Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS TERHADAP HAKIKAT DAN

KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM


PENDIDIKAN ISLAM

ARTIKEL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hadis-Hadis Tarbawi yang Diampu Oleh
Mad Sa’i, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Naily Istighfaroh 21381012101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
IAIN MADURA
2023
ANALISIS TERHADAP HAKIKAT DAN KOMPONEN
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

Naily Istighfaroh
IAIN Madura
nailyist3302@gmail.com

Abstract
In education, the curriculum is the heart of an educational institution in which it contains
how the process of planning, implementing, and evaluating the results of the learning process.
The educational curriculum is always undergoing changes or developments, this is in response
to the progress and demands of the times. However, change/development is certainly based on
the principles that are the basic principles of development. This study aims to unravel the
nature of Islamic learning curriculum development which is formulated from various
components forming the curriculum. Research found that curriculum development needs to pay
attention to aspects of objectives, materials, methods and evaluation of learning. Research with
the genre of library research also proposes an argument that the development of Islamic
curriculum must be based on the principles of monotheism, relevance and contextuality.

Keywords: Curriculum, Development, Components, Islamic Education

Abstrak
Dalam pendidikan, kurikulum merupakan jantung dari sebuah lembaga pendidikan yang
di dalamnya memuat bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil proses
pembelajaran. Kurikulum pendidikan selalu mengalami perubahan atau pengembangan, hal
ini sebagai respons atas kemajuan serta tuntutan zaman. Namun, perubahan/pengembangan
tentu berlandaskan prinsip-prinsip yang menjadi pegangan dasar pengembangan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengurai hakikat pengembangan kurikulum pembelajaran Islam yang
dirumuskan dari berbagai komponen pembentuk kurikulum. Penelitian menemukan bahwa
pengembangan kurikulum perlu memperhatikan pada aspek tujuan, materi, metode serta
evaluasi pembelajaran. Penelitian dengan genre studi pustaka (library research) ini juga
mengajukan argumen bahwa pengembangan kurikulum Islam, harus didasarkan para prinsip
ketauhidan, relevansi dan kontekstual.

Kata Kunci: Kurikulum, Pengembangan, Komponen, Pendidikan Islam

PENDAHULUAN

1
Dalam dunia pendidikan tidak lepas dari adanya kurikulum pendidikan,
dimana kurikulum merupakan jantung dari sebuah lembaga pendidikan. Kurikulum
pendidikan digunakan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil
yang sudah dicapai dalam proses pembelajaran. Kurikulum pendidikan di Indonesia
telah mengalami pergantian hampir setiap sepuluh tahun sekali, meskipun di akhir-
akhir tahun belakangan terjadi beberapa pergantian yang menimbulkan dampak
baik positif maupun negatif. Kurikulum Indonesia tersebut, yaitu Kurikulum 1974,
Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (transisi KTSP), Kurikulum
2006, dan yang terakhir Kurikulum 2013.
Kurikulum pendidikan yang bisa dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang matang dengan penuh kreativitas dan inovasi pembelajaran akan berhasil
dengan baik daripada yang hanya sebagai formalitas saja. Sudah menjadi fenomena
umum bahwa dalam kenyataan di lapangan suatu lembaga pendidikan akan tampak
sukses dan menjadi sekolah/madrasah favorit jika bisa merencanakan program-
program pendidikan dan mampu melaksanakannya dengan baik sesuai dengan
tuntutan jaman yang penuh dengan tantangan-tantangan global. Selain itu, kembali
melihat ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam
akan membawa kita kembali kepada tuntutan bagaimana praktik pendidikan yang
sesungguhnya, yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
Tulisan ini akan membahas tentang pengertian hakikat pengembangan
kurikulum pendidikan, kemudian bagaimana kurikulum dalam perspektif Hadits
yang sesuai dengan ajaran Islam.

METODE PENELITIAN
Metode Penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (liberary research),
yakni penelitian yang menggunakan sumber data dari penelusuran kepustakaan
berupa buku dan artikel serta kitab-kitab hadis dan syarahnya, serta sirah
nabawiyah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis data kualitatif. Informasi yang terkait dengan Kurikulum/materi pendidikan
Islam dalam perspektif hadis merupakan data yang akan dianalisis dan dimaknai
dengan teori-teori pendidikan dan kebahasaan. Informasi yang diperoleh kemudian
dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan pembahasan yang akan ditulis. Informasi

2
yang ditelusuri merupakan data pendukung terhadap pendalaman pemaknaan dari
sumber data utama.
Kajian dari penelitian ini adalah menggunakan kajian literatur. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, jurnal, dan
teori-teori lainnya. Analisis dari kajian ini, mengurai hakikat pengembangan
kurikulum pembelajaran Islam yang dirumuskan dari berbagai komponen
pembentuk kurikulum.

PEMBAHASAN
Pengertian Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
1. Hakikat Pengembangan Kurikulum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hakikat berarti inti sari atau
dasar. Hakikat dari kurikulum adalah suatu proses yang meliputi berbagai kegiatan
rencana belajar, rencana bahan ajar, strategi pembelajaran untuk peserta didik guna
mencapai suatu tujuan yang diinginkan.1 Istilah kurikulum di Indonesia populer
dikenalkan oleh pendidik lulusan Amerika pada tahun 1950-an. Dahulu lebih akrab
dengan penyebutan rencana pembelajaran. J.Gallen William M.Alexander,
mendefinisikan kurikulum sebagai the sum total of school’s efforts to influence
learning, whether in the classroom, on the playground or out of school. Segala
macam bentuk usaha sekolah untuk mempengaruhi anak anak belajar, baik itu di
ruangan kelas (intra curricular) ataupun di luar ruangan kelas (ekstrakurikuler) hal
tersebut tetap disebut kurikulum.
Sedangkan menurut Hendyat Sutopo dan Wasty Soemanto, merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan alat atau metode baru, dalam
kegiatannya alat atau metode tersebut akan terus dievaluasi dan disempurnakan.
Jika setelah dilakukan perbaikan alat atau metode tersebut dianggap cukup stabil
untuk digunakan secara terus menerus maka kegiatan pengembangan akan berakhir.
Pentingnya pengembangan kurikulum harus tercermin dalam diri masyarakatnya.
Melihat kembali perkembangan masyarakat yang terus menerus, tentunya proses

1
Soleh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013).

3
pengembangan kurikulum sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kebutuhan
masyarakat tersebut.2
Kurikulum dikembangkan untuk mendapatkan, pertama, kejelasan profil
lulusan, inti sari pembelajaran (learning outcome). Kedua, kurikulum
dikembangkan untuk dapat menghimpun keprofesionalan guru dengan empat
kemampuan; pengajaran, kepribadian, sosial, profesional, dan leadership. Ketiga,
pengembangan kurikulum menekankan pada Alquran Hadis, hal tersebut dapat
menghasilkan kompetensi profesional calon pendidik yang meningkat.
2. Pendidikan Islam
Menurut Abdurahman Al-Baniy, ada empat unsur pendidikan Islam.
Pertama terpeliharanya fitrah, kedua mengembangkan seluruh potensi dan segala
hal yang mendukung, ketiga mengerahkan seluruh fitrah dan potensi manusia
menuju kebaikan dan kesempurnaan yang layak, dan keempat runtutan proses
tersebut dilakukan secara bertahap.3
Fungsi pendidikan memiliki dua keutamaan yaitu fungsi konservatif dan
fungsi progresif. Fungsi pendidikan konservatif adalah bagaimana meneruskan dan
memelihara cita-cita sosial dan budaya kepada generasi yang akan datang. Fungsi
progresif adalah bagaimana kegiatan pendidikan memberikan pengetahuan dan
perkembangan sekaligus menanamkan nilai keterampilan untuk meramal masa
depan. hingga generasi ke depan lebih siap menghadapi masa yang akan datang.18
Dapat dipahami bahwa hakikat pengembangan kurikulum pendidikan
Islam adalah kegiatan yang mencakup penyempurnaan rencana belajar, rencana
bahan ajar, strategi pembelajaran untuk peserta didik. Bila sudah mengalami
penyempurnaan dan dirasa sudah cukup baik untuk digunakan selanjutnya,
sehingga diakhirilah pengembangan kurikulum tersebut. Kurikulum yang
dikembangkan dalam Islam harus memenuhi adanya nilai-nilai, potensi manusia
sebagai khalifah Allah, keesaan, keagamaan, upgrade diri antar sesama dan upgrade
diri sebagai individu.

2
Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran Teori Dan Praktek Pengembangan KTSP, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008).
3
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga , Di
Sekolah Dan Di Masyarakat, (Bandung: CV Diponegoro, 1989).

4
Penyusunan kurikulum pendidikan ada tiga landasan. Landasan
psikologis, digunakan untuk memenuhi dan menentukan kemampuan dan
kebutuhan siswa (the ability and needs of children). Landasan filosofis, memiliki
kegunaan untuk menentukan nilai yang akan diwujudkan (the kind of universe in
which we live). Landasan sosiologis, digunakan untuk menentukan nilai sosial (the
legitimate, demands of society).
Namun tak cukup jika dalam penyusunan kurikulum hanya memakai tiga
dasar yang telah disebutkan. Sebab dalam Islam ada visi dan misi mentransfer dan
menanamkan nilai ilahiah sebagai titik pusat tujuan pendidikan Islam. Lalu berikut
ini kerangka dasar yang jelas tentang kurikulum pendidikan Islam : (1) Dasar agama
memiliki peran yang sangat besar dan menentukan arah tujuan kurikulum serta
pendidikan Islam yang semua itu bermuara kembali pada Al-Quran dan As-Sunnah.
(2) Dasar falsafah, memberikan arah dan tujuan pendidikan Islam secara filosufis,
ini berarti kurikulum mengandung suatu kebenaran. (3) Dasar psikologis, dasar ini
menuntut pembuat dan pengembang kurikulum untuk memperhatikan proses dan
fase-fase pertumbuhan serta perkembangan peserta didik. (4) Dasar sosial, dasar ini
menyaratkan sebuah lembaga pendidikan harus selaras dan dapat menjawab
kebutuhan peserta didik. Karena dasar sosial berkaitan erat dengan masyarakat
sebagai pelaku proses pendidikan dan kebudayaan.
3. Hadits berisi Kurikulum Pendidikan Islam
a. Ilmu agama dan al-Qur’an.
Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Rasulullah SAW meletakkan tangannya
pada punggung Ibnu ‘Abbas atau pundaknya, perawi Hadis ini, Said ragu
kemudian Rasulullah SAW berdoa: “Ya Allah berikanlah kepadanya
pemahaman yang mendalam tentang agama dan ajarilah dia takwil (al-
Qur’an).” (Ahmad ibn Hanbal Abu Abdullah al-Syiyabaani, tt: 266).
Al-Qur’an merupakan materi pertama yang harus diajarkan kepada siswa.
Rasulullah SAW telah bersabda:
‫ت َس ْع َد بْ َن عُبَ ْي َد َة َع ْن أَِِب َعْب ِد‬ ِ ٍ
ُ ‫َخ َََبِِن َعلْ َق َمةُ بْ ُن َم ْرثَد ََس ْع‬ َ َ‫اج بْ ُن ِمْن َه ٍال َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ ق‬
ْ ‫ال أ‬ ُ ‫َحدَّثَنَا َح َّج‬
َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ال َخ ْ ُْيُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم الْ ُق ْرآ َن‬ َّ ‫صلَّى‬ ِ
َ ‫َّب‬ َّ ‫السلَ ِم ِيي َع ْن عُثْ َما َن َر ِض َي‬
‫اَّللُ َعْنهُ َع ْن الن ِي‬ ُّ ‫الر ْْحَ ِن‬
َّ

‫ال َوذَ َاك الَّ ِذي أَقْ َع َدِِن‬


َ َ‫اج ق‬
ُ ‫اْلَ َّج‬ َّ ‫ال َوأَقْ َرأَ أَبُو َعْب ِد‬
ْ ‫الر ْْحَ ِن ِِف إِ ْمَرةِ عُثْ َما َن َح ََّّت َكا َن‬ َ َ‫َو َعلَّ َمهُ ق‬

5
Telah menceritakan kepada kami hujjaj ibn Minhaal telah menceritakan
syu’bah ia berkata ‘Alqamah ibn mursyid telah mengkhabarkan kepadaku
saya mendengar Said ibn ‘Ubaidah dari ayah Abdurrahman al-silmy dari
‘Usman ra Nabi SAW telah bersabda: “Yang paling baik di antara kamu
adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.
(Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, 1987:1919)
b. Shalat
Rasulullah Saw bersabda:
‫حدثنا مؤمل بن هشام يعين اليشكري ثنا إَساعيل عن سوار أِب ْحزة قال أبو داود وهو سوار بن داود‬

‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه‬: ‫أبو ْحزة املزِن الصْيِف عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال‬

‫وسلم “مروا أوالدكم بلصالة وهم أبناء سبع سنني واضربوهم عليها وهم أبناء عشر سنني وفرقوا بينهم‬

‫ِف املضاجع‬

Telah menceritakan kepada kami Muammal ibn Hisyam yaitu al-Yasykariy


telah bercerita Isma’il dari Sawwar Abi Hamzah telah berkata Abu Dawud
dan dia Sawwar ibn Daud Abu Hamzah al-Mazni as-Shirafi dari ‘Umar ibn
Syu’aib dari ayahnya dari neneknya telah berkata: Bersabda rasulullah
SAW” Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika berumur 7 (tujuh)
tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat, dan
pisahkan tempat tidur mereka (putra dan putri)”. (H.R. Abu Dawud)
(Sulaiman ibn al-Asy’as Abu Daud al-sajastani al-ajdi, tt:187).
Hadis ini menegaskan bahwa, ketika seorang anak menginjak usia sepuluh
tahun, maka insting yang dimilikinya sedang menuju ke arah perkembangan
dan ingin membuktikan eksistensi dirinya. Oleh karena itu, ia harus
diperlakukan secara hati-hati dengan menyangkal semua penyebab kerusakan
dan arah penyimpangan. Caranya antara lain dengan memisahkan tempat
tidur mereka (putra dan putri). (Jamaal ‘Abd al-Rahman, 2005: 263).
Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Mahmud Junus
bahwasanya aspek rohani termasuk dimensi yang harus dijadikan sebagai isi
kurikulum dalam pendidikan melalui perintah shalat pada usia 7 (tujuh) tahun

6
dan juga bersinggungan dengan dasar psikologis yang ditawarkan al-Syaibani
sebagai dasar pokok dalam kurikulum pendidikan Islam
Komponen-Komponen dalam Kurikulum
Menurut Muhammad Muzamil al-Basyir dalam Heri Gunawan,
komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum adalah: Tujuan
Kurikulum, Materi, Metode; dan Evaluasi.4
1. Tujuan kurikulum
Komponen tujuan kurikulum berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya
dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Dalam skala mikro,
tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang
lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran. Tujuan kurikulum terdiri dari tujuan kognitif, psikomotorik
dan afektif. Diharapkan dalam kurikulum bisa mencakup ketiga hal tersebut.
Pada hakikatnya, tujuan kurikulum ada tiga macam, yaitu Tujuan Nasional,
Tujuan Institusional dan Tujuan Kurikuler. Tujuan Nasional tentu saja tujuan
yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas. Tujuan Institusional sesuai
dengan tujuan lembaga pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan.
Sedangkan Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang akan dicapai pada setiap
bidang studi yang diajarkan.
2. Isi/materi kurikulum
Komponen isi/materi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan
dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau
materi pelajaran yang biasanya ter gambarkan pada isi setiap materi pelajaran
yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun
aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Menurut Sudjana dalam Heri Gunawan mengatakan bahwa isi kurikulum
adalah penentu berhasilnya suatu tujuan.5 Maka, isi kurikulum harus: (1)

4
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta,
2012), hal. 9.
5
Sudjana (2002:23) dalam Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 13.

7
sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan peserta didik; (2)
mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata
masyarakat; (3) dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mengandung aspek sosial, moral dan sosial secara seimbang; (4) mengandung
pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya tidak lekang oleh waktu; (5)
mengandung bahan pelajaran yang jelas; (6) dapat menunjang tercapainya
tujuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran, alangkah baiknya jika kita
juga menyelipkan ajaran-ajaran Islam dalam materi pembelajaran. Salah satu
contoh materi pelajaran olahraga yang baik untuk diajarkan kepada peserta
didik, yaitu seperti tercantum dalam Al Hadits, Rasulullah bersabda:
.‫ واملرأة املغزل‬،‫ علموا أبناءكم السباحة والرمي‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫عن ابن عمر‬

Dari Ibnu ‘Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Ajari anak-anak lelakimu berkuda, berenang dan memanah, dan ajari
menggunakan alat pemintal untuk wanita.” (HR. Al-Baihaqi).
3. Strategi /metode
Komponen strategi/metode merupakan komponen ketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang
memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat
kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan
demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian
tujuan. Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Dengan demikian, bisa jadi satu strategi pembelajaran
digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi
ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab
atau bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk

8
menggunakan media pembelajaran. Istilah lain juga yang memiliki kemiripan
dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan
berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen
mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher centered approach) dan pendekatan yang
berpusat pada siswa (student centered approach). Pendekatan yang berpusat
pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran
discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif.
Metode dalam proses pendidikan, pendidik dapat mendidik anak dengan
memberikan contoh keteladanan seperti yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah saw dengan cara mencintainya dan mencintai keluarganya seperti
yang dijelaskan pada hadis berikut ini.
:‫صا ٍل‬ ِ ِ ِ
َ ‫ اَيدبُ ْوا اَْوالَ َد ُك ْم على ثالثِ خ‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫َع ْن َعل ِيي رضي هللا عنه قال‬
‫يوم ال ِضل ِظلَّهُ مع انْبِياَئِِه و‬ ِ
َ ‫ب اَ ْه ِل بَْيتِ ِه و قَرأةُ الْ ُق ْرأ ِن فإن ْحَْلَةَ الْ ُق ْرأ ُن ِف‬
َ ِ‫ض ِيل هللا‬ ِِ ِ ‫ُح‬
‫ب نَبيي ُك ْم َو ُح ِي‬
‫ي‬
.‫اص ِفيَائِِه‬
ْ
Dari Ali R.A berkata: Rasulullah Saw bersabda: didiklah anak kalian
dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi dan keluarganya serta
membaca Al-Quran karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi
Al- Qur’an akan berada dibawah lindungan Allah diwaktu tidak ada
lindungannya bersama paranabi dan kekasihnya. (H.R. Ad-Dailami).
Berdasarkan hadist tersebut terdapat nilai pendidikan untuk mencitai nabi
dan keluarganya serta membaca Al-Quran. Hadist tersebut mengenai perintah
untuk mengajari anak agar cinta kepada nabi dan keluarganya hal ini
merupakan bahan penting bagi kurikulum pendidikan terutama sebagai upaya
mempersiapkan anak untuk mengenali lebih dalam sirah Nabawi serta dapat
menjadikan nabi sebagai teladan yang segala perbuatannya dapat diikuti oleh
anak didik dalam kehidupan. Selanjutnya, pendidik diperintahkan untuk
mendidik anak didiknya membaca serta menjunjung tinggi Al-Qur’an

9
kegiatan tersebut berguna sebagai petunjuk dalam menjalankan kehidupan
sehingga, segala perbuatan yang diajarkan pendidik terhadap anak didik
sesuai dengan syariat Islam. Maka hadist tersebut sangat berkaitan dengan
kurikulum pendidikan jika tiga macam perkara tersebut tidak diamalkan
dengan benar maka kurikulum pendidikan tersebut tidak mencapai tujuan
yang diharapkan karena yang telah diketahui bahwa tujuan kurikulum
tersebut untuk menjadikan manusia insan kamil yaitu yang segala
perbuatannya selalu mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan Allah
swt.
4. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu
dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas
pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum,
atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven adalah evaluasi sebagai
fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat
untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke dalam
dua jenis, yaitu tes dan non tes.6
Oemar Hamalik menambahkan komponen Organisasi dalam kurikulum,
yaitu lembaga penyelenggara pendidikan itu sendiri juga sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri.7 Dukungan baik
material maupun non material dari lembaga pendidikan sangat menunjang
kesuksesan pelaksanaan kurikulum.
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

6
M.Scriven, The methodology of evaluation dalam R. W. Tyler, R. M. Gagné, & M. Scriven (Eds.),
Perspectives of curriculum evaluation, Chicago: IL: Rand McNally, 1967, hal. 39-83.
7
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hal. 95.

10
Cendekiawan Muslim telah melakukan upaya serius untuk mendefinisikan
konsep pendidikan Islam dan kemudian mengembangkan model pendidikan Islam
yang sejati berdasarkan prinsip-prinsip dasar aqidah al-tauhid` (prinsip iman).
Reformasi pendidikan ini telah mencita-citakan generasi muslim yang dapat
bersaing dan menjalankan kewajibannya sebagai khalifah Allah (khalifatullah),
dapat mempertanggungjawabkan pemeliharaan dan pembangunan, pemeliharaan
sumber daya manusia. Sehingga dapat diartikan, pendidikan Islam ada kewajiban
untuk mengembangkan individu yang menyeluruh, yaitu menjadi generasi yang
spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, linguistik, baik secara individu
maupun kolektif. Ringkasnya, pendidikan Islam yang paling utama adalah realisasi
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah pada tingkat individu.8
Kurikulum dan materi pelajaran Islam yang baru terintegrasi untuk
sekolah-sekolah Islam kontemporer perlu dirancang untuk mempromosikan
solidaritas Identitas Islam bagi Umat. Generasi muda perlu ditanamkan nilai-nilai
dan keyakinan Islam yang murni sejak awal secara sangat komprehensif, kritis dan
kreatif dengan menggunakan pendekatan pendidikan yang terintegrasi dan dinamis
yang baru direvisi. Berpikir kritis (critical thingking) dapat diupayakan dan
dikembangkan untuk pengembangan kurikulum pendidikan Islam ke depan.
Menurut Mendikbud berpikir kritis dapat dilakukan menjadi pelajar Pancasila.
Nilai-nilai yang tertanam pada pelajar Pancasila adalah beriman, bertakwa, sopan
santun, merawat kebinekaan, suka menolong, kreatif dan bernalar kritis.
Dalam Islam berpikir kritis dapat diartikan dapat memecahkan masalah
dengan hati-hati (lemah lembut), bermusyawarah dan kemudian timbul sikap
takwa. Hal ini dijelaskan dalam QS. Ali Imran : 159. Seseorang yang berpikir kritis
ketika menemui problem, lekas berpikir (thingking), lalu menemukan solusi
(solution). Sehingga jika berpikir kritis ini dapat diterapkan baik itu kepada peserta
didik maupun pendidik dan stakeholder, maka pendidikan akan semakin maju dan
berjalan ke depan.

KESIMPULAN

8
Abdul Wafa al Chunemi-al Taftazani, “Pendidikan Islam: Prinsip Dan Tujuan,” Triwulanan
Pendidikan Muslim 4 (n.d.): 66–67.

11
Hakikat mempunyai arti inti sari atau dasar. Sedangkan kurikulum
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan alat atau metode baru,
dalam kegiatannya alat atau metode tersebut akan terus dievaluasi dan
disempurnakan. Hakikat pengembangan kurikulum pendidikan Islam adalah
kegiatan yang mencakup penyempurnaan rencana belajar, rencana bahan ajar,
strategi pembelajaran untuk peserta didik. Kurikulum yang dikembangkan dalam
Islam harus memenuhi adanya nilai-nilai, potensi manusia sebagai khalifah Allah,
keesaan, keagamaan, upgrade diri antar sesama dan upgrade diri sebagai individu.
Ada empat komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum yaitu, tujuan
kurikulum, materi, metode dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

An-Nahlawi, A. (1989). Prinsip Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam Dalam


Keluarga , Di Sekolah Dan Di Masyarakat, . Bandung : CV Diponegoro .

Gunawan, H. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Bandung : Alfabeta.

Gunawan, S. (. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Bandung: Alfabeta.

Hamalik, O. (2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

M.Scriven. (1967). The methodology of evaluation dalam R. W. Tyler, R. M.


Gagné, & M. Scriven (Eds.), . Perspectives of curriculum evaluation, 39-
83.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum Dan Pembelajaran Teori Dan Praktek


Pengembangan KTSP. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Taftazani, A. W.-a. (t.thn.). Pendidikan Islam: Prinsip Dan Tujuan. Triwulanan


Pendidikan Muslim, 66-67.

12

Anda mungkin juga menyukai