Anda di halaman 1dari 13

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran PAI I


Dosen Pengampu: Bapak Moch. Choiruddin, M.Pd.I

Disusun Oleh:
1. Ulil Albab (11910132)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN
SEMARANG TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat, Taufiq
dan Inayah-Nya serta nikmat sehat jasmani/rohani, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula kami haturkan sholawat serta
salam kepada junjungan Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW, keluarga serta sahabat-
sahabatnya. Semoga syafa’atnya mengalir pada kita semua di hari akhir kelak, dan juga selalu
berpegang teguh pada sunnah-sunnahnya. Amien
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Pembelajaran Aqidah Akhlak“ yang
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran PAI I. Di makalah ini
membahas tentang Pengertian Aqidah Akhlak, Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak dan
Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan banyak kesalahan. Besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik
berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Aamien.

Wassalamualaikum wr.wb

Purwodadi, 04 Juni 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,
damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat
manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi
sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk
peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama.

Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman


nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual
ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya
bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati tujuan, dan pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Oleh karena itu, ketika
kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu: Pertama mendidik
siswa untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak yang Islami. Kedua,
mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam (subjek berupa
pengetahuan tentang ajaran Islam). Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar
yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik


agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Sebagai bagian dari pendidikan nasional, Pendidikan Agama Islam
mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam rangka mewujudkan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional.

Salah satu tujuan yang paling mendasar dari perkuliahan Pendidikan Agama
Islam di perguruan tinggi adalah terbentuknya manusia yang memiliki akhlak mulia
dengan didasari iman yang tangguh dan aturan-aturan syariah yang memadai. Aqidah
ahlak merupakan salah satu materi pendidikan agama Islam. Dalam materi aqidah ahlak
di sana dijelaskan tentang dasar-dasar keimanan terhadap Allah SWT. Juga nilai-nilai
tauhid lainnya. Kemudian dalam materi ahlak di sana dikaji dan dijelaskan tentang
konsep ahlak serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pembahasan atas aqidah
dan ahlak ini menjadi penting adalah agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang utuh atas keimanan, dan pada saat yang sama dia juga mampu
mewujudkan nilai-nilai keimanannya dalam kehidupan nyata di masyarakat dalam
bentuk ahlak yang baik. Inilah salah satu urgensi pendidikan aqidah ahlak, yang
tujuannya adalah untuk memadukan antara konsep dan implementasi
hablumminallah dan hablum minannas dengan baik dan seimbang.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


1. Apakah pengertian Aqidah Akhlaq?
2. Apakah pengertian pembelajaran Aqidah Akhlaq?
3. Bagaimanakah tujuan dari pembelajaran Aqidah Akhlaq?
4. Bagaimanakah metode pembelajaran Aqidah Akhlaq?

C. TUJUAN

Adapun Tujuan dalam makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Aqidah Akhlaq
2. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran Aqidah Akhlaq
3. Untuk mengetahui apa tujuan pembelajaran Aqidah Akhlaq
4. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran Aqidah Akhlaq
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AQIDAH AKHLAQ


1. Pengertian Aqidah Akhlaq
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [ً‫ َع ْقد‬-ُ‫يَ ْعقِد‬-َ‫ ] َعقَد‬artinya
adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah
urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta
terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat
(keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang
mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan
yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Maksudnya
mengikat hati terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang.
Jika dikatakan ‟dia mempunyai akidah yang benar,‟ berarti akidahnya bebas dari
keraguan. Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya
kepada sesuatu. Ada juga ahli yang mendefinisikan bahwa aqidah ialah kesimpulan
pandangan atau kesimpulan ajaran yang diyakini oleh hati seseorang. Adapun aqidah
berarti Iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu
aqidah. Iman berarti membenarkan atau percaya. Iman dan Islam (syariat) membentuk
agama menjadi sempurna.
Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang
hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber
ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada Al-Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak ada
yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu sendiri, dan tidak ada yang lebih tahu
tentang Allah, setelah Allah sendiri, kecuali Rasulullah SAW. Namun, sebagian ulama
menambahkan ijma’ sebagai sumber ajaran Islam ketiga setelah Al-Quran dan Sunnah.
Penjelasan dari sumber-sumber aqidah akhlak yaitu sebagai berikut:
a. Al-Quran
Menurut bahasa Al-Quran memiliki arti bacaan. Menurut istilah Al-Quran adalah
wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara lisan, makna, dan
gaya bahasa (ushlub) yang termaktub dalam mushaf yang dinukil darinya secara
mutawatir. Al-Quran adalah kalam Allah yang hakiki, diturunkan kepada Rasulullah dari
Lauh Mahfuz melalui malaikat Jibril dengan proses wahyu, yang berfungsi sebagai
pedoman bagi umat manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian Al-Quran adalah
perkataan (kalam) Allah yang hakiki, diturunkan kepada Rasulullah SAW dengan proses
wahyu, membacanya termasuk ibadah, disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir
(jumlah orang yang banyak dan tidak mungkin bersepakat untuk berbohong), dan terjaga
dari penyimpangan, perubahan, penambahan dan pengurangan.

b. Sunnah
Sunnah menurut bahasa Arab, adalah ath-thariqah, yang berarti metode,
kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku. Kata tersebut berasal dari kata as-sunan yang
bersinonim dengan ath-thariq (yang berarti jalan). Mengikuti sunnah berarti mengikuti
cara Rasullulah bersikap, bertindak, berfikir dan memutuskan. Sunnah (sering disebut
juga dengan Hadits), merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Sunnah merupakan sumber hukum
Islam yang kedua setelah Al-Quran. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati
hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
c. Ijma’
Ijma’ dalam pengertian bahasa yaitu upaya (tekad) terhadap sesuatu. Sedangkan
menurut istilah, ijma’ berarti sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid
umat Muhammad SAW setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka
bukanlah orang yang sekedar tahu tentang masalah ilmu tetapi juga memahami dan
mengamalkan ilmu.
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan
hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan
hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari
seluruh bangunan aktivitas manusia atau yang disebut juga dengan akhlak.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aqidah adalah ilmu yang
mengajarkan manusia mengenai kepercayaan (iman) yang pasti wajib dimiliki oleh setiap
orang di dunia. Al_Quran mengajarkan aqidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan
keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-
pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama.
Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
Menurut Al Ghazali yang mengutip dari hadits Rasulullah, bahwa iman itu belum cukup
apabila hanya diucapkan dengan lisan dan ditulis di atas kertas. Iman harus direalisasikan
dalam perbuatan dan amal shaleh. Iman ialah percaya (yakin) dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan dilaksanakan dengan anggota badan atau perbuatan. (HR Ibn Majah).
Hal ini dapat difahami bahwa iIman harus disertai dengan ketaatan kepada Allah karena
iman adalah tekad yang diwujudkan dalam perbuatan keseharian secara nyata.
Sementara kata “akhlaq” secara etimologi, akhlaq berasal dari kata khalaqa yang
berarti menciptakan, menjadikan, membuat. Akhlaq juga berasal dari bahasa Arab, yaitu
[‫ ]خلق‬jamaknya [‫ ]أخالق‬yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi
pekerti. Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun, ‫ق‬ ٌ P ُ‫ ُخل‬yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫ق‬ ٌ ‫ خَ ْل‬yang berarti kejadian,
yang juga erat hubungannya dengan ‫ق‬ ٌ ِ‫ خَال‬yang berarti pencipta, demikian pula dengan
makhluqun yang berarti yang diciptakan. Sedangkan secara istilah akhlak ialah sifat-
sifat, perangai atau tabi’at seseorang dalam bergaul dengan orang lain atau dalam
bermasyarakat. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai adanya hubungan baik
antara Khaliq dengan makhluq dan antara makhluq dengan makhluq.
Alih bahasa Arab sering menyamakan arti Akhlaq dengan istilah assajiyyah, at-
thab’u, al-‘adatu, ad-dinu, al-muru’atu yang kesemuanya diartikan dengan akhlak,
watak, kesopanan, perangai, kebiasaan dan sebagainya. Kemudian Abuddin Nata
menjelaskan, bahwa kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas tampaknya
kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq. Berkenaan
dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistik kata akhlaq
merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata,
melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Akhlak secara kebahasaan bisa
baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun
secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik sehingga
orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti,
kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan
secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu
baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul
karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa
perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

2. Hubungan Aqidah dengan Akhlak


Aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri
bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam aqidah Islam. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan
al-Baihaqi).
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini,
agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai
kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa
baginya. Atas dasar ini agama tidak mengutarakan akhlak semata tanpa dibebani rasa
tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-
ajarannya karena agama tersusun dari keyakinan (aqidah) dan perilaku. Oleh karena itu
akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup hanya
disimpan dalam hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bentuk akhlak yang baik. Dengan kata lain bahwa untuk mempergunakan dan
menjalankan bagian aqidah dan ibadah, perlu pula berpegang kuat dan teguh dalam
mewujudkan bagian lain yang disebut dengan bagian akhlak. Sejarah risalah ketuhanan
dalam seluruh prosesnya telah membuktikan bahwa kebahagiaan di segenap lapangan
kehidupan hanya diperoleh dengan menempuh budi pekerti (berakhlak mulia).
Aqidah erat hubungannya dengan akhlak. Aqidah merupakan landasan dan dasar
pijakan untuk semua perbuatan. Akhlak adalah segenap perbuatan baik dari seorang
mukalaf, baik hubungannya dengan Allah, sesama manusia, maupun lingkungan
hidupnya. Berbagai amal perbuatan tersebut akan memiliki nilai ibadah dan terkontrol
dari berbagai penyimpangan jika diimbangi dengan keyakinan aqidah yang kuat. Oleh
sebab itu, keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti halnya antara jiwa dan raga. Hal ini
dipertegas oleh Allah SWT dalam Al-Quran, yang mengemukakan bahwa orangorang
yang beriman yang melakukan berbagai amal shaleh akan memperoleh imbalan pahala
disisi-Nya. Dia akan dimasukkan ke dalam surga Firdaus. Penegasan ini dikemukakan
dalam firman Allah SWT. sebagai berikut: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka
kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya” (QS. Al-Kahfi: 107-
108).

3. Dasar Aqidah Akhlaq


Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-
sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al Hadits
adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya
suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur’an
dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.”
Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an.” Islam mengajarkan agar
umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan
buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah,
maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya “Sesungguhnya telah
datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang
kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang
lurus.” Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau
Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan
untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata
yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).

B. PENGERTIAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ


Kata pembelajaran berasal dari dua kata dasar “belajar” dan “mengajar”. Dalam
proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Hamalik
menegaskan, bahwa mengajar adalah proses bimbingan kegiatan belajar, bahwa kagiatan
mengajar hanya akan bermakna apabila terjadi kegiatan belajar. Lebih lanjut Oemar
Hamalik memaparkan, bahwa Proses Belajar Mengajar berkaitan dengan pengertian
belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi. Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang
mengondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar dengan baik sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Dari pengertian di atas bahwa pembelajaran adalah proses yang
kompleks di dalamnya mencakup kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan pembelajaran Aqidah Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk
dalam bidang keagamaan, pembelajaran itu juga diarahkan pada peneguhan aqidah di
satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain
dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ


Jika ingin melakukan sesuatu, tentu kita mempunyai tujuan yang kita ingin capai.
Demikian juga mempelajari Aqidah Akhlak diharapkan bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain. Sehingga dapat melaksanakan/mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat
islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun tujuan
mempelajari aqidah akhlak adalah :
1. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan sejak lahir. Setiap manusia
dilahirkan dalam fitrah ber-Tuhan (mengakui Tuhan) dengan naluri dan perasaan,
sehingga dalam perjalanannya manusia menacari Tuhan.
2. Memelihara manusia dari kemusyrikan, Musyrik adalah menyekutukan Allah
atau menyepadankan Allah dengan Tuhan  Lain. Aqidah Islam memberikan
tuntunan yang jelas kepercayaan terhadap Allah SWT.
3. Menghindarkan diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan, yang
membedakan manusia dengan makhluk lain adalah akal pikiran pendapat/paham.
Hanya didasarkan pada akal pikiran manusia sendiri tanpa dituntun wahyu
Aqidah Islam.
4. Memperoleh kemajuan rohani, dengan ilmu akhlak yang dimilikinya itu dia
selalu berusaha memelihara diri supaya senantiasa berada pada garis akhlak yang
mulia dan menjauhi segala bentukakhlak yang tercela.
5. Sebagai penuntun kebaikan, Rasulullah saw. sebagai teladan utama, karena beliau
mengetahui akhlak mulia yang menjadi penuntun kebaikan manusia.
6. Memperoleh kesempurnaan Iman, Iman yang sempurna akan melahirkan akhlak.
Untuk menyempurnakan iman, haruslah mempelajari ilmunya.
7. Memperoleh keutamaan dihari akhir, orang-orang yang berakhlak mulia, akan
menempuh kedudukan yang terhormat dihari kiamat.
Sedangkan menurut Prof, DR. Hamka (1976) mengungkapkan bahwa yang
menjadi tujuan dalam pengajaran akhlaq adalah ingin mencapai setinggi-tingginya budi
pekerti dan akhlaq. Menurut Ali Hasan (1988) bahwa tujuan pokok akhlak agar setiap
orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabi’at), berangai atau beristiadat yang
baik/yang sesuai ajaran islam. Adapun secara spesifik pengajaran Akhlak memiliki
tujuan secara khusus adalah:
 Agar peserta didik memiliki pengetahuan dan keyakinan yang benar terhadap hal-hal
yang harus diimani, sehingga dalam bersikap dan bertingkah laku sehari-hari
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.
 Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk
mengamalkan akhlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan
akhlak yang buruk.
 Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia.
Sesorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika
berhubungan dengan Allah SWT, sesame manusia, makhluk lainnya, serta dengan
alam lingkungannya. Oleh Karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur
berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.
 Manghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi
kelebihan oleh Allah SWT dari makhluk lainnya berupa pikiran. Pendapat-pendapat
atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia.

D. METODE PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ


Metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti "melalui"
dan hodos berarti "jalan" atau "cara."] Dengan demikian metode dapat berarti cara
atau  jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. “Metode diartikan juga
sebagai sarana untuk menemukan, menguji dan menguji dan menyusun data yang
diperlukan bagi pengembangan disiplin sesuatu”. Metode pada hakikatnya adalah jalan
atau cara untuk mencapai tujuan. Dari pengertian-pengertian di atas metode adalah jalan
untuk mencapai tujuan yang bermakna untuk ditempatkan pada posisi sebagai cara dalam
menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau
pemikiran secara sistematika.
Metode memiliki kaitan erat dengan pendidikan Islam, sehingga mengandung arti
sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang agar menjadi
pribadi yang Islami. Karena itu metode dalam pendidikan Islam diartikan sebagai suatu
cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam al-Qur'an metode indentik
dengan Thariqah yang terdiri dari objek, fungsi, sifat, akibat dan sebagainya.
Adapun menurut Prof. DR. Hamka, metode pembelajaran Aqidah Akhlaq adalah:
1. Metode Alami
Metode Alami ialah suatu metode dimana akhlaq yang baik diperoleh bukan
melalui didikan, pengalaman, dan latihan, melainkan diperoleh melalui instink atau
naluri yang dimilikinya secara alami. Meskipun demikian metode ini tidak dapat
diharapkan secari pasti tanpa adanya metode atau faktor lain yang mendukung seperti
pendidikan, pengalaman, latihan dan lain sebagainya. Metode ini cukup efektif untuk
menanamkan kebaikan kepada anak, karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi
untuk berbuat kebaikan.

2. Metode mujahadah dan riadhoh


Orang yang ingin dirinya menjadi penyantun maka jalannya dengan
membiasakan bersedekah sehingga menjadi tabiat yang mudah mengerjakan dan tidak
merasa berat lagi. Mujahadah atau perjuangan yang dilakukan guru menghasilkan
kebiasaan-kebiasaan baik memang pada awalnya cukup berat, namun apabila manusia
berniat dengan sungguh-sungguh pasti menjadi suatu kebiasaan. Metode ini sangat tepat
untuk mengajarkan tingkah lakudan berbuat lainnya, agar anak didik mempunyai
kebiasaan berbuat baik sehingga menjadi akhlak baginya, walaupun dengan usaha yang
keras dan melalui perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, guru
harus memberikan bimbingan yang continu kepada anak didiknya, agar tujuan
pembelajaran akhlak ini dapat tercapai secara optimal dengan melaksanakan program-
program pengajaran yang telah ditetapkan.
3. Metode Teladan
Metode teladan yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang dekat
dengannya. Oleh karena itu, dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang berbudi
baik. Pergaulan sebagai slah satu bentuk komunikasi manusia, memang sangat
berpengaruh dan akan memberikan pengalaman-pengalamn yang bermacam-macam.
Metode teladan ini memberikan kesan atau pengaruh atas tingkah laku dan perbuatan
manusia. Sebagaimana dikatakan Hamka (1984) bahwa: “alat dakwah yang paling
utama adalah akhlaki”. Budi yang nyata dapat dilihat pada tingkah laku sehari-hari,
maka meneladani Nabi adalah cita-cita tertinggi dalam kehidupan muslim.
Metode ini sangat efektif untuk mengajarkan akhlak, maka seyogyanya guru
menjadi ikutan/panutan utama bagi murid-muridnya dalam segala hal. Misalnya
kelembutan dan kasih sayang, lemah lembut dalam bertutur kata, disiplin ibadah dan
menghias diri dengan tingkah laku sesuai misi yang diembannya. Jadi, metode ini harus
diterapkan seorang guru jika tujuan pengajaran hendak dicapai. Tanpa guru yang
memberi contoh, tujuan pengajaran sangat sulit akan dicapai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti
wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan aqidah tauhid kepada
kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah
tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir
rukun iman yang pertama.
2. Akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
3. Pembelajaran Aqidah Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT,
dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman,
keteladanan dan pembiasaan.
4. Tujuan pembelajaran Akidah Akhlak adalah Agar siswa memiliki pengetahuan,
penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan ahlak yang baik dan
berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam
hubungannya dengan Allah SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya
dengan alam lingkungan.
5. Adapun metode pembelajaran Aqidah Akhlaq menurut Prof. DR. Hamka , metode
pembelajaran Aqidah Akhlaq ialah :
 Metode Alami
 Metode mujahadah dan riadhoh
 Metode Teladan

B. Kritik dan Saran


Dalam makalah ini pastinya terdapat kekurangan yang menyertai kelebihan, maka
dari itu bila dalam kepenulisan, terdapat banyak kekurangan kami dari penulis minta
mohon untuk memberikan masukan ataupun saran yang membangun sehingga dapat
penulis perbaiki kedepannya. Semoga dari penjelasan kami diatas dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan pada umumnya kepada pembaca serta menambah
ilmu dan pengetahuan kita semua. Amien ya robbal’alamien

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Y. (2007). Studi Akhlak dalam persefektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah
Zuhri Saifuddin, Syamsuddin Yahya “Metode Pengajaran Agama”. Semarang: Pustaka
Pelajar. 1999
Shalih Fauzan bin Muhammad al-Fauzan, Kitab Tauhid-1. Jakarta: Darul Haq, 2016,
h.3.
Tim Manhaj Ilmi Yayasan Islam Al-Huda, Tarbiyah Agama Islam Terpadu, Bogor;
Marwah Indo Media, 2013, h.42.
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2009, h. 2.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, h. 2.
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 29
Imam  Bernadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan IKIP Yogyakarta, 1990), hal.  85. 

Anda mungkin juga menyukai