Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAB ISLAM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Bapak Aang Kunaepi, M.Ag.

Disusun oleh kelompok 8:

1. Didik Kurniasandi (2203016225)


2. Muhammad Ulil Albab (2203016235)
3. Nabhan Azmi Widad (2203016246)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai sebuah proses pembinaan, pendidikan dilakukan secara terencana


dan sistematis. Pelaksananya dapat berupa individu atau lembaga seperti keluarga
untuk pendidikan informal, sekolah atau madrasah untuk pendidikan formal, serta
majlis ta'lim dan kegiatan masyarakat untuk pendidikan non formal. Obyek dari
kegiatan ini adalah peserta didik yang membutuhkan bimbingan atau pembinaan.
Pelaksanaan pendidikan didasarkan pada tujuan tertentu dengan cara yang khusus
dalam situasi dan lingkungan tertentu.

Pendidikan yang dilakukan secara terencana membutuhkan dasar dan tujuan


yang jelas. Pendidikan yang dilakukan oleh sebuah negara tentunya didasarkan
pada falsafah atau pandangan hidup negara tersebut. Tujuan pendidikan yang
ingin dicapai oleh negara harus sejalan dengan tujuan negara tersebut. Demikian
pula dengan pendidikan Islam, pendidikan Islam memiliki dasar dan tujuan yang
sejalan dengan ajaran Islam. Tanggung jawab dan kriteria keberhasilan dalam
pendidikan Islam juga harus ditegakkan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Tanggung Jawab Pendidikan Islam?
3. Apa Saja Kriteria Keberhasilan Pendidikan Islam?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
2. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab dari Pendidikan Islam
3. Untuk Mengetahui Kriteria Keberhasilan Pendidikan Islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam


1. Dasar Pendidikan Islam

Pengertian dasar pendidikan merujuk pada pandangan yang menjadi


landasan bagi seluruh kegiatan pendidikan. Karena dasar ini berkaitan dengan hal-
hal ideal dan mendasar, maka diperlukan pandangan hidup yang kokoh dan
menyeluruh serta tidak mudah berubah. Hal ini disebabkan karena pandangan
hidup yang telah diuji oleh sejarah diyakini memuat kebenaran yang tidak dapat
disangkal. Oleh karena itu, dasar pendidikan Islam didasarkan pada al-Qur'an dan
al-Sunnah, karena pandangan hidup (teologi) seorang muslim didasarkan pada dua
sumber tersebut. Kebenaran mutlak yang terkandung dalam al-Qur'an dan al-
Sunnah dipercayai oleh pemeluknya sebagai sesuatu yang transendental,
universal, dan abadi sehingga selalu sesuai dengan fitrah manusia.

Menurut Zakiyah Daradjat, landasan pendidikan Islam dapat dikembangkan


melalui ijtihad al-maslahah al-mursalah, istihsan, qiyas, dan sebagainya. 1
Sedangkan menurut Hasan Langgulung yang mengutip pendapat Sa'id Ismail Ali,
dasar pendidikan Islam terdiri dari enam macam yaitu al-Qur'an, al-Sunnah, qaul
shahabat, masalih al-mursalah, 'urf dan pemikiran hasil ijtihad intelektual
muslim.2

1. Al-Quran

Islam percaya bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah yang disampaikan


kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur'an dianggap
sebagai sumber penjelasan (mulsim), panduan (hidayah), dan kitab suci. Al-
Qur'an memuat petunjuk untuk membawa kebahagiaan manusia baik di dunia

1
Mahyuddin Barni, “Dasar Dan Tujuan Pendidikan Islam,” Al Banjari, 2008.
2
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Alma’arif, 1980).

2
maupun di akhirat. Allah berfirman dalam surat Al-An’an ayat 38 dan surat An-
Nahl ayat 89.
‫َٰٓط‬
‫َو َم ا ِم ن َد ٓاَّبٍة ِفى ٱَأْلْر ِض َو اَل ِئٍر َيِط يُر ِبَج َناَح ْيِه ِإٓاَّل ُأَم ٌم َأْم َثاُلُك مۚ َّم ا َفَّر ْطَنا‬
‫ِفى ٱْلِكَٰت ِب ِم ن َش ْى ٍء ۚ ُثَّم ِإَلٰى َر ِّبِهْم ُيْح َش ُروَن‬
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpunkan. (Q.S Al-An’am ayat 38)

َ‫ِلْلُم ْس ِلِم ين‬ ‫َو َنَّز ْلَنا َع َلْيَك ٱْلِكَٰت َب ِتْبَٰي ًنا ِّلُك ِّل َش ْى ٍء َو ُهًدى َو َر ْح َم ًة َو ُبْش َر ٰى‬

Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan


segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri. (Q.S An-Nahl ayat 89)
Abdunahman Saleh Abdullah mengatakan bahwa para sarjana muslim
memahami "segala sesuatu" sebagai berbagai macam ilmu pengetahuan. Al-
Qur'an menuntut pencarian ilmu pengetahuan melalui analogi (qiyas) dan hadits
Nabi Muhammad SAW yang merupakan bagian dari syari'at Islam. "Segala
sesuatu" mengandung asas-asas dasar Qur'ani yang dapat memberikan petunjuk
tingkah laku manusia. Menurut beberapa penafsir, al-Qur'an menyediakan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat (ilm nafi’) untuk mengatur hubungan manusia
dengan Allah, sesama manusia, dan lingkungan sekitarnya. Aspek pendidikan
dalam al-Qur'an dapat dilihat melalui kata-kata seperti tarbiyah yang berarti
mendidik dan merawat, menurut al-Razi, pendidikan adalah mengetahui
kebutuhan hamba-Nya sebagai anak didik karena Allah adalah Sang Pencipta.
Kata-kata lain seperti qara'a yang berarti membaca dan katab yang berarti
menulis berasal dari kitaban dengan arti tulisan.

2. Hadits atau As-sunnah

Nabi Muhammad SAW sendiri mengidentifikasikan pesan dakwahnya


sebagai pendidik atau pengajar. Banyak sekali hadis-hadis yang membicarakan
tentang pentingnya pendidikan.

3
Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang tidak mencari keridhaan Allah,
tetapi hanya untuk mendapatkan nilai-nilai material dari kehidupan dunia, ia
tidak akan mencium harumnya surga (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah)
Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang diketahuinya, lalu ia
menyembunyikannya, maka ia dikekang pada hari kiamat dengan kekangan
dari neraka. (HR. Ahmad, Abu Daud, dan al-Tarmidzi)
Barang siapa melewati suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah memudahkan
untuknya jalan ke surga (HR. Muslim)
Abuddin Nata, dalam pandangannya, mengklasifikasikan nilai-nilai yang
terdapat dalam al-Qur'an dan al-Hadits menjadi dua jenis, yaitu nilai dasar
(intrinsic) dan nilai instrumental. Nilai dasar merupakan nilai yang ada dengan
sendirinya dan bukan sebagai prasyarat atau alat bagi nilai yang lain. Sementara
itu, nilai instrumental merupakan nilai yang menjadi prasyarat dan alat bagi nilai
yang lain. Adapun nilai-nilai dasar pendidikan Islam terdiri dari tauhid,
kemanusiaan, kesatuan umat, keseimbangan, dan rahmatan lil alamin.3

2. Tujuan Pendidikan Islam

Pakar-pakar pendidikan Islam, seperti Al-Abrasy mengelompokkan tujuan


umum pendidikan Islam menjadi lima bagian, yaitu:
a. Membentuk akhlak yang mulia. Tujuan ini telah disepakati oleh orang-orang
Islam bahwa inti dari pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang mulia,
sebagaimana misi kerasulan Muhammad SAW;
b. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan dunia dan akhirat;
c. Mempersiapkan peserta didik dalam dunia usaha (mencari rizki) yang
profesional;
d. Menumbuhkan semangat ilmiah kepada peserta didik untuk selalu belajar dan
mengkaji ilmu;
e. Mempersiapkan peserta didik yang profesional dalam bidang teknik dan
pertukangan. (al-Abrasy, 1969)4
Bashori Muchsin dan Moh. Sultthon telah menegaskan kembali bahwa
tujuan-tujuan umum pendidikan Islam harus sejalan dengan pandangan manusia
sebagai makhluk mulia Allah yang memiliki akal, perasaan, ilmu, dan

3
Barni, “Dasar Dan Tujuan Pendidikan Islam.”
4
Imam Syafe’i, “Tujuan Pendidikan Islam,” Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2015):
151–66.

