Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP KURIKULUM DAN METODE

TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP KURIKULUM DAN METODE


a. pendahuluan
Sebagai suatu kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai.
pentingnya tujuan tersebut, banyak kita jumpai kajian kajian yang sungguh-sungguh di kalangan para
ahli mengenai tujuan tersebut. Berbagai buku yang mengkaji masalah pendidikan Islam senantiasa
berusaha merumuskan tujuan Akan sulit kita bayangkan dalam benak, jika suatu kegiatan tanpa memiliki
tujuan yang jelas. Karena yang baik secara umum maupun secara khusus.
Pendidikan Islam secara fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan
al insan al kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang kondusif. Dalam posisinya yang
demikian, pendidikan islam adalah model rekayasa individual dan social yang paling efektif untuk
menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan. Sejalan dengan konsep
perekayasaan masa depan umat, maka pendidikan Islam harus memiliki seperangkat isi atau bahan yang
akan ditransformasikan kepada peserta didik agar menjadi milik dan kepribadiannua sesuai dengan
idealitas Islam. Untuk itu perlu dirancang suatu bentuk kurikulum pendidikan Islam yang sepenuhnya
mengacu pada nilai-nilai asasi ajaran Islam. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikan Islam
mampu memberikan kompas atau arah terhadap pembentukan kurikulum pendidikan yang Islami.
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menghantarkan
kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakann. Bagaimanapun baik dan sempurnanya
suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki metode atau
cara yang tepat dalam mentranspormasikannya kepada peserta didik. Ketidak tepatan dalam penerapan
metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat terbuangnya
waktu dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat untuk efisiensi aktivitas kepandidikan Islam.
Hal ini berarti metode merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai
secara tepat guna manakala metode yang ditempuh benar-benar tepat.
B. TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang
artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olehraga.
Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan menjadi “circle of instruction”
yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.[1]
Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang
dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan
pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru dengan
orang-orang yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.[2]
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah merupakan
landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang
diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa
proses kependidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, akan
tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna – baik sebagai khalifah maupun
‘abd - melalu transformasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental yang harus tersusun
dalam kurikulum pendidikan Islam. Disinilah filsafat pendidikan Islam dalam memberikan pandangan
filosofis tentang hakikat pengetahuan, ketrampilanm dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman
dalam pembentukan manusia paripurna ( al- insan al-kamil).
Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan
berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
ditetapkan.[3] Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia
pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana disebutkan di atas dipandang sudah ketinggalam zaman.
Saylor dan Alexander, mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya sekedar memuat sejumlah mata
pelajaran, akan tetapi termasuk juga di dalamnya segala usaha lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.[4]
2. Cakupan Kurikulum
Dengan demikian cakupan bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pada masa sekarang
nampak semakin luas. Berdasarkan pada perkembangan yang seperti ini, maka para perancang
kurikulum meliputi empat bagian. Pertama, bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh proses belajar mengajar. Kedua, bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data,
aktivitas-aktivitas, dan pengalaman-pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum
yang isinya berupa mata pelajaran dalam silabus. Ketiga, bagian berisi metode penyampaian. Keempat,
bagian yang berisi metode penilaian dan pengukuran atas hasil pengajaran tersebut.
3. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya mengandung beberapa unsur
utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode penilaian.[5] Kesemuaannya
harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam
pembentukannya. Sumber-sumber tersebut dikatakan sebagai asas-asas pembentukan kuriulum
pendidikan.
Menurut mohammad al Thoumy al Syaibany,[6] asas-asa umum yang menjadi landasan pembentukan
kurikulum dalam pendidikan Islam adalah:
a. Asas Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan
dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah dan muamalah.
Hal ini bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat Islam,
yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sementara sumber lainnya sering dikategorikan sebagai metode seperti
ijma, qiyas dan ihtisan.
Pembentukan kurikulum pendiidkan Islam harus diletakan pada apa yang telah digariskan oleh 2 sumber
tersebut dalam rangka menciptakan mausia yang bertaqwa sebagai ‘abid dan khalifah dimuka bumi.
b. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga
susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai
pandangan hidup yang diyakini kebenarannya. Secara umum, dasar falsafah ini membawa konsekwensi
bahwa rumusan kurikulum pendidikan Islam harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi dan
aksiologi yang digali dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangan dengan nilai-
nilai asasi ajaran Islam.
c. Asas Psikologis
Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan
mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik.
Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap
kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan sosial, kebutuhan dan minat,
kecakapan dan perbedaan individual dan aspek lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek
psikologis.
d. Asas Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat.
Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan bakal terjadi
dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai mahluk sosial harus mendapat tempat dalam
kurikulum pendidikan Islam. Hal ini dimaksudkan agar out-put yang diahasilkan menjadi manusia yang
mampu mengambil peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.
Keempat asas tersebut di atas harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum pendidikan
Islam. Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidaklah berdiri sendiri-sendiri,
tetapi harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat membentuk kurikulum pendidikan
Islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pengembangan anak didik dalam
unsur ketauhidan, keagamaan, pengembangan potensinya sebagai khalifah, pengembangan
kepribadiannya sebagai individu dan pengembangannya dalam kehidupan sosial.
4. Kriteria Kurikulum Pendidikan Islam
Berdasarkan pada asas-asas tersebut, maka kurikulum pendidikan Islam menurut An Nahlawi[7] harus
pula memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani sehingga memiliki
peluang untuk mensucikannya, dan menjaganya dari penyimpangan dan menyelamatkannya.
b. Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat
beribadah kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan aspek psikis, fisik, sosial, budaya maupun
intelektual.
c. Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi perkembangan
peserta didik maupun unisitas (kekhasan) terutama karakteristik anak-anak dan jenis kelamin.
d. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam kurikulum harus memelihara
kebutuhan nyata kahidupan masyarakat dengan tatap bertopang pada cita ideal Islami, seperti tasa
syukur dan harga diri sebagai umat Islam.
e. Secara keseluruhan struktur dan organisasai kurikulum hendaknya tidak bertentangan dan tidak
menimbulkan pertentngan dengan polah hidup Islami.
f. Hendaknya kurikulum bersifat realistik atau dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi
dalam kehidupan negara tertentu.
g. Hendaknya metoda pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum bersifat luwes sehingga dapat
disesuaikan berbagai situasi dan kondisi serta perbedaan individual dalam menangkap dan mengolah
bahan pelajaran.
h. Hendaknya kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang dapat membentuk afektif
(sikap) Islami dalam kepribadian anak.
i. Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami, seperti pendidikan untuk
berjihad dan dakwah Islamiyah serta membangun masyarakat muslim dilingkungan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai