Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM

DASAR DAN LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM

DISUSUN OLEH :
1. AMELIA RISKY (2314080018)
2. JURIANA (2314080002)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Muhammad Kosim,MA

PRODI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
Abstract: The national education system has established educational standards adopted in
Islamic education providers in Indonesia as a whole. This preference of course leaves the
question, the extent to which the foundation of education has been met by national education
standards. This descriptive-analytical study outlines the foundation of Islamic education
covered by national standards of education. From this study it can be identified that the
foundation of Islamic education is relevant to the educational standards set by the national
education system. The national education system has contained humanitarian values with
various conditions, challenges and changing times that very quickly undermine the values of
literature itself. The national education system has demonstrated efforts to transform people
with knowledge with attitudes and behaviors that fit the framework of Islamic values. Because
the purpose of education creates human resources with Islamic personality, in the sense of how
to think based on Islamic values and spirit in accordance with the spirit and breath of Islam.

Key Words: Foundation, Islamic Education, National Standards of Education

Abstrak: Sistem pendidikan nasional telah menetapkan standar pendidikan yan diadopsi dalam
penyelenggara pendidikan Islam di Indonesia secara utuh. Preferensi ini tentu saja menyisakan
pertanyaan, sejauh mana landasan pendidikan telah terpenuhi oleh standar pendidikan nasional.
Kajian deskriptif-analitik ini memaparkan landasan pendidikan Islam yang tercakup pada
standar nasional pendidikan. Dari kajian ini dapat diidentifikasi bahwa landasan pendidikan
Islam relevan dengan standar pendidikan yang ditetapkan sistem pendidikan nasional. Sistem
pendidikan nasional telah memuat nilai-nilai kemanusiaan dengan berbagai kondisi, tantangan
serta perubahan zaman yang sangat cepat menggerogoti nilai-nilai kemanusaiaan itu sendiri.
Sistem pendidikan nasional telahmenunjukkan upaya untuk mengubah manusia dengan
pengetahuan dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kerangka nilai Islam. Karena tujuan
pendidikan menciptakan SDM yang berkepribadian Islam, dalam arti cara berfikirnya
berdasarkan nilai Islam dan berjiwa sesuai dengan ruh dan nafas Islam.
Kata Kunci: Landasan, Pendidikan Islam, Standar Nasional Pendidikan.
Pendahuluan
Pendidikan Islam berdiri di atas dua landasan, yaitu Alquran dan sunnah yang secara
komprehensif digunakan sebagai acuan pembentukan individu agar menjadi manusia yang
beriman, berakhlak yang mulia dan beradab melalui penyelenggaraan pendidikan. Puncak
capain pendidikan diarahkan pada pembentukan masyarakat yang bermartabat, sehingga setip
individu dapat mengalami transformasi dari kebodohan menjadi pengetahuan, dan dari perilaku
buruk menjadi tabiat yang baik. Transformasi individu akibat sentuhan pendidikan tersebut
juga sejalan dengan konsep pendidikan secara umum. Seperti disebut Marbun, hasil pengajaran
dan pelatihan dalam format pendidikan adalah perubahan sikap dan perilaku atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 Dalam
hal ini pendidikan dilakukan dalam kondisi sadar dalam rangka mengembangkan potensi
peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar.2 Titik temu pendidikan Islam dan pendidikan
pada umumnya terletak pada pendekatan yang digunakannya. Keduanya menggunakan
pendekatan manusia (man centered) dalam proses belajar mengajar. Dengan pendekatan
manusia proses belajar mengajar tidak sekedar menyalurkan ilmu dari ke otak atau
mengalihkan teknik bekerja agar dapat dikerjakan dengan ketrampilan fisik. Dalam batasan ini,
pendidikan diramu untuk menjadikan peserta didik dapat mempersiapkan masa depannya
dengan daya pikir, daya cipta dan daya zikirnya.3 Mengingat pentingnya pendidikan bagi
kehidupan manusia, Islam sebagai agama yang rahmatan li al-ālamīn, memberikan perhatian
serius terhadap perkembangan pendidikan bagi kelangsungan hidup manusia. Pendidikan yang
dibangun di atas misi kemanusiaan akan melahirkan banyak manfaat dan hikmah besar bagi
keberlangsungan hidup manusia.4 Melalui pendidikan suatu komunitas mendapat jaminan
untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan dialaminya secara terbuka di masa
depan.5 Dalam perspektif Baharun dan Awwaliyah suatu komunitas akan terjepit oleh berbagai
kekuatan ekternal akibat kesalahannya dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan.6 Begitu
pentingnya pendidikan Islam bagi keberlangsungan hidup manusia sehingga membutuhkan
suatu sistem agar tujuannya tercapai. Selain membutuhkan sistem, pendidikan Islam juga
membutuhkan sebuah standar dalam rangka memberikan acuan bagi institusi pendidikan Islam
di Indonesia. Sejauh ini sistem pendidikan nasional telah menetapkan standar pendidikan,
seperti standar peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, penyediaan sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, kurikulum, dan kompetensi lulusan. Penyelenggara
pendidikan Islam di Indonesia dewasa ini telah menerima standar nasional pendidikan dan
mengadopsinya secara utuh. Preferensi ini tentu saja menyisakan pertanyaan, sejauh mana
landasan pendidikan telah terpenuhi oleh standar pendidikan nasional. Hal ini penting dikaji
secara teoritis untuk menjamin idialisme Islam tetap dijamin keberadaannya dalam sistem
pendidikan nasional. Kajian ini ingin memaparkan landasan pendidikan Islam yang tercakup
pada standar nasional pendidikan. Kajian akan diformat secara deskriptif-analitik, didahului
dengan pemaparan sistem pendidikan Islam di Indonesia, landasan pendidikan Islam dan
analisis kebijakan standar nasional pendidikan. Dari kajian ini diharapkan akan ditemukan
pemenuhan standar pendidikan yang berlandaskan Islam dalam sistem pendidikan nasional.
A. DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Dasar adalah pangkal tolak suatu aktivitas. Di dalam menetapkan dasar suatu aktivitas
manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya,
karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan
hidup dan hukum dasar yang dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan
aktivitasnya. 1