4
kebudayaan, serta layak untuk menjadi khalifah di bumi. Tujuan umum ini
mencakup pemahaman, penghayatan, ketrampilan, dan pengertian dalam berbuat.
Oleh karena itu, terdapat tujuan umum yang berbeda untuk tingkat sekolah
permulaan, sekolah menengah, sekolah lanjutan, dan perguruan tinggi, serta ada
pula untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, lembaga pendidikan, dan lain
sebagainya.5
Di samping tujuan-tujuan tersebut, ada sepuluh macam tujuan khas/khusus
dalam pendidikan Islam, yaitu:
a. Memperkenalkan kepada peserta didik tentang aqidah Islam, dasar-dasar
agama, tata cara beribadat dengan benar yang bersumber dari syariat Islam;

b. Menumbuhkan kesadaran yang benar kepada peserta didik terhadap agama


termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia.;

c. Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, malaikat, rasul, dan


kitab-kitabnya;

d. Menumbuhkan minat peserta didik untuk menambah ilmu pengetahuan


tentang adab, pengetahuan keagamaan, dan hukum-hukum Islam dan upaya
untuk mengamalkan dengan penuh suka rela;

e. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-Qur`an; membaca,


memahami, dan mengamalkannya;
f. Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam;

g. Menumbuhkan rasa rela, optimis, percaya diri, dan bertanggung jawab;

h. Mendidik naluri, motivasi, dan keinginan generasi muda dan


membentenginya dengan aqidah dan nilai-nilai kesopanan.6

B. Tanggung Jawab Pendidikan Islam


Ada beberapa wujud tanggung jawab dalam pendidikan Islam.
1. Tanggung jawab keimanan. Keimanan adalah keyakinan yang tertanam dalam
hati, diucapkan dengan kata-kata dan diwujudkan dalam tindakan. Peserta
didik harus memahami prinsip-prinsip keimanan seperti kepercayaan kepada
5
Bashori Muchsin and Moh Sulthon, “Pendidikan Islam Humanistik: Alternatif Pendidikan
Pembebasan Anak,” (No Title), 2010.
6
Syafe’i, “Tujuan Pendidikan Islam.”

5
Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para nabi, hari akhirat, dan takdir Allah.
Allah SWT menegaskan dalam Surat An-Nisa’/4: 136 yang Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepadaAllah dan
rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan
kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa
yang ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya dan hari kemudian maka sungguh orang itu telah tersesat sangat
jauh.”

2. Tanggung jawab pendidikan akhlak. Dalam konteks ajaran Islam, pendidikan


akhlak adalah tanggung jawab yang sangat penting. Akhlak menjadi penanda
utama dalam menilai kualitas hidup seseorang. Nabi Muhammad Saw
dijadikan contoh akhlak mulia yang harus diikuti oleh umat manusia. Bahkan,
ketika ditanya tentang akhlak Rasul, istri Nabi, Aisyah, menjawab bahwa Al-
Qur'an adalah akhlak Rasul. Tugas Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah
adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia, yang sebelumnya dianggap
rusak dan buruk, dan mengubahnya menjadi akhlak terpuji. Para ulama,
dai/daiyah, muballigh, dan pendidik Islam memiliki misi yang sama untuk
melanjutkan tugas ini dan memastikan bahwa peserta didik dan umat Islam
secara konsisten dan komprehensif menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan
mereka.
3. Kewajiban pendidikan fisik adalah bertanggung jawab terhadap kesehatan fisik
atau inderawi yang melibatkan seluruh anggota tubuh. Kewajiban fisik adalah
memastikan tubuh tetap sehat dengan asupan gizi yang mencukupi. Dalam
ilmu kesehatan, disebutkan bahwa makanan sehat harus terdiri dari empat sehat
lima sempurna. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan anak akan makanan sehat. Namun, pemerintah juga
bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi yang merata
bagi rakyat sehingga dapat menciptakan generasi muda yang cerdas, kreatif,
inovatif, profesional, dan berakhlak mulia, serta sehat secara fisik.
4. Tanggung jawab pendidikan akal. Makna akal ialah daya kemampuan berpikir
yang ada pada diri manusia. Akal itu bukanlah otak tetapi hati manusia. Akal
adalah potensi yang sangat luar biasa yang merupakan anugerah terbesar Allah

6
kepada manusia. Akallah yang dapat berpikir tentang trilogi metafisik;
Allah,alam dan manusia. Akal terbagi empat. 1). Akal materil, 2). Akal bakat.
3). Akal aktuil dan akal mustafad. Akal materil maksudnya adalah akal yang
dapat menjelaskan secara deskriptif (apa adanya). Akal bakat adalah akal yang
sudah mulai menangkap dan menterjemahkan. Akal aktuil akal yang dapat
menjelaskan dan menterjemahkan. Sedang akal mustafad ialah akal yang tidak
hanya mampu menjelaskan, memahami tetapi sudah dapat menafsirkan secara
sempurna. Karena itu, dalam pandangan para filosof tanpa bantuan wahyu akal
mustafad dapat menjelaskan kebenaran yang hakiki. Berbeda dengan
pandangan para ahli ilmu kalam bahwa akal manusia tidaklah dapat
menjelaskan kebenaran secara mutlak tanpa bantun wahyu, di sinilah
pentingnya Allah mengutus para nabi untuk menjelaskan kebenaran-kebenaran
mutlak.
5. Tanggung jawab pendidikan jiwa. Kata jiwa adalah kata dalam Bahasa
Indonesia. Kata yang digunakan oleh Al-Qur’an adalah an-Nafs. Jiwa terdiri
dari tiga bagian, yaitu: 1). Jiwa al-Lawwamah. 2). Jiwa al-Mutmainnah dan 3).
Jiwa al-Amarah. Jiwa al-Lawwamah adalah jiwa yang selalu menyesal
terhadap dirinya sendiri. Sebagai contoh, ketika manusia meninggalkan ibadah
salat dan lupa, maka akan terdapat penyesalan dalam dirinya. Jiwa al-
Mutmainnah adalah jiwa yang tenang dan akan kembali kepada Tuhan,
sedangkan jiwa amarah adalah jiwa yang memiliki kecenderungan pada
keburukan. Apa tanggung jawab pendidikan jiwa? Pertama, mendampingi
manusia untuk bersyahadah, yaitu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah. Kedua, membimbing
dan mengisi jiwa dengan pendidikan agama, tausiyah dan zikir (tasbih)
sehingga jiwa menjadi tenang.
6. Tanggung jawab pendidikan sosial. Sosial di sini dipahami adalah masyarakat
yang terdiri atas gabungan beberapa individu, keluarga dan kelompok.
Tanggung jawabnya adalah pembentukan kepribadian yang utuh, sehat jasmani
dan rohani. Tanggung jawab lain dari pendidikan sosial ialah mengajak
manusia kepada trilogi menyeru yaitu menyeru kepada jalan kebaikan,

7
menyeru kepada makruf dan nahi mungkar. Landasannya Q.S. Ali Imran/3:
104, sebagai berikut:
Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Dalam perspektif Islam, serangkaian tiga hal ini akan menghasilkan suatu
masyarakat yang dipenuhi dengan nilai-nilai kebajikan, beriman, taqwa, dan
berakhlak terpuji, baik dalam lingkup keluarga, komunitas, bangsa, dan negara. Di
sisi lain, masyarakat yang dapat mencegah perilaku buruk yang semakin
merajalela di masyarakat saat ini. Oleh karena itu, terbentuklah suatu masyarakat
yang ideal.7
C. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Islam
Secara umum kriteria keberhasilan pembelajaran adalah: (1) keberhasilan
peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes sumatif,
maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60%; (2)
setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ditetapkan oleh kurikulum, tingkat ketercapaian
kompetensi ini ideal 75%; dan (3) ketercapaian keterampilan vokasional atau
praktik bergantung pada tingkat resiko dan tingkat kesulitan. Ditetapkan idealnya
sebesar 75 %. Penyusunan kriteria keberhasilan pendidikan Islam secara
operasional dapat mengikuti taksonomi tujuan pendidikan yang dikembangkan
oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan, yang mendasarkan tujuan pendidikan
atas 3 (tiga) domain, yaitu : 1) Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. 2) Affective Domain (Ranah Afektif) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat,
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 3) Psychomotor Domain (Ranah
Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti shalat, wudhu, memandikan jenazah.8

7
Afrahul Fadhila Daulai, “Tanggung Jawab Pendidikan Islam,” Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan Dan
Konseling 7, no. 2 (2019).
8
Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,” 2010.

8
Taksonomi Bloom adalah sebuah taksonomi yang diciptakan untuk
kepentingan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dikembangkan oleh
Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain atau wilayah, dan setiap wilayah tersebut dipecah lagi
menjadi sub-wilayah yang lebih terperinci berdasarkan urutannya. Beberapa
istilah lain yang mengacu pada ketiga wilayah tersebut termasuk cipta, rasa, dan
karsa, seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro. Selain itu, terdapat
juga istilah penalaran, penghayatan, dan pengamalan. Tiap wilayah kemudian
dibagi lagi menjadi beberapa kategori dan sub-kategori yang diatur secara
hirarkis, mulai dari perilaku yang sederhana hingga perilaku yang paling
kompleks. Setiap tingkat perilaku diasumsikan mencakup perilaku dari tingkat
yang lebih rendah, seperti dalam wilayah kognitif, di mana untuk mencapai
pemahaman yang berada di tingkat kedua, pengetahuan dari tingkat pertama juga
diperlukan. Taksonomi ini banyak digunakan oleh para ahli pendidikan, termasuk
dalam pendidikan Islam.9
Walaupun banyak ahli pendidikan mengikuti taksonomi S. Bloom dan
rekan-rekannya, tetapi perlu dipertimbangkan kembali. Kriteria ini hanya
memperhatikan sejauh mana siswa berhasil mengembangkan dimensi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Namun, pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada
ketiga dimensi ini, tetapi juga membutuhkan dimensi lain yang lebih penting dan
belum dipelajari oleh Bloom, yaitu dimensi iman atau domain iman (Muhaimin,
Konsep Pendidikan Islam, hlm: 72). Domain iman sangat penting dalam
pendidikan Islam karena ajaran Islam meliputi tidak hanya hal-hal rasional, tetapi
juga hal-hal irrasional. Tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk
manusia Muslim yang sempurna, manusia yang taqwa, beriman, dan beribadah
kepada Allah.10 Di mana akal manusia tidak dapat memahaminya kecuali
didasarkan pada iman yang berasal dari al-Qur’an dan al-Hadits yang berisi
prinsip-prinsip ajaran agama Islam. Pendidikan Islam tidak hanya mengenal
empiris sensual dan empiris logis, tetapi juga empiris transcendental yang dapat
9
Unknown, “kriteria keberhasilan pendidikan islam,” Education Center, accessed May 3, 2023,
http://septianindi.blogspot.com/2013/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar_4.html.
10
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Remaja Rosdakarya, 1992).

9
dipahami oleh domain iman manusia. Keberhasilan pendidikan Islam diukur tidak
hanya dari tiga dimensi (Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik), tetapi juga dari
sejauh mana keberhasilannya dalam mengembangkan domain iman. Ini
ditunjukkan dengan kesadaran identitas sebagai seorang mukmin yang mampu
menghadapi tantangan yang dapat menggoyahkan iman, serta selalu
meningkatkan kualitas keimanannya.11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Agama Islam di sekolah merupakan tumpuan utama bagi


masyarakat, sehingga menuntut penanganan yang serius dan profesional terutama
dari kalangan guru dari siswanya, karena pelaku utama pendidikan adalah guru
yang mengajar, mendidik dan siswa yang belajar. Manusia dianugerahi oleh
penciptaNya berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui bimbingan dan
tuntunan yang terarah dan berkesinambungan. Hal ini mengindikasikan bahwa
manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk dididik, dapat dikembangkan
potensinya sekaligus mampu mengembangkan dirinya. Pengembangan pendidikan
agama Islam sebagai budaya sekolah berarti bagaimana mengembangkan PAI di
sekolah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sebagai pijakan nilai, semangat,
sikap, dan perilaku bagi para aktor sekolah seperti kepala sekolah, guru dari
tenaga kependidikan lainnya, orang tua murid, dan peserta didik itu sendiri.

11
Unknown, “kriteria keberhasilan pendidikan islam.”

10
DAFTAR PUSTAKA

Barni, Mahyuddin. “Dasar Dan Tujuan Pendidikan Islam.” Al Banjari, 2008.


Daulai, Afrahul Fadhila. “Tanggung Jawab Pendidikan Islam.” Al-Irsyad: Jurnal
Pendidikan Dan Konseling 7, no. 2 (2019).
Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Alma’arif,
1980.
Muchsin, Bashori, and Moh Sulthon. “Pendidikan Islam Humanistik: Alternatif
Pendidikan Pembebasan Anak.” (No Title), 2010.
Sudjana, Nana. “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,” 2010.
Syafe’i, Imam. “Tujuan Pendidikan Islam.” Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan
Islam 6, no. 2 (2015): 151–66.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Remaja Rosdakarya,
1992.
Unknown. “kriteria keberhasilan pendidikan islam.” Education Center. Accessed
May 3, 2023. http://septianindi.blogspot.com/2013/06/normal-0-false-
false-false-in-x-none-ar_4.html.

11

Anda mungkin juga menyukai