Anda di halaman 1dari 16

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

DAN HADIST

(Kajian Ayat dan Hadits Tarbawi)

Febriansyah Luqman Wijaya

NIM. 1880506230008

(E-mail : febrylw57@gmail.com)

Program Magister Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

ABSTRAK

Pendidikan Islam secara epistemologi mendasarkan dirinya pada paradigma tertentu


dalam hal ini adalah Islam sebagai rujukan utama. Secara tradisional kata Islam
berimplikasi pada dua hal yaitu al qur‟an dan hadits. Kedua sumber inilah yang
menjadi sumber epistemik dalam kontruksi pendidikan Islam. Tulisan ini telah
memetakan sumber al qur‟an dan hadits sebagai sumber otentik bagi keberlangsungan
pendidikan Islam. Tulisan ini menggunakan analisis teks mengingat ayat dan hadits
yang dijadikan justifikasi dalam menetapkan eksistensinya. Hasil kajian menunjukkan
bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara sistem pendidikan Islam dan Barat
(sekuler). Jika sistem pendidikan Barat mendasarkan dirinya hanya pada kerangka
rasionalitas, maka sistem pendidikan Islam mendasarkan dirinya pada al qur‟an dan
hadits.

Kata kunci : Pendidikan Islam, Al qur’an, Hadits

1
PENDAHULUAN
Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa
pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka menjadi manusia yang dapat menggapai cita-citanya.
Pendidikan adalah suatu usaha dan proses pembentukan pribadi manusia
dengan menanamkan segenap kemampuan. Baik kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dalam melaksanakan proses pendidikan tersebut maka diselenggarakan
rangkaian pendidikan. Salah satunya adalah pendidikan formal di sekolah. Di sekolah
inilah terjadi proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa secara langsung
guna menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada siswa. Proses
pembelajaran adalah salah satu langkah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
Dalam hal ini, guru dan siswa mempunyai pengaruh yang sangat penting.1
Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, dalam buku peranan pendidikan
agama terhadap pemecahan problema remaja karangan Drs. H. Sahilun A. Nasir
mengatakan bahwa suatu usaha manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah
manusia itu supaya sampai kepada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai tujuan yang
dicita-citakan.2
Al-Qur’an dan hadist merupakan pedoman hidup yang harus dipegang teguh
oleh setiap kalangan manusia, agar dapat bisa selamat pada dunia dan di akhirat.
Dengan kata lain, bahwa al-Qur’an merupakan sumber rujukan bagi kehidupan
manusia dalam segala aspek ke hidupan dalam menejalankan kehidupan baik hubungan
dengan Allah SWT ataupun sesama manusia. Manusia yang masuk pada ruang lingkup
pembinaan adalah makhluk yang memmpunyai unsur-unsur jasmani serta akal jiwa
yang sehat. Sebab pembinaan akal dapat menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan, dan

1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2010) cet. Ke 15, hal.251
2
Drs. Sahilun Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,
(Jakarta : Kalam Mulia, 2002), hal.104

2
pembinaan jiwa dapat menghasilkan pada kesucian dan etika. Sedangkan pembinaan
jasmani itu dapat menghasilkan pada sebuah keterampilan.3
Pendidikan dalam agama Islam termasuk bagian dari pada kegiatan dakwah,
sebab dalam menyelenggarakan sebuah pendidikan tidak lain bertujuan untuk
meninggikan agama Allah.4 Sehingga dalam sebuah pendidikan juga memberikan
model dalam membentuk pada keperibadian bagi pemeluknya. Sasaran dalam
pendidikan Islam yang menjadi point utama adalah terbentuknya akhlak yang mulia
dan mempunyai ilmu yang tinggi, serta dapat menimbulkan ketaatan dalam
melaksanakan ibadah.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya yang digunakan untuk
membina serta mengembangkan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia.5
Tujuan tidak lain agar adanya kehadiran bagi setiap manusia pada muka bumi ini yang
berperan sebagai hamba Allah, serta dapat melaksanakan pada tugas dan kewajiban
sebagai khalifah Allah dengan sebaik baiknya.6 Potensi yang terdapat dalam diri
manusia terdapat dua bagian. Pertama potensi jasmani kedua potensi rohani seperti
akal, kehendak, perasaan, cinta dan lain-lainnya.7
Adanya pendidikan agama Islam merupakan upaya umat secara bersamaan
ataupun sebagai upaya pada sebuah lembaga masyarakat yang memberikan jasa
pendididikan. Tidak sampai disitu, sebab terkadang pendidikan juga menjadi sumber
usaha pada dirinya sebagai sumber pemasukan pada kehidupannya. Pendidikan juga
dapat membawa pada kehidupan sesorang menjadi suatu pribadi yang mampu untuk

3
Mohammad Afnan dan Muhammad Nihwan, Studi Tentang Tujuan Pendidikan Islam Menurut
Azyumardi Azra Mohammad, (JPIK Jurnal Pemikiran Dan Ilmu Keislaman, 2020), hal.367–84
4
Umar, Husnatul Mahmudah, dan Mei Indra Jayanti, Peran Nasyiatul Aisyiyah Dalam Wacana
Gender Dan Pendidikan Profetik Bagi Perempuan Di Bima, (Kafa’ah : Journal of Gender Studies, 2021),
hal.15–26
5
Bambang Supriadi, Hakikat Supervisi Dalam Pendidikan Islam, (Indonesian Journal of Islamic
Educational Management, 2019), hal.1–87
6
Iim Fahimah, Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dalam Perspektif Islam, (Hawa,2019),
hal.35–50
7
Redmon Windu Gumati, Manusia Sebagai Subjek Dan Objek Pendidikan (Analisis Semantik
Manusia Dalam Filsafat Pendidikan Islam, Jurnal Pendidikan Indonesia, 2020), hal.127–44

3
berdiri sendiri, serta dapat melakukan intraksi dalam kehidupan dalam menjalankan
sebagai makluk sosial secara konstruktif. Oleh karenanya dalam mengenyam
pendidikan diperlukan waktu yang panjang, bahkan dalam mengenyam pendidikan
disebutkan dalam hadist diwajibakan seumur hidup bagi setiap kalangan manusia
sebagaimana hadistnya sebagai berikut ini :
‫اطلبوا العلم من المهد الى اللحد‬
Artinya : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga masuk pada liang lahat”.8
Maka dari itu pendidikan Islam bukan hanya terfokus pada teoritis saja, namun
juga lengkap dengan prakteknya. Al-Qu’an dan Hadist adalah dua pusaka yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai landasan pedoman dalam
pendidikan Islam, tidak sampai disitu saja sebab di dalamnya terdapat penjelasan media
dalam pendidikan Islam. Oleh karenanya pada kesempatan kali ini penulis akan
menguraikan tentang kedudukan al-Qur’an dan hadist sebagai landasan dalam
menjalankan pendidikan Islam.

METODE
Metode dalam Penelitian ini adalah library research, artinya data-data yang
digunakan berasal dari sumber kepustakaan baik itu primer maupun sekunder, baik
berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan karya lain yang dipublikasikan. Teknik
Pengumpulan Data dalam penelitian ini dengan mengumpulkan literatur baik sebagai
sumber primer maupun sekunder untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan
Al-Kindi, kemudian melakukan analisis terhadap data-data yang diproleh.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an

8
I Isnaini, Belajar Sepanjang Hayat Dalam Perspektif Hadits (Analisis Kualitas Hadits, Jurnal
Inspirasi : Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Islam, 2020), hal.100–109

