Anda di halaman 1dari 19

KEWAJIBAN BELAJAR DAN MENGAJAR (DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN)

MAKALAH
diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Tafsir Al-Qur’an
Dosen Dr. H. Ending Solehudin M,Ag.

Oleh
Sintia Meilani PGMI/ VI A 018-041-0158

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul  “Kewajban Belajar dan Mengajar dalam pandangan Al-Qur’an ”
pada mata kuliah Tafsir Al-Qur’an ini tanpa ada halangan apapun.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.

Cisarua, 05 Maret 2021

i
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1

1.3 TUJUAN...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................2

2.1. PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR........................................................................2

2.2. AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN


BELAJAR MENGAJAR.............................................................................................................3

1. Q.S. Al-alaq ayat 1-5.........................................................................................................3

2. Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20.............................................................................................5

3. Q.S At-taubah ayat 122.....................................................................................................6

4. Q.S Ali-Imran ayat 191.....................................................................................................7

5. Q.S Al-Ankabut ayat 19-20..............................................................................................9

2.3. Implementasi Konsep Belajar Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas............................10

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................11

KESIMPULAN..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari kemajuan ilmu
pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses pendidikan yang terjadi. Proses
pendidikan itu dapat dikatakan berlangsung dalam semua lingkungan pengalaman hidup
manusia mulai dari lingkup terkecil seperti keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat
luas. Hal ini berlangsung dalam semua tahapan perkembangan seseorang sepanjang
hayatnya yang dikenal dengan istilah longlife education.
Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktu tertentu
saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (min al-mahd ila> al-lahd). Islam juga
memotivasi pemeluknya untuk selalu membaca, menelaah dan meneliti segala sesuatu
yang menjadi fenomena dan gejala yang terjadi di jagad alam raya ini dalam rangka
meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam pandangan Islam tua atau muda,
pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi yang sama dalam menuntut ilmu
(pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang
ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga.
Karena manusia dapat mencapai kebahagiaan hari kelak dengan melalui jalan kehidupan
dunia ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Belajar Dan Mengajar


2. Ayat-ayat Al-Quran yang mengandung tentang kewajiban belajar mengajar  Dan
penafsiran ayat tersebut oleh para ulama
3. Implementasi konsep belajar dalam proses pembelajaran di kelas
1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Pengertian Belajar Dan mengajar

1
2. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang mengandung tentang kewajiban belajar
mengajar  Dan penafsiran ayat tersebut oleh para ulama
3. Untuk mengetahui Implementasi konsep belajar dalam proses pembelajaran di kelas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR

Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk belajar, karena “belajar” telah


dimulainya bahkan sebelum berbentuk sebagai manusia yaitu ketika masih berbentuk
spermatozoa yang belajar berusaha untuk mempertahankan eksistensinya ditengah 200-
600 juta spermatozoa lainnya yang berjuang untuk survive menembus ovum untuk
kemudian menjadi cikal bakal manusia yang mendiami rahim. Banyak diantaranya yang
gugur ditengah jalan dan uniknya hanya satu atau dua sperma yang berhasil finish
mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sementara yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi
ovum yang telah dibuahi.
Secara sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha
memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan). Belajar adalah sesuatu yang
menarik karena sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia selalu berusaha
mengetahui sesuatu  yang berada dalam lingkungannya untuk menunjukkan eksistensi
kemanusiaannya. Sedangkan mengajar adalah memberikan serta menjelaskan kepada
orang tentang suatu ilmu; memberi pelajaran. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang dikerjakan dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuan, sedangkan dalam proses itu sendiri ada sipelajar
yang menerima ilmu dan ada guru yang memberikan pelajaran. Maka berbicara tentang
belajar mengajar, tidak bisa dilepaskan dari ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai objek
dari kegiatan ini.
Sejak awal kehadirannya, islam telah memberikan perhatian yang amat besar
terhadap kegiatan belajar dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini antara lain dapat dilihat
pada apa yang ditegaskan dalam al-Qur’an, dan pada yang secara empiris dapat dilihat
dalam sejarah. Yang dimakud dengan belajar mengajar (pendidikan) dalam arti yang
seluas-luasnya disini adalah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti
disekolah, tetapi juga yang informal dan nonformal. Yaitu pendidikan dan pengajaran

3
yang dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada
siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, menggunakan sarana apa saja,
dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat manusia itu.

