAMA PENDIDIKAN ISLAM

Yulinda Aini Ulfa


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM , JURUSAN TARBIYAH INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI METRO
email: yulindan717@ymail.com

Abstrak

Manusia adalah makhluk yang diciptakan paling baik diantara makhluk


Allah lainnya. Ia memiliki akal dan kemampuan-kemampuan lain yanng
cenderung berkembang, yang tentu saja membedakannya dengan hewan dan
tumbuhan yang tidak berkembang atau statis.

Pendidikan islam, punya ciri khas dan identitasnya sendiri yang


membuatnya berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Pilar utama bagi
pendidikan Islam adalah tauhid, yang berkaitan erat dengan fitrah. Pilar-pilar
tauhid dan fitrah ini akan berkaitan satu sama lain dan akan membangun
pendidikan islam yang kokoh.

Kata Kunci : Tauhid, Pendidikan Islam, Prinsip

1
I. Pendahuluan

Masalah pendidikan islam cukup dimasa sekarang cukup rumit. Bila


diperhatikan, kondisi umat dan negara-negara Islam saat ini masih diwarnai oleh
berbagai ketegangan politik , kemiskinan, kebodohan, serta ketertinggalan dalam
bidang IPTEK, maka dari itu perlu dilakukannya gerakan pembaruan secara
intensif atau terus menerus. Pendidikan islam merupakan upaya untuk membawa
umat islam kembali ke dasarnya yaitu nilai-nilai dan prinsip-prinsip utama
sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Hadist yang merupakan
fondasi bagi peradapan Islam.

Masalah prinsip dasar pendidikan islam ini perlu dibicarakan untuk


membangun konsep dasar pendidikan islam. Mengenai prinsip pendidikan islam,
pendapat ahli sangat beragam. Tetapi, hal yang paling mendasar dan sekaligus
menjadi ciri khas dan identitasnya yang membedakan prinsip pendidikan islam
dengan pendidikan umumnya adalah prinsip tauhid yang berbasis akhlak dan
menganut teori fitrah. Yang kesemuanya saling berkaitan satu sama lain.

Dalam kesempatan ini penulis akan melakukan pembahasan mengenai


tauhid sebagai dasar atau pilar utama bagi pendidikan Islam. Dalam penelitian ini
penulis akan terfokus pada persoalan : hubungan antara teori fitrah dengan tauhid
dan pendidikan islam. Kenapa tauhid dijadikan pilar utama bagi pendidikan islam,
dan kapan pendidikan tauhid itu dimulai.

II. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian kepustakaan atau


Library research dengan menelaah sejumlah pustaka yang berkaitan dengan
tauhid sebagai dasar pendidikan islam.

2
III. Pembahasan

Hubungan Fitrah, Tauhid dan Pendidikan Islam

Fitrah secara bahasa diartikan suci, bersih, millah dan beragama. Seorang anak
terlahir dalam keadaan fitrah, suci dan membawa potensi beragama dan bertauhid
kepada Allah SWT. Sehingga orang tua, guru, dan masyarakatnya mempunyai
kewajiban untuk menjaga dan mmelihara fitrah tersebut agar tetap pada bertauhid
dan berkembang menjadi perilaku yang baik.1

Pengertian tersebut sejalan dengan konsep fitrah yang dikemukakan oleh Al


Ghazali yang dalam menguraikan istilah fitrah merujuk pada beberapa ayat Al-
Qur’an: Ar-Rum: 30

Allah SWT berfirman “ maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada


agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.2

Manusia diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama


tauhid. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah
wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Dan hal ini diperjelas lagi oleh Rasulullah SAW:

”Dari Abu Hurairah ra., dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Tidak ada bayi yang terlahir melainkan dilahirkan di atas fitrah. Maka kedua
orangtuanya yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.”[HR.
Bukhari dan Muslim].3

1
Alivermana Wiguna.Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam (yogyakarta: deepublish.2014)
Hlm.131
2
Efendi. Konsep Pemikiran Edward L. Thorndike Behavioristik. (GUEPEDIA, 2016). Hlm. 136
3
Alivermana Wiguna. Op.cit. hlm 131,132

3
William L. Resee mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan
ketuhanan, yang dikenal dengan istilah theologia, telah berkembang sejak lama. Ia
bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (theologia was
originally viewed as concerned with myth). Selanjutnya teologi itu berkembang
menjadi “theologi natural” (teologi alam) dan “revealed theology” (teologi
wahyu)4

Selain apa yang dikemukakan diatas, dalam berbagai kajian tentang psikologi
agama, antropologi agama maupun sosiologi agama, terlihat bahwa dalam
kehidupan manusia memang tak dapat dapat dipisahan dari agama. Pada diri
manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupa dorongan untuk mengabdi
kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. Dalam
pandangan filsafat pendidikan Islam dorongan tersebut merupakan fitrah manusia.
Dorongan ini adalah bagian dari faktor intern (bawaan sejak lahir) sebagai
anugerah Allah. (Jalaluddin, 2003)

Dari penjelasan surat Ar-Rum dan Hadist dari Abu Hurairah, terdapat
kejelasan pada dasarnya anak itu lahir dengan membawa fitrah beragama, dan
tergantung pada manusia itu sendiri dalam mengembangkan fitrah itu sesuai usia
anak dalam pertumbuhannya.

Dalam pertumbuhannya, manusia sendirilah yang harus berupaya


mengarahkan fitrah tersebut pada iman atau tauhid melalui faktor pendidikan,
pergaulan dan lingkungan yang kondusif.5 Jadi, konsep fitrah ini tidak
membebaskan pendidik muslim dari melakukan upaya, atau malah bersantai-
santai, karena memang fitrah tidak berkembang dengan sendirinya. Jadi, apapun
yang dipelajari di sekolah tidak boleh menyalahi prinsip ini. Dan hendaknya pilar
fitrah ini menjadi penyangga pendidikan islam, agar dalam praktiknya selalu
mengarah pada kesucian, islam , iman, dan tauhid.

4
Anwar, Rosihan, and Abdul Rozak. "Ilmu Kalam."( Bandung: Pustaka Setia, 2001) hlm 27
5
Abdur Rahman, Assegaf. Filsafat pendidikan Islam: paradigma baru pendidikan hadhari berbasis
integratif-interkonektif. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) Hlm. 46

4
Tauhid Sebagai Pilar Utama Pendidikan Islam

Dalam bahasa Arab, tauhid berarti beriman pada ke-Esaan Allah SWT, al-
iman bi wahdaniyatillah atau monotheism. Iman berarti pengetahuan (knowledge),
percaya (belief, faith), dan yakin tanpa bayangan keraguan (to be convinced the
least shadow of doubt).6 Jadi, iman adalah kepercayaan yang muncul akibat
pengetahuan dan keyakinan. Proses terbentuknya iman itu berawal dari
pengetahuan (knowledge) tentang sang pencipta, Allah SWT. Dari sini di
dapatkan bahwa iman diperoleh dari berpikir dan perenungan mendalam, dan bisa
dikatakan berfilsafat terhadap alam semesta. Dan iman itu tidak tumbuh dengan
sendirinya, tapi diasah dan dipertebal secara terus menerus menggali rahasia
kekuasaan Allah SWT yang ada di alam semesta ini melalui proses belajar dan
taat kepada-Nya.

Di dalam prinsip tauhid, Allah adalah sumber dan pencipta kebenaran (Al-
Haqq) yang tidak bisa digugat, tetapi bisa didekati dengan pendekatan kritis.
Pendekatan seperti ini menyebabkan setiap muslim terhindar dari segala dongeng,
fakta khayal, serta segala bentuk praduga tanpa dukungan nalar. Sebab segala
bentuk kebenaran yang keluar dari asumsi sementara tanpa dikonfirmasi lebih
jauh di kategorikan oleh Al-Qur’an sebagai bentuk prasangka (zhan). Anselmus
Carterbury (1033-1109), seorang ahli filsafat aliran skolastik, berkata, “Iman
mencari pengertian (fides euaerit intellectum).” Sementara Santo Aurelius
Augustinus (354-430) berkata,” Apabila kamu tidak beriman, engkau tak akan
pernah mengerti (nisi crediritis, nisi intelligitis).” 7

Tauhid merupakan fondasi seluruh bangunan ajaran islam. Pandangan


hidup tauhid bukan saja hanya sekadar mengesakan Allah, seperti yang diyakini
kaum monoteis, melaikan juga meyakini : kesatuan penciptaan (unity of creation),
kesatuan kemanusiaan (unity of mankind ), kesatuan tuntunan hidup (unity of
guidance), dan kesatuan tujuan dari kesatuan ketuhanan (unity of Godhead).8

6
Ibid. Hlm. 38
7
Tasmara, Toto. Menuju muslim kaffah: menggali potensi diri.( Gema Insani, 2000). Hlm. 228
8
Ibid. Hlm.226

5
Faktor pendidikan bagi terbentuknya tauhid dan iman kepada Allah SWT
ini merupakan inti dari pendidikan Islam, sedemikian pentingnya sehingga Nabi
Muhammad SAW menyatakan: “Barangsiapa tambah ilmunya tapi tidak tambah
petunjuknya (imannya), maka bagi Allah orang tersebut tidak tambah apapun
kecuali semakin jauh (dari petunjuk dan iman kepada-Nya) [HR. Ad-Dailami di
dalam Musnadnya].9

Pilar pendidikan berintikan tauhid dan keimanan ini menjadikan manusia


mampu memadukan antara fungsi akalnya dengan wahyu. Ketika seseorang
berhasil menemukan sebuah fakta/rahasia tentang alam semesta ini, berhasil pula
ia menambah iman kepada Allah SWT. Iman itu menuntut ilmu agar tidak
digunakan secara pribadi, apalagi merusak.

Apabila tauhid sudah tertanam pada diri seorang muslim maka jiwanya
akan terlepas dari ketergantungan pada selain Allah, dan diri seseorang itu akan
terlindungi, terhindar dari dominasi apapun. Oleh karena itu, setiap kita harus
selalu berusaha lebih memantapkan aqidah kepercayaannya, ketauhidannya.
Hakikat iman perlu ditanamkan sejak dini, karna ibarat kertas putih, apa yang
pertama kali ditorehkan, itu yang akan membentuk karakternya.

Di dalam Al-Qur’an, Allah telah menyampaikan kepada kita beberapa


gambaran tentang peran orangtua dalam menjaga keselamatan akidah anak-anak
mereka. Allah SWT berfirman : Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan
(tanda-tanda) maut, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu
sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah
Tuhanmu dan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang
Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” [QS. Al-Baqarah (2) : 133].

Dengan peran iman dan takwa seperti itu diri seseorang akan terlindungi ,
seperti sebuah perisai yang melindungi dari serangan musuh, iman dan takwa
akan memelihara kehidupan seseorang menjadi tetap dalam kebaikan ,
perdamaian, dan kebahagian dunia dan akhirat.

9
Abdur Rahman, Assegaf. Op.cit. hlm. 39

6
Pendidikan Tauhid Usia Dini

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seorang anak terlahir dalam


keadaan fitrah, suci dan membawa potensi beragama dan bertauhid kepada Allah
SWT. Dan tugas orang yang ada disekelilingnya untuk mengembangkan fitrah
tersebut ke arah positif ataupun negatif.

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan karakter manusia.


Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja.
akan tetapi proses pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah
kemudian muncul istilah pendidikan sepanjang hayat (life long education), dan
ada juga yang menyebutnya pendidikan terus menerus.10

Menanamkan akidah yang kokoh bukanlah pekerjaan mudah dan hal ini
akan sangat berharga bagi masa depan anak. Inilah catatan utama yang harus
disadari setiap orangtua. Orangtualah yang mempengaruhi tumbuh kembang
sendi-sendi keislaman dalam diri anak agar mereka mngenal betul siapa Rabbnya.
Karna orang tua adalah sekolah pertama bagi anak.

Pendidkan pada anak itu harus dimulai sejak dini sekali, mengingat bahwa
islam itu mengakui pendidikan sepanjang hayat. Dalam islam terdapat beberapa
periode-periode pendidikan yaitu: pendidikan pranatal (pemilihan jodoh,
penikahan, kehamilan) dan Pendidikan pasca natal (pendidikan bayi, kanak-kanak,
anak-anak, dan dewasa.)

A. Pendidikan pranatal
a. Fase Pemilihan Jodoh
“seleksi untuk air mani (calon istri) kamu sekalian karena
sesungguhnya keturunan itu kuat pengaruhnya” (HR. Ad-Dailami dan

10
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam.( Kalam Mulia, 2002). Hlm. 432

7
Ibnu Majah).11 Maksud dari hadis ini adalah untuk berhati-hati dalam
memilih jodoh, karena sifat ayah atau ibu dapat menurun. Rasulullah
SAW tidaklah hanya menganjurkan kepada seorang pria untuk
memilih calon istri yang taat beragama, akan tetapi juga menganjurkan
kepada perempuan untuk memilih calon suami yang taat agama.
b. Fase Kehamilan
Ketika anak ada dalam kandungan, penanaman keimanan perlu
terus dilakukan. Proses pendidikan itu dilaksanakan secara tidak
langsung, seperti berikut:
a. Ibu harus menjaga dirinya agar tetap memakan makanan dan
meminum minuman yang halal
b. Selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah wajib
maupun ibadah sunah.

B. Pendidikan pascanatal
a. Fase bayi
Hal yang paling pertama diperdengarkan di telinga bayi yang baru
dilahirkan adalah adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri.
Gunanya agar yang pertama didengar anak adalah kalimat-kalimat
seruan yang maha tinggi dan yang mengandung kebesaran Tuhan.
b. Kanak-Kanak
Pada masa ini anak senang mengadakan eksplorasi karena
kepesatan perkembangan indranya. Dan pada usia dini anak akan
banyak bertanya. Dalam mendidik anak usia ini, orang tua jangan
terlalu bertindka lembut dan jangan terlalu keras. Karena masa kanak-
kanak merupakan masa meniru, ia akan menirukan semua perilaku
yang ditemuinya. Pada masa ini, pembiasaan pada anak sangat penting
untuk dilakukan bagi keberhasilan pendidikan. Seperti membiasakan
anak untuk mengingat kebesaran dan nikmat Allah.

11
Ibid. Hlm. 435

8
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah.
Jika anak memahaminya dengan baik, insya Allah akan tumbuh
kesadaran untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung
hanya kepada-Nya. Lebih dari itu, akan tumbuh benih-benih cinta anak
kepada Allah yang kelak akan mendorongnya gemar melakukan amal
shaleh.

Karena pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan, dan sepanjang


hayat. Maka, penting bagi kita untuk terus menambah pemahaman akan tauhid
dan pengetahuan yang lain. Dan diharapkan dapat di tuangkan atau di
implemetasikan dalam kehidupan sehari-hari hingga akhir hayat nanti.

IV. Kesimpulan

Tauhid merupakan pilar utama atau pondasi dasar dalam pendidikan


islam. dan sekaligus menjadi ciri khas dan identitasnya yang membedakan prinsip
pendidikan islam dengan pendidikan umumnya. Dan berkaitan erat dengan konsep
fitrah manusia, karena setiap manusia dilahirkan dengan fitrah dan membawa
potensi beragama dan bertauhid kepada Allah SWT.

Karena iman itu tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan diasah dan
dipertebal dengan ilmu pengetahuan, maka diperlukannya bimbingan pendidikan.
Pendidikan di lingkungan seseorang dilahirkan juga akan mepengaruhi fitrah
tersebut akan ke arah positif atau negatif.

Penanaman nilai-nilai tauhid (keimanan) tidak hanya dilakukan saat


seseorang itu telah lahir. Karna dalam islam mengakui pendidikan sepanjang
hayat, maka ada 2 tahapan pendidikan, yaitu tahap pranatal dan pasca natal. Yaitu
dari dari tahap penentuan jodoh hingga akhir hayat nanti.

DAFTAR PUSTAKA

9
Abdur Rahman, Assegaf. 2011. Filsafat pendidikan Islam: paradigma
baru pendidikan hadhari berbasis integratif-interkonektif. Jakarta: Rajawali Pers.

Alivermana Wiguna. 2014. Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam


yogyakarta: deepublish

Anwar, Rosihan, and Abdul Rozak. 2001. "Ilmu Kalam." Bandung:


Pustaka Setia

Chalil, Achjar. 2008. Pembelajaran Berbasis Fitrah. PT Balai Pustaka.

Efendi. 2016. Konsep Pemikiran Edward L. Thorndike Behavioristik.


GUEPEDIA.

H. Hasni Noor.Al ‘Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 8-15

Muthahhari, Murtadha. 2007. Manusia dan Agama: Membumikan Kitab


Suci. Mizan Pustaka.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia.

Syarifuddin, Ahmad. 2004 Mendidik anak: membaca, menulis dan


mencintai Al-Quran. Gema Insani.

Tasmara, Toto. 2000. Menuju muslim kaffah: menggali potensi diri. Gema
Insani.

10

Anda mungkin juga menyukai