4
Al-Qur’an mempunyai dua arti pertama secara etimologi kedua secara
terminologi. Al-qur’an secara etimologi berasal adari kata -‫قراة‬- ‫ يقرا‬- ‫وقرانا قر ا‬
yang mempunyai arti sesuatu yang di baca. Kemudian menurut Prof Quraish
Shihab, bahwa al-qur’an secara etimologi mempunyai arti bacaan yang
sempurna. Hal tersebut dikarenakan al-Qur’an merupakan sebuah nama yang
telah Allah SWT pilih. Sehingga tidak ada bacaan sejak manusia mengenal
pada tulisan, untuk menandinginya yang beruapa bacaab yang sempurna dan
mulia.9
Sedangkan al-Qur’an menurut istilah firman Allah SWT yang disampaikan
pada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, yang diterima oleh umat
nabi Muhamad dari generasi pada generasi dengan tanpa adanya perubahan
walaupun satu ayat.10

B. Pengertian Hadist
Makna hadist juga sama layaknya makna al-Qur’an, yakni terdapat dua hal
yang meliputi pada makna etimologi dan terminologi. Hadist secara etimologi
mempunyai makna al-Jadid, yang mempunyai arti baru lawan kata al-Qadim,
artinya lama. Kemudian hadist juga mempunyai arti al-khabar yang berarti
berita tentang sesuatu yang telah dipercakapkan serta dipindahkan atau
dilontarkan pada orang lain. Sedangkan makna hadist secara terminologi
menurut Ibnu Hajar, bahwa yang disebut dengan hadist secara shara’ adalah
segala hal yang disandarkan oleh Nabi Muhammad SAW, serta hal tersebut
bertujuan seakan-akan bandingan dan pelengkap pada al-Qur’an.11

C. Pengertian Pendidikan Islam

9
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1996), hal.3
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung : PT Syaamil Cipta
Media), hal.262
11
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis (Surabaya: al-Muna, 2010), hal.1

5
Pendidikan Islam dalam segi umum merupakan ilmu pendidikan yang
memiliki dasar Islam, sehingga pendidikan Islam harus bersumber pada al-
Quran dan hadist Nabi. Pendidikan Islam adalah “pendidikan manusia
seutuhnya; akal dan hati, jiwa dan raga, akhlak dan keterampilan. Soejoeti
berkeyakinan bahwa, pertama-tama, pendidikan Islam adalah pendidikan yang
pembentukan dan pelaksanaannya didorong oleh keinginan dan semangat
mewujudkan Islam yakni; nilai-nilai, baik atas nama lembaga maupun dalam
kegiatan yang diselenggarakannya. Kedua, pendidikan Islam adalah pendidikan
yang menghargai dan sekaligus memasukkan ilmu ajaran Islam sebagai
program studi yang akan diselenggarakan. Pendidikan Islam ialah pendidikan
dalam dua pengertian di atas.12
Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang
didasarkan pada ajaran Islam yaitu al-Quran dan hadist. Oleh karena itu, untuk
membentuk konsep pendidikan yang diinginkan Islam, kita harus
menemukannya di dalam Al-Qur'an dengan menganalisis ayat-ayat dalam Al-
Qur'an yang berkaitan dengan pendidikan dan menganalisis penerapannya
dalam hadits Nabi Muhammad dan sepanjang sejarah Islam.
Definisi lain dari Pendidikan Islam adalah sebagai suatu proses system
pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
anak didik dengan berpedoman pada ajaran Islam. Untuk itu, Pendidikan
Agama Islam memiliki tugas yang sangat berat, yaitu bukan hanya mencetak
peserta didik pada satu bentuk, tetapi berupaya untuk mengembangkan potensi
yang ada pada diri mereka semaksimal mungkin serta mengarahkannya agar
pengembangan potensi tersebut berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Dalam artian Pendidikan Agama Islam secara optimal harus mampu mendidik
peserta didik agar memiliki kedewasaan dalam berfikir, beriman, dan bertaqwa

12
Dian Permana and Hisam Ahyani, Implementasi Pendidikan Islam Dan Pendidikan
Multikultural Pada Peserta Didik, (Dian Permana, Hisam Ahyani Jurnal Tawadhu, 2020), hal.997

