Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Evaluasi Kurikulum PAI dalam UUD Pendidikan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Pengembangan Kurikulum dan Materi Ajar PAI”

Oleh :
ROFIQUL A’LA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2020 M/1442 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup
sentral dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, menentukan proses pelaksanaan
dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan dan
dalam perkembangan kehidupan peserta didik nantinya, maka pengembangan
kurikulum tidak bisa dikerjakan sembarangan harus berorentasi kepada tujuan yang
jelas sehingga akan menghasilkan hasil yang baik dan sempurna.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting
keberadaannya dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus menjadi pedoman dalam proses
pembelajaran untuk semua jenis dan tingkat pendidikan yang ada, oleh karena itu agar
semua dapat berjalan dan berhasil maka perlu untuk dilakukan pengembangan-
pengembangan agar kemudian kurikulum yang dipakai dapat selalu memenuhi segala
kebutuhan yang diperlukan demi tercapainya sebuah pendidikan yang berkualitas
yang mampu melahirkan generasi-generasi emas untuk masa depan.
Lebih lanjut terkait dengan pengembangan kurikulum pendidikan, di
Indonesia sendiri dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih berkualitas telah
melakukan berbagai upaya-upaya yang ditujukan untuk memperbaiki berbagai unsur
yang terkandung dalam pendidikan di Indonesia terutama pengembangan kurikulum,
dimana sejauh ini sejarah mencatat, sudah sekitar 10 kali pemerintah dan pihak terkait
melakukan perubahan dan pengembanganpengembangan kurikulum pendidikan yang
ada di Indonesia, mulai dari kurikulum pertama yang di produksi pada tahun 1947
yang pada waktu itu dikenal dengan nama rencana pelajaran, sampai dengan
kurikulum terbaru yang di kenal dengan kurikulum 2013 dimana kurikulum inilah
yang di pakai hingga saat ini untuk menunjang berlangsungnya praktik pendidikan di
Indonesia.
Pada praktik pelaksanaan pendidikannya. Pengembangan kurikulum
pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu perwujudan dari pengembangan
sistem pendidikan Islam.
Di tengah-tengah pesatnya inovasi pendidikan, terutama dalam konteks
pengembangan kurikulum, sering kali para guru PAI merasa kebingungan dalam
menghadapinya. Apalagi inovasi pendidikan tersebut cenderung bersifat top-down
inovation dengan strategi power coersive atau strategi pemaksaan dari atasan yang
berkuasa. Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan agama Islam ataupun untuk meningkatkan efisiensi
serta efektifitas pelaksanaan PAI dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum PAI ?
2. Bagaimana Konsep Kurikulm PAI yang ada saat ini ?
3. Bagaimana Pengembangan Evaluasi Kurikulum PAI Di dalam UUD 1945 ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum PAI

Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan Manhaj, yakni jalan yang
terang, atau jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.
Dalam konteks pendidikan, Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan
Manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada
bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang
dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta nilai-nilai. Al-Khauly menjelaskan bahwa al-Manhaj sebagai
seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.

Sementara itu menurut E. Mulyasa bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai hasil kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.

Kurikulum dalam pendidikan pada awalnya hanya sekedar digunakan untuk


menunjukan atau memuat sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis oleh
guru atau sekolah untuk diberikan dan ditempuh oleh peserta didik guna mencapai suatu
gelar atau hanya untuk mendapatkan ijazah.1

Sedangkan Saylor dan Alexander mengemukakan bahwa kurikulum tidak hanya


memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi dalam kurikulum terkandung segala usaha
sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut di lingkungan
sekolah ataupun di luar sekolah.

Selanjutnya dari berbagai definisi terkait dengan kurikulum di atas, Hasan


Langgulung mendefinisikan kurikulum secara lebih spesifik untuk pendidikan Islam,
dimana ia mengatakan bahwa kurikulum pendidikan islam bersifat fungsional, yang
tujuannya mengeluarkan dan membentuk manusia muslim, kenal agama dan tuhanNya,
berakhlak al-Qur’an, sanggup menikmati kehidupan yang mulia dalam masyarakat, dan
1
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI, di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali
Pers 2012). hal. 2.
sanggup memberi dan membina masyarakat itu serta mendorong dan mengembangkan
kehidupan sekitar.2 Selain itu kurikulum pendidikan Islam agak berbeda dengan
kurikulum pada umumnya dikarenakan kurikulum dalam pendidikan Islam memiliki
karakteristik tersendiri, antara lain:

1. Mengedapankan tujuan agama islam dan akhlak. Karakteristik ini mewarnai


karakteristik- karakteristik lain, utamanya yang berorientasi pada pendidikan tauhid
dan penanaman nilai-nilai.
2. Selaras dengan fitrah manusia termasuk berkenaan dengan pembawaan, bakat, jenis
kelamin, potensi, dan perkembangan psiko-fisik.
3. Merespons dan mengantisipasi kebutuhan nyata peserta didik dan masyarakat, serta
mengusahakan solusi terkait dengan masa depan dan perubahan sosial yang terjadi
secara terus-menerus.
4. Mendorong penggunaan metode-metode yang dinamis, fleksibel dan membuat peserta
didik belajar didorong oleh kesadaran dan hati senang, termasuk dalam menghadapi
pelajaran-pelajaran agama.
5. Materinya realistik, terjangkau disusun secara runtun sesuai dengan psikofisik, tingkat
dan nilai-nilai agamis.
6. Mengembangkan keseimbangan antara aspek intelektual, emosional, dan spiritual.
7. Menghindarkan peserta didik dari pemahaman dikotomik terhadap ilmu pengetahuan
agama dan ilmu-ilmu yang lain, sekaligus menghindarkan peserta didik dari
pemahaman agama parsial yang dapat mengakibatkan peserta didik bersikap ekstrem.3

B. Konsep Kurikulum
Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki
berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar
yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu
dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta
seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik
dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu:
1. Standar Nasional pendidikan adalah pernyataan mengenai kualitas hasil dan
komponen-komponen sistem yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan di

2
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987), hal. 131.
3
Ahmad Janan Asifudin, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam (Tinjauan Filosofis), (Yogyakarta: Suka Press,
2010). hal. 117-118.
seluruh wilayah hukum R.I. pada jenjang, jenis atau jalur pendidikan tertentu. Standar
nasional pendidikan mencakup standar isi, standar pembelajaran, standar
pengembangan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, dan standar
evaluasi pendidikan yang wajib dicapai oleh masing-masing satuan pendidikan pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan.
2. Pengajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar di suatu
lingkungan belajar tertentu dalam upaya pendidikan tertentu.
3. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
dirinya melalui pengalaman belajar yang tersedia pada jalur, jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
4. Satuan pendidikan adalah lembaga penyelenggaraan pendidikan, seperti kelompok
bermain, tempat penitipan anak, taman kanak-kanak, sekolah, perguruan tinggi,
kursus dan kelompok belajar.
5. Kurikulum sebagai program studi. Maksudnya adalah seperangkat mata pelajaran
yang mampu dipelajari oleh anak didik di sekolah atau di Instansi pendidikan lainnya.
6. Kurikulum sebagai konten. Maksudnya adalah data atau informasi yang tertera dalam
buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lainnya yang
memungkinkan timbulnya belajar.
7. Kurikulum sebagai kegiatan berencana. Kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal
yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan
berhasil.
8. Kurikulum sebagai hasil belajar. Seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh
suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh
hasil-hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
9. Kurikulum sebagai reproduksi kultural. Transfer dan refleksi butir-butir kebudayaan
masyarakat, agar dimiliki dan difahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.
10. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Keseluruhan pengalaman belajar yang
direncanakan di bawah pimpinan sekolah.
11. Kurikulum sebagai produksi. Seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai
hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.4

C. Fungsi Kurikulum

4
Muhain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya, (Bandung : PT. Trigenda Karya, 1993), hal. 185.
Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam
pendidikan yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah
sebagai berikut.
1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) :Kurikulum berfungsi
sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya
dapat berubah-ubah. 
2. Fungsi Integrasi (the integrating function) :Kurikulum berfungsi sebagai
penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan
yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan
berintegrasi di masyarakat. 
3. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) :Kurikulum berfungsi sebagai
diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai
perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani. 
4. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) :Kurikulum berfungsi sebagai
persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat
mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan
pendidikan.
5. Fungsi Pemilihan (the selective function) :Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan
adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program
belajar yang sesuai dengan minat dan bakatnya. 
6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function):Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang
mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam
dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka
diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya.

D. Pengembangan Evaluasi Kurikulum PAI dalam UUD 1945

Pengembangan kurikulum merupakan upaya yang dilakukan untuk


mengarahkan kurikulum yang sudah ada menuju kepada sesuatu yang diharapkan
mampu untuk melahirkan sebuah inovasi yang didasarkan kepada kebutuhan peserta
didik yang kemudian diharapkan akan berdampak pada sesuatu yang positif, dan
mampu menjawab segala problem dalam dunia pendidikan.
Didalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003, pasal 36 ayat 1 bahwa
“Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional”.5 Seiring dengan pemberlakuan
otonomi daerah, yang berpengaruh juga pada pemberian otonomi pendidikan,
menuntut adanya pengembangan kurikulum yang lebih akomodatif di sekolah. Oleh
karena itu, setiap satuan pendidikan Islam dituntut untuk mampu mengembangkan
kurikulum, selain mengacu pada standar nasional pendidikan, juga harus mengacu
pada keragaman kultur, dan potensi lingkungan daerah, sebagai bentuk
pengembangan kurikulum muatan lokal, yakni menggali dan memberdayakan
keragaman kultur dan potensi daerah sebagai bagian dari pengembangan kurikulum
pendidikan. Dengan mengorientasikan pada peningkatan keimanan dan ketakwaan
sebagai pemandu dalam menggali ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menggali
dan memberdayakan keragaman kultur dan potensi daerah, akan tampil sosok yang
berketrampilan dan berakhlak mulia dalam rangka memenuhi tuntutan dunia kerja.
Sedangkan dalam Dalam UU Sisdiknas pasal 36 ayat 3, bahwa “Kurikulum
disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa,
peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan,dan minat peserta
didik6”. Dari penggalan isi UU sisdiknas tersebut bahwa kurikulum khususnya
kurikulum PAI telah terdapat didalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003.
Pasal 37 ayat 1 poin a, “bahwa setiap kurikulum pendidikan wajib membuat
pendidikan agama”.7 oleh sebab itu setiap lembaga pendidikan didalam kurikulumnya
wajib mencantumkan pendidikan Agama. Hal tersebut karena mengacu pada UU
Sisdiknas No 20 tahun 2003.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

5
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 15.
6
Ibid, hal. 15.
7
Ibid, hal. 16.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam pembahasan di atas terkait
dengan pengembangan kurikulum pendidikan Islam, maka dapat diambil beberapa
poin bahwa dalam proses pengembangan kurikulum dalam suatu lembaga pendidikan
haruslah melibatkan semua potensi yang terkandung di dalam lembaga pendidikan
tersebut, dimana hal ini hanya dapat dilakukan jika ditopang oleh kompetensi dan
kualitas yang dimiliki oleh kepala madrasah sebagai pimpinan dalam lembaga
pendidikan, yang juga sekaligus sebagai aktor penting yang mengatur jalannya roda
pendidikan yang berada di bawah kekuasaannya, yang kemudian diharapkan akan
mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan kurikulum pendidikan Islam,
bukan hanya bersifat teoritis namun bisa terealisasi dalam ranah praksis pendidikan.
Selain itu yang tak kalah penting dalam rangka pengembangan kurikulum
pendidikan Islam adalah kualitas dan kompetensi seorang guru agar dapat mampu
menterjemahkan dan memahami makna yang terkandung dalam kurikulum tersebut
secara konseptual maupun praksis, selanjutnya dalam upaya pengembangan
kurikulum juga seorang kepala madrasah dan guru harus selalu mampu membangun
komunikasi yang dapat memberikan sebuah hal positif bagi pengembangan kurikulum
pendidikan Islam, serta bisa membangun dan memanfaatkan segala potensi yang ada
dalam lingkup internal maupun eksternal lembaga, agar kemudian apa yang menjadi
cita-cita luhur dunia pendidikan dapat tercapai sesuai dengan kaidah-kaidah yang
telah ditetapkan.
Pengembangan Evaluasi kurikulum PAI adalah: 1) kegiatan menghasilkan
kurikulum PAI, 2) proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya
untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik, 3) kegiatan penyusunan,
pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M., Dkk, Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998.

Asifudin, Ahmad Janan, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam (Tinjauan Filosofis), Yogyakarta: Suka
Press, 2010.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Di Sekolah, Madrasah, Dan Perguruan
Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Muhain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya, Bandung : PT. Trigenda Karya, 1993.

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Raharjo, Rahmat, Inovasi Kurikukum Pendidikan Agama Islam, Pengembangan

Kurikulum Dan Pembelajaran, Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010.

UU No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai