Anda di halaman 1dari 19

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

“DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM, PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SISTEM


KEBENARAN UNIVERSAL, TUJUAN SISTEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM”

Dosen Pengampu : Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Joko Sidiq Purnomo ( 163221215 )

Ria Arti Vitama ( 163221223 )

Mirza Amalia Farah ( 163221229 )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

IAIN SURAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul “DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM,
PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SISTEM KEBENARAN UNIVERSAL, TUJUAN
SISTEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM”.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya
saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas amal
kebaikannya. Amin.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Surakarta, 17 oktober 2017

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan, adalah alat atau sarana bagi manusia untuk mengembangkan keilmuan dan
pengetahua. Islam, telah datang dengan teori dengan konsep yang memiliki syarat, tertata,
dan dikurikulumkan. Adapun teori dan konsep yang baik dari Islam antara lain Al-Qur’an,
Al-Hadits atau As-Sunnah, dan ra’yu. Al-Quran dan Al-Hadits merupakan pondasi dan tiang
yang sangat kokoh dalam pendidikan, dan ra’yu sebagai pelengkap dan memperindah dunia
pendidikan Islam. Jadi, untuk menuju pendidikan yang baik kita harus memiliki pendidikan
yang memiliki dasar seperti Al-Quran, Hadits, dan ra’yu. Namun banyak orang yang belum
mengerti apa saja yang menjadi dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam. Kebenaran universal
artinya tidak mengenal situasi dan kondisi karena memiliki flesibelitas yang tinggi, tidak
mengenal kadaluarsa karena kebenarannya bukan semata-mata materiil, melainkan juga
substansial, bukan sebata tekstual, melainkan juga kontekstual, bukan sebatas fiskal,
melainkan juga metafisikal, natural dan supranatural, rasional dan suprarasional. Demikian
selanjutnya, sehingga sistem pendidikan islam dapada digunakan kapanpun, dimanapun, dan
oleh siapapun, mengingat sumber ontologisnya bersifat universal.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan ada pembahasan mengenai dasar-dasar
pendidikan dalam islam, yaitu menurut al-Quran, al-Hadits dan Ijtihad,pendikan sebagai
sistem kebenaran universal dan tujuan sistematika pendidikan islam.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dasar Ilmu Pendidikan Islam ?
2. Macam-macam Dasar-dasar Pendidikan Islam ?
3. Mengetahui Pendidikan Islam Sebagai Sistem Kebenaran Universal ?
4. Apa saja Tujuan Pendidikan Islam ?
C. Tujuan
1. Memberikan pengertian tentang dasar-dasar pendidikan Islam.
2. Menjelaskan tujuan pendidikan islam.
3. Menjelaskan dasar-dasar Pendidikan Islam menurut Al-Quran, As-Sunnah, Ijtihad
dan Ra’yu
BAB II

PEMBAHASAN

1. Dasar-dasar Pendidikan Islam

A. Pengertian Dasar Ilmu Pendidikan Islam

1
Dasar (Arab: Asas; Inggris: Foudation; Perancis: Fondement; Laitn: Fundamentum)
secara bahasa berarti alas, fundamen, pokok atau pangkal segala sesuatu ( pendapat, ajaran,
aturan). Dasar menurut Ramayulis, adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Maka fungsi

1
Arifin, tanpa tahun, Filsafat Pendidkan Islam.
dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan
untuk berdirinya sesuatu. Dasar mengandung pengertian sebagai berikut:

Pertama, sumber dan sebab adanya sesuatu. Umpamanya, alam rasional adalah dasar
alam inderawi. Artinya, alam rasional merupakan sumber dan sebab adanya alam inderawi.
Kedua, proposisi paling umum dan makna paling luas yang dijadikan sumber pengetahuan,
ajaran atau hukum. Umpamanya, dasar induksi adalah prinsip yang membolehkan pindah dari
hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang umum. Dasar untuk pindah dari ragu kepada yaqin
adalah kepercayaan kepada Tuhan bahwa Dia tidak mungkin menyesatkan hamba-hambaNya.

Dasar ilmu pendidikan Islam tentu saja didasarkan pada falsafah hidup umat Islam
dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu. Ajaran itu bersumber dari al-Qur`an, sunnah Rasulullah saw, (selanjutnya disebut
Sunnah), dan ra`yu( hasil pikir manusia). Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis.
Al-Qur`an harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasan tidak ditemukan di dalam
al-Qur`an, maka harus dicari di dalam sunnah, apabila tidak ditemukan juga dalam sunnah,
barulah digunakan ra`yu. Sunnah tidak bertentangan dengan al-Qur`an , dan ra`yu tidak boleh
bertentangan dengan al-Qur`an dan sunnah.

Pada dasarnya semua dasar agama Islam akan kembali kepada kedua sumber utama
yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah agar umat Islam tidak
tersesat dalam menjalani hidupnya, sebagaimana Sabdanya sebagai berikut:

‫ب اه نوسسنيةن ننبهييهه‬ ‫ت فهعيككعم أنعمنرعيهن نماَإعن تننمسَسسكعم بهههنماَ فنلنعن تن ه‬


‫ هكنتاَ ن‬: ِ‫ضللعواْ بنععهدى‬ ‫تننرعك س‬

“Aku telah meninggalkan padamu dua perkara, jika kamu berpegang teguh padanya kamu
tidak akan sesat sesudahnya, yaitu kitabullah dan sunnah nabinya”.

b. Macam-macam Dasar-dasar Pendidikan Islam

2
Dasar-dasar pendidikan Islam, secara umum dibagi kepada dasar pokok, dasar
tambahan dan dasar oprerasional. Dasar pokok adalah al-Quran dan as-Sunnah, dasar
tambahan berupa perkataan dan perbuatan serta sikap para sahabat, ijtihad, mashlahah
mursalah,urf. Sedangkan dasar operasional meliputi dasar historis, sosial, ekonomi,
politik,psikologis dan fisikologis.
2
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991, Dasar-Dasar Pendidikan Agam Islam.
1) Dasar Pokok dan Tambahan

a) Al-Qur`an

Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad


saw dalam bahasa Arab yang terang, guna menjelaskan jalan hidup yang
bermaslahat bagi umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Terjemahan al-
Qur`an kedalam bahasa lain dan tafsirannya bukanlah al-Qur`an, dan karenanya
bukan nash yang qath`i dan sah dijadikan rujukan dalam menarik kesimpulan
ajarannya.

3
Al-Qur`an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Allah swt
menjelaskan hal ini didalam firman-Nya:

ْ‫ت أنسَن لنهسعم أنعجكراْ نكهبيكرا‬ َ‫إهسَن ههننذاْ اْعلقسعرآْنن ينعههديِ لهلسَهتي ههني أنعقنوسم نويسبنيشسر اْعلسمعؤهمهنينن اْلسَهذين ينععنمسلونن اْل س‬
‫صاَلهنحاَ ه‬

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)


yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,”
(Q.S. Al-Isra`: 9)

Petunjuk al-Qur`an sebagaimana di kemukakan Mahmud Syaltut di


kelompokkan menjadi tiga pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud al-
Qur`an, yaitu: pertama, Petunjuk tentang aqidah dan kepercayaan yang harus
dianut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan serta
kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan. Kedua, Petunjuk
mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma
keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan.
Ketiga, Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubugannya dengan
tuhan dan sesamanya.

Pengelompokan tersebut dapat disederhanakan menjadi dua, yaitu


petunjuk tentang akidah dan petunjuk tentang syari`ah. Dalam menyajikan
3
Surat Al Isra’ ayat 9
maksud-maksud tersebut, al-Qur`an menggunakan metode-metode sebagai
berikut: Mengajak manusia untuk memperhatikan dan mengkaji segala ciptaan
Allah, Menceritakan kisah umat terdahulu kepada orang-orang yang
mengerjakan kebaikan maupun yang mengadakan kerusakan, sehingga dari
kisah itu manusia dapat mengambil pelajaran tentang hukum sosial yang
diberlakukan Allah terhadap mereka., Menghidupkan kepekaan bathin
manusia yang mendorongnya untuk bertanya dan berfikir tentang awal dan
materi kejadiannya, kehidupannya dan kesudahannya,sehingga insyaf akan
Tuhan yang menciptakan segala kekuatan, dan Memberi kabar gembira dan
janji serta peringatan dan ancaman.

Menurut M. Quraish Shihab hubungan al-Qur`an dan ilmu tidak di


lihat dari adakah suatu teori tercantum di dalam al-Qur`an, tetapi adakah jiwa
ayat-ayatnya. menghalangi kemajuan ilmu atau sebaliknya, serta adakah satu
ayat al-Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah
mapan. Kemajuan ilmu tidak hanya dinilai dengan apa yang
dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur terciptanya suatu
iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu itu.Dalam hal ini para ulama`
sering mengemukakan perintah Allah SWT langsung maupun tidak langsung
kepada manusia untuk berfikir, merenung, menalar dan sebagainya, banyak
sekali seruan dalam al-Qur`an kepada manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran dikaitkan dengan peringatan, gugatan,atau perintah supaya ia
berfikir, merenung dan menalar.

Sedangkan menurut al-Syaibani, dalam al-Quran terdapat unsur-unsur


perutusan Nabi Muhammad Saw baik berupa akidah, ibadah, dan perundang-
undangan yang menjadi dasar tujuan pendidikan Islam. Seperti perutusan Nabi
Muhammad Saw mendirikan masyarakat manusia yang bersih, bersih akidah,
bersih hubungan dan bersih perasaan dan tingkah laku. Maka pendidikan yang
didasari al-Quran adalah pendidikan yang mementingkan pembinaan pribadi
dari segala seginya dan menekankan kesatuan manusia yang tidak ada
perpisahan antara jasmani, akal dan perasaan.

b) Sunnah
Al-Qur`an disampaikan oleh Rasulallah saw kepada manusia dengan
penuh amanat, tidak sedikitpun ditambah ataupun dikurangi. Selanjutnya,
manusialah hendaknya yang berusaha memahaminya, menerimanya dan
kemudian mengamalkannya. Sering kali manusia menemui kesulitan dalam
memahaminya,dan ini dialami oleh para sahabat sebagai generasi pertama
penerima al-Qur`an. Karenanya mereka meminta penjelasan kepada
Rasulallah saw, yang memang diberi otoritas untuk itu. Allah SWT
menyatakan otoritas dimaksud dalam firman Allah SWT di bawah ini yang
artinya :

“...dan Kami turunkan kepadamu al-Dzikri (Al Quran), agar kamu


menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
dan supaya mereka berfikir” (Q. S. al-Nahl, 44). Penjelasan itu disebut al-
Sunnah yang secara bahasa al-Thariqoh yang artinya jalan, adapun
hubungannya dengan Rasulullah saw berarti perkataan, perbuatan, atau
ketetapannya Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah terhadap al-
Qur`an adalah sebagai penjelas. Bahkan Umar bin al-Khaththab mengingatkan
bahwa Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata “ Akan
datang suatu kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam
al-Qur`an. Maka hadapilah mereka dengan berpegang kepada Sunnah, karena
orang-orang yang bergelut dengan sunah lebih tahu tentang kitab Allah SWT.

Menurut Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan dalam lapangan


pendidikan sunnah mempunyai dua faedah:

1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di


dalam al-Qur`an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di
dalamnya

2) Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat di praktikkan.

Dengan adanya sunnah sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran,


maka dalam pendidikan apa yang dijelaskan Rasulullah baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrir akan menjadi sumber dasar dalam pendidikan baik
sebagai simtem pendidikan maupun metodologi pendidikan Islam yang harus
dijalani. Apalagi secara ilmiah, Rasulullah dengan al-Quran dan penjelasan
Rasul berupa sunnah selama 23 tahun saja dapat sukses melakukan perubahan
peradaban masyarakat Arab dari Jahiliyah menjadi peradaban madani. Padahal
biasanya perdaban itu dibentuk minimal 100 tahun yang telah berjalan.

c. Ra`yu

Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik pola-pola tingkah laku,


organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan sebagainya.

Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan


sesuai dengan perubahan yang tejadi di masyarakat. Kita tahu perubahan-
perubahan yang ada di zaman sekarang atau mungkin sepuluh tahun yang akan
datang mestinya tidak dijumpai pada masa Rasulullah saw, tetapi memerlukan
jawaban untuk kepentingan pendidikan di masa sekarang. Untuk itulah
diperlukan ijtihad dari pendidik muslim.

Dasar hukum yang memboleh ijtihad dengan penggunaan ra’yu adalah


sebuah hadits percakapan Rasulullah dengan Muaz bin Jabal ketika akan
diutus di Yaman. Artinya,” Hai Muaz: Jika engkau diminta memutuskan
perkara, dengan apakah engkau memutuskannya?”. Muaz menjawab; dengan
Kitab Allah (al-Quran), maka Rasulullah bersabda; Kalau engkau tidak
mendapati (dalam al-Quran itu)” kata Muaz: “dengan Sunnah Rasulullah”,
Rasulullah bersabda kembali; Jika engkay tidak mendapati di situ?’ Muaz
menjawab,” Saya berijtihad dengan pendapatku dan tidak akan kembali”.

Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh- sungguh orang


muslim untuk selalu berprilaku berdasarkan ajaran Islam. Untuk itu manakala
tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur`an ataupun Sunnah tentang
suatu prilaku ,orang muslim akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk
menemukannya dengan prinsip-prinsip al-Qur`an atau Sunnah.

Ijtihad sudah dilakukan para ulama sejak zaman shahabat. Namun,


tampaknya literatur-literatur yang ada menunjukkan bahwa ijtihad masih
terpusat pada hukum syara’, yang dimaksud hukum syara’,menurut Ali
Hasballah ialah proposisi-proposisi yang berisi sifat-sifat syariat (seperti
wajib, haram, sunnat) yang di sandarkan pada perbuatan manusia, baik lahir
maupun bathin. Kemudian dalam hukum tentang perbuatan manusia ini
tampaknya aspek lahir lebih menonjol ketimbang aspek bathin. Dengan
perkataan lain, fiqih zhahir lebih banyak digeluti dari pada fiqih bathin.
Karenanya, pembahasan tentang ibadat, muamalat lebih dominan ketimbang
kajian tentang ikhlas, sabar, memberi maaf, merendahkan diri, dan tidak
menyakiti oang lain. Ijtihad dalam lapangan pendidikan perlu mengimbangi
ijtihad dalam lapangan fiqih (lahir dan bathinnya)

Berdasarkan ra’yu sebagai dasar tambahan, sumber pendidikan Islam


pada masa Khulafa ar-Rasyidin sudah mengalami perkembangan, dimana
selain al-Quran dan as-Sunnah, perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat
dapat dijadikan pegangan dasar pendidikan Islam.

Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran Islam


yang terdapat dalam al-Quran dan as-sunnah hanya berupa prinsip-prinsip
pokok saja. Hal ini dilakukan para ulama dengan kompetensi yang mereka
untuk memerinci hukum-hukum Islam, sebagaimana kita ketahui ulama di
bidang fikih ( Fuqaha), seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Hanafi dan
Imam Ahmad bin Hambal menghasilkan beberapa produk hukum fikih hasil
ijtihad yang mereka lakukan. Begitu pula di bidang tafsir, akhlak, dan
pendidikan, Hal ini didasarkan sebuah hadits Rasulullah saw tentang anjuran
melakukan ijtihad,

Artinya,” Apabila hakim telah menetapkan hukum, kemudian dia


berijtihad dan ijtihadnya itu benar, maka baginya dua pahala, akan tetapi
apabila ia berijtihad dan ternyata ijtihadnya salah, maka baginya satu pahala” (
HR. Bukhari Muslim dan Amr bin Ash).

Berikutnya dasar hasil pemikiran ra’yu adalah mashlahah mursalah


(kemaslahatan umat) yaitu menetapkan peraturan atau ketetapan undang-
undang yang tidak disebutkan dalam al-Quran dan as-Sunnah atas
pertimbangan penarikan kebaikan dan menghindarkan kerusakan. Penarikan
kebaikan dan menghindar kerusakan bisa diterima selama tidak menyalahi
keberadaan-keberadaan al-Quran dan as-Sunnah,benar-benar membawa
kemaslahatan.

Mashlahah mursalah ini, menurut Abdul Wahhab Khallaf dalam


Ramayulis, diterima sebagai dasar pendidikan Islam selama tidak menyalahi
keberadaan al-Quran dan as-Sunnah, benar-benar membawa kemaslahatan,
menolak kemudaratan setelah melalui tahapan observasi, dan kemaslahatan
yang bersifat universal untuk totalitas masyarakat.

Selain mashlahah mursalah yang dapat menjadi dasar pendidikan Islam


hasil ra’yu adalah berupa ‘Urf, yaitu nilai-nilai dan istiadat masyarakat.
Menurut Al Sahad al-Jundi dalam Ramayulis,’Urf diartikan sesuatu yang
tertanam dalam jiwa berupa hal-hal yang berulang dilakukan secara rasional
menurut tabiat yang sehat. Dasar pendidikan dengan mashlahah mursalah dan
‘urf ini dapat dijadikan asas pendidikan selama tidak bertentangan dengan al-
Quran dan as-Sunnah.

2) Dasar Operasional Pendidikan Islam

4
Dasar-dasar oprerasional pendidikan Islam yang terbentuk sebagai
aktualisasi dari dasar ideal, menurut Hasan Langgulung ada enam macam, yaitu
dasar historis, dasar sosial, dasar ekonomi, dasar politik, dasar psikologis dan dasar
fisiologis.

a. Dasar historis adalah pengalaman masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat
sebagai mata rantai yang berkelanjutan dari cita-cita dan praktik pendidikan Islam.
Sedangkan dasar sosial adalah dasar yang memberikan kerangka budaya dimana
pendidikan berkembang.

b. Dasar ekonomi merupakan yang memberikan persepektif terhadap potensi manusia


berupa materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung
jawab terhadap anggaran pembelajaannya.

4
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991, Dasar-Dasar Pendidikan Agam Islam
c. Dasar politik sebagai dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar yang
digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan
rencana yang dibuat.

d. Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang watak peserta
didik, guru dalam proses pendidikan.

e. Dasar fisiologis merupakan dasar yang memberikan kemampuan memilih yang


terbaik, sistem dan mengontrol dalam menentukan yang terbaik untuk dilaksanakan.

Dengan dasar-dasar pendidikan secara operasional bagaimana pendidikan Islam


secara idealitas dan bagaimana pendidikan Islam secara realitas telah berjalan dalam
kurun waktu 14 abad. Pendidikan Islam yang terjadi antara suatu negara secara
operasional akan mengalami perbedaan. Hal ini karena perkembangan historisnya tidak
sama, begitu pula secara sosial, psikologi, politik yang menentukan arah dan pelaksanaan
pendidikan Islam di suatu negara.

C. Pendidikan Islam Sebagai Sistem Kebenaran Universal

Pendidikan Islam sebagai pendidikan universal sudah dijelaskan dalam AlQuran pada
5
QS. Al-Ma‟idah : 3 yang menerangkan kesempurnaan ajaran Islam. Kesempurnaan dari
ajaran Islam adalah karena dalam ajaran Islam tidak hanya membahas hubungan manusia
dengan penciptanya tetapi mengatur juga hubungan manusia dengan sesama manusia dan
lingkungannya. Konsep yang ada dalam pendidikan Islam adalah menciptakan manusia yang
taat kepada Tuhannya dan mampu mengembangkan dirinya di dunia sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dan bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya. Konsep
pendidikan Islam ini dikenal dengan rahmatan lil‟alamin yang artinya memberikan rahmat
kepada semua yang ada alam.

Di Indonesia pendidikan Islam berkembang sejak pertama kali Islam masuk ke


Indonesia pada abad ke-13. Sejak saat itu hingga sekarang pendidikan Islam mengalami
perkembangan. Namum penerapan konsep pendidikan Islam di Indonesia tidak sesuai dengan
tujuan dari pendidikan Islam yang seutuhnya. Penyebabnya adalah dengan adanya pemisahan
pendidikan agama dengan pendidikan umum yang dikembangkan oleh kebudayaan barat
selama masa penjajahan.

5
Surat Al Maidah ayat 3
Pemisahan pendidikan agama dan pendidikan umum yang dilakukan bangsa barat,
mengakibatkan pemetaan ilmu. Pemetaan ilmu ini didasarkan pada sumbernya, yang terbagi
menjadi ilmu agama dan ilmu duniawi. Pemetaan ini akan mengakibatkan bahwa kedua ilmu
tersebut berbeda dan berada di jalannya masing-masing Sehingga tidak mengherankan jika
ditemukan banyak manusia yang pandai dan kaya namum nilai moralnya buruk dan dalam
kehidupannya tidak tenang. Itu terjadi karena manusia tersebut hanya mengejar ilmu duniawi
untuk memperoleh kebahagiaan di dunia.

Hal tersebut berbeda dengan pandangan Islam terhadap ilmu. Pada hakikatnya ilmu
yang ada bersumber pada Allah SWT, yang membedakannya hanyalah bagaimana cara
memperoleh ilmu tersebut. Ilmu agama adalah ilmu yang diperoleh manusia melalui petunjuk
langsung dari Tuhan melalui utusannya. Sedangkan ilmu duniawi adalah ilmu yang diperoleh
manusia melalui akal pikirannya dalam mengkaji berbagai kejadian yang ada di alam.

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan


manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar
manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS. AlAlaq :
1-5)

Ayat tersebut adalah wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa ilmu berasal dari Allah, maka tidak ada satu
alasan pun untuk membedakan antara ilmu agama dan ilmu duniawi. Sesungguhnya ilmu
yang dijarkan oleh Allah adalah untuk kebaikan bagi manusia itu sendiri.

Pembagian ilmu agama dan ilmu duniawi yang terjadi sekarang menyebabkan
pudarnya tujuan dari pendidikan Islam yang sebenarnya. Dengan mulai memudarnya tujuan
tersebut maka esensi Islam dalam pendidikan pun mulai menurun. Saat ini pendidikan Islam
hanya dinilai sebagai pengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan sebagai pembentuk
perilaku. Hal ini membuat pendidikan duniawi yang mendapat pengaruh dari peradaban barat
menjadi lepas kendali dan tanpa batas (borderless).

Keadaan dimana pendidikan menjadi sesuatu yang borderless akan mengakibatkan


munculnya berabagi sikap dimana setiap manusia akan lebih mementingkan dirinya sendiri
dan tidak memperhatikan alam selama apa yang dibutuhkannya terpenuhi. Keadaan ini akan
membuat manusia yang memnguasi ilmu menjadi orang yang sombong dan dapat
menyatakan dirinya sebagai Tuhan. Serta akan memunculkan paham ateisme.
Di Indonesia sendiri pengaruh dari pemisahan antara pendidikan agama dengan
pendidikan umum mengakibatkan banyak manusia yang pandai namun tidak memiliki
ketenangan batin dan moral yang baik. Sehingga tidak mengherankan jika belakangan ini
banyak terjadi kasus yang melibatkan orang-orang yang pandai. Karena nilai Islam dalam
ilmu dan dirinya telah memudar.

Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka tujuan dari pendidikan Islam haruslah
dikembalikan seperti semula, dimana pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat
universal, yang artinya bahwa pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan tentang ketaatan
beribadah. Dengan mengembalikan pendidikan Islam pada konsep awalnya sebagai
pendidikan yang memegang misi rahmatan lil‟alamin.

Untuk mewujudkan misi rahmatan lil‟alamin dalam pendidikan Islam, maka pembagian
terhadap pendidikan agama dan pendidikan umum harus dihilangkan. Kedua pendidikan ini
haruslah berjalan saling beriringan dan menjadi satu kesatuan sehingga mampu
menghasilakan peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan memiliki
kecerdasan dan kepandaian yang mampu memenuhi kebutuhannya dan menyelesaikan
tantangan kehidupan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan
lingkungannya.

6
Yang dimaksud pendidikan uiversal adalah adalah pendidikan yang mencakup
keseluruhan ilmu baik ilmu surgawi maupun ilmu duniawi. Satusatunya pendidikan yang
memilki sifat universal adalah pendidikan Islam. Bukti bahwa pendidikan Islam adalah
pendidikan universal dapat diteliti berdasarkan pada sumber utama dari pendidikan Islam
yaitu Al-Quran yang merupakan kitab suci bagi penganut agama Islam.

Di dalam Al-Quran terdapat banyak sekali ayat-ayat Tuhan yang dijadikan sebagai
sumber ilmu duniawi bagi manusia. Aspek ilmu yang dijelaskan antara lain : sosial, ekonomi,
psikologi, teknologi, astronomi, geologi, politik, kemasyarakatan, kenegaraan, pertanian, dan
berbagai ilmu lainnya yang dibutuhkan manusia untuk merengkuh dunia. Dan ilmu untuk
merengkuh akhirat berupa syariat, akhlak dan aqidah.

Adanya aspek duniawi dan surgawi ini yang menjadikan pendidikan Islam sebagai
pendidikan yang bersifat universal dan mampu memberikan kedamaian, keselamatan, dan
6
Arifin, 1993, Ilmu Pendidikan Islam ( Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner ), Jakarta : Bumi Aksara.
ketenangan bagi seluruh umat manusia.Dengan menerapkan pendidikan Islam seutuhnya ke
dalam semua jejang pendidikan, maka tujuan dari pendidikan nasional bukan hanya angan-
angan belaka, karena mampu melahirkan generasi yang cerdas jasmani dan rohaninya.

D. Tujuan Pendidikan Islam

Jika kita berbicara tentang tujuan pendidikan islam, berarti berbicara tentang nilai-
nilai ideal yang bercorak islami. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan islam
tidak lain adalah tujuan yang merealisasiidealitas islami. Sedang idealitas islami itu sendiri
pada hakikatnya adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh
iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.

Nilai-nilai islami yang fundamental yang mengandung kemutlakan bagi kehidupan


manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyrakat tidak berkecenderungan untuk berubah
mengikuti selera nafsu manusia yang berubah-ubah sesuai tuntutan perubahan sosial. Nilai-
nilai islami yang absolut dari Tuhan itu sebaliknya akan berfungsi sebagai pengendali atau
pengarah terhadap tuntitan perubahan sosial dan individual.

Pendidikan islam bertugas mempertahankan, menanamkan dan mengembangkan


kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari Al-Guran dan Hadits. Nilai
islami yang seharusnya dikembangkan dalam pribadi anak didik melalui proses kependidikan
adalah berwatak fleksibel dan dinamis dakam konfigurasi normatif yang tak berubah
sepanjang masa. Pendidikan islam harus mampu menciptakan manusia muslim yang berilmu
pengetahuan tinggi, dimana iman dan taqwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau
pengamalannya dalam masyarakat manusia.

Dalam proses pendidiakan, tujuan akhir merupakan tujuan umum atau tujuan tertinggi
yang hendak dicapai. Oleh karena suatu tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
ingin diwujudkan dalam pribadi anak didi, maka tujuan akhir itu harus meliputi semua aspek.
7
Tujuan mengandung nilai-nilai islami dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif,
fungsional, dan operasional. Dapat diuraikan secara teoritis sebagai berikut :

a. Tujuan Normatif
Suatu tujuan yang harus dicapai berdasarkan kaidah-kaidah yang mampu
mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinteralisasikan, misalkan :
a) Tujuan formatif yang bersifat memberikan persiapan dasra yang korektif.

7
Arifin, tanpa tahun, Filsafat Pendidkan Islam.
b) Tujuan selektif yang bersifat memberiakn kemampuan untuk membedakan
hal-hal yang benar dan yang salah.
c) Tujuan determinatif yang bersifat memberikan kemampuan untuk
mengarahkan diri kedalam proses pendidikan.
d) Tujuan integratif yang bersifat memberiakn kemampuan untuk
menterpadukan fungsi psikis ke arah tujuan akhir.
e) Tujuan aplikatif yang bersifat memberikan kemempuan penerapan segal
pengetahuan yang telah diperoleh oleh pengalaman.
b. Tujuan Fungsional
Tujuan ini berdasarkan pada kemempuan anak didik untuk memfungsikan daya
kognitif, afektif, dan psikomotor dari hasil pendidikan, tujuan ini meliputi :
a) Tujuan individual yang berdasarkan pada pemberian kemampuan individu
untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinteralisasikan kedal pribadi.
b) Tujuan sosial yang bersasaran pada pemberian kemampuan mengamalkan
nilai-nilai kedalam kehiduapan sosial, iinterpersonal, dan interaksional
dengan orang lain dalam masyarakat.
c) Tujuan moral yang bersasaran pada pemberian kemampuan untuk
berperilaku sesuai denagn tuntutan moralyang bersumber agama.
d) Tujuan profesional yang bersasaran pada pemberian kemampuan untuk
mengamalkan keahliannya sesuai dengan kompetensi.
c. Tujuan Operasional
Tujuan ini mempunyai sasaran teknis manajerial yang meliputi :
a) Tujuan umum yang bersasaran pada pencapaian kemampuan optimal yang
menyeluruh sesuai idealitas yang diinginkan.
b) Tujuan intermediair yang bersifat sementara untuk dijadikan sarana
mencapai tujuan.
c) Tujuan partial yang bersasaran pada suatu bagian dari keseluruhan aspek
dari tujuan umum untuk memudahkan tujuan umum.
d) Tujuan insidental yang bersasaran pada hal-hal yang tidak direncanaka,
yang berkaitan dengan pencapaian tujuan umum.
e) Tujuan khusus yang bersasaran pada faktor-faktor tertentu yaitu
memberikan dan mengembangkan kemampuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dasar-dasar pendidikan islam adalah suatu landasan atau fondasi bagaimana suatu
pendidikan itu bisa berdiri baik dan kuat. Pendidikan Islam harus mengunakan Al Qur’an
sebagai sumber utama dalam merumuskan beberapa teori tentang pendidikan islam.
Melahirkan ilmu pendidikan Islam merupakan pekerjaan yang memerlukan penanganan
bersama oleh segenap anggota masyarakat, dan yang tidak kalah penting adalah dasar atau
pondasi. Dasar yang harus kita anut adalah dasar-dasar pendidikan Islam. Dasar-dasar ilmu
pendidikan Islam adalah dasar atau pondasi yang mengacu pada Islam. Dan dasar-dasar
tersebut adalah Al-Qur’an sebagai pondasi yang kuat dan kokoh, dan As-Sunnah atau Hadits
sebagai tiang yang menopang kekuatan pondasi, sedangkan ra’yu sebagai pelengkap yang
memperindah.
Aturan atau pokok yang digariskan, oleh Allah untuk diterapkan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan-Nya. Sesama muslim, sesama manusia, alam, dan kehidupan
(Al-Qur’an dan Hadits) adalah ayariat yang harus di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari
dan pendidikan.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat
mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan
manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.
B. Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi
pembaca. Dan makalah ini bias bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991, Dasar-Dasar Pendidikan Agam Islam, Jakarta : Bumi
Aksara.

Arifin, 1993, Ilmu Pendidikan Islam ( Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner ), Jakarta : Bumi Aksara.

Arifin, tanpa tahun, Filsafat Pendidkan Islam, Cetaka kedua, Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai