BAB II
PENDIDIKAN ISLAM
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam; Studi Kritis dan Refleksi Historis,
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), h. 28
25
26
kata
kunci
tentang
proses
dan
manusia.
Hal
ini
Ia dihukum mati pada tahun 399 SM oleh pengadilan Athena dengan tuduhan
mempengaruhi anak muda dengan pikiran yang buruk. Ia mengajak para pemuda memikirkan apaapa yang diatas langit dan dibawah bumi.
7
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu
Memanusiakan Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 9
1
27
Ikatan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan pikiran, ucapan, dan
perbuatan nyata.3
tiga
pengertian:pertama,
Pendidikan
Islam
adalah
28
atau
lebih
yang
dampaknya
ialah
tertanamnya
dan
Islam
dalam
realitas
sejarahnya
mengandung
dua
8
9
oleh
Abd.
Rahman,
adalah
bimbingan
jasmani-rohani
Umiarso & Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan Timur,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 90
29
berdasrakan
hukum-hukum
agama
Islam
menuju
terbentuknya
menurut
Abdurahman
juga
pendidikan
Islam
10
12
13
Pertama, aliran teori yang memandang budaya sebagai suatu system atau organisasi
makna. Kedua, aliran teori yang memandang budaya sebagai system adaptasi suatu kelompok
masyarakat terhadap lingkungannya. Budaya ditempatkan sebagai keseluruhan cara hidup suatu
masyarakat yang diwariskan, dipelihara, dan dikembangkan secara turun menurun sesuai dengan
tuntunan lingkungan yang dihadapai. Lebih lengkap, baca karyaBurhanBungui, Analisi Data
Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model
Aplikasi, (Jakarta: RajaGrafindoPesada, 2003), h. 7
30
naluri-naluri
kemanusiaan
hingga
tercapainya
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Fisafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2005), h. 32
15
Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998),
h. 88
31
konstitusi
mengusahakan
negara
dan
Indonesia
dikatakan
menyelenggarakan
satu
bahwa,
sistem
32
18
19
Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan, Studi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), h. 16
21
33
pendidikan duniawi saja, tetapi setiap individu dari umat Islam supaya
bekerja untuk agama dan dunia sekaligus.22
Menurut Deswati dan Linda Herdis, ruang lingkup pendidikan
Islam yaitu; segi sifat, corak kajian (histories dan filosofis) , dan segi
komponennya yang meliputi; tujuan, kurikulum, proses belajar-mengajar,
guru, murid, manajemen, lingkungan, sarana dan pra sarana, biaya dan
evaluasi.23 Adapun komponen tujuan pendidikan Islam secara teoritis
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu tujuan normatif, tujuan fungsional,
dan tujuan operasional.24
Menurut Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, ruang
lingkup ilmu pendidikan Islam adalah pengertian, sumber, dan dasar
pendidikan Islam, perpekstif Islam tentang ilmu, perpekstif Islam tentang
manusia, perpekstif Islam tentang tujuan pendidikan, perpekstif Islam
tentang pendidik dan peserta didik, perpekstif Islam tentang sarana dan
prasarana pendidikan, perpekstif Islam tentang kurikulum pendidikan,
perpekstif Islam tentang strategi, pendekatan, dan metode pendidikan,
perpekstif Islam tentang evaluasi pendidikan, dan perpekstif Islam
tentang lingkungan pendidikan.25
22
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami, judul asli
At-Tarbiyyah al-Islaamiyyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 2
23
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006), h. 75-76
25
34
pendidikan
Islam
Pendidikan Islam.
1. Landasan Ideal
Landasan ideal pendidikan Islam menurut Zubaedi terdiri dari
landasan al-Quran, sunnah, kata-kata sahabat (mazhab sahabi),
kemaslahatan masyarakat (masalihul mursalah), nilai-nilai dan adat
istiadat masyarakat (urf), dan hasil pemikiran muslim (ijtihad).26
a. Al-Quran
Al-Quran yang merupakan kitab suci umat Islam, diyakini
memiliki seperangkat aturan yang mengatur dan menuntun manusia
26
Zubaedi, Isu-Isu Baru Dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam Dan Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 17-23
35
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). QS. Al-Baqarah: [2] 185
36
27
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
h. 76-77
28
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. QS. Al-Ahzab [33] : 21
37
Sunah secara bahasa adalah: jalan yang baik atau buruk, dan
secara istilah, sunah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi saw, sahabat atau tabiin baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Sedangkan definisi sunah menurut istilah adalah.
: .
: .
Ahli fiqih mengatakan, sunah adalah jalan menuju jalannya agama bukan
dari. Menurut ahli hadits sunah adalah segala sesuatu yang datang dari
Nabi saw baik perkataannya, perbuatannya, takrirnya, sifat-sifatnya, dan
terkait keadaan fisiknya, dan sejarah hidupnya baik sebelum diutus
maupun setelah diutus menjadi nabi. beberapa kefardluan dan kewajiban.
Sedangkan menurut ahli ushul, sunah adalah Segala sesuatu yang muncul
dari Nabi saw selain Al-Quran, yang berupa perkataan, perbuatan,
30
maupun takrirnya sebagai landasan hukum syariat.
29
30
Jalaluddin Abdu al-Rahmn bin Abi Bakr al-Suyi, al-Jamiu al-oghir, Juz I, h. 14
38
maslil
al-
kemaslahatan
yang
diambil
merupakan
31
Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Usul Fikih, terj. Halimuddin, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), h. 37
32
39
33
34
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 155
35
36
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia AlAshr, (Pondok Pesantren Krapyak: Multikarya Grafika, 1996), h. 1283
40
apa yang diketahui orang tidak menyalahi dalil syairat. Urf fasad
apa yang saling dikenal orang tapi berlainan dengan syariat.37
Menurut Masifuk Zuhdi, sebagaimana dikutip oleh Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakkir, kesepakatan bersama dalam tradisi dapat
dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Penerimaan
tradisi ini memiliki syarat: tidak bertentangan dengan nash, tradisi
yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang
sejahtera, dan tidak mengakibatkan kemunduran, dan kerusakan.38
Dalam konteks urf sebagai landasan ideal pendidikan
Islam, misalnya tradisi menggunakan seragam bagi guru dan peserta
didik. Dalam Islam tidak ada ketentuan yang mengatur bahwa
pendidik maupun peserta didik harus mengenakan busana dengan
warna dan bahan tertentu. Prinsip busana dalam Islam hanya menutup
aurat. Jadi, tradisi seragam bagi pendidik dan peserta didik yang
bermacam-macam corak dan motifnya merupakan tradisi dalam
institusi pendidikan yang tidak bertentangan dengan Islam.
f. Ijtihad
Ijtihad berasal dari fiil madli, ijtahada yajtahidu yang
dibentuk dari kata dasar jahada yang berarti berusaha dengan
sungguh-sungguh, dan membebani diluar batas kemampuannya.39
Orang yang dianggap mempunyai kesanggupan berijtihad disebut
37
38
39
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer ..., h. 704
41
40
42
2. Landasan Operasional
Landasan
operasional
pendidikan
Islam
menurut
Hasan
42
43
43
44
44
tujuan
pendidikan
Islam
adalah
ditujukan
untuk
mencapai
Sasmsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teorits dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 37
46
HR. Ahmad
47
Ahmad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 226
45
manusia
agar
berakhal
mulia,
sehingga
ia
tidak
48
49
46
51
Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku
QS. Adz-Dzriyt [51] : 56
52
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."QS.
Al-Baqarah [2] : 30
53
47
Pendidikan
Islam
mencakup
dua
dimensi,
dimensi
jawab
merupakan
tujuan
pendidikan
yang
berdimensi
54
Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam; Perspektif
Sosiologis-Filosofis, judul asli, al-Fikr al-Tarbawiyy al-Islamiyyu Muqaddimat fi Ushulih alIjtima iyyati wa al-Aqliyyat, terj. Mahmud Arif, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), h.
153
55
48
secara integral, yaitu tujuan yang bersifat ideal (keakhiratan) dan tujuan yang
bersifat praktis (keduniawian).56
Tujuan pendidikan Islam menurut Moh. Haitami Salim dan Syamsul
Kurniawan, adalah pendidik jasmani (al-Tarbiyyah al-Jismiyah), pendidikan akal
(al-Tarbiyyah al-Aqliyah) dan pendidikan akhlak (al-Tarbiyyah al-Khuluqiyah).57
Tujuan tersebut sepertinya merujuk pada hakikat manusia yang mengatakan manusia
tersusun dari unsur jasmani, rohani dan akal. Sedangkan menurut Ali al-Jumbulati
dan Abdul Futuh at-Tuwaanisi, tujuan Pendidikan Islam secara prinsip dan
teoritis ada dua, yaitu tujuan keagamaan (ideal) dan tujuan keduniaan
(pragmatis).58
1. Tujuan Keagamaan
Dimensi ini mengandung nilai yang mendorong manusia
berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan.
dimensi ni menuntut manusia untuk tidak terbelenggu oleh rantai duniawi
atau materi.59 Tujuan keagamaan yang dimaksud adalah bahwa agama
menjadi landasan gerak dan berpijak. Segala aktifitas yang dilakukan
setiap pribadi muslim harus berangkat atas petunjuk nilai-nilai yang
dikembangkan dari ajaran-ajaran Islam yang shahih.
Tujuan Pendidikan Islam yang bersifat keagamaan ini tidak
berhenti pada aspek duniawi yang kemanfaatannya hanya sebatas
" Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". QS. Al-Baqarah [2] : 201
56
57
Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan, Studi Pendidikan Islam ..., h. 117-119
58
Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh at-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, terj.
M. Arifin, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 37
59
49
2. Tujuan Keduniaan
Tujuan
ini
lebih
mengutamakan
pada
upaya
untuk
60
50
61
A. Syafii Maarif, Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya, 1991), h. 3
62
Tantangan pendidikan Islam juga bisa datang dari dalam dan luar. Tantangan
pendidikan Islam yang datangnya dari luar disebut tantangan globalisasi, sedangkan tantangan
yang datangnya dari dalam diakibatkan dari otonomi pendidikan. Lebih lengkapnya, di bukunya
Bashori Muchsin dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer, (Bandung: Refika Aditama,
2009), h. 55-56
51
setidaknya
Pertama,sekulerisasi
ada
dua
pendidikan,
problem
yaitu
dasar
upaya
pendidikan
mendikotomikan
Islam.
ilmu
63
Fachry Ali, Golongan Agama dan Etika Kekuasaan; Keharusan Demokrasi dan Islam
Indonesia, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 7
52
ditelusuri,
latarbelakang
munculnya
sekulerisme,
244
64
65
53
otoritas
dan
kekuasaan.
Hal
ini
merupakan
syarat
untuk
54
66
67
69
55
70
71
437
72
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. QS. Al-Baqarah [2] :
120
73
74
Jurnal Religio, Vol. 01. No. 01, Maret 2011, Fak. Ishuluddin IAIN Sunan Ampel, h. 77
h. 401
56
75
Afadlal dkk, Islam dan Radikalisme di Indonesia, (Jakarta: LIPI Press, 2004), h. 7
76
S. Wojowasito dan Tito Wasito, Kamus Lengkap Inggeris-Indonesia, IndonesiaInggeris, (Bandung: Hasta, 1980), h. 239.
77
Luthfi Assyaukanie dkk, Ensiklopedi Islam untuk Pelajar Jilid, jilid 1, (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru van Hoeve, 2001), h. 23
57
78
90
58
79
80
M. Arkoun dan Louis Gardet, Islam Kemarin dan Hari Esok, judul asli, al-IslamulAmsu wa Islamul-Ghad, penerjemah: Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 1997), h. 81
81
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 3, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), h.
198
82
Ali Mufrodi, Islam Dikawasan Kebudayaan Arab, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu,
1997), h. 102
59
Imam Abu Hanifah (150 H), Imam Malik (179 H), Imam Syafii (204 H), dan
Imam Ahmad bin Hambal (241 H).83
Demikian juga di bawah pemerintahan Abdurrahman III dan alHakam II, Kordoba mengalami puncak kejayaan, terutama dalam bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ketika itu Islam memiliki universitas
Kordoba. Universitas Kordoba merupakan pusat intelektual di Eropa dengan
perguruan-perguruan yang amat terkenal dalam bidang kedokteran,
matematika, filsafat, kesusasteraan dan musik. Disini banyak dilakukan
penyalinan naskah-naskah Latin dan Yunani. Di Kordoba pula lahir sejumlah
ilmuwan besar seperti IbnuRusyd, IbnuThufail, dan al-Bajjah.84
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di Spanyol dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni: adanya dukungan dari penguasa, didirikannya
sekolah-sekolah dan universitas-universitas dibeberapa kota, banyaknya para
sarjana Islam yang datang dari ujung Timur samapai ujung Barat wilayah
Islam dengan membawa berbagai buku dan bermacam-macam gagasan, dan
adanya kompetitor dalam bidang ilmu pengetahuan antara universitas
Kordoba di Spanyol dengan universitas Nizhamiyah di Baghdad-Irak85
Jika diteliti secara seksama, peranan, jasa dan sumbangan Islam pada
bangsa-bangsa Eropa dapat dibagi menjadi dua,86pertama, ummat Islam
menyelamatkan warisan kebudayaan klasik Yunani dari ancaman kehilangan
83
84
85
86
60
asumsi
bahwa
pembaharuan
pendidikan
Islam
berdasarkan konteks
sosial.
Dalam trend umum, pemikiran Islam setidaknya terbagi dalam
beberapa pemikiran, yaitu formalistik-tekstualis, tradisioanlistik, modernistik,
dan transformatik-emansipatoris. Adapuan dalam trend khusus, pendidikan
87
61
88
Lihat selengkapnya di Hasan Baharun & Akmal Mundiri dkk, Metodologi Studi Islam;
Percikan Pemikiran Tokoh dalam Membumikan Agama, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h.
122-127