Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI


PERGURUAN TINGGI

NAMA : Savira Widya Putri

NIM : 103621001

DOSEN PENGAMPU : Dra. Rosita Adiani, M.A


RESUME BUKU PEND. AGAMA PERGURUAN TINGGI :

BAB I LANDASAN FILOSOFIS DAN TEOLOGIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI


PERGURUAN TINGGI

Pada bab ini menjelaskan tentang :

a) Landasan filosofis PAI di PTU


b) Landasan Teologis PAI di PTU
c) Urgensi PAI pada PTU

Negara Indonesia mempunyai sejarah kemerdekaan yang di selimuti peran agama, hingga dalam
dasar negara yaitu pancasila tercantum dalam sila pertama yang berbunyi ketuhannan yang maha
esa. Terkhusus agama islam yang merupakan agama mayoritas di Indonesia,pendidikan agama
islam sangat penting disemua lini kehidupan baik dalam keluarga,lembaga pendidikan
tinggi,pertemanan, bahkan masyarakat. Kita perlu mengenal landasan filosofis,teologis,dan
urgensinya pendidikan agama ini. Berikut penjelasannya :

A. Landasan Filosofis Pembelajaran Agama Islam di Perguruan Tinggi

Di antara pendapat-pendapat tentang Filsafat Pendidikan Islam, dapat dipaparkan dua


pendapat Abudin Nata dan M. Arifin. Manurut Nata, Filsafat Pendidikan Islam dapat
dikatakan suatu upaya menggunakan metode filosofis, yakni berpikir secara mendalam,
sistematis, radikal, dan universal tentang masalah-masalah pendidikan seperti masalah
manusia (peserta didik dan guru), kurikulum, metode, dan lingkungan yang berlandaskan al-
Qur’an dan Hadis sebagai acuan primernya. Selanjutnya Arifin menjelaskan bahwa filsafat
pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang
berlandaskan ajaran Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan
dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai
oleh ajaran Islam, serta landasan bahwa manusia harus dibina menjadi hamba Allah Swt yang
berkepribadian baik.

Namun hal di atas nampaknya, dapat terjawab. Jika kita mengkaji sumber-sumber filosofisnya,
terdapat 3 (tiga) landasan pokok yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk memahami tentang
hakikat pembelajaran agama Islam, yaitu epistemologi, ontologi, dan aksiologi.
1. Epistimologi Pembelajaran Agama Islam

Epistemologi berasal dari bahasa yunani yang artinya pengetahuan, persoalan pokoknya
adalah menggali persoalan dari sumber-sumber pengetahuan, dari manakah pengetahuan
yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya.

a. Sumber Religius

Al-Qur’an dan al-Hadist, merupakan sumber filosofis utama. Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat
tentang kewajiban atau pentingnya menuntut ilmu.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl/16: 125)

Begitu pula beberapa al-Hadits nabi Saw, mungkin yang paling banyak kita ketahui. Berupa
kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim. Sebagaimana berdasar pada sabda Rasulullah Saw
berikut ini: ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh
Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah menuntut ilmu agama merupakan sebuah kewajiban.
Kata ilmu di dalam al-Quran ataupun al-Hadits, merujuk pada ilmu syar’i, namun bukan berarti
umat Islam harus menutup mata terhadap bidang keilmuan lainnya.

b. Sumber Yuridis Pelaksanaan

di perguruan tinggi umum. Memiliki dasar hukum yang sangat kuat. Serta secara garis besar
merujuk pada, Pancasila sila pertama. Serta tercantum juga dalam undangundang. Dasar yuridis
tersebut di antaranya:

1) Dasar Ideal berasal, dari dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama “Ketuhanan Yang
Maha Esa”;
2) Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2,
serta UUD 1945 Pasal 31 ayat 1,2,3,4, dan 5;

3) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu bab V tentang peserta
didik, Pasal 12 ayat (1) bagian a-c, dan pasal 37 ayat (1).

c. Sumber Psikologis

Pada hakikatnya manusia pasti mencari pelarian secara spiritual. Salah satu jalanya
dengan menganut agama. Namun di tengah masyarakat sekarang, secara psikologi manusia
terpecah. Antara yang selalu menaati dan mengajak kepada Tuhan. Serta sebaliknya yang
mengajak manusia untuk tidak bertuhan. Secara psikologis terdapat 2 (dua) jenis kelompok
manusia yaitu Theis dan Atheis. Artinya, secara konseptual ada manusia yang teis, ateis, dan
setengah teis-ateis. Realitasnya kelompok teis mengajak yang lain agar menaati Tuhan.
Sedangkan, kelompok ateis mengajak agar manusia tidak berTuhan. Implikasinya kelompok teis
berusaha menyelenggarakan pendidikan agama, sedangkan kelompok ateis menolak bahkan
menghalang-halangi penyelenggaraan pendidikan agama.

2. Ontologi Pembelajaran Agama Islam

memaparkan hakikat pendidikan yang sebenarnya dan sesuai dengan kebutuhan manusia
sebagai upaya untuk menguatkan eksistensi dan esensi manusia sebagai makhluk bertuhan dan
memiliki sifat-sifat humanistik. Hasan Langgulung menegaskan pula bahwa manusia diberikan
potensi sesuai dengan sifatsifat Allah SWT. Firman Allah menyatakan: ”maka apabila aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)- Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. 15: 29).

3. Aksiologi Pembelajaran Agama Islam


Aksiologi atau filsafat nilai adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, pada
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Dalam bidang aksiologi, masalah etika yang
mempelajari tentang kebaikan ditinjau dari kesusilaan, sangat prinsip dalam pendidikan Islam.
Hal ini terjadi karena kebaikan budi pekerti manusia menjadi sasaran utama pendidikan Islam
dan karenanya selalu dipertimbangkan dalam perumusan tujuan pendidikan Islam. Nabi
Muhammad Saw sendiri diutus untuk misi utama memperbaiki dan menyempurnakan kemuliaan
dan kebaikan akhlak umat manusia.
Melalui pendidikan manusia memahami posisinya, sehingga manusia menjadi pusat dan
dapat mengondisikan hidupnya dalam hubungan dengan dirinya, keluarganya, komunitasnya,
dan masyarakat. Dia harus mengetahui hubungan antara kreasi dan pencipta berdasarkan pada
ajaran al-Qur’an yang mewadahi kecerdasan, pengetahuan, dan kebaikan. Menurut Islam,
pendidikan Islam adalah perangkat untuk memungkinkan individu untuk menyadari sifatnya
sehingga dampak afektif dari pendidikan Islam adalah membentuk sistem teladan

B. Landasan Teologis Pendidikan Agama Islam di Pergurun Tinggi

Pendidikan dalam perspektif teologi bercermin pada sebuah asumsi bahwa Tuhan
mempunyai posisi superlatif jauh dari pada posisi kekuasaan dan kebebasan manusia.
Teologi yang dimaksudkan di sini adalah mencoba untuk membuat sebuah konsepsi
pendidikan yang sesuai dengan kehendakNya yang tertuang dalam pesan-pesan kitab suci.
Selain itu juga, Teologi pendidikan menjadi sebuah pondasi penting dalam pengembangan
pendidikan Islam. berawal dari Tuhan dan kembali pada kehendak Tuhan untuk
kesejahteraan manusia. Sedangkan paradigma pendidikan lain menyatakan berawal dari
manusia kembali untuk manusia, tanpa menghiraukan relasi dengan Tuhan. Konsekuensi
yang kontradiktif ini menghasilkan sebuah konsepsi pendidikan yang berbeda.

C. Urgensi PAI
1. Urgensi Pembinaan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

Sejalan dengan ilmu pengetahuan, Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak
bagi setiap orang (education for all) baik itu laki-laki maupun perempuan dan
berlangsung sepanjang hayat ( long life education). Dalam pendidikan Islam mempunyai
rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, metode dan sasaran, dan lain
sebagainya. Pendidikan Islam mengembangkan pewarisan nilai-nilai, sumber dari nilai-
nilai merupakan al-Quran dan al-Hadits Rasulullah Saw. Selain dari kedua sumber itu,
ada juga ijtihad, dikenal juga ijma, qiyas. Nilai ajaran Islam terkandung dalam sumber
ajaran Islam, pendidikan mentransfer serta mentransformasikan kepada para mahasiswa.

2. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU)

Pendidikan agama Islam sendiri dirancang, dikembangkan, dilaksanakan, dan


dievalusi dalam konteks tujuan pendidikan nasional. Hal itu adalah landasan serta
kerangka berfikir untuk memahami profil mata kuliah pendidikan agama Islam secara
utuh. Pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum dirancang dengan tujuan untuk
memperkuat Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu sesuai dengan
agama yang dianut oleh mahasiswa dan juga untuk Pendidikan Agama Islam untuk
Perguruan Tinggi | 20 memperluas wawasan hidup beragama dengan memperhatikan
tuntunan untuk menghormati umat dalam satu agama. Tidak hanya dalam menjalin
kerukunan antar umat beragama, tetapi juga memperkuat hubungan dalam beragama
dengan penyelenggara negara agar terwujudnya kesejahteraan bersama

3. Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

Dengan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berfikir dan berperilaku dalam
mengembangkan keilmuan, profesi, kehidupan berbangsa, bernegara, dan masyarakat
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berikut ini adalah Misi MKDU PAI secara khusus:

1) Mengembangkan potensi keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia / karakter baik


mahasiswa (misi psikopedagogis);

2) Menyiapkan mahasiswa untuk berkehidupan Islami baik sebagai pribadi, anggota


keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai warga negara yang baik (misi psikososial);

3) Membangun budaya spiritualitas sebagai determinan utama dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara (misi sosiokultural);

4) Mengkaji dan mengembangkan pemahaman ajaran Islam yang terintegrasi dengan


berbagai disiplin ilmu (misi akademik).

Secara spesifik, tujuan MKDU PAI adalah:

1) Meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia mahasiswa;

2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan ibadah ritual mahasiswa;

3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memecahkan


problematika kehidupan dengan berlandaskan pada ajaran islam;
4) Meningkatkan kematangan dan kearifan berpikir dan berperilaku mahasiswa dalam
pergaulan global;

5) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mahasiswa dalam mengembangkan disiplin


ilmu dan profesi yang ditekuninya sebagai bagian dari ibadah (ghairu mahdhah)

Secara jelas isi yang terkandung dalam UUD 1945 tersebut menyebutkan bahwa tujuan
pendidikan nasional diarahkan pada pembentukan empat aspek yaitu aspek religius,
aspek moral, aspek intelektual, aspek kebangsaan. Semua aspek tersebut diwujudkan
dalam rangka membentuk manusia yang utuh dan insan kamil. Pendidikan agama Islam
mengambil peran utama dalam membina aspek religius dan aspek moralitas.

KESIMPULAN

Pemberian pembelajaran pendidikan islam di perguruan tinggi dapat menananmkan perilaku atau
sikap keimanan yang kuat dan bukan sekedar ilmu kognitif saja tetapi juga afektif dan
psikomotorik juga. Pendidikan merupkan salah satu bentuk upaya melakukan perubahan, maka
penting memahami landasan filosofis,landasan teologis, dan urgensi dari pendidikan terutama
pendidikan agama islam.

Dalam landasan filosofis terdapat 3 sumber untuk memahami tentang hakikat pembelajaran
pendidikan agama yaitu epistemology tentang darimanakah yang benar itu dating,lalu ontology
tentang potensi manusia beserta anugrah yang allah swt telah berikan.dan landasan kedua yaitu
landasan teologis yang mempunyai arti gaman,spriritual, dan tuhan. Yang mana pendidikan
islma merupakan pendidikan atas dasar-dasar ajaran islam,yakni al-quran dan hadist sebgai
pedoman hidup bagi seluruh umat islam.

Anda mungkin juga menyukai