6
kepada Allah SWT. Di samping itu juga mampu mengamalkan nilai-nilai yang
mereka dapatkan dalam proses pendidikan, sehingga menjadi pemikir yang
baik sekaligus pengamal ajaran Islam yang mampu berdialog dengan
perkembangan kemajuan zaman.13

D. Kedudukan Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Dasar Pendidikan


1. Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sebuah wahyu yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang bertujuan untuk menjadi payung hukum sekaligus
sebagai petunjuk dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Adanya al-
Qur’an sebagai petuntuk bukan sebagai satu-satunya sebagai alternatif bagi
manusia untuk menempatkan al-Qur’an sebagai motivator. Tujuannya tidak
lain, agar manusia dapat berpacu pada hal yang positif dalam kehidupan
sehari-harinya. Sehingga dalam al-Qur’an membahas pada segala sektor
pada kebutuhan bagi seluruh manusia. Hal tersebut bisa terbukti bahwa
dalam al-Qur’an banyak ditemukan tentang ayat-ayat yang menjelaskan
pada segala aspek yang dapat melengkapi pada sektor kehidupan bagi
seluruh umat manusia, baik petunjuk yang bersifat global maupun bersifat
terperinci. Kedua hal tersebut tentu memerlukan adanya sebuah penerimaan
keimanan, serta membutuhkan pada pendekatan aqli sebagai bentuk upaya
yang dapat memfungsikan pada segala hal yang dapat mengantar pada
manusia pada tujuan lebih baik sesuai dengan yang sudah al-Qur’an
konsepkan, begitu juga denngan sebuah bentuk peningkatan pada
pendidikan.

Oleh karenanya keududukan al-Qur’an dalam dunia pendidikan


menjadi sumber rujukan utama, sebab semuanya terlahir dari pada al-

13
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Bandung : Refika Aditama, 2013), hal.5-8

7
Qur’an. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh pakar pendidikan
Islam, bahwa sumber rujukan dasar dalam pendidikan Islam terdapat tiga
hal, yaitu al-Qur’an, hadist, ijtihad. Dengan kata lain, bahwa yang dijadikan
rujukan pertama dalam pendidikan adalah al-Qur’an.14

Al-Qur’an memiliki cakupan yang luas yang meliputi segala hal yang
ada di dunia ini, untuk mengembangkan pada kebudayaan yang dimiliki
oleh umat manusia.15 Sehingga al-Qur’an merupakan sumber rujukan
pendidikan yang amat terlengkap, baik itu pendidikan yang mencakup
sosial, moral, spritual, material, serta segala hal yang ada di di dalam alam
semesta.16 Sehingga eksisistensinya hingga hari akhir tidak akan
mengalami perubahan meskipun hanya satu ayat. Namun kemungkinan
akan mengalami perubahan yang hanya terfokus pada sebatas interpretasi,
yang dilakukan oleh setiap manusia terhadap teks ayat al-Qur’an. Tentu hal
tersebut salah satu penyebabnya tidak lain karena ia menginginkan pada
kedinamisan terhadap pemaknaanya, yang menyesuaikan terhadap konteks
zaman, situasi, kondisi, serta kemampuaannya terhadap manusia dalam
melakukan interpretasi terhadap teks ayat al-Qur’an. Hal ini merupakan
sebuah pedemon yang bersifat normatif teoritis, terahadap pelaksaan
pendidikan Islam yang pastinya memerlukan terhadap penafsiran yang
lebih lanjut serta lebih mendalam.

Isi dari pada al-Qur’an mencakup pada seluruh dimensi yang dimiliki
oleh manusia, serta dapat menyentuh pada seluruh potensi yang dimiliki
oleh setiap manusia. Mulai dari motivasi yang digunakan oleh pancaindra,

14
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pertama,
2001), p. hlm, 95
15
Irfan, Interpretation of Amanah Verses in the Qur’an Penafsiran Ayat-Ayat Amanah Dalam
Al- Qur’an, (Ilmu Al-Qur’an Dan Tarfsir, 2019), hal.113–28
16
Muhammad Fikri Abdun Nasir and Mahmud Arif, Sumbangan Studi Al-Qur’an Bagi
Keilmuan Islam Dan Pendidikan, (Basha ’Ir : Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Tafsir,2021), hal.1

8
yang digunakan untuk memberikan tafsiran terhadap alam semesta, dengan
tujuan agar dapat merangkai pada formulasi terhadap kelanjutan pada
pendidikan manusia termasuk pendidikan Islam, motivasi supaya manusia
dapat mempergunakan akalnya, dengan menggunakan perumpamaan-
perumpamaan yang telah dilakukan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an,
ataupun sebuah motivasi yang digunakan, dengan tujuan agara manusia
dapat mempergunakan hatinya untuk mentranfer, terhadap nilai-nilai
pendidikan ilahi dan lain-lainnya. tentu semua ini merupakan sebuah proses
terhadap sistem pendidikan umum, yang sudah ditawarkan oleh Allah SWT
dalam al-Qur’an. Tentu hal tersebut Allah tawarkan terhadap manusia, agar
ia dapat menarik terhadap kesimpulan dan dapat melakukan pada seluruh
hal yang menjadi petunjuk tersebut, untuk diaplikasikannya dalam
kehidupannya dengan sebaik mungkin. Sehingga dapat mendekatkan diri
terhadap-Nya.

Maka dari itu dalam melaksanakan pendidikan Islam, senantiasa harus


mengacu pada sumber rujukan yang sudah termuat dalam al-Qur’an.
Dengan cara berpegang teguh terhadap nilai-nilai yang terdapat
didalamnya, terlebih dalam pelaksanaan sebuah pendidikan Islam, sebab
hal tersebut dapat mengarahkan serta dapat memberikan bimbingan
terhadap manusia, agar dapat bersifat dinamis, kreatif. Sehingga dapat
mengantarkan untuk mencapai terhadap nilai-nilai ubudiyah kepada sang
Penciptanya. Sehingga dapat hidup sesuai dengan konsep yang ditentukan-
Nya. Sikap seperti inilah, akan dapat mengantarkan terhadap proses
pendidikan Islam yang terarah, serta dapat menciptakan sekaligus dapat
mengantarkan pada outputnya, sebagai manusia yang berkualitas, serta
penuh dengan rasa tanggung jawab pada segala sesuatu yang dilakukannya.
Tentu perilaku tersebut merupakan hal yang dianjurkan oleh al-Qur’an.
Dimana dalam sepertiga ayat al-Qur’an mempunyai kandungan nilai-nilai,

9
agar manusia dapat membudayakan, serta motivasinya untuk
mengambangkan pada dirinya dengan melalui proses pendidikan.

Dari sinilah dapat ditarik kesimpulan, bahwa adanya al-Quran, memiliki


misi serta implikasi terhadap model kependidikan yang mempunyai gaya
imperatif, motivatif, serta persuasive dinamis, yang dijadikan sebagai suatu
sistem pendidikan yang utuh dan demokrasi melalu jalan yang
membutuhkan proses manusiawi. Oleh karenanya dalam menjalanakn
proses terhadap kependidikan, itu bertumpu pada kemampuan rohaniah dan
jasmaniah setiap indivdu pada peserta didiknya, dengan cara bertahap, serta
berkesinambungan tanpa melupakan terhadap kepentingan tuntutan
perkembangan zaman serta nilai-nilai ilhiah yang terkandungnya. Tentu
semua ini merupakan sebuah proses kependidikan Islam ini, merupakan
bagain dari pada sebuah proses pada konservasi dan tranformasi, yang
diiringi dengan internalisasi pada nilai-nilai dalam menjalankan kehidupan
bagi manusia, sebagaimana yang telah diinginkan dalam ajaran Islam. Maka
dari itu dengan adanya upaya ini, peserta didik diharapkan agar dapat
mampu hidup dengan serasi serta penuh dengan keseimbangan antara
kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Karena merupakan pedoman hidup manusia di dunia, banyak


sekali ayat Alquran tentang pendidikan yang dapat dipelajari, serta
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa ayat Alquran tentang
pendidikan di antaranya:

َ ُّ ‫ ۡٱق َر ۡأ َو َر ب‬٢ ‫ق‬


٤ ‫ ٱ لَّ ِذ ي عَ ل َّ َم ب ِ ۡٱل ق َ ل َ ِم‬٣ ُ‫ك ۡٱۡل َ ۡك َر م‬ ِۡ ‫ق‬
ٍ َ ‫ٱۡل ن َٰسَ َن ِم ۡن عَ ل‬ َ َ ‫ك ٱ ل َّ ِذ ي َخ ل‬
َ َ‫ َخ ل‬١ ‫ق‬ َ ِ ‫ۡٱق َر ۡأ ب ِ ٱ ۡس ِم َر ب‬
ِ ۡ ‫عَ ل َّ َم‬
٥ ‫ٱۡل ن َٰسَ َن َم ا ل َ ۡم ي َ ۡع ل َ ۡم‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang


menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar

10
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-A'laq : 1-5).

۟ ‫وا ي َ فْ سَ ح ٱَّللَّ ُ ل َ كُ ْم ۖ َو إ ِ ذ َا قِي َل ٱن شُ ُز‬


‫وا‬ ۟ ‫وا ف ِى ٱلْ َم َٰ َج ل ِِس ف َ ٱ فْ سَ ُح‬ ۟ ‫َٰي َ َٰٓ أ َي ُّ َه ا ٱ ل َّ ِذ ي َن َء ا َم ن ُ َٰٓو ۟ا إ ِ ذ َا ق ِي َل ل َ كُ ْم ت َف َسَّ ُح‬
ِ
۟ ُ ‫وا ِم ن كُ ْم َو ٱ ل َّ ذِي َن أ ُو ت‬
ٍ ‫وا ٱلْ ِع لْ َم د َ َر َٰ َج‬
‫ت ۚ َو ٱَّللَّ ُ ب ِ َم ا ت َعْ َم ل ُ و َن َخ ب ِ ير‬ ۟ ُ ‫وا ي َ ْر ف َ ع ٱَّللَّ ُ ٱ ل َّ ِذ ي َن َء ا َم ن‬۟ ‫ف َ ٱن شُ ُز‬
ِ

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu :


Berlapang lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :
Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadilah : 11).

ِ‫ك ل ِ ي َ د َّب َّ ُر َٰٓو ا ْ َء ا َٰي َ ت ِ ِهۦ َو لِ ي َ ت َذ َكَّ َر أ ُ ْو ل ُو ا ْ ۡٱۡل َ ۡل َٰب َ ب‬ٞ ‫ِك َٰت َ ب أ َنزَ ۡل َٰن َ ه ُ إ ِ ل َ ۡي كَ ُم َٰب َ َر‬

Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
(QS Shad : 29).

2. Kedudukan Hadist

Hadist merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an.


Sehingga hadist berperan sebagai penguat serta penjelas pada persoalan dari
berbagai aspek, baik persoalan yang terkandung dalam al-Qur’an ataupun
sebuah pesoalan yang di hadapi oleh kaum muslim dalam menjalankan
kehidupannya, sesuai dengan yang telah di sampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW untuk dijadaikan sebagai landasan dalam pendidikan
Islam. Kedudukan hadist di dalam kehidupan dan pemikiran Islam

11
mempunyai peranan yang amat penting, sebab di samping hadist digunakan
sebagai landasan untuk memperkuat, serta memperjelas untuk menjawab
pada persoalanpersoalan yang terdapat dalam al-Qur’an, ia juga
memberikan sebuah dasar terhadap pemikiran yang lebih konkret dari pada
alQur’an tentang tatacara penerapan terhadap berbagai aktivitas yang
tentunya akan dikembangkan pada kerangka kehidupan bagai umat
manusia.

Hal tersebut dapat kita lihat, banyak hadist Nabi yang memiliki pada
relevansinya terhadap arah dasar pada pemikiran, serta implikasinya secara
langsung terhadap pengembangan dan implikasi pada dunia pendidikan.
Contoh yang telah dilakukan oleh Nabi dimasa hidupnya, merupakan
sumber dan rujukan yang dapat digunakan bagi umat Islam sebagai
pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Walaupun secara
umum bagian terbesar dari pada syari’ah Islam, itu sudah termuat dalam al-
Qur’an, akan tetapi segala hal yang termuat dalam al-Qur’an tersebut
sebagian masih bersifat global, yakni belum mengatur pada segala dimensi
pada aktivitas kehidupan manusia secara detail. Untuk itu penjelasan
syari’ah yang termuat dalam al-Qur’an sebagian yang masih berifat global
memerlukan pada keberadaan sebuah hadist sebagai landasan yang
berfungsi untuk menjelaskan, serta berperan sebagai penguat terhadap
hukum-hukum al-Qur’an yang ada. Tidak sampai disitu saja sebab hadist
juga berperan sebagai landasan petunjuk untuk dijadikan sebagai pedoman
terhadap kemaslahatan bagi kehidupan manusia dalam menjalankan
kehidupan pada segala aspeknya.

Dari penjabaran yang sudah dipaparkan oleh penulis, dapat terlihat


bagaimana posisi al-Qur’an serta fungsi hadist Nabi yang menjadi sumber
rujukan dalam pendidikan Islam yang utama setelah al-Qur’an. Oleh
karenanya eksistensinya menjadi inspirasi terhadap ilmu pengetahuan yang

12
mempunyai keputusan, serta adanya penjelasan Nabi terhadap pesan-pesan
ilahiah yang tidak termuat dalam al-Qur’an, ataupun yang termuat di dalam
al-Qur’an. Namun masih membutuhkan terhadap penjelasan yang lebih
lanjut untuk di perinci agar dapat dipahaminya.

Keberadaan hadist Nabi Muhammad selain ia berperan sebagai penjelas


terhadap al-Qur’an, juga juga berperan sebagai dasar utama yang dapat
dipergunakan sebagai landasan dalam mengimplementasikan pada
pendidikan Islam. Melalui contoh, serta peraturan-peraturan yang sudah
diberikan oleh Nabi. Tentu hal tersebut merupakan suatu bentuk terhadap
pelaksanaan Pendidikan Islam yang dapat ditiru, serta dapat dijadikan acuan
referensi teoritis ataupun prkatis dalam mengimplementasikan pada
pendidikan Islam.17

Selain ayat Al-quran tentang pendidikan, beberapa hadis


dari Rasulullah SAW ini juga menujukkan betapa pentingnya
pendidikan dan ilmu bagi umat Islam.

‫ َو َم ْن أ َ َرادَهُ َما فَ َعلَ ْي ِه باِلع ِْل ِم‬،‫ َو َم ْن أ َ َرادَ اآلخِ َر َه فَ َعلَ ْي ِه ِب ْالع ِْل ِم‬،‫َم ْن أ َ َرادَ الدُّ ْن َيا فَ َعلَ ْي ِه ِباْلع ِْل ِم‬

Artinya: "Barang siapa yang hendak menginginkan dunia, maka


hendaklah ia menguasai ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat,
hendaklah ia menguasai ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan
keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu." (HR
Ahmad).

‫علَى ُك ِل ُم ْسل ٍِم‬ َ ‫طلَبُ ْالع ِْل ِم فَ ِري‬


َ ‫ضة‬ َ

Artinya: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim." (HR Ibnu
Majah).

17
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat pendidikan Islam : Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), hal.37

13
‫علَى ع ِْلمِ ِه‬
َ َ‫علَى َج ْه ِل ِه َو َل ل ِْلعَال ِِم ا َ ْن َي ْس ُكن‬
َ َ‫َل يَتْبَ ِغ ل ِْل َجا ِه ِل ا َ ْن يَ ْس ُكن‬

Artinya: "Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya
dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya." (HR Ath-
Thabrani).

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjabaran yang sudah dipaparkan oleh penulis diatas, maka penulis
dapat menyimpulkan. Bahwa keududukan al-Qu’an dan Hadist, merupakan
rujukan utama dalam dunia pendidikan. Al-Qur’an memberikan sebuah
pandangan yang mengarah terhadap kehidupan manusia, maka dari itu asas-
asas yang menjadi dasarnya itu memberikan petunjuk terhadap pendidikan
Islam. Sehingga rasanya sangatlah tidak mungkin berbicara tentang pendidikan
Islam, jika tidak mengambil pada al-Qur’an sebagai satu-satunya rujukannya.
Sedangkan hadist merupakan sumber rujukan yang nomer dua setalah al-
Qur’an, meskipun keduanya berperan sebagai rujukan utama dalam pendidikan
Islam.

Namun keduanya memiliki perbedaan antara kedunaya. Sebab jika al-


Qur’an sebagai rujukan utama yang bersifat global, yang tentunya
membutuhkan penasiran guna memahaminya. Sedangkan untuk hadist rujukan
utama bagi pendidikan Islam, serta menjadi penguat serta penjelas pada seluruh
problematika yang ada di dunia ini, baik yang terkandung dalam al-Qur’an
maupun persoalan yang dihadapi oleh para kaum muslim, dengan cara
menyampaikan pada mereka, serta memberikan praktek yang langsung
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tentu hal tersebut dapat dijadaikan
sebagai landasan dalam pendidikan Islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afnan, Mohammad dan Muhammad Nihwan. 2020. Studi Tentang Tujuan Pendidikan
Islam Menurut Azyumardi Azra Mohammad. JPIK Jurnal Pemikiran
Dan Ilmu Keislaman.
Arifin, Zainul. 2010. Studi Kitab Hadis. Surabaya : al-Muna.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Bandung : PT Syaamil Cipta
Media

Fahimah, Iim. 2019. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Dalam Perspektif Islam.
Hawa.
Gumati, Redmon Windu. 2020. Manusia Sebagai Subjek Dan Objek Pendidikan
(Analisis Semantik Manusia Dalam Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Indonesia.
Irfan. 2019. Penafsiran Ayat-Ayat Amanah Dalam Al- Qur’an. Ilmu Al-Qur’an Dan
Tarfsir.
I Isnaini. 2020. Belajar Sepanjang Hayat Dalam Perspektif Hadits (Analisis Kualitas
Hadits). Jurnal Inspirasi : Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan
Islam.

Jalaluddin dan Usman Said. 1994. Filsafat pendidikan Islam, Konsep dan
Perkembangan Pemikirannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Muhammad Fikri Abdun Nasir and Mahmud Arif. 2021. Sumbangan Studi Al-Qur’an
Bagi Keilmuan Islam Dan Pendidikan. Basha ’Ir : Jurnal Studi Al-
Qur’an Dan Tafsir.

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1996), hal.3


Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah. 2013. Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung : Refika Aditama
Nasir, Sahilun. 2002.Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema
Remaja. Jakarta : Kalam Mulia.

15
Nizar, Samsul. 2001. Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta : Gaya Media
Pertama.
Permana, Dian dan Hisam Ahyani. 2020. Implementasi Pendidikan Islam Dan
Pendidikan Multikultural Pada Peserta Didik. Jurnal Tawadhu.

Supriadi, Bambang. 2019. Hakikat Supervisi Dalam Pendidikan Islam. Indonesian


Journal of Islamic Educational Management.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Rosda Karya.

Umar, Husnatul Mahmudah, dan Mei Indra Jayanti. 2021. Peran Nasyiatul Aisyiyah
Dalam Wacana Gender Dan Pendidikan Profetik Bagi Perempuan Di
Bima. Kafa’ah : Journal of Gender Studies.

16

Anda mungkin juga menyukai