Mata Kuliah:
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Pembimbing:
Prof. Dr. H. Muhaimin Sulhan, MA
Dr.Hj. Suti’ah, M.Pd
Oleh;
Ahmad Munir Saifulloh
09770003
1
Kartini Kartono, Menemukan Jati Diri Lewat Jalur Pendidikan, (Mandar Maju: Bandung, 1989), Hlm.1
pengembangan kurikulum diperguruan tinggi, khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan
PAI sebagai LPTK dalam rangka penyiapan guru PAI.
Seluruh Fakultas di perguruan tinggi, khususnya PTI baik negeri mapun
swasta, pada Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK , dalam pengembangan
kurikulumnya banyak terpaut dengan kebutuhan daerah dalam bidang ketenagaan
kependidikan agama. Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara Fakultas Tarbiyah
Jurusan PAI dengan pemerintah daerah adalah sesuatu yang mesti dilakukan.
Dari statement di atas ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah.
1. Apakah hakikat pengembangan kurikulum ?
2. Bagaimanakah Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI sebagai LPTK dalam menyiapkan
calon guru PAI ?
BAB II
KAJIAN TEORI
2
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1986), hlm. 176
3
TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, (Malang: IKIP
Malang,1989), hal. 65
4
Wahit Iqbal Mubarok dkk, Promosi Kesehatan; Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Graham Ilmu, 2007), hlm. 285
5
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 183
Nampaknya pengertian di atas masih terlalu sederhana dan menitikberatkan
pada materi mata pelajaran semata. Sementara itu Zakiah Darajat memandang
kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan tertentu. 6 Pandangan ini
mempunyai kesamaan dengan definisi yang dikemukakan oleh Addamardasy Sarhan
dan Munir Kamil dalam al- Syaibany bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman
pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh
sekolah bagi murid-muridnya baik di dalam maupu di luar sekolah dengan maksud
menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah
laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.7
Banyak para ahli pendidikan yang memiliki pandangan atau tafsiran yang
beragam, bahkan ada diantaranya yang sangat kontradiktif, sehingga hal ini
menyebabkan sulitnya mengambil suatu pengertian yang dapat mewakili pandangan-
padangan tersebut.
Selain itu, pengertian kurikulum tersebut senantiasa berkembang terus sejalan
dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan. Sementara ini, untuk mengatasi
masalah tersebut, ada usaha-usaha yang dilakukan dengan jalan mengklasifikasikan
konsep-konsep kurikulum ke dalam bebarapa segi atau dimensi. Misalnya, ada yang
mengklasifikasikan berdasarkan pandangan lama yang menganggap kurikulum itu
sebagai kumpulan dari mata pelajaran atau bahan ajaran yang harus disampaikan
guru atau dipelajari oleh siswa, sedangkan pengertian yang lebih menekankan pada
pengelaman belajar. Kemudian, ada yang mengklasifikasikan konsep-konsep
kurikulum berdasarkan pandangan tradisional dan pandangan modern. Pandangan
tradisional menganggap kurikulum tidak lebih dari sekedar rencana pelajaran di suatu
sekolah. Pelajaran-pelajaran apa yang harus ditempuh oleh siswa di suatu sekolah,
itulah kuikulum. Sedangkan pandangan modern menganggap kurikulum lebih dari
sekedar rencana pengajaran. Kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi
dalam proses pendidikan di sekolah.
Dari beberapa pengertian tentang kurikulum tersebut, maka dapat dipahami
bahwa pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan
sebagai:
6
Zakiah Drajat, dkk, Ilmu Pendidkan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 122
7
Oemar Muhammad al- Taumy al- Syaibany, Falsafat Pendidikan Islam, diterjemahkan Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 485
1. Kegiatan menghasilkan kurikulum PAI;
2. Proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan
kurikulum PAI yang lebih baik; dan/atau
3. Kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan
kurikulum PAI.8
Kurikulum sifatnya dinamis dan terbuka untuk perubahan-perubahan dan
pembaharuan, serta pengembagan. Sebabnya adalah karena masyarakat itu sendiri
dinamis, maka sudah barang tentu akan terbuka perubahan-perubahan. Ada beberapa
hal yang mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan kurikulum. Pertama;
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat kemajuan tersebut banyak hal-hal
baru yang ditemukan di dunia ilmu pengetahuan, maka tidak boleh tidak sekolah
harus merespon hal tersebut. Kedua; perubahan masyarakat (social change), banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan masyarakat. Perubahan masyarakat
ini menuntut pula terhadap perubahan kebutuhan dan orientasi masyarakat, dan ini
berpengaruh pula bagi timbulnya perubahan kurikulum karena kurikulum itu sifatnya
dinamis berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan kemajuan zaman, maka
perubahan dan pengembangan kurikulum bukanlah sesuatu yang tabu.9
Melalui pengembangan kurikulum, dalam hal ini kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) diharapkan agar:
1. Mutu pendidikan lebih terjamin;
2. Lebih dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja; dan
3. Peran PTAI sebagai agen perubahan masyarakat dapat lebih terpenuhi.10
Fakultas tarbiyah sebagai LPTK, tidak menutup adanya perubahan-perubahan
di dalam pengembagan kurikulumnya agar tetap dapat merespon perkembangan
zaman.
Menurut Muhajir,11 ada tiga model dalam penyusunan kurikulum, yaitu:
1. Pendekatan akademik.
8
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikn Agama Islam: di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan
Tinggi, (Rajawali Pers: Jakarta, 2005), hlm. 10
9
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2007), hlm. 94
10
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum......, hlm. 222
11
Muhadjir Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu Teori Pendidikan, (Yoqyakarta: Rake
Sarasin, 1987), hlm. 176-181
Yakni bertolak dari sistematisasi disiplin ilmu. Program pendidikan yang
menggunakan pendekatan ini mendasarkan keahliannya pada kebulatan
sibdisipin ilmu itu sendiri, spesialisasi membekali sajek didik, pada kebulatan
subdisiplin tertentu.terpan keahlian atau spesialisasi disiplin atau
sibdisiplin.pemekalan dalam disiplin ilmu tersebut diharapkan mampu
memunculkan ilmuan dengan teori baru, tesis baru, produk teknologi baru dan
penemuan barulainnya.
2. Pendekatan teknologik.
Yakni menyusun program kurikulumnya berdasarkan tugas kerja yang
nanti diembannya. Materi yang diajarkan dipilih sesuai dengan tugasnya nanti,
tugas kerja yag akan dipakai sebagai acuan sebagai acuan menyusun program
tersebut, bias jaditugas kerja dokter, tugas kerja guru, atau tugas-tugas lainnya.
Hakekatnya tugas tersebut mesti dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan standart kerja masing-masing. Penyusunan kurikulum ini didasari atas
kuriulum yang jelas. Tugas seorang dokter jelas, tugas seorang guru jelas, tugas
seorang pilot jelas dan lain-lain.
3. Pendekatan humanistik.
Yakni ingin menjangkau cita-cita ideal tertentu dalam hal ini yang
terpenting adalah perkembangan wawasan dan tampilan perilaku sesuai degan
cita-cita ideal yang hendak dicapai.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum PTAI.
Pengembangan kurikulum PTAI berbasis kompetensi (KBK), setidak-
tidaknya bertolak dari landasan filosofis ontologis, epistemologis, dan aksiologis12
yang penjabarannya berikut ini.
1. Ontologis.
Manusia memiliki potensi jismiyah-nafsiyah yang mengandug dimensi
al-nafsu, al-aqlu, dan al-qalb, serta potensi rohaniyah yang memancar dari
dimensi al-ruh dan al-fitrah, sehingga ia siap mengadakan hubungan vertikal
dengan-Nya (habl min Allah) sebagai manifestasi dari sikap teosentris manusia
yang mengakui Ketuhanan Yang Mah Esa. Manusia yang dicitakan adalah
manusia yang mampu mengemban tugas-tugasnya dimuka bumi, baik sebagai
12
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum
Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa, 2003), hlm. 210-212
hamba Allah maupun sebagai khalifahnya. Untuk dapat mewujudkan fungsi
kekhalifahannya, maka seseorang harus:
a. Memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. Bisa melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan ilmu dan
keterampilan yang dimiliki.
c. Bisa menemukan jati dirinya sebagai apa atau sispa dirinya itu.
d. Bisa bekerjasama dengan orang lain dan berbuat sesuatu yan bermanfaat
bagi pihak lain.
Sebagai khalifah, manusia juga dituntut untuk memiliki pandangan
hidup sebagai muslim yang dikembangkan dalam sikap hidup dan
dimanifestasikan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. Pandangan hidup
seseorang setidak-tidaknya dapat diketahui dari jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan berikut:
a. Apa yang harus diperbuat untuk dirinya.
b. Apa yang harus diperbuat terhadap alam sekitarnya.
c. Apa arti lingkungan sosial bagi dirinya dan apa yang harus diperbuat
terhadap lingkungan sosialnya.
d. Apa yang harus diperbuat terhadap keturunan atau generasi penerusnya.
2. Epistemologis/ ilmu pengetahuan.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki dasar
rasional tertentu, yaitu:
a. Siapa yang akan dijadikan peserta didik?
b. Apa kompetensi hasil didik, sebagai apa?
c. Siapa yang membutuhkan hasil didik, berapa jumlahnya, dan bagaimana
jenjang karier yang tersedia dimasyarakat? dan
d. Bagaimana proses pendidikannya agar tujuan yang diinginkan terwujud?
Adapun cara pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dilakukan dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
a. Lulusan yang kompeten dalam hal apa yang akan di bentuk melalui program
pendidikan atau program studi di PTAI?
b. Andai kata lulusan yang kompeten itu harus melaksanakan tugas/
pekerjaannya, kemampuan dasar apa dan bagaimana yang harus ditempuh
oleh mereka?
c. Apa indikator-indikator atau bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
mahasiswa telah sukses dalam mencapai kemampuan dasar dan hasil belajar
yang telah ditetapkan?
d. Agar mahasiswa dapat mencapai hasil belajar atau mewujudkan indikator-
indikator hasil belajar tersebut, maka hal-hal, masalah-masalah, latihan-
latihan apa yang harus dibahas dan atau dikerjakan oleh mereka dalam
kegiatan perkuliahan?
e. Untuk mencapai hasil belajar atau mewujudkan indikator-indikator hasil
belajar dengan pokok bahasan dan subpokok bahasan tersebut, maka
kegiatan-kegiatan apa yang harus dialami mahasiswa dalam kegiatan
perkuliahan dan bagaimana cara menilai keberhasilannya?
f. Apa sarana dan sumber belajar, tenaga kependidikan seperti apa dan
bagaimana, dan berapa biaya yang diperlukan, serta apa peran dan
tanggungjawab pimpinan, unit-unit, dan lain-lain untuk mencapai hasil
belajar atau mewujudkan indikator-indikator hasil belajar tersebut?
g. Berapa jam/sks yang diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar atau
mewujudkan indikator-indikator hasil belajar tersebut?
3. Aksiologis
Pengembangan kurikulum KBK diarahkan pada pengembangan
kemampuan menjalankan tugas-tugas atau pekerja tertentu. Tugas/ pekerjaan itu
bisa berbasis pada:
a. Kebutuhan pemerintah;
b. Kebutuan users atau para pengguna jasa hasil didik;
c. Kebutuhan pengembagan akademik atau keilmuan;
d. Kebutuhan PTAI itu sendiri; dan
e. Kebutuhan individu mahasiswa.
Ditinjau dari akar historis, pengembangan kurikulum di PTAI didorong oleh
beberapa tujuan yaitu:
1. Untuk melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu agama Islam
pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah;
2. Untuk melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam; dan
3. Untuk melakuknan reproduksi dan kaderisasi ulama dan fungsionaris
keagamaan, baik pada kalangan birokrasi negara maupun sektor swasta, serta
lembaga-lembaga sosial, dakwah, pendidikan dan sebagainya.13
Ditinjau dari segi sosiologis, masyarakat Indonesia bersifat pural, serba
ganda, dan beragam, sehingga tidak adil bila segala-galanya harus disamakan. Oleh
karena itu pengembangan kurikulum harus mampu memberi peluang kepada masing-
masing PTAI untuk berimprovisasi dan berkreasi untuk mengembangkan pendidikan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
Ditinjau dari segi segi psikologis, mahasiswa mempunyai potensi-potensi
dasar yang perlu diaktualisasikan dan ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan
untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.
Setiap peserta didik memiliki bakat, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda,
sehingga memerlukan treatment yang berbeda-beda pula.
Dilihat dari segi landasan hukumnya, sebagaimana tertuang di dalam
penjelasan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional adalah
mengembangkan dan melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi.14
BAB III
13
Azyumardi Azra, “Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains (Sebuah Pengantar)”,dalam: Charles
Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, terj. Afandi dan Hasan Asari, (Jakarta: Logos, 1994)
14
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam…., hlm. 213
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Al- Syaibany, Oemar Muhammad al- Taumy, (1979), Falsafat Pendidikan Islam, ter.
Hasan Langgulung, Bulan Bintang: Jakarta.
Arifin, M., (1991), Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.
Azra, Azyumardi, (1994), “Pendidikan Tinggi Islam dan Kemajuan Sains (Sebuah
Pengantar)”, dalam: Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam,
terj. Afandi dan Hasan Asari, Logos: Jakarta.
Daulay, Haidar Putra, (2007), Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia, Kencana: Jakarta.
Drajat, Zakiah dkk, (1992), Ilmu Pendidkan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.
Kartono, Kartini, Menemukan Jati Diri Lewat Jalur Pendidikan, Bandung: Mandar Maju.
Langgulung, Hasan, (1986), Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi
Pendidikan, Pustaka al- Husna: Jakarta.
Mubarok, Wahit Iqbal dkk, (2007), Promosi Kesehatan; Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengaja dalam Pendidikan, Graha Ilmu: Yogyakarta.
Muhaimin, (2005), Pengembangan Kurikulum Pendidikn Agama Islam: di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers.
Muhaimin, (2003), Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan,
Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Nuansa:
Bandung.
Noeng, Muhadjir, (1987), Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu Teori
Pendidikan, Rake Sarasin: Yoqyakarta.
Rosyada, Dede, (2007), Paradigma Pendidikan Demokratis, Kencana: Jakarta.
Suprayogo, Imam, (2004), Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, UIN Malang Pers:
Malang.
TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, (1989), Administrasi
Pendidikan, IKIP Malang.