Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

KONSEP DASAR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Ada beberapa perbedaan mengenai istilah pendidikan dalam bahasa
Arab, yaitu:
1. Kata “al-Tarbiyah” merupakan proses menyeluruh yang dilakukan terhadap
manusia, baik jiwa dan raganya, akal dan perasaannya, perilaku dan
kepribadiannya, sikap dan pemahamannya, cara hidup dan berpikirnya. Al-
Tarbiyah merupakan proses kegiatan, bukan sesuatu yang bersifat materi.
Aktivitas ini meliputi perhatian, pengarahan dan pemberian bantuan bantuan
untuk memformasi perilaku individu dan membantu pola tubuh, sosial,
kejiwaan, akhlak dan lainnya.
2. Kata at-Ta’lim merupakan proses pemberitahuan dan penjelasan tentang
sesuatu yang meliputi isi dan maksudnya secara berulang-ulang, kontinu,
bertahap, menggunakan cara yang mudah diterima, menurut adab-adab
tertentu, bersahabat, berkasih sayang sehingga muta’alimin mengetahui,
memahami dan memilikinya yang dapat melahirkan amal shaleh yang
bermanfaat di dunia dan akhirat untuk mencapai ridha Allah.
3. Kata at-tahzib memiliki arti sebagai pembinaan akhlak yang dilakukan
seorang muhadzib (guru) terhadap mutahadzib (murid) untuk membersihkan
dan memperbaiki perilaku dan hati nurani dengan sesegera mungkin karena
adanya suatu penyimpangan atau mewujudkan insan Muslim yang berhati
nurani bersih, berperilaku yang baik sesuai ajaran Allah SWT.
4. Kata at-Ta’dib mempunyai pengertian sebagai penanaman, pembinaan dan
pengokohan akhlak pada diri anak dengan syariat Allah dan cara yang baik
agar ia (muta’addib) berhati bersih, berperilaku baik, beriman, beramal
shaleh dan bertakwa untuk mencapai ridha Allah.

B. Kedukan Akal dan Wahyu dalam Islam


Kedudukan akal dan wahyu dalam Islam itu sangat penting. Akal inilah
yang menjadi wadah dalam menampung akidah, syariah serta akhlak dan
menjelaskannya. Dengan menggunakan akalnya secara baik dan benar sesuai
dengan petunjuk Allah, manusia akan selalu merasa terikat dan dengan sukarela
mengikatkan diri kepada Allah SWT.
Namun, kedudukan dan peranan akal dalam ajaran Islam tidak boleh
bergerak tanpa bimbungan wahyu. Sebab, wahyu berfungsi untuk meluruskan
akal kalau ia menjurus ke jalan yang benar-benar salah akibat berbagai
pengaruh. Karena itu, Allah memberi petunjuk kepada umat manusia berupa
wahyu yang tertuang dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Dalam Islam, kedudukan akal dan wahyu merupakan “sokoguru” ajaran
Islam. Namun, perlu ditegaskan, dalam sistem ajaran Islam, wahyulah yang
pertama dan utama untuk dijadikan referensi, sedangkan akal menjadi peringkat
kedua. Wahyu langsung yang sekarang dapat dibaca dalam kitab suci Al-Qur’an
maupun wahyu yang tidak langsung melalui sunnah Rasulullah SAW., yang kini
dapat dibaca dalam kitab hadis-hadis shahih, memberi tuntunan, arah dan
bimbingan kepada akal manusia. Maka, akal manusia harus dimanfaatkan dan
dikembangkan secara baik dan benar untuk memahami wahyu dan berjalan
sepanjang garis-garis yang telah ditetapkan dan diatur Allah SWT dalam wahyu-
Nya.

C. Konsep Ilmu dalam Islam


Belajar atau menuntut ilmu bagi kita yang mengatas namakan Muslim,
merupakan hal yang sangat mendasar alias penting. Bahkan, mengingat
pentingnya menuntut ilmu bagi setiap Muslim, perintah belajar atau pun
menuntut ilmu menempati posisi kedua setelah iman kepada Allah SWT.
Dengan ilmu yang diperoleh, seorang Muslim diharapkan dapat meningkatkan
kualitas keimanannya dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan baik dan
benar.
Betapa pentingnya posisi mencari ilmu hingga Allah menyuruh kita agar
selalu mencari ilmu melalui beberapa firman-Nya dan sabda yang disampaikan
melalui kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW.: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis, maka, lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Apabila dikatakan: ‘berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS al-Mujadalah, 58:11)
Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa menuntut ilmu tidak mengenal
di mana dan dari siapa kita mendapatkannya. Di mana pun dan pada siapa pun
boleh dipelajari asal ilmu tersebut bermanfaat bagi kehidupan kaum muslimin,
khususnya dan kehidupan umat manusia pada umumnya serta tidak bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, ilmu tersebut
dapat kita ambil dan kita manfaatkan.

D. Dasar-Dasar Pendidikan Islam


1. Dasar Pokok
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
2. Dasar Tambahan
a. Perbuatan dan Sikap Sahabat
b. Ijtihad
Dilihat dari segi materi, ijtihad terdiri dari beberapa jenis:
1) Qiyas (perbandingan)
2) Ijma’ (kesepakatan)
3) Istihsan (kebaikan)
4) Maslahah mursalah (kemaslahatan umat).
E. Proses Pendidikan
Islam selalu mengajarkan agar manusia menjaga keseimbangan, baik
keseimbangan dhohir maupun batin, keseimbangan dunia dan akhirat. Manusia
tidak dianjurkan oleh Islam hanya mencari pengetahuan yang hanya berorientasi
pada urusan akhirat saja. Akan tetapi, manusia diharapkan tidak melupakan
pengetahuan tentang urusan dunia.
Islam menghendaki agar pemeluknya mempelajari pengetahuan yang
dipandang perlu bagi kelangsungan hidupnya hidupnya di dunia dan akhirat
kelak. “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS al-An’am, 06:32).

F. Tujuan Pendidikan Islam


Secara singkat, tujuan pendidikan Islam adalah mengarahkan dan
membimbing manusia melalui proses pendidikan sehingga menjadi orang
dewasa yang berkepribadian Muslim yang taqwa, berilmu pengetahuan dan
berketerampilan melaksanakan ibadah kepada Tuhannya sesuai dengan nilai-
nilai ajaran Islam. Tujuan umum pendidikan Islam ialah Muslim yang
sempurna atau manusia yang taqwa atau manusia yang beriman atau manusia
yang selalu beribadah kepada Allah.

G. Orientasi Pendidikan Islam


Al-Qur’an telah memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita
tentang konsep pendidikan yang komprehensif. Yaitu pendidikan yang tidak
hanya berorientasi untuk kepentingan hidup di dunia saja, akan tetapi juga
beroriantasi untuk keberhasilan hidup di akhirat kelak.
Manusia sebagai insan kamil dilengkapi dengan dua piranti penting
untuk memperoleh pengetahuan, yaitu akal dan hati. Dengan dua piranti ini,
manusia mampu memahami “bacaan” yang ada di sekitarnya.
Pengetahuan yang telah didapat manusia sudah seyogyanya
diorientasikan untuk kepentingan seluruh umat manusia. Namun, tidak bileh
dilupakan bahwa manusia juga hidup berdampingan dengan lingkungan
sehingga tidak bisa serta merta kemajuan kemajuan pengetahuan dan tekhnologi
malah menghancurkan dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi
tugas manusia untuk melestarikan alam ini sebagai pengejawantahan
kekhalifahan manusia sekaligus bentuk ta’abbudnya kepada Allah.
BAB II
LANDASAN METODE PENDIDIKAN QUR’ANI

A. Pandangan Manusia dalam Al-Qur’an


Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan
mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Al-Qur’an justru
memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan
menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski
dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa aaat melakukan
kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini.
Kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia itu baik, benar dan indah.
Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia
itu. Sungguh pun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar
itu indah dan mengisyaratkan adanya dilematis dan proses pencapaiannya. Di
dalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling
mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaiknya yaitu buruk, salah
dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi
sebagai manusia berkualitas muttaqin.

B. Manusia adalah Makhluk Pendidikan


Dalam konteks pendidikan Qur’ani, Nabi Muhammad SAW dijadikan
sebagai figur ideal seorang pendidik yang telah membuktikan dirinya sebagai
orang yang mampu mengubah perilaku individu-individu bahkan umat yang
terkenal memiliki sifat, karakter dan budaya yang keras dan kasar. Nabi
membimbing mereka menjadi pribadi yang saleh, cerdas, berani dan sifat-sifat
terpuji lainnya bahkan pribadi yang melahirkan kebudayaan dan peradaban yang
tinggi. Dalam pandangan pendidikan, upaya Nabi tersebut dikatakan sebagai
suatu tindakan nyata penerapan metode pendidikan yang tepat sesuai dengan
sasaran pendidikan.
Dalam hal ini, Allah SWT menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai
figur ideal seorang pendidik. Al-Quran menyatakan bahwa sungguh, telah ada
pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu. Pendidikan dalam hal
apa pun merupakan implikasi dari pandangan dasar tentang manusia. Demikian
pula pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan
implikasi dari pandangan tentang manusia menurut al-Qur’an, karena Nabi
merupakan figur nyata dari operasionalisasi nilai al-Qur’an, pandangannya
tentang manusia merupakan pandangan al-Qur’an pula.

C. Pengertian Metode Pendidikan Qur’ani


Secara ringkas, metode pendidikan Qurani dapat diartikan sebagai suatu
cara atau tindakan-tindakan dalam lingkup peristiwa pendidikan yang
terkandung dalam al-Qur’an. Dalam konsep ini, segala bentuk upaya pendidikan
didasarkan kepada nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis Nabi
Muhammad SAW. Metode atau jalan oleh al-Qur’an dilihat dari sudut obyek,
fungsi, akibat dan lainnya.

D. Landasan Teoritis Pendidikan Qur’ani


1. Landasan Ideal
Pandangan al-Quran tentang manusia ditekankan pada tiga aspek
penting yang membentuk kebutuhan manusia sebagai makhluk Allah yang
mulia.
a) Asal usul kejadian dan tujuan hidup manusia.
b) Manusia sebagai makhluk psikis.
c) Manusia sebagai makhluk sosial.
2. Landasan Ta’abbudi
Dalam Islam, semua kegiatan harus dimaknai dengan ibadah. Karena
itu, di antara semua manusia memiliki posisi yang sama. Islam tidak
membolehkan kepada siapa pun melakukan kerusakan di muka bumi, baik
terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan.Islam selalu
berorientasi pada keselamatan bagi semua. Demikian pula, Islam tidak
membolehkan saling merugikan, menjatuhkan dan menyakiti.
3. Landasan Tasyri’ (Ketaatan terhadap Hukum Allah SWT)
Syariat menetapkan kaidah dan tatanan tingkahlaku Muslim yang menjadikan
kehidupannya terpola dan sistematis. Ciri khas syariat Islam dilihat dari aspek
berpikir dan terlihat dalam kemampuan berikut ini:
a. Berpikiran dan berwawasan luas karena memandang diri dan kehidupannya
secara utuh dan berkaitan dengan konsepsinya yang menyeluruh tentang alam
dengan seluruh aspek duniawi dan ukhrawi.
b. Berpikiran obyektif serta sadar tentang segala yang diperbuat, dikatakan dan
dikehendaki.
c. Berpikiran kritis menghadapi perkembangan zaman, untuk itu dituntut
berijtihad.
d. Berpikir logis dan mampu mendedukasi.
e. Senang belajar dan mencapai hakikat ilmiah yang menyebabkan terwujudnya
suatu masyarakat yang memiliki budaya berfikir kritis dan kreatif yang
dibentuk oleh system pengajaran dan pendidikan yang benar.

E. Tujuandan Karakter Metode Pendidikan Islam


Di antara karakteristik metode pendidikan Islam ialah:
1. Bersifat menyeluruh (komprehensif) dari proses pembentukan, penggunaan
sampai pada pengembangannya.
2. Luwes dan fleksibel.
3. Selalu berusaha menyeimbangkan antara teoridan praktik.
4. Lebih menekankan pada keteladanan dan kebebasan pendidik.
5. Berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya
interaksi edukatif dan kondusif.
6. Usaha untuk memudahkan proses pengajaran dan tercapainya tujuan secara efektif
dan efisien.
Adapun tujuan utama metode qur’ani adalah memberikan kemudahan dalam
menyampaikan nilai-nilai pendidikan dengan berlandaskan pada ayat-ayat al-
Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW juga menanamkan nilai-nilai berpikir
yang kritis, sistematis, logis dan konsisten serta menyentuh segala aspek
kepribadian, baik sentuhan akal (aqliyah), hati(Qalbiyah), kejiwaan (nafsiah) dan
nurani (atifiah).

F. Prinsip-PrisipMetodePendidikanQur’ani
1. PrinsipKasihSayang
Kasihsayang,
padadasarnyamemberibentukdanwarnapadaseluruhtindakanpraktispendidikanQur’
ani.Kasih saying merupakanlandasan yang
membentukteoridanpraktikpendidikanQur’ani.Konsepinilahirdaridasarkeimanan
yang memancarkanperasaandanmotivasidalamseluruhtindakanpendidikan.
2. PrinsipKeterbukaan
Keterbukaan yang
didasaridandilakukanpendidikdalamsuatutindakanpendidikanakanmendorongterdi
dikuntukmembukadirisehonggabahandanmateripendidikandapatdiserapdanmenjad
ibagiandaridiriterdidik di
sampingdapatmerangsangterdidikuntukmemperhatikandanmengembangkanpotens
i yang dimiliknya.
3. KonsepKeseimbangan (Harmoni)
DalampendidikanQur’ani,
konsepiniditunjukkankeoadakodratdasarmanusiasebagaimakhluk Allah yang
memilikidimensifisikdanruhani yang
kualitasnyasangatditentukanolehadanyakeseimbangan-keseimbangan.
4. PrinsipIntegralitas
Konsepiniberartimemandangterdidikbersamakontekswartu yang
dialaminya.Iniberartibahwapendidikmelihatterdidiksekaligusdenganmengikutserta
kansituasi yang sedangterjadidandihayatinyaberikuttempat yang
sedangdihuninya.Dengandemikian,
tindakanpendidikakansenantiasamengikutiperkembangandanperjalananpengalama
n yang sedangterjadipadadiriterdidikataudengan kata lain
pendidikanselaludilakukansecara actual dankontekstual.
BAB III
METODE DAN PROSES PEMBELAJARAN DALAM ISLAM

A. Proses Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Adapun proses pembelajaran adalah proses
individu untuk mengubahperilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya.

B. Unsur-Unsur Pembelajaran
1. Pendidik (guru)
2. Peserta didik (siswa)
3. Alat bantu.

C. Metode Mengajar
1. Sosiodrama
Pengajaran sosiodrama dapat menyajikan fungsi kelompok yang para
partisipannya dapan mengidentifikasikan konflik-konflik keluarga atau pun
masyarakat.
2. Metode Dialog (Hiwar)
Menurut Abdurrohman An-Nahlawi, dialog atau hiwar adalah percakapan silih
berganti yang dilakukan antara dua orang atau lebih melalui tanya jawab
mengenai suatu topik yang mengarah kepada suatu tujuan.

D. Komunikasi dalam Pembelajaran


Dalam pandangan Soelaeman, komunukasi pendidikan harus memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Guru bermaksud membantu siswa dalam upaya mempelajari berbagai hal yang
diperlukannya untuk mencapai tingkatan kehidupan dewasa.
2. Komunikasi guru dengan siswa bersifat timbal balik.
3. Komunikasi guru dengan siswa mengandung bobot normatif.
Komunikasi dalam pendidikan memiliki ciri khusus, yaitu bersifat
konstruktif, interaktif dan normatif. Proses pendidikan dalam Islam tidak lepas
dari peranan komunikasi, seorang pendidik dituntut harus menguasai konsep-
konsep utama komunikasi supaya apa yang disampaikannya kepada peserta didik
membuahkan hasil yang optimal.

E. Pendidikan dengan Keteladanan


Islam telah mengajarkan melalui Nabi Muhammad SAW dengan cara
meletakkan dalam pribadi Rasulullah suatu bentuk yang sempurna bagi metode yang
Islami agar jadi gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi selanjutnya dalam
kesempurnaan akhlak dan universalisme keagungannya.
Pemberian sesuatu yang baik dalam pandangan Islam merupakan metode
pendidikan yang efektif dan layak diberikan kepada anak didik. Jika orang tua atau
guru menginginkan anak tumbuh dalam kejujuran, amanah, menjauhkan diri dari
perbuatan yang tidak diridhai Allah, kasih sayang, memberikan keteladanan
merupakan kunci utamanya.

F. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan


Dalam upaya memperbaiki anak dan eluruskan penyimpangan, para pendidik
hendaknya membedakan antara dua macam usia anak didik. Demikian pula halnya
dalam upaya pembiasaan dan pembekalan akhlaknya. Untuk orang dewasa ada tata
caranya tersendiri, demikian pula bagi anak kecil. Metode yang digunakan Islam
dalam upaya memperbaiki orang dewasa berkisar pada tiga pokok, yaitu:
1. Ikatan aqidah
2. Penjelasan akan cela dari kejahatannya
3. Perubahan lingkungan
Kebiasaan merupakan salah satu metode yang dapat berpengaruh pada
kepribadian anak.

G. Pendidikan dengan Nasihat


Metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan
menyiapkannya, baik secara moral, emosional maupun sosial adalah pendidikan anak
dengan memberikannya nasihat atau petuah. Nasihat dan petuah ini memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak kesadaran akan hakikat
sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasi
dengan akhlak serta membekalinya dengan prinsip-prinsip yang Islam.

H. Pendidikan dengan Perhatian


Islam dalam keuniversalan prinsip dan peraturannya yang abadi
memerintahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan dan senantiasa
mengikuti serta mengawasi anak-anakanya dalam segala kehidupan dan pendidikan
universal. Melalui pendidikan perhatian yang dilakukan oleh orang tua dan pendidik,
anak akan merasa disayangi, merasa senang dan bahagia serta merasa terawasi
sehingga anak selalu mengikuti terhadap segala sesuatu yang diperintahkan oleh
orang tua dan pendidik serta mudah diarahkan pada perilaku yang positif.

I. Pendidikan dengan Hukuman


Untuk menghindari adanya perbuatan sewenang-wenang dari pihak yang
menerapkan hukuman terhadap anak didik, maka harus dilakukan hal-hal berikut:
1. Penerapan hukuman disesuaikan dengan besar kecilnya kesalahan.
2. Penerapan hukuman disesuaikan dengan jenis, usia dan sifat anak.
3. Penerapan hukuman dimulai dari yang ringan.
4. Jangan lekas menerapkan hukuman sebelum mengetahui sebab musababnya,
karena mungkin penyebabnya terletak pada situasi, peraturan atau pendidik.
5. Jangan menerapkan hukuman dalam keadaan marah, emosi atau sentimen.
6. Sedapat mungkin jangan menggunakan hukuman badan, melainkan pilihlah
hukuman yang pedagogis.
7. Perhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul dari hukuman tersebut.
8. Berilah bimbingan kepada yang terhukum agar mengakui kesalahannya.
9. Pelihara hubungan/jalinan kasih sayang antara pendidik yang menerapkan
hukuman dengan anak didik yang dikenai hukuman. Apabila terganggu, hukuman
tersebut harus diusahakan pemulihannya.

Anda mungkin juga menyukai