Dasar adalah tempat untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah
kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu.
Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendri la merupakan pencerminan falsafah
hidup suatu bangsa. Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan suatu bangsa disusun. Dan
oleh karena itu maka sistem pendidikan setiap bangsa ini berbeda karena mereka mempunyai
falsafah hidup yang berbeda.Untuk menentukan dasar pendidikan diperlukan peran filsafat
pen- didikan, karena berdasarkan analisis filosofis diperoleh nilai-nilai yang diyakini dapat
dijadikan dasar pendidikan.
Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan
tidak didasarkan kepada falsafah hidup, suatu negara, se bab sistem pendidikan Islam tersebut
dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi ruang dan waktu.

B. JENIS DASAR
Dasar Pendidikan Islam dapat dibagi kepada tiga kategori yaitu (1) dasar pokok, (2) dasar
tambahan dan (3) dasar operasional.
1. Dasar Pokok

a. Al-Qur'an
Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan al-Qur'an sebagai ber- ikut:

"Kalam Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada hati Muhammad Rasulullah
SAW anak Abdullah dengan lafaz Bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi
Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan pe- tunjuk beribadah
membacanya""
Umat Islam sebagai suatu umat yang dianugerahkan Tuhan suatu kitab suci al-Qur'an,
yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat
universal, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup
berdasarkan kepada al-Qur'an.
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam
telah menjadikan al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam di samping Sunnah beliau

1
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kalam Mulia : 2019)hal.187
sendiri.Kedudukan, al Qur'an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat
al-Qur'an itu sendiri, Firman Allah:

Artinya:"Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) in melainkan agar kamu
dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman." (QS. al Nahl:64).
Selanjutnya firman Allah SWT Artinya"Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperlihatkan ayat-ayat-Nya dan su- paya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran". (QS. Shad: 29)
Nilai yang sangat mendasar dalam al-Qur'an selamanya abadi (absolut) dan selalu relevan pada
setiap waktu dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Hal ini dikarenakan al-Qur'an
diturunkan oleh yang Maha benar (al-haq) yakni Allah SWT.

Fungsi al-Qur'an sebagai dasar pendidikan yang utama, karena dapat dilihat dari
berbagai aspek di antaranya: Pertama, dari segi namanya, al-Qur'an dan al Kitab sudah
mengisyaratkan bahwa kehadiran al-Qur'an sebagai kitab pendidikan. Al-Qur'an secara harfiah
bearti membaca atau bacaan. Adapun al-Kitab Berati menulis atau tulisan. Membaca dan
menulis dalam arti yang seluas-luasnya merupakan kegiatan yang paling pokok dalam kegiatan
pendidikan.

Kedua, dari segi fungsinya, yakni sebagal al-huda, al-furqan, al- hakim, al-hayyinah dan
rahmatan lil 'alamin ialah berkaitan dengan fungsi pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya.
Ketiga, dari segi kandungannya, al-Qur'an berisi ayat-ayat yang mengandung isyarat tentang
berbagai aspek pendidikan. Kajian para pakar pendidikan Islam yang telah melahirkan karya
seperti ter- sebut di atas telah membuktikan bahwa kandungan al-Qur'an me muat isyarat
tentang pendidikan.
Keempat, dari segi sumbernya, yakni dan Allah SWT telah mengenalkan dirinya sebagai al-
rabb atau al-murabbi, yakni sebagai pendidik, dan orang pertama kali dididik atau diberi
pengajaran oleh Allah SWT adalah Nabi Adam as. Kisah Nabi Adam as. sebagai ma- nusia
yang merintis proses pengajaran (taʼlim) pada anak cucunya, seperti pengajaran tentang asma'
(nama-nama) benda, sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam al-Qur'an surat al-
Baqarah: 31". Penyebutan nama-nama, sama artinya dengan penelusuran terminologi, dan
terminologi ekuivalen dengan konsep, sedangkan konsep merupakan produk penting dari akal
budi manusia "Melalui sebuah asma' sering kali seseorang menemukan gambaran mengenal
karakteristik sesuatu, minimal mengetahui apa dan siapa yang diberi nastu. Asma'
menunjukkan identitas dan eksisnya sesuatu."2

b. Al-sunnah

Al-Sunnah menurut pengertian bahasa berarti tradisi yang biasa di lakukan, atau jalan
yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang terpuji maupun yang tercela."). Adapun

2
Ibid 191
pengertian Al-Sunnah menurut para ahli hadis adalah segala sesuatu yang diidentikkan kepada
Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan, taqrir-nya, ataupun selain dari itu. Ter
masuk sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) Nabi SAW yang belum kesampaian."

Robert L. Gullick dalam Muhammad the Educator nenyatakan: "Muhammad betul-


betul seorang pendidik yang membimbing ma- nusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan
yang lebih besar serta melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan
budaya Islam, serta revolusi sesuatu yang mempunyai tempo yang tak tertandingi dan gairah
menantang. Dari sudut pragmatis, sese orang yang mengangkat prilaku manusa adalah seorang
pangeran diantara para pendidik. 10) As-Sunnah sebagai sumber pendidikan Islam, dapat
dipahami dan analisis sebagai berikut.

Pertama Nabi Muhammad SAW. sebagai yang memproduksi hadis menyatakan dirinya
sebagai guru. Dalam sebuah hadis yang di- riwayatkan oleh Abu Ya'la, bahwa suatu ketika
Rasulullah SAW, masuk ke dalam sebuah masjid yang di dalamnya ada dua kelompok.
Kelompok pertama adalah mereka yang tekun mengerjakan shalat, zikir dan doa Sedangkan
kelompok yang satu lagi sedang berdis kusi dan mengkaji sebuah masalah. Nabi Muhammad
SAW. ternyata bergabung dengan kelompok sang sedang melakukan pengkajian dan beliau
berkata: Tuhan telah mengutus aku sebagai guru (ba'atsani rabbi mualliman)
Firman Allah SWT
Artinya:"Dia lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka
yang membacakan ayat-ayat kepada mereka mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan Hikmah (al- Sunnah) Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata" (QS. Al-Jummu'ah, 62:2)
Ayat tersebut menginformasikan bahwa di antara fungsi Nabi Muhammad SAW adalah
membacakan ayat al-Qur'an, menyucikan keperibadian pengikutnya serta mengajarkan al-
Qur'an dan al Hikmah. Fungsi yang demikian itu juga sangat terkait dengan ke giatan
pendidikan dan pengajaran
Kedua, Nabi Muhammad SAW. tidak hanya memilika kompotensi profesional
(pengetahuan yang mendalam dan luas dalam ilmu agama dan ilmu lainnya) seperti psikologi,
sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya, melainkan juga memiliki kompetensi
keperibadian berupa sifat terpuji, kompetensi paedogogik (teaching skill) kemam puan dalam
mendidik yang prima serta kompetensi sosial berupa interaksi dan komunikasi dengan segala
unsur masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi SAW.. adalah seorang pendidik yang
profesional.
Ketiga, Nabi Muhammad SAW. Sewaktu berada di Mekkah per- nah
menyelenggarakan pendidikan di Dar al-Argam dan di tempat- tempat lain secara tertutup.
Ketika berada di Madinah pernah me nyelenggarakan pendidikan di sebuah tempat khusus pada
bagian masjid yang dikenal dengan nama Suffah. Usaha-usaha tersebut menggambarkan bahwa
Nabi Muhammad SAW.. memiliki perhatian yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Keempat, sejarah mencatat, bahwa Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi yang paling
berhasil mengemban risalah Ilahiah, yakni me ngubah manusia dari jahiliah menjadi beradab,
dari tersesat menjadi lurus, dari kegelapan menuju terang benderang, dari kehancuran moral
menjadi berakhlak mulia dan dari menjadi bertauhid. Keberhasilan ini terkait erat dengan
keberhasilannya dalam bidang pendidikan.

Kelima, di dalam teks atau matan hadis Nahi Muhammad SAW., da pat dijumpai isyarat
yang berkaitan dengan pendidikan dan pem- belajaran. Misalnya hadis Nabi Muhammad
SAW., yang mewajib kan kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan untuk menutut ilmu,
masa sekarang dipopulerkan dengan "education for all" menun- tut ilmu mulai dari buaian
sampai ke liang lahat; sekarang dipopuler kan dengan "life long education". Begitu juga hadis
tentang menuntu ilmu hingga ke negeri Cina; kewajiban mengajar bagi orang yang berilmu;
keharusan bagi guru mengajar dengan cara menyenangkan dan sesuai dengan fitrah
kemanusiaan: mempelajari ilmu dunia dan akhirat secara bersamaan; menyediakan tempat bagi
kegiatan belajar mengajar, menggalang dana zakat, infak, wakaf dan sedekah jariyah untuk
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, memuliakan orang berilmu dan hadis-hadis lain
yang berhubungan dengan prinsip dasar tentang pendidikan.
Prinsip menjadikan al-Qur'an dan Sunnah sebagai dasar pends dikan Islam bukan hanya
dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga sejalan dengan
kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti sejarah. Dengan demikian
barangkali wajar jika kebenaran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan
Allah SWT dalam al-Qur'an Firman Allah SWT

2. Dasar Tambahan
a Perkataan, Perbuatan dan Sikap para Sahabat

Pada masa al-Khulafa al Rasyidin sumber pendidikan dalam Islain sudah mengalami
perkembangan. Selain al-Qur'an dan Sunnah juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat.
Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena Allah sendiri di dalam al-Qur'an yang
memberikan pernyataan
Firman Allah:Artinya"Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam
diantara orung-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mergikuti mereka dengan
baik Allah ridho kepada mereka dan mereka- pun ridho kepada Allah dan Allah menjadikan
bagi mereka sirga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya mereka kekal didalamnya.
Itulah kemenangan yang besar" (QS. al-Taubah: 100) Firman Allah SWT:

b. Ijtihad
Setelah jatuhnya kekhalifahan Ali ibn Abi Thalib, berakhir pula masa pemerintahan al-
Khulafa' al-Rasyidun dan digantikan oleh Daulah Bani Ummaiyah. Pada masa ini Islam telah
meluas sampai ke Afrika Utara, bahkan ke Spanyol. Perluasan daerah kekuasaan ini diikuti
oleh ulama dan guru atau pendidik. Akibatnya terjadi pula perluasan pusat-pusat pendidikan
yang tersebar di kota-kota besar seperti:

1) Makkah dan Madinah (Hijaz);

2) Basrah dan Kuffah (Iran);

3) Damsyik dan Palestina;

4) Fustat (Mesir)

Dengan berdirinya pusat-pusat pendidikan di atas, berarti telah terjadi perkembangan baru
dalam masalah pendidikan; sebagai aki- bat interaksi nilai-nilai budaya daerah yang
ditaklukkan dengan nilai- nilai Islam. Ini berarti perlunya pemikiran yang mendalam tentang
cara mengatasi permasalahannya yang timbul. Pemikiran yang se perti itu disebut "ijtihad".
Agaknya Al-Auza'i, Abu Hanafiah, dan Imam Malik sebagai imam-imam mujtahid yang
telah ada pada waktu itu, merasa perlu untuk memecahkan permasalahan yang timbul sebagai
akibat interaksi-interaksi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang berbeda tersebut dengan
menggunakan ijtihad. Dengan demikian yihad dapat dijadikan sebagai sumber pendidikan,
karena sesuai dengan hikmah Islam.17)
Karena dan Hadits banyak mengandung arti umum, maka para ahli hukum dalam Islam
menggunakan "Ijtihad" untuk menetapkan hukum tersebut. Ijtihad ini terasa sekali
kebutuhannya setelah wafatnya Nabi SAW. Berkembangnya Islam keluar Jazirah Arab, karena
situasi dan kondisinya banyak berbeda dengan di tanah Arab.
Majelis muzakarah Al-Azhar menetapkan bahwa ijtihad adalah jalan yang dilalui dengan
semua daya dengan kesungguhan yang diwujudkan oleh akal melalui ijma', giyas, istihsan
dengan zhan (mendekati keyakinan) untuk mengistinbathkan hukum dan pada dalil-dalil Al-
Qur'an dan Sunnah untuk menentukan batas yang ditentukan.Dengan demikian, ijtihad adalah
penggunaan akal pikiran oleh fuqaha' Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada
ketetapannya dalam al-Qur'an dan hadist dengan syarat-syarat tertentu. Ijtihad dapat dilakukan
dengan lima', qiyas, istihsan, mashalih murshalah dan lain-lain. Penggunaan ijtihad dapat
dilaksanakan dalam seluruh aspek ajaran Islam, termasuk juga aspek pendidikan.
Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran Islam yang terdapat
dalam al-Quran dan al-Sunnah, hanya berupa prinsip-prinsip pokok saja. Bila ternyata ada yang
agak maka rincian itu merupakan contoh Islam dalam menerapkan prinsip pokok tersebut.
Sejak diturunkan ajaran Islam kepada Nabi Muhammad SAW sampai sekarang, Islam telah
tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial
yang tumbuh dan berkembang. Melalui ijtihad yang dituntut agar perubahan situasi dan kondisi
sosial yang tumbuh dan berkembang pula, dapat disesuaikan dengan ajaran Islam.