2.2. AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN


BELAJAR MENGAJAR

1. Q.S. Al-alaq ayat 1-5

َ ِّ‫اِ ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬


َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ َخل‬
١-‫ق‬

ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬


٢-‫ق‬ َ َ‫خَ ل‬

َ ُّ‫اِ ْق َر ْأ َو َرب‬
٣ - ‫ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬

٤ - ‫الَّ ِذيْ عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬

٥ - ‫َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬

1) bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,


2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

Dalam ayat ini kata iqra’ dapat berarti membaca atau mengkaji. Sebagai
aktivitas intelektual dalam arti yang luas, guna memperoleh berbagai pemikiran dan
pemahaman, tetapi segala pemikiran itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena
iqra` haruslah dengan bismi rabbika.

Menurut Quraish Shihab, kata iqra’ terambil dari akar kata yang berarti
menghimpun, yang mana melahirkan makna lain seperti, menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks yang tertulis

4
maupun yang tidak. Wahyu pertama ini tidak menjelaskan hal spesifik tentang apa
yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki ummatnya membaca apa saja
selama bacaan itu bismi Rabbik, dalam artian bermanfaat bagi manusia.

Sementara kata al-qalam adalah simbol transformasi ilmu pengetahuan dan


teknologi, nilai dan keterampilan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kata ini
merupakan simbol abadi sejak manusia mengenal baca-tulis hingga dewasa ini.
Proses transfer budaya dan peradaban tidak akan terjadi tanpa peran penting tradisi
tulis–menulis yang dilambangkan dengan al-qalam.

Selanjutnya, dapat diketahui pula bahwa ada dua cara perolehan


dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena sebagaimana yang
telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia tanpa pena yang
belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau atas dasar
usaha manusia dan cara kedua adalah mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia.
Meskipun berbeda namun keduanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah SWT.

Wahyu pertama ini dimulai dengan kata ( ‫إقرأ‬ = membaca) yaitu bentuk kata


perintah atau ‫فعل األمر‬ yang merupakan perubahan dari kata bentuk mudhari’ yang
dibentuk dengan mengganti awalan katanya dengan huruf alif. Menurut
kaidah ushul al-fiqh,bahwa kata-kata dalam al-qur’an yang dimulai dari kata
perintah adalah merupakan kewajiban dari perintah iu sendiri, al-ashl fi> al-amr lil
wuju>b. Dari sini dapat dipahami bahwa perintah belajar (membaca) merupakan
sebuah kewajiban bagi ummat islam. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
SAW:

‫سلِ َم ٍة‬ ْ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم‬


ْ ‫سلِ ٍم َو ُم‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
ُ َ‫طَل‬

Artinya : “Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslim dan muslimat”.

Menurut Al-Ghazali, hadith ini menerangkan bahwa sekurang-kurangnya


yang wajib bagi seorang muslim setelah mencapai akil baligh dan keislamannya

5
adalah mengetahui dua kalimat syahadat dan memaknai maknanya, tidak wajib
baginya untuk menyempurnakannya dengan penjelasan-penjelasan terperinci.

Selain itu, menurut Abuddin Nata, wahyu pertama ini juga mengandung


perintah agar manusia memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap
adanya kekuasaan dan kehendak Allah, yang juga mengandung pesan ontologis
tentang sumber dari ilmu pengetahuan. Pesan membaca itu dipahami dalam objek
yang bermacam-macam, yaitu berupa apa yang tertulis seperti dalam surah
Al-‘Alaq itu sendiri dan yang tidak tertulis sperti yang terdapat pada alam jagat
raya dengan segala hukum kausalitas yang ada didalamnya, dan dalam diri
manusia.

Membaca (belajar) menjadi penting dan wajib karena dengan begitu


manusia dapat mengetahui hal-hal baru yang dapat memudahkannya dalam
menjalani kehidupannya. Masih menurut Nata, membaca ayat-ayat Allah yang
ada dalam al-Qur’an dapat menghasilkan ilmu-ilmu agama seperti Fiqih, Tauhid,
Akhlak dan sebagainya. Sedangkan membaca yang ada dijagat raya dapat
menghasilkan ilmu sains seperti fisika, biologi, kimia dan sebagainya. Selanjutnya
dengan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam diri manusia dari segi fisiknya
menghasilkan sains seperti ilmu kedokteran dan ilmu raga, sedangkan dari
tingkah lakunya dapat menghasilkan ilmu ekonomi, politik, sosiologi, antropologi
dan lain sebagainya.

Dengan demikian, karena objek ontologi seluruh ilmu tersebut adalah


ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya ilmu itu pada hakekatnya adalah milik Allah
dan harus diabdikan untuk Allah. Manusia hanya menemukan dan memanfaatkan
ilmu-ilmu itu. Maka pemanfaatannya harus ditujukan untuk mengenal,
mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT.

2. Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20

ْ َ‫أَفَاَل يَنظُرُونَ إِلَى اإْل ِ بِ ِل َك ْيفَ ُخلِق‬


)17( ‫ت‬
)18( ‫ت‬ ْ ‫َوإِلَى ال َّس َما ِء َك ْيفَ ُرفِ َع‬

6
)19( ‫ت‬ ِ ُ‫َوإِلَى ْال ِجبَا ِل َك ْيفَ ن‬
ْ َ‫صب‬
ْ ‫ُط َح‬
)20( ‫ت‬ ِ ‫ض َك ْيفَ س‬ ِ ْ‫َوإِلَى اأْل َر‬

Artinya :

17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,?

18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?\

20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam


bentuk istifham (bertanya) yang mengandung pengertian sanggahan terhadap
keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran
mereka kepada hari kebangkitan.

Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya
untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan,
bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya
mereka  akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah.
Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba
rapi dan bijaksana.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada para hambanya


untuk memperhatikan kepada makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada
kekuasaan dan keagungan-Nya, “apakah mereka tidak memperhatikan unta
bagaimana ia diciptakan?” Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang
menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat dan unta itu sendiri mempunyai
kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. “Dan langit bagaimana ia
ditinggikan?” yaitu Allah meninggikan langit dari bumi ini merupakan peninggian
yang sangat agung. “Dan gunung-gunung bagaiman ia ditegakkan?”  yaitu
menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak

7
menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan.

Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi


orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang ada disekitarnya. Seseorang
akan melihat unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas,
ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan, tampak di
sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau
menundukkannya, ia akan melihat bumi terhampar.

3. Q.S At-taubah ayat 122

۞ ‫َو َما َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَلَ’وْ اَل نَفَ’ َر ِم ْن ُك’ ِّل فِرْ قَ’ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَ ۤا ِٕٕىِ’فَ’ةٌ لِّيَتَفَقَّهُ’وْ ا فِى ال’ ِّد ْي ِن َولِيُ ْن’ ِذرُوْ ا قَ’وْ َمهُ ْم اِ َذا‬
ࣖ َ‫َر َجع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬

Artinya : 122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.

Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut


perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa
pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah
dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru
kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang
menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng
dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan
ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.

Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang kewajiban


memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah didirikan serta mengajarkannya

8
kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan
kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui
hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang
beriman.  

4. Q.S Ali-Imran ayat 191

َ َ‫ض َربَّنَا َما خَ لَ ْقتَ ٰه َذا بَا ِطاًل ۚ ُسب ْٰحن‬


َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬
‫اب‬ ِ ۚ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ ْ ‫الَّ ِذ ْينَ يَ ْذ ُكرُوْ نَ هّٰللا َ قِيَا ًما َّوقُعُوْ دًا َّوع َٰلى ُجنُوْ بِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُوْ نَ فِ ْي‬
ِ ‫خَل‬
ِ َّ‫الن‬
‫ار‬

Artinya : 191. “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.”

Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam


pemahamannya dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal, orang-
orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan
menggambarkan keagungan Allah. Ia selalu mengingat Allah (berdzikir) di setiap
waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi
dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki maupun
perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam
seluruh situasi dan kondisi.

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah,
sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini
berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang
pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki
kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki
keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas,

9
‫تفكرافى اخلق والتتفكروافى اخا لق‬

“Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah


jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat
Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan
dapat mencapai hakikat Zat Nya.”

Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan: "Ya Tuhan kami,


tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta
segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan
yang tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat,
sebagaimana disebar luaskan oleh sementara orang-orang yang ingin melihat dan
menyaksikan akidah dan tauhid kaum muslimin runtuh dan hancur. Maha Suci
Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan bukan yang ditujukan kepada
Engkau. Karenanya, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah
disediakan bagi orang-rang yang tidak beriman. Ucapan ini adalah lanjutan
perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan
mengakui kelemahan diri. Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya
bertambah pula dia mengingat Allah. Sebagai tanda pengakuan atas kelemahan
diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan.

Pada ujung ayat ini (“Maha suci Engkau ! maka peliharalah kiranya kami
dari azab neraka”) kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar
dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah
kami dalam melakukan amal yang diridhai Engkau juga lindungilah kami dari
azab-Mu yang pedih.

5. Q.S Al-Ankabut ayat 19-20.

)19(ٌ‫ك عَل َى اهللاِ يَ ِس ْير‬ َ ‫ئ اهللاُ ْال َخ ْل‬


َ ِ‫ق ثُ َّم يُ ِع ْي ُدهُ’ اِ َّن َذ ل‬ ُ ‫اَ َولَ ْم يَ َروْ ا َك ْيفَ يُ ْب ِد‬

)20(ُ‫ق ثُ َّم هللاُ يُ ْن ِش ُئ النَ ْشأ َ ةَ ااْل َ ِخ َر ةَ اِ َّن اهللاَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْير‬
َ ‫ض فَا ْنظُرُوْ ا َك ْيفَ بَدَا اَ ْل َخ ْل‬
ِ ْ‫قُلْ ِس ْيرُوْ افِى ااْل َ ر‬ 

10
Artinya :

19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan


(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

20. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana


Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah
menjadikannya sekali lagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.

Maksudnya: Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat.

Dalam tafsir pada surat Al-Ankabut ayat 19 adalah Sebenarnya menciptakan


pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan kembali. Keduanya
adalah memberi wujud terhadap sesuatu, kalau pada penciptaan pertama yang
wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud maka penciptaan kedua juga
memberi wujud dan ini dalam logika manusia tertentu lebih mudah serta lebih
logis daripada penciptaan pertama itu.

Dikali pertama Allah mampu menciptakan manusia tanpa contoh terlebih


dahulu. Maka kini setelah kalian menjadi tulang atau bahkan natu atau besi pun
Allah akan mampu. Bukankah menurut logika kalian lebih mudah menciptakan
sesuatu yang telah ada bahannya dan ada juga pengalaman melakukannya,
daripada menciptakan pertama kali dan tanpa contoh terlebih dahulu.

Kemudian tafsir surat Al-Ankabut ayat 20 adalah pengarahan Allah swt


untuk melakukan riset tentang asal-usul kehidupan lalu kemudian menjadikannya
bukti ketika mengetahuinya tentang keniscayaan kehidupan akhirat. Dalam Al-
Qur’an surat ini memberi arahan-arahannya sesuai dengan kehidupan manusia
dalam berbagai generasi, serta tingkat, konteks, dan sarana yang meraka miliki.

11
Masing-masing menerapkan sesuai dengan kondisi kehidupan dan
kemampuannya dan dalam saat yang sama terbuka peluang bagi peningkatan guna
kemaslahatan hidup manusia dan perkembangannya tanpa henti.

2.3. Implementasi Konsep Belajar Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas

Berdasarkan penjelasan diatas, maka ada beberapa ayat al-qur’an yang


menyinggung tentang kewajiban belajar mengajar diantaranya adalah Q.S. Al-alaq ayat
1-5, Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, Q.S At-taubah ayat 122, Q.S Ali-Imran ayat 191 Dan
Q.S Al-Ankabut ayat 19-20. Maka sesuai dengan ayat al-qur’an yang telah kami jelaskan
tersebut, maka implementasinya dalam proses pembelajaran di kelas adalah :
1. Anak didik maupun pendidik haruslah mampu membaca atau mengkaji. Guna
memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman, tetapi segala pemikiran itu tidak
boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika. (Q.S. Al-
alaq ayat 1-5)
2. Guru mengajak anak didik untuk melihat keagungan Dan kebesaran ciptaan Allah
SWT. Agar kita selalu bersyukur Dan tidak ingkar kepada allah. (Q.S Al-Ghasiyah
ayat 17-20)
3. Hendaknya Seorang guru Dan seorang anak didik memperdalam ilmunya baik  ilmu
umum maupun ilmu agamanya. Seorang guru mempersiapkan segala sesuatunya agar
bisa mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi anak didiknya. (Q.S At-
taubah ayat 122)
4. Hendaknya pendidik mengajarkan dan mengingatkan anak didik untuk selalu dzikir
dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.
Menghindarkan diri dari sombong. agar pembelajaran berjalan terarah hendaklah
tetap mengingat kebesaran Allah SWT. Allah SWT lah yang berhak sombong karna
Dia lah yang memiliki ilmu. (Q.S Ali-Imran ayat 191)
5. Guru Dan anak didik melakukan riset atau observasi lapangan guna untuk
mendapatkan bukti-bukti yang konkret yang mendukung pembelajaran. (Q.S Al-
Ankabut ayat 19-20).

12
13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Yang dimakud dengan belajar mengajar (pendidikan) dalam arti yang seluas-
luasnya disini adalah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti disekolah,
tetapi juga yang informal dan nonformal. Yaitu pendidikan dan pengajaran yang
dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada siapa
saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, menggunakan sarana apa saja,
dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat manusia itu.

Kegiatan Belajar mengajar adalah kewajiban bagi setiap muslim, al-qur’an


menjelaskan tentang kewajiban belajar mengajar yaitu :

1. Q.S. Al-alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca Dan mengkaji ilmu.
2. Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah SWT.
3. Q.S At-taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu yang
bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang.
4. Q.S Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan ridha,
berserah dan mengakui kelemahan diri.
5. Q.S Al-Ankabut ayat 19-20.  Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan observasi
lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendudkung pembelajaran.

14
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Uzar Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja RosdaKarya: Bandung.

Taufiq Muhammad, Izzuddin. 2006. Dalil Anfus Alqur’an Dan Embriologi (Ayat-ayat


Tentang Penciptaan Manusia. Tiga Serangkai : Solo.

Tim Redaksi Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa :
Jakarta.

Shihab,  M Quraish. 2001. Wawasan Al-qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas berbagai


Persoalan Umat . Mizan : Bandung.

Nadwi, Abdullah Abbas. 1996. Learning The Language Of The Holy Al-Qur’an (Belajar
Mudah Bahasa Al-Qur’an). Mizan : Bandung.

Al-Ghazali, 2003. Mutiara Ih}ya>’ ’Ulu>muddi>n: Ringkasan Yang Ditulis Sendiri


Oleh Sang Hujjatul-Isla. Mizan:  Bandung.

al-Maraghi, Ahmad Musthafa.tp th .Tafsir al-Maraghi, Jilid II, (Mesir: Dar al-Fikr)

Shihab, M. Quraisy. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati : Jakarta.

Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz IV. Pustaka Panjimas: Jakarta.

Ar-Rifa’I, M. Nasib. 199.  Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I. Gema Insani Press: Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai