MAKALAH
diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Tafsir Al-Qur’an
Dosen Dr. H. Ending Solehudin M,Ag.
Oleh
Sintia Meilani PGMI/ VI A 018-041-0158
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SILIWANGI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Kewajban Belajar dan Mengajar dalam pandangan Al-Qur’an ”
pada mata kuliah Tafsir Al-Qur’an ini tanpa ada halangan apapun.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.
i
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................1
KESIMPULAN..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari kemajuan ilmu
pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses pendidikan yang terjadi. Proses
pendidikan itu dapat dikatakan berlangsung dalam semua lingkungan pengalaman hidup
manusia mulai dari lingkup terkecil seperti keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat
luas. Hal ini berlangsung dalam semua tahapan perkembangan seseorang sepanjang
hayatnya yang dikenal dengan istilah longlife education.
Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktu tertentu
saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (min al-mahd ila> al-lahd). Islam juga
memotivasi pemeluknya untuk selalu membaca, menelaah dan meneliti segala sesuatu
yang menjadi fenomena dan gejala yang terjadi di jagad alam raya ini dalam rangka
meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam pandangan Islam tua atau muda,
pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi yang sama dalam menuntut ilmu
(pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang
ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga.
Karena manusia dapat mencapai kebahagiaan hari kelak dengan melalui jalan kehidupan
dunia ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1
2. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang mengandung tentang kewajiban belajar
mengajar Dan penafsiran ayat tersebut oleh para ulama
3. Untuk mengetahui Implementasi konsep belajar dalam proses pembelajaran di kelas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada
siapa saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, menggunakan sarana apa saja,
dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat manusia itu.
َ ُّاِ ْق َر ْأ َو َرب
٣ - ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم
Dalam ayat ini kata iqra’ dapat berarti membaca atau mengkaji. Sebagai
aktivitas intelektual dalam arti yang luas, guna memperoleh berbagai pemikiran dan
pemahaman, tetapi segala pemikiran itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena
iqra` haruslah dengan bismi rabbika.
Menurut Quraish Shihab, kata iqra’ terambil dari akar kata yang berarti
menghimpun, yang mana melahirkan makna lain seperti, menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks yang tertulis
4
maupun yang tidak. Wahyu pertama ini tidak menjelaskan hal spesifik tentang apa
yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki ummatnya membaca apa saja
selama bacaan itu bismi Rabbik, dalam artian bermanfaat bagi manusia.
Artinya : “Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslim dan muslimat”.
5
adalah mengetahui dua kalimat syahadat dan memaknai maknanya, tidak wajib
baginya untuk menyempurnakannya dengan penjelasan-penjelasan terperinci.
6
)19( ت ِ َُوإِلَى ْال ِجبَا ِل َك ْيفَ ن
ْ َصب
ْ ُط َح
)20( ت ِ ض َك ْيفَ س ِ َْوإِلَى اأْل َر
Artinya :
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,?
Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya
untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan unta, bagaimana langit ditinggikan,
bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan, niscaya
mereka akan mengetahui bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah.
Kemudian Allah mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba
rapi dan bijaksana.
7
menjadi miring bersama penghuninya. “Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?” yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan.
۞ َو َما َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَلَ’وْ اَل نَفَ’ َر ِم ْن ُك’ ِّل فِرْ قَ’ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَ ۤا ِٕٕىِ’فَ’ةٌ لِّيَتَفَقَّهُ’وْ ا فِى ال’ ِّد ْي ِن َولِيُ ْن’ ِذرُوْ ا قَ’وْ َمهُ ْم اِ َذا
ࣖ ََر َجع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن
Artinya : 122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.
8
kepada manusia berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan
kemaslahatan kepada mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui
hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang yang
beriman.
Artinya : 191. “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.”
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah,
sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini
berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang
pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki
kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki
keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas,
9
تفكرافى اخلق والتتفكروافى اخا لق
Pada ujung ayat ini (“Maha suci Engkau ! maka peliharalah kiranya kami
dari azab neraka”) kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar
dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah
kami dalam melakukan amal yang diridhai Engkau juga lindungilah kami dari
azab-Mu yang pedih.
)20(ُق ثُ َّم هللاُ يُ ْن ِش ُئ النَ ْشأ َ ةَ ااْل َ ِخ َر ةَ اِ َّن اهللاَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْير
َ ض فَا ْنظُرُوْ ا َك ْيفَ بَدَا اَ ْل َخ ْل
ِ ْقُلْ ِس ْيرُوْ افِى ااْل َ ر
10
Artinya :
11
Masing-masing menerapkan sesuai dengan kondisi kehidupan dan
kemampuannya dan dalam saat yang sama terbuka peluang bagi peningkatan guna
kemaslahatan hidup manusia dan perkembangannya tanpa henti.
12
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Yang dimakud dengan belajar mengajar (pendidikan) dalam arti yang seluas-
luasnya disini adalah pendidikan yang bukan hanya berarti formal seperti disekolah,
tetapi juga yang informal dan nonformal. Yaitu pendidikan dan pengajaran yang
dilakukan oleh siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, kepada siapa
saja yang membutuhkan, dimana saja mereka berada, menggunakan sarana apa saja,
dengan cara-cara apa saja, sepanjang hayat manusia itu.
1. Q.S. Al-alaq ayat 1-5, kewajiban untuk membaca Dan mengkaji ilmu.
2. Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, kewajiban untuk mengkaji keagungan Allah SWT.
3. Q.S At-taubah ayat 122, kewajiban memperdalam Dan menyebarkan ilmu yang
bermanfaat bagi kemaslahatan banyak orang.
4. Q.S Ali-Imran ayat 191, kewajiban untuk dzikir dan pikir, tawakkal dan ridha,
berserah dan mengakui kelemahan diri.
5. Q.S Al-Ankabut ayat 19-20. Kewajiban untuk melakukan perjalanan Dan observasi
lapangan guna mendapatkan bukti-bukti yang mendudkung pembelajaran.
14
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Uzar Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja RosdaKarya: Bandung.
Tim Redaksi Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa :
Jakarta.
Nadwi, Abdullah Abbas. 1996. Learning The Language Of The Holy Al-Qur’an (Belajar
Mudah Bahasa Al-Qur’an). Mizan : Bandung.
Ar-Rifa’I, M. Nasib. 199. Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I. Gema Insani Press: Jakarta.
15