Dengan demikian untuk melengkapi dan merealisir ajaran Islam itu memang sangat
dibutuhkan ijtihad, sebab globalisasi dari al-Qur'an dan Hadits saja belum menjamin tujuan
pendidikan Islam akan tercapai.Usaha ijtihad para ahli dalam merumuskan teori pendidikan
Islam dipandang sebagai hal yang sangat penting bagi pengembangan teori pendidikan pada
masa yang akan datang, sehingga pendidikan Islam tidak melegitimasi status quo serta tidak
terjebak dengan ide justifikasi terhadap khazanah pemikiran para orientalis dan sekularis. Allah
sangat menghargai kesungguhan para mujtahid dalam ber- ijtihad.

c. Mashlahah Mursalah (Kemaslahatan Umat)

Mashlahah Mursalah yaitu : "menetapkan peraturan atau ke tetapan undang-undang


yang tidak di sebutkan dalam al-Qur'an dan Sunnah atas pertimbangan penarikan kebaikan dan
menghindarkan kerusakan."
d. Urf (Nilai-nilai dan adat Istiadat Masyarakat)

M. Kamaluddin Imam menyatakan bahwa: Urf adalah suatu yang ter-tanam dalam jiwa
yang diperoleh melalui kesaksian akan diterima oleh tabiat, Kemudian M al-Sahad al-Jundi
menjelaskan bahwa urf adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa berupa hal-hal yang berulang-
ulang dilakukan rasional menurut tabiat yang sehat.?")

3. Dasar Operasional Pendidikan Islam


Dasar Operasional Pendidikan Islam adalah dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dan dasar
ideal. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional ada enam macam. 3
a. Dasar Historis

Dasar historis adalah dasar yang memberikan andil kepada pendidikan dan hasil
pengalaman masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat
b. Dasat Sosial

Dasar sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikan itu
berkembang, seperti memindahkan, memilih dan mengembangkan kebudayaan
c. Dasar Ekonomi

Dasar ekonomi adalah dasar yang memberi perspektif terha- dap potensi manusia
berupa materi dan persiapan yang menga- tur sumber-sumbernya yang bertanggungjawab
terhadap anggaran pembelanjaannya.
d. Dasar Politik

3
Hasan Langgulung,Azaz-Azaz Pendidikan islam. (Jakarta pustaka Al-husna 1998) hal.13
Yaitu dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar yang digunakan sebagai
tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.

e. Dasar Psikologis
Yaitu dasar yang member informasi tentang watak pelajar- pelajar, guru guru, cara-cara
terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian dan pengukuran serta bimbingan.

f Dasar Fisiologis
Yaitu dasar yang memberikan kemampuan memilih yang ter baik, memberi arah suatu
sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.

C. LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM


Ajaran Islam yang berdasarkan kepada al-Qur'an dan Sunnah harus mempunyai landasan yang
kokoh dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai alat untuk mengembangkan dan
melestarikan ajaran Islam perlu dibangun di atas landasan yang benar.
Dengan demikian maka sistem pendidikan Islam berlandaskan kepa da: (1) landasan
teologis/keberagamaan, (2) landasan antropo-sosiologi/ kebersamaan, dan (3) landasan
kosmologis/kesetaraan.

1. Landasan Teologis/Keberagamaan
Sebagai manifestasi keberadaan manusia sebagai ciptaan Allah SWT. manusia harus
hidup dengan keberagamaan.Dalam kaberagamaan, manusia menyatakan kemakhlukannya
yang selalu membutuhkan dan tergantung pada al-Khaliq yang terwujud dalam sikap aslama,
yaitu penyerahan dan pemasrahan diri kepadu Tuhan. Kepasrahan pada dasarnya merupakan
inti atau ruh, bukan saja bagi hidup keberagamaan, melainkan juga bagi hakekat keberadaan
manusia.
Tauhid mengajarkan bahwa meskipun Tuhan itu unik (arti ke- Esaan), tetapi Dia Maha Hadir
dan Maha Dekat dengan kehidupan manusia Sebagaimana Firman Allah SWT Artinya:"Dan
apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat "(QS. 2:186)
Prinsip-prinsip tauhid yang dijadikan sebagai landasan teologis (keberagamaan) dalam
pendidikan Islam, adalah suatu tindakan yang menegaskan bahwa Allah sebagai Yang Maha
Esa. Pencipta Yang Mutlak dan Transenden. Penguasa segala yang ada seperti yang ditegaskan
oleh Ismail Raji al-Faruqi merupakan prinsip pertama dari peradaban Islam itu sendiri Tauhid
menjadi prinsip sejarah, prinsip tata sosial, prinsip keluarga, prinsip tata politik, prinsip
pengetahuan, prinsip etika, prinsip metafisika, prinsip tata ekonomi, prinsip estetika bahkan
prinsip tata dunia.
3.Landasan Antropo-Sosiologis/Kebersamaan
Konsekuensi logis dari landasan tauhid adalah bahwa manusia pada hakikatnya adalah
umat yang satu. Firman Allah SWT. Artinya:"Manusia adalah umat yang satu... "(QS. 2:213)
Dengan adanya kesatuan umat, maka manusia mempunyai ke- dudukan yang sama, dan
tanggung jawab yang sama pula. Akan tetapi, dibalik gagasan tentang kesatuan umat manusia
itu, Islam tidak -mengecilkan arti-dan bahkan mengakui kenyataan-adanya pluralitas umat
manusia. Umat manusia dalah satu, sekaligus majemuk; satu dalam keberanekaan dan beraneka
dalam kesatuan.

3. Landasan Kosmologis/Kesetaraan

Tauhid yang esensinya adalah bahwa rabb yaitu Allah yang menciptakan manusia
sebagai umat yang satu membawa kepada keyakinan bahwa Allah satu-satunya rabb yang
mencipta, mengatur dan memelihara alam semesta (tauhid rububiyah) sekaligus meyakini akan
kesatuan alam, keteraturan dan keharmonisan alam dengan pelbagai hukum yang mengaturnya
dan diikat dengan satu hukum tertinggi dan Yang Maha Pengatur, yaitu hukum alam ciptaan
Allah (Sunnatullah).Manusia dan alam sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, Falsafah tentang
alam dan manusia dalam Islam didasarkan atas azas ketuhanan yang fungsional, al-alamin,
Khalaq al-insan.
Dengan landasan kosmologis/kesetaraan ini maka pendidikan Islam harus mampu
melahirkan manusia yang mengelola alam dengan baik memakmurkan dan melestarikannya,
serta mengambil manfaat dari alam, dalam rangka ubudiah kepada Allah SWT. Dengan
landasan ini tidak akan terjadi eksploitasi terhadap alam secara tidak bermoral keuntungan
jangka pendek, yang akan mengakibatkan kerusakan alam.Firman Allah SWT.:Artinya:"Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia." (QS.
30:41)
Kesimpulan
Landasan pendidikan Islam yakni berasal dari filsafat pendidikan Islam dapat menolong para
perancang pendidikan dan orang yang membutuhkannya untuk membentuk pemikiran yang
benar terhadap proses pendidikan. Di samping itu filsafat pendidikan dapat menolong terhadap
penetapan tujuan dan fungsi pendidikan serta meningkatkan mutu pendidikan, evaluasi,
bimbingan dan penyuluhan. Hal ini sesuai dengan tujuan filsafat pendidikan Islam pada
hakekatnya identik dengan tujuan ajaran Islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu
alQur`an dan al-Hadis. Filsafat pendidikan Islam mempunyai peran dalam dua arah. Pertama,
ke arah pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikan Islam , yang secara otomatis
akan menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu pendidikan Islam. Kedua, ke arah perbaikan
dan pembaharuan pelaksanaan pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay.”Islamisasi Ilmu pengetahuan:Perspektif filsafat pendidikan islam”. Jurnal
analytica islamica vol.2 no. 1(2013) hal.69
Hasan Langgulung.1998.Azas-azas Pendidikan islam. Jakarta pustaka Al-husna
Mustopa Idam,”Landasan Pendidikan islam”. Jurnal asosiasi dosen tarbiyah vol.1
no.2 (2021):24-25
Ramayulis.2019.Ilmu Pendidikan islam.Jakarta: Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai