Anda di halaman 1dari 18

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Saifuddin, M.Ag

Disusun Oleh :
Agus Aji Abdurrohman (2381130048)
Ahmad Alvin Adam (2381130053)
Latifah (2381130065)
Qosim Taufiq Akbar (2381130056)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan
dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kamisebagai mahasiswa, yakni dalam
bentuk tugas yang diberikan oleh Bapak dosen dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan kami.
Shalawat serta dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung
Muhammad saw, sahabat beserta keluarganya karena dengan perjuangan beliau kita bisa
berkumpul di tempat yang mulia ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, Dr. Saifuddin, M.Ag, yang telah
memberikan pengarahan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman sekelompok dan sekelas yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah yang mana meliputi rumusan
masalah hingga kesimpulan dasar-dasar pendidikan islam ini jauh dari sempurna, baik dari
penyusunan, bahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….... ii
I. PENDAHULUAN …………………………………………….………………………... 1
II. RUMUSAN MASALAH .………………………………………….………………… 2
III. PEMBAHASAN ……………………………...………………………………………. 2
A. Sumber Pendididkan Islam .……………………………………………………... 2
B. Dasar-dasar Pendidikan Islam ………………………………………………….. 10

IV. KESIMPULAN ………………………………………….…………………………… 14


V. PENUTUP ……………………………………………………………………...……... 14
VI. DAFTAR PUSTAKA .………………………………………………………………... 15

ii
I. PENDAHULUAN
Pendidian Islam adalah usaha sadar untuk mengarahkan peserta didik menjadi
pribadi muslim yang kamil dan berasaskan Islam.Karena yang di hadapi dalam dunia
pendidikan adalah manusia. Dan mendidik itu merupakan perbuatan yang harus betul-betul
didasari dan disadari dalam rangka membimbing manusia pada suatu tujuan yang akan
dicapai. Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku,
pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana
manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus
mengupayakan perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah tergambar secara utuh dalam
dalam suatu konsep dasar yang kokoh. Islam pun telah menawarkan konsep akidah yang
wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada
perilaku normatif yang mengacu pada syariat Islam. Perilaku yang dimaksud adalah
penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia itu. (An-
Nahlawi, 1995)

Berbicara tentang dasar itu adalah sangat penting dan dasar itu haruslah
menggunakan dasar yang kuat. Di zaman sekarang ini banyak masyarakat yang
menyepelekan tentang pendidikan islam.Ditinjau dari sila pertama dari dasar negara kita
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memberikan kesempatan untuk rakyatnya
melaksanakan ajaran agamanya masing-masing, maka model sistem Pendidikan yang
dikemukakan ini adalah model sistem pendidikan yang ditinjau dari sudut Agama Islam.

Pendidikan agama haruslah mengacu pada perbuatan beribadah, yaitu menyerahkan


diri kepada Allah, dengan konsekuensi rela melakukan semua perbuatan demi Allah dan
sesuai dengan ketentuan Allah.Allah memberikan aturan dalam kehidupan manusia untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan aturan-aturan pada setiap
langkah. (Ramayulis, 1994)

Aspek keimanan dan keyakinan menjadi landasan aqidah yang mengakar dan
integral serta menjadi motivator yang menggugah manusia untuk berpandangan ke depan
serta optimis, sungguh-sungguh dan kesadaran. Sudah barang tentu kesemuanya ini
berdasarkan pada suatu sumber pokok yaitu Al-Qur‟an dan Hadis. (Armai Arief, 2022)

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang sumber-sember dan dasar-dasar
pendidikan itu.

1
II. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa saja sumber Pendidikan Islam?


2. Bagaimna dasar-dasar pendidikan islam?

III. PEMBAHASAN
A. Sumber Pendidikan Islam
Menurut (Adri efferi, 2011, hal. 67) Dasar berfungsi untuk memberikan arah
kepada tujuan yang dicapai, oleh karenanya pendidikan islam sebagai aktivitas yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya memerlukan
landasan untuk memberi arah bagi program tersebut.
Sumber pendidikan islam yang dimaksudkan disini adalah semua acuan atau
rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan
ditransilternalisasikan dalam pendidikan islam. Sumber ini tentunya telah diyakini
kebenaran dan kekuatannya dalam mengatur aktifitas pendidikan,dan telah teruji dari
waktu kewaktu. Sumber pendidikan islam terkadang disebut dengan dasar ideal
pendidikan islam. Urgensi penentuan sumber disini adalah untuk:
1. Mengarahkan tujuan pendidikan islam yang ingin dicapai.
2. Membingkai seluruh kurikulum yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar,yang didalamnya termasuk materi,metode,media,sarana dan evaluasi.
3. Menjadi standard dan tolok ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan pendidikan telah
mencapai dan sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum.
Menurut Sa‟id Ismail Ali, sebagaimana yang dikutip oleh Hasan Langgulung,
sumber pendidikan islam terdiri atas enam macam, yaitu Al-quran,As-sunnah, kata-
kata sahabat (madzhab sahabi), kemaslahatan umat /social (mashalil al-mursalah),
tradisi atau adat kebiasaan masyarakat („uruf),dan hasil pemikiran para ahli dalam
islam (ijtihad). Keenam sumber pendidikan islam tersebut didudukkan secara hierarkis.
Artinya rujukan pendidikan islam dibawah dari sumber pertama (Al-quran) untuk
kemudian dilanjutkan pada sumber-sumber berikutnya secara berurutan. (Abdul Mujib
dkk., 2006, hal. 31-32)
1. Al-Qur’an
Secara etimologi Al-quran bersal dari kata qora‟a, yaqra‟u, qira‟atan atau
qur‟anan, yang berarti mengumpulkan (al-jam‟u) dan menghimpun (al-dhammu)
huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian yang lain secara teratur.
2
Muhammad Salim Muhsin mendefinisasikan Al-quran dengan : “firman Allah
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. yang tertulis dalam mushaf-
mushaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan yang mutawatir dan
membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya)
walaupun surat terpendek. “sedang Muhammad Abduh mendefinisikannya dengan
: “Kalam mulia yang diturunkan oleh Allah kepada nabi yang paling sempurna
(Muhammad SAW), Ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan. Ia
merupakan sumber yang mulia yang esensinya tidak dimengerti kecuali bagi orang
berjiwa suci dan berakal cerdas. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Al-quran dijadikan sebagai sumber pendidikan islam yang pertama dan utama
karena ia memiliki nilai absolute yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT
menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia , yang mana isi
pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-Nya. Tidak satu pun persoalan,
termasuk persoalan pendidikan yang luput dari jangkauan Al-quran.
Nilai esensi Al-quran selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu
dan akhir zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan
hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan
menyangkut masalah teknik perasional. Pendidikan islam yang ideal harus
sepenuhnya mengacu pada nilai Al-quran, tanpa sedikitpun menghindarinya.
a. Sejarah pendidikan islam dalam al-quran
Dalam Al-Quran disebutkan beberapa kisah nabi yang berkaitan
dengan pendidikan.Kisah ini menjadi suri tauladan bagi peserta didik dalam
mengarungi kehidupan. Kisah itu misalnya:
• Kisah nabi Adam as., sebagai manusia pertama, yang merintis proses
pengajaran (ta‟lim) pada anak cucunya, seperti penyebutan tentang asma‟
(nama-nama) benda. Penyebutan nama-nama sama artinya dengan
penelusuran terminology,dan terminologi ekuivalen dengan konsep,
sedangkan konsep merupakan produk penting dari akal budi manusia.
• Kisah nabi Ibrahim as., yang memiliki kepribadian ketuhanan yang tangguh
meskipun hidup pada keluarga dan lingkungan yang korup; mampu bertahan
hidup meskipun dibuang dihutan belantara; perintis metode induktif dalam
mencari kebenaran, sebagaimana ketika ia mencari tuhan; .

3
• Kisah nabi Muhammad SAW, yang kehadirannya membawa berkah
danrahmah bagi semua alam; kehidupannya sederhana, jujur dalam berdagang
dan bisa dipercaya; perilakunya qurani; sikapnya yang tabah menghadapi
berbagai ejekan, cemooh, dan siksaan; tidak pernah memiliki pikiran negative
,sehingga tidak pernah bermimpi mengeluarkan mimpi (ikhtilam); meskipun
matanya terpejam tapi hatinya tetap terjaga untuk berzikir kepada Allah.
• ·Demikian juga kisah-kisah orang yang saleh seperti Luqmam al-hakim yang
selalu menganjurkan dasar-dasar filosofi pendidikan kepada anaknya, tidak
menyekutukan Allah SWT, namun tetap bersyukur kepada-Nya, diserukan
mengerjakan sholat,berbuat sopan santun kepada inu dan bapak,mengajak
yang baik dan meninggalkan yang mungkar, selalu bersabar, hidup
bersahaja,dan tidak menyombongkan diri.
b. Nilai-nilai normative pendidikan islam dalam Al-Quran
Al-Quran memuat nilai normatif yang menjadi acuan dalam pendidikan
islam. Nilai yang dimaksud terdiri atas tiga pilar utama, yaitu:
1. I‟tiqadiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan keimanan, seperti percaya
kepada Allah,malikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir, yang bertujuan untuk
menata kepercayaan individu.
2. Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan etika, yang bertujuan untuk
membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan perilaku
terpuji.
3. Amaliyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari, baik
yang berhubungan dengan:
1) Pendidikan ibadah, yang memuat hubungan antara manusia dengan
Tuhannya,seperti shalat, puasa, zakat, haji dan nazar, yang bertujuan untuk
aktualisasi nilai-nilai ubudiyah.
2) Pendidikan muamalah, yang memuat hubungan antar manusia, baik secara
individual maupun institusional. Bagian ini terdiri atas:
▪ Pendidikan syakhshiyah, seperti perilaku individu seperti masalah
perkawinan, hubungan suami istri dan keluarga serta kerabat dekat,
yang bertujuan untuk membentuk keluarga sakinah dan sejahtera.
▪ Pendidikan madaniyah, yang berhubungan dengan perdagangan seperti
upah, gadai, kongsi, dan sebagainya, yang bertujuan untuk mengelola
harta benda dan hak-hak individu.

4
▪ Pendidikan jana‟iyah, yang berhubungan dengan pidana atas
pelanggaran yang dilakukan, yang bertujuan untuk memelihara
kelangsungan kehidupan manusia, baik berkaitan dengan harta,
kehormatan, maupun hak-hak individu lainnya.
▪ Pendidikan murafa‟at, yang berhubungan dengan acara,seperti
peradilan, saksi maupun sumpah, yang bertujuan untuk menegakkan
keadilan diantara anggoata masyarakat.
▪ Pendidikan dusturiyah, yang berhubungan dengan undang-undang
Negara yang mengatur hubungan antara rakyat dan pemerintah atau
Negara, yang bertujuan untuk stbilitas banmgsa dan Negara.
▪ Pendidikan duwaliyah, yang berhubungan dengan tata Negara, seperti
tata Negara islam, tata Negara tidak islam, wilayah perdamaian dan
wilayah perang, dan hubungan muslim satu Negara dengan muslim
dinegara lain, yang bertujuan untuk perdamaian dunia.
▪ Pendidikan iqtisadiyah, yang berhubungan dengan perekonomian
individu dan Negara, hubungan yang miskin dan kaya, yang bertujuan
untuk keseimbangan atau pemerataan pendapatan.
Al-Quran secara normatif juga mengungkap lima aspek pendidikan
dalam dimensi-dimensi kehidupan manusia, yang meliputi:
1. Pendidikan menjaga agama (hifdz al-dain), yang mampu menjaga
eksistensi agamanya, memahami dan melaksanakan ajaran agama secara
konsekuen dan konsisten, mengembangkan, meramaikan, mendakwahkan,
dan menyiarkan agama.
2. Pendidikan menjaga jiwa (hifdz al-nafs), yang memenuhi hak dan
kelangsungan hidup diri sendiri dan masing-masing anggota masyarakat,
karenanya perlu ditetapkan hukum qishah (pidana islam) bagi yang
melanggarnya, seperti hukuman mati.
3. Pendidikan menjaga akal pikiran (hifdz al-„aqal), yang menggunakan akal
pikirannya untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah dan hukum-
hukumnya, menghindari perbuatann yang merusak akalnya dengan minum
khamr dan zat adiktif, yang karenanya diberlakukan had (sanksi), seperti
cambuk.
4. Pendidikan menjaga keturunan (hifdz al-nasb), yang mampu menjaga dan
melestarikan generasi muslim yang tangguh dan berkualitas, menghindari

5
perilaku seks menyimpang, seperti seks bebas, kumpul kebo, homoseksual,
lesbian, sodomi yang karenanya di undang-undangkan hukum rajam
(lempar batu) atau cambuk.
5. Pendidikan menjaga harta benda dan kehormatan (hifdz al-mal wa al-
„irdh), yang mampu mempertahankan hidup melalui pencarian rezeki yang
halal, menjaga kehormatan diri dari pencurian, penipuan, perampokan,
pencekalan, riba dan kezaliman.
2. As sunah
As-sunah menurut pengertian bahasa berarti tradisi yang bisa dilakukan, atau
jalan yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang terpuji maupun yang
tercela.As-sunah adalah “segala sesuatu yang dinukilkan kepada nabi
SAW.berikut berupa,perkataan, perbuatan, taqrir-nya, ataupun selain dari itu.
Termasuk sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) Nabi SAW.yang belum
kesampaian. Misalnya, sifat-sifat baik beliau, silsilah, nama-nama dan tahun
kelahirannya yang ditetapkan oleh para ahli sejarah, dan cita-cita beliau.
Corak pendidikan Islam yang diturunkan dari Sunnah Nabi Muhammad
SAW.adalah sebagai berikut:
1. Disampaikan sebagai rahmat li al-„alamin (rahmat bagi semua alam), yang
ruang lingkupnya tidak sebatas sepesies manusia, tetapi juga pada makhluk
biotik dan abiotik lainnya. (QS.al-Anbiya:107-108)
2. Disampaikan secara utuh dan lengkap, yang memuat berita gembira dan
peringatan pada umatnya. (QS. Saba‟: 28).
3. Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (QS. al-Baqrah: 119)
dan terpelihara autentitasnya..(QS. al-Hijr: 9).
4. Kehadirannya sebagai evaluator yang mampu mengawasi dan senantiasa
bertanggung jawab atas aktivitas pendidikan. (QS. asy Syura: 48, al-Ahzab:
45, al-Fath: 8).

5. Perilaku Nabi SAW. tercermin sebagai uswah hasanah yang dapat dijadikan
figure atau suri tauladan, karena perilakunya dijaga oleh Allah SWT, sehingga
beliau tidak pernah berbuat maksiat.
6. Dalam masalah teknik oprasional dalam pelaksanaan pendidikan Islam
diserahkan penuh pada umatnya. Strategi, pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran diserahkan penuh pada ijtihad umatnya, selama hal itu tidak

6
menyalahi aturan pokok dalam Islam. Sabda beliau yang diriwayatkan oleh
imam Muslim dan Anas dan Aisyah; “antum a‟lam bi umur dunyakum”
(engkau lebih tau terhadap urusan duniamu). (Abdul Mujib dkk., 2006, hal.
32-40)
3. Kata-Kata Sahabat (Madzhab Shahabi)
Dalam hal ini yang termasuk sahabat ialah orang yang pernah berjumpa
dengan Nabi SAW, sedang ia sendiri dalam keadaan beriman dan mati dalam
islam.Para sahabat Nabi mempunyai karakteristik yang unik dibanding
kebanyakan orang. Fazlur Rahman berpendapat bahwa karakteristik sahabat Nabi
antara lain:
a) Tradisi yang dilakukan para sahabat secara konsepsional tidak terpisah dengan
sunnah Nabi.
b) Kandungan yang khusus dan aktual dari tradisi para sahabat sebagian besar
produk sendiri.
c) Unsur kreatif dan kandungan merupakan ijtihad personal yang telah
mengalami kristalisasi dalam ijma‟, yang disebut dengan madzhab shahabi
(pendapat sahabat). Ijtihad ini tidak terpisah dari petunjuk Nabi terhadap
sesuatu yang bersifat spesifik.
d) Praktik amaliah sahabat identik dengan ijma‟ (konsensus umum). (Adri efferi,
2011, hal. 69)
Sahabat nabi telah memberikan sumbangan yang berarti dalam pendidikan
islam dan perkembangan pemikiran pendidikan dewasa ini. Upaya yang dilakukan
oleh:
➢ Abu Bakar Ash-Shiddiq misalnya, mengumpulkan al qur‟an dalam satu
mushaf yang dijadikan sebagai sumber utama pendidikan islam.
➢ Umar bin Khatthab adalah perannya sebagai bapak revolusioner terhadap
ajaran islam. Tindakannya dalam memperluas wilayah islam dan memerangi
kedzaliman menjadi salah satu model dalam membangun strategi dan
perluasan pendidikan islam dewasa ini.
➢ Ustman bin Affan berusaha untuk menyatukan sistematika berfikir ilmiah
dalam menyatukan susunan al qur‟an dalam satu mushhaf yang semula
berbeda antara mushhaf satu dengan mushhaf lainnya.
➢ Ali bin Abi Thalib banyak merumuskan konsep-konsep kependidikan seperti
bagaimana seyogianya etika peserta didik pada pendidiknya bagaimana ghirah

7
pemuda dalam belajar dan demikian sebaliknya. (Bukhari Umar, 2010, hal.
42-43)
4. Kemaslahatan Umat / Sosial (Mashalih Al-Mursalah)
Mashalih al-mursalah adalah menetapkan undang-undang,peraturan dan
hukum tentang pendidikan dalam hal-hal yang sama sekali tidak disebutkan di
dalam nash, dengan pertimbangan kemaslahatan hidup bersama, dengan
bersendikan asas menarik kemaslahatan dan menolak kemudharatan. Mashalih al-
mursalah dapat diterapkan jika ia benar-benar dapat menarik maslahat dan
menolak mudharat melalui penyelidikan terlebih dahulu, ketetapannya bersifat
umum bukan untuk kepentingan perseorangan serta tidak bertentangan dengan
nash.
Para ahli pendidik berhak menentukan undang-undang atau peraturan
pendidikan islam sesuai dengan kondisi lingkungan dimana ia berada.
Ketentuan yang dicetuskan berdasarkan mashalih al mursalah paling tidak
memiliki tiga kriteria yaitu:
Ø Apa yang dicetuskan benar-benar membawa kemaslahatan dan menolak
kerusakan setelah melalui tahapan observasi dan analisis,
Ø Kemaslahatan yang diambil merupakan kemaslahatan yang bersifat universal
yang mencakup seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya diskriminasi,
Ø Keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan nilai dasar al qur‟an dan as-
sunnah. (Bukhari Umar, 2010, hal. 44)
5. Tradisi atau Adat Kebiasaan Masyarakat (‘Urf)
Tradisi atau adat („urf) adalah kebiasaan masyarakat, baik yang berupa
perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan
merupakan hukum tersendiri, sehingga jiwa merasa tenang dalam melakukannya
karena sejalan dengan akal dan diterima oleh tabiat dan sejahtera.Nilai tradisi
setiap masyarakat merupakan realitas dan multikompleks dan dialektis. Nilai-nilai
itu mencerminkan kekhasan masyarakat sekaligus sebagai pengejawentahan nilai-
nilai universal manusia.Nilai-nilai tradisi dapat mempertahankan diri individu
sejauh di dalam diri mereka terdapat nilai-nilai kemanusiaan.
Apabila nilai-nilai tradisi tidak lagi mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan,
maka manusia akan kehilangan martabatnya. Dalam konteks tradisi ini masing-
masing masyarakat muslim memiliki corak tradisi yang unik yang berbeda antara
satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Sekalipun memiliki kesamaan

8
agama, tetapi dalam hidup berbangsa dan bernegara mereka akan membentuk ciri
unik. Karena alasan seperti ini ada sebutan Islam universal dan islam lokal.
o Islam universal adalah islam yang diajarkan Allah dan rasul-Nya
sebagaimana adanya yang memiliki nilai esensial dan diberlakukan untuk
semua lapisan, misalnya menutup aurat bagi muslim dan muslimah.
o Islam lokal adalah islam adaptif terhadap tradisi dan budaya masyarakat
setempat, sebagai hasil interpretasi terhadap islam universal, seperti
bagaimana bentuk menutup aurat, apakah dengan memakai celana, jubah,
kebaya atau sebagainya.
Penerimaan tradisi ini tentunya memiliki syarat yaitu :
Ø Tidak bertentangan dengan ketentuan nash, baik al qur‟an maupun as-sunnah,
Ø Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang
sejahtera serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan dan kemudharatan.
(Bukhari Umar, 2010, hal. 45)
6. Hasil Ijtihad Ulama
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-Qur‟an dan hadis
yang dihasilkan oleh para ahli pendidikan islam. Ijtihad bidang pendidikan sejalan
dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan terasa semakin urgen dan
mendesak. (Adri efferi, 2011, hal. 68)
Hasil ijtihad berupa rumusan operasional tentang pendidikan islam yang
dilakukan dengan menggunakan metode deduktif maupun induktif dalam melihat
masalah-masalah kependidikan.
Ijtihad dalam pendidikan islam tentunya tetap merujuk kepada al Qur‟an dan
sunnah sebagai sumber utama sistem pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah
dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup manusia di
suatu tempat dalam situasi dan kondisi tertentu. Jadi teori-teori pendidikan islam
yang baru dari hasil ijtihad harus disesuaikan dengan ajaran islam dan kebutuhan
hidup manusia. Pentingnya ijtihad ini tidak lepas dari kenyataan bahwa pendidikan
islam di satu sisi dituntut agar senantiasa sesuai dengan dinamika zaman dan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang dengan cepat.
Sementara disisi lain dituntut agar mempertahankan kekhasannya sebagai
sebuah sistem pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai agama. Ini merupakan
masalah yang senantiasa menuntut mujtahid muslim dibidang pendidikan untuk
selalu berijtihad sehingga teori pendidikan islam senantiasa relevan dengan

9
tuntutan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tersebut.
(Ahmad Tantowi, 2008, hal. 20-21)
B. Dasar-dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan islam merupakan landasan personal untuk merealisasikan
dasar ideal atau sumber pendidikan islam. Menurut Hasan Langgulung dasar
operasional pendidikan islam ada enam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi, politik dan
administrasi, psikologis dan filosofis. Keenam dasar itu berpusat pada dasar
filosofis.Penentuan dasar tersebut agaknya sekuler selain tidak memasukkan dasar
religius juga menjadikan filsafat sebagai induk dari segala dasar.
Dalam islam dasar operasional segala sesuatu adalah agama, sebab agama
menjadi frame bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan agama semua
aktivitas kependidikan menjadi bermakna, mewarnai dasar lain dan bernilai ubudiyah,
oleh karena itu enam dasar operasional pendidikan yang telah disebutkan perlu dasar
yang ke tujuh yaitu agama. (Bukhari Umar, 2010, hal. 46)
1) Dasar Historis
Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan
masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan agar
kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik. Dasar ini juga dapat dijadikan
acuan untuk memprediksi mas depan karena dasar ini memberi data input tentang
kelebihan dan kekurangan kebijakan serta maju mundurnya prestasi pendidikan
yang telah ditempuh.
Firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-Hasyr 59 ayat 18:
“Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya esok
hari.” Misalnya bangsa Arab memiliki kegemaran untuk bersastra, maka
pendidikan sastra di Arab menjadi penting dalam kurikulum masa kini. Sebab
sastra lain menjadi identitas dan potensi akademik bagi bangsa Arab juga sebagai
fungsi sebagai sumber perekat bangsa.
2) Dasar Sosiologis
Dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosio-budaya
yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan.Dasar ini juga
berfungsi sebagai tolok ukur dalam prestasi belajar. Artinya tinggi rendahnya
suatu pendidkan dapat diukur dari tingkat relevansi output pendidikan dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat.

10
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak kehilangan konteks
atau tercerabut dari akar masyarakatnya.Prestasi pendidikan hampir tidak berguna
jika prestasi itu merusak tatanan masyarakat. Demikian juga masyarakat yang baik
akan menyelenggarakan format pendidikan yang baik pula. (Bukhari Umar, 2010,
hal. 47)
3) Dasar Ekonomi
Ekonomi dan pendidikan selalu bergandengan semenjak dari zaman dahulu
kala.Ahli-ahli ekonomi semenjak zaman itu, begitu juga pencipta-pencipta sains
telah mengakui peranan yang dimainkan oleh pendidikan dalam pertumbuhan
perkembangan manusia dan selanjutnya pentingnya yang belakangan ini untuk
perkembangan ekonomi.Namun hanya belakangan inilah suatu disiplin ilmu yang
khusus untuk diciptakan. (Hasan Langgulung, 2003, hal. 18)
Dasar ekonomi adalah yang memberikan perspektif tentang potensi-potensi
finansial, menggali dan mengatur sumber-sumber serta bertanggungjawab
terhadap rencana dan anggaran pembelanjaanya. Dikarenakan pendidikan
dianggap sebagai sesuatuyang luhur maka sumber-sumber finansial dalam
menghidupkan pendidikan harus bersih suci, suci, tidak tercampur dengan harta
benda yang syubhat.
Ekonomi yang kotor akan menjadikan ketidakberkahan hasil pendidikan.
Misalnya untuk pengembangan pendidikan, baik untuk kepentingan honorarium
pendidik maupun biaya operasional sekolah, suatu lembaga pendidikan
mengembangkan sistem rentenir. Boleh jadi usahanya itu secara material
berkembang, tetapi secara spiritual tidak akan berkah. Peningkatan ilmu
pengetahuan bagi peserta didik tidak akan memiliki implikasi yang signifikan
terhadap perkembangan moral dan spiritual peserta didik.
Allah berfirman kepada Nabi Dawud. Dalam hadis Qudsi disebutkan: “Hai
Dawud, hindari dan peringatkan kepada kaummu dari makanan syubhat karena
sesungguhnya hati orang yang memakan makanan syubhat itu tertutup dari-
Ku.”Pada hadist ini diisyaratkan bahwa penggunaan harta syubhat (tidak jelas
halal haramnya) tidak diperbolehkan apalagi harta yang haram. (Bukhari Umar,
2010, hal. 48)
Namun hasil pendidikan tidak selalu harus diukur dengan uang, tetapi hal-
hal yang tidak bersifat benda, seperti status, prestise, kebahagiaan, kesempatan,

11
penghargaan, yang tentunya dapat dilihat bekasnya pada individu yang
mempunyai pendidikan itu. (Hasan Langgulung, 2003, hal. 19)
4) Dasar Politik dan Administratif
Dasar politik dan administrasi adalah dasar yang memberikan bingkai
ideologis yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan dan direncanakan bersama. Dasar politik menjadi penting untuk
pemerataan pendidikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dasar ini juga berguna untuk menentukan kebijakan umum („ammah)
dalam rangka mencapai kemaslahatan bersama, bukan hanya untuk golongan
maupun kelompok tertentu.Sedangkan administrasi berguna untuk memudahkan
pelayanan pendidikan agar pendidikan berjalan dengan lancar tanpa adanya
gangguan teknis dalam pelaksanaannya. (Bukhari Umar, 2010, hal. 48)
Sistem pendidikan bermaksud pola total suatu masyarakat dalam intuisi-
intuisi, agen-agen, organisasi-organisasi social yang memindahkan pengetahuan
dan warisan kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan intelektual
seseorang. Untuk maksud klasifikasi adalah berguna dan mudah membicarakan
system pendidikan dalam konteks struktur dan control administrative dan politik.
Disebagian besar negeri-negeri ada kantor-kantor pemerintahan pusat, yang
biasanya disebut kementrian pendidikan, atau kementrian pendidikan dan
kebudayaan yang menyusun, mengadministrasikan, membiayai dan mengontrol
aspek-aspek formal dan cultural pendidikan disemua daerah dan kawasan.
Undang-undang, kurikulum, pegawai-pegawai, bahan dan metode pengajaran
sebagian besar ditentukan di kantor pusat dengan berbagai variasi dalam kondisi
tertentu sesuai dengan keperluan. (Hasan Langgulung, 2003, hal. 20)
5) Dasar Psikologis
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat,
minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga
administrasi, serta sumber daya manusia yang lain. Dasar ini berguna juga untuk
mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan batiniah pelaku pendidikan, agar
mereka mampu meningkatkan prestasi dan kompetisi dengan cara yang baik dan
sehat.
Dasar ini pula yang memberikan suasana batin yang damai, tenang dan
indah dilingkungan pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu
senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi pengembangan

12
lembaga pendidikan. Jadi hubungan psikologi dengan pendidikan adalah
bagaimana, budaya, dan nilai-nilai masyarakat dipindahkan (transmitted), dalam
istilah psikologinya dipelajari (learned), dari generasi tua oleh generasi muda
supaya identitas masyarakat terpelihara.
6) Dasar Filosofis
Dasar filosofis adalah dasar yang memberikan kemampuan memeilih yang
terbaik, member arah suatu sistem, mengontrol dan member arah kepada dasar-
dasar operasional lainnya.Bagi masyarakat sekuler dasar ini menjadi acuan
terpenting dalam pendidikan. Sementara bagi masyarakat religious seperti
masyarakat muslim dasar ini sekedar menjadi bagian dan cara berfikir dibidang
pendidikan secara sistematik, radikal dan universal, yang asas-asasnya diturunkan
dari nilai ilahiyah.
7) Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari dasar agama. Dasar ini
secara detail telah dijelaskan pada sumber pendidikan islam. Dasar ini menjadi
penting dalam pendidikan islam, sebab dengan dasar ini semua kegiatan
pendidikan menjadi bermakna. Kontruksi agama membutuhkan aktualisasi dalam
berbagai dasar pendidikan yang lain seperti historis, sosiologis, politik dan
administrative, ekonomis, psikologis dan filosofis.
Agama menjadi frame bagi semua dasar pendidikan islam. Aplikasi dasar-
dasar yang lain merupakan bentuk realisasi diri yang bersumberkan dari agama
dan bukan sebaliknya. Apabila agama islam menjadi frame bagi dasar pendidikan
islam, maka semua tindakan kependidikan dianggap sebagai suatu ibadah. Sebab
ibadah merupakan aktualisasi diri (self actualization) yang paling ideal dalam
pendidikan islam. (Jalaluddin dan Usman Said, 1996)
Dalam masalah agama aktualisasi disini tidak sama persis dengan apa yang
dimaksud dalam teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Aktualisasi disini
memiliki arti realisasi perilaku keagamaan yang pernah dijanjikan di dalam arwah
antara ruh manusia dan Tuhan.Sedangkan menurut teori Maslow puncak
kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri yang mana agama tidak termasuk di
dalamnya. Kebutuhan akan agama tidak dapat dijelaskan dalam kelima hierarki
kebutuhan tersebut, sebab agama merupakan perilaku transcendental.
Orang yang shalat misalnya semata-mata tidak untuk memenuhi kebutuhan
biologis, aman, cinta, harga diri dan aktualisasi diri tetapi untuk memenuhi

13
kebutuhan transendensi, seperti ikhlas karena-Nya. (Abdul Mujib dkk., 2006, hal.
46-47)

IV. KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Sumber Pendidikan Islam meliputi :
1. Al Qur‟an
2. As Sunnah
3. Kata-kata Sahabat (Madzhab Shahabi)
4. Kemaslahatan Umat/Sosial (Mashalih al Mursalah)
5. Tradisi atau adat kebiasaan masyarakat ( „Urf)
6. Hasil pemikir para ahli dalam islam (ijtihad)
b. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
1. Dasar Historis
2. Dasar Sosiologis
3. Dasar Ekonomi
4. Dasar Politik dan Administratif
5. Dasar Psikologi
6. Dasar Filosofis
7. Dasar Religius

V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mohon maaf apabila dalam penulisan maupun penyampaian banyak
terdapat kesalahan. Kritik saran selalu kami butuhkan untuk memperbaiki pembuatan
makalah di kemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

An-Nahlawi Abdurrahman, 1995 Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,


Jakarta: Gema Insani Press
Arief.Armai 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.Ciputat Press: Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Efferi Adri. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Nora Media Enterprise: Kudus.
Jalaluddin dan Usman Said, 1996 Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Langgulung Hasan. 2003. Asas-Asas Pendidikan Islam. PT Pustaka Al Husna Baru: Jakarta
Mujib Abdul dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Prenada Media: Jakarta
Ramayulis, 1994 Ilmu Pendidkan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Tantowi. Ahmad 2008. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global. PT Pustaka Rizki Putra:
Semarang
Umar Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. AMZAH: Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai