Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 3

Nama : Nanang Andreas


NIM : 2281131903
Asal Daerah : Jepara Jawa Tengah
No WA : 081228787123
Mata Kuliah : Ushul Attarbiyah

1. Dalam Pendidikan Islam, posisi al Quran dan al Hadits adalah sebagai landasannya. Al Qur’an
menduduki tempat paling depan dalam pengambilan sumber-sumber pendidikan lainnya. Segala
kegiatan dan proses pendidikan Islam haruslah senantiasa berorientasi kepada prinsip dan nilai-nilai
al-Qur’an. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber
yang termuat dalam Al- Qur’an.

Al-Hadîts merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.

Dalam pendidikan, eksistensinya merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan
keputusan dan penjelasan Nabi Muhammad dari pesan-pesan Ilahiah yang tidak terdapat dalam
al- Qur’an maupun yang terdapat dalam al-Qur’an tapi masih memerlukan penjelasan lebih lanjut
secara terperinci Dalam Pendidikan Islam di sekolah, seluruh kurikulum mencakup materi, metode
dan penilaian sejatinya mesti dikaitkan dengan al Quran dan al Hadits. Adapun pengaitannya
dengan kehidupan sehari hari, tentu saja mesti ditambahi dengan ijtihad, yang tetap saja didasari
ayat al Quran atau kalimat dari hadits Nabi Muhammaad SAW. Ijtihad dibidang pendidikan
ternyata semakin perlu sebab ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah
bersifat pokok-pokok dan prinsip - prinsipnya saja.

Bila ternyata ada yang agak terperinci, maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam
menerapkan yang prinsip itu.sejak diturunkan sampai Nabi Muhammad SAW wafat, ajaran Islam
telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi
social yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya ajaran Islam sendiri telah berperan
mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim.

2. - Al Nas; Kata an-Nas dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat.
Kosa kata An- Nas dalam Al Qur’an umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai
makhluk sosial. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan
laki-laki dan wanita kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa untuk saling kenal mengenal
atau “berinterksi”.

- Al insan, Kata al-Insan yang berasal dari kata al-uns, dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73
kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah
lembut, tampak, atau pelupa. Dan ada juga dari akar kata Naus yang mengandung arti “pergerakan
atau dinamisme”. Merujuk pada asal kata al-Insan dapat kita pahami bahwa manusia pada dasarnya
memiliki potensi yang positif untuk tumbuh serta berkembang secara fisik maupun mental spiritual.
Di samping itu, manusia juga dibekali dengan sejumlah potensi lain, yang berpeluang untuk
mendorong ia ke arah tindakan, sikap, serta perilaku negatife dan merugikan.

- Al Basyar; Kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26
surat. Secara etimologi al - Basyar juga artikan mulamasah, yaitu persentuhan kulit antara laki-
laki dan perempuan. Makna ini dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki segala sifat kemanusiaan yang terbatas, seperti : makan, minum, seks, keamanan,
kebahagiaan dll. Berdasarkan konsep al- Basyar, manusia tak jauh berbeda dengan makhluk
biologis lainnya. Bani adam, Manusia sebagai Bani Adam, termaktub di tujuh tempat dalam Al-
Qur’an. Menurut al- Raghib al-Ishfahany, bani berarti keturunan dari darah daging yang
dilahirkan. ungkapan bani Adam lebih menekankan pada peringatan terhadap manusia agar
memegang nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka.

Al Nafs; Dari sisi bahasa, kata nafs memiliki beberapa arti, yaitu jiwa, darah, badan, tubuh, dan
orang. Secara umum dapat dikatakan bahwa jiwa (nafs) dalam kontek pembicaraan manusia.
menunjuk pada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Jiwa (nafs) adalah satu
kekuatan dalam diri manusia yang diciptakan Allah dalam keadaan sempurna. Ia berfungsi
menampung serta mendorong manusia berbuat baik atau buruk. Karena itulah sisi dalam manusia
inilah yang perlu mendapat perhatian lebih besar.

3. Pendidikan dalam memandang Manusia sebagai an- Nas salah satu fungsinya adalah :

- Mengingatkan manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Oleh sebab itu sifat sombong harus
dihindari, karena tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri, semuanya saling membutuhkan.
Selain itu konsep an Nas juga mengingatkan manusia untuk menghormati dan menyetarakan
semua jenis ras meskipun berbeda beda warna kulit, beragam rambut dan perbedaan bentuk fisik
lainnya. Sebagai al- Basyar, salah satu aspek yang diperhatikan dalam Pendidikan adalah
pemeliharaan fisik manusia. Diingatkan bahwa pemeliharaan fisik pun sangat diperhatikan dalam
Islam, sehingga
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, bahwa orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah
dari pada mukmin yang lemah.

Selain itu juga mengingatkan manusia bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, tidak patut
merubah bentuk tubuh atau kekayaan yang menempel padanya menjadi kesombonga, karena
secara basyar, manusia akan berakhir di liang lahat dan menjadi makanan cacing di tanah.
Secara bani Adam, manusia dengan Pendidikan diingatkan dengan banyaknya nikmat Allah
Swt yang telah diberikan kepada mereka. Salah satunya adalah nikmat akal dan fikiran. Untuk
mensyukurinya, manusia dituntut untuk menggunakan akal dan fikirannya untuk belajar, dan
menggunakan ilmu yang mereka pelajari untuk kemaslahatan umat manusia.

Secara an - nafs, manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki potensi negative dan
positif. Oleh sebab itu dalam istilah islam ada yang disebut dengan tazkiyatun nafs, penyucian
jiwa dari potensi buruk dan menumbuhkembangkan potensi positifnya.

4. Tujuan Pendidikan Islam secara umum adalah arah yang diharapkan setelah peserta didik
melalu proses Pendidikan.

Adapun secara khusus Pendidikan Islam bertujuan untuk :

-Menciptakan pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang antara fisik,

akal dan spiritual

-Menjadikan manusia berkepribadian Insan Kamil, pribadi yang sempurna menurut ajaran Islam

- Terbentuknya Insan Kamil

-Terciptanya insan kaaffah dari segi religious, budaya dan ilmiah

- Penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah dan warosatul anbiya.

Dengan kata lain, tujuan Pendidikan Islam adalah mewujudkan manusia yang ideal menurut citra
Islam. Jika dikaitkan dengan empat konsep manusia yang dibahas di atas, tujuan Pendidikan
dalam segi an Nas, manusia terhindar dari kesombongan dan saling mengjormati dalam
kehidupan bermasyarakat, secara basyar terpelihara Kesehatan fisiknya, secara bani adam
manusia yang bersyukur akan nikmat Allah, dan dalam perspektif nafs, jiwanya bersih dari
perbuatan jahat dan penuh dengan keinginan untuk berbuat baik.

5. Jika diterapkan dalam Pendidikan di sekolah, tujuan Pendidikan Islam tersebut sangat sesuai untuk
dilaksanakan. Tujuan sebagai insan kamil tersebut telah mencakup seluruh materi pembelajaran
dalam kurikulum sekolah. Kompetensi sosial, yang menuntut keseimbangan dalam Pendidikan
akhlakul karimah dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dapat dilaksanakan dengan
petunjuk dari al Quran dan as Sunnah. Begitupun konsep Pendidikan jasmani yang sesuai dengan
contoh Rasulullah Saw dapat dipalajari melalui ayat Quran, hadits, dan Sirah nabawiyah.
Mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan dengan menggunakan segala potensi diri dan
fasilitas sekolah atau madrasah sesuai dengan tata laksananya juga menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari Pendidikan di sekolah. Pada akhirnya, semua tujuan Pendidikan itu bermuara
pada tazkiyatun
nafs, penerapan semua ilmu yang dipelajari dan akhlak yang dibiasakan di sekolah
dalam kehidupan sehari hari.

Penerapan itu hanya akan berhasil dan berkesinambungan, jika nafs para pelajar telah melalui
proses tazkiyah, peniadaan keinginan berbuat keji, dan pemenuhan keinginan untuk berbuat
baik.

Anda mungkin juga menyukai