Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MEDIA DAN SARANA BELAJAR PLS


“Media Pembelajaran Tradisional”

Dosen Pengampu :
1. Dra. Syur’aini, M.Pd
2. Zahratul Azizah, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Rahma putri wulanda (18005124)


2. Rara aulia putri (18005127)
3. Salsabila deona (18005132)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-NYA sehingga makalah ini bisa disusun hingga selesai. Dan tidak lupa
pula kami juga mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan juga
pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki.
Kami yakin masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan maupun isi
dari makalah ini, oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dan untuk
kedepannya kami bisa memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Padang, 07 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2
A. Media pembelajaran tradisional salawat dulang ..........................................2
B. Media pembelajaran tradisional rabab .........................................................4
C. Media pembelajaran tradisional rabab ........................................................5

BAB III PENUTUP .................................................................................................7


A. Kesimpulan .................................................................................................7
B. saran .............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Media pembelajaran tradisional merupakan media pembelajaran yang
masih memiliki kekentalan terhadap adat dan budaya lokal, seperti salawat
dulang, saluang dan rebab.
salawat dulang adalah penceritaan kehidupan nabi Muhammad, cerita
yang memuji nabi, atau cerita yang berhubungan dengan persoalan agama Islam
dengan diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar itu.
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat.
Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang
(Schizostachyum brachycladum Kurz).
Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat
dari tempurung kelapa. Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang.
Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau dikenal dengan
istilah Kaba.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengansalawat dulang ?
2. Apa yang dimaksud dengan saluang?
3. Apa yang dimaksud dengan rabab?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu salawa dulang
2. Mengetahui apa itu saluang
3. Mengetahui apa itu rabab

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SELAWAT DULANG
1. Pengertian Selawat Dulang
Salawat dulang atau Salawaik Dulang adalah sastra lisan Minangkabau
bertemakan Islam. Sesuai dengan namanya, Salawat dulang berasal dari dua kata
yaitu salawat yang berarti salawat atau doa untuk nabi Muhammad SAW, dan
dulang atau talam, yaitu piring besar dari Loyang atau logam yang biasa
digunakan untuk makan bersama. Dipertunjukkan oleh minimal dua klub diiringi
tabuhan pada ‘dulang’, yaitu nampan kuningan yang bergaris tengah sekitar 65
cm. Dalam bahasa sehari-hari, sastra lisan ini hanya disebut ‘salawat’ ataupun
‘salawek’ saja. Di beberapa tempat, salawat dulang disebut juga salawat talam.
Dalam sastra rakyat Minangkabau, salawat dulang adalah penceritaan
kehidupan nabi Muhammad, cerita yang memuji nabi, atau cerita yang
berhubungan dengan persoalan agama Islam dengan diiringi irama bunyi ketukan
jari pada dulang atau piring logam besar itu.
Pertunjukan salawat dulang biasanya dilakukan dalam rangka
memperingati hari-hari besar agama Islam dan ‘alek nagari’. Pertunjukan ini tidak
dilakukan di kedai (lapau) atau lapangan terbuka. Biasanya hanya dipertunjukkan
di tempat yang dipandang terhormat seperti mesjid, surau. Pertunjukan juga
biasanya dimulai selepas isya. Sifat pertunjukan yang bertanya jawab, saling
serang dan saling berusaha mempertahankan diri. Dalam pertunjukannya, kedua
tukang salawat duduk bersisisian dan menabuh talam secara bersamaan.
Keduanya berdendang secara bersamaan atau saling menyambung larik-lariknya.
Larik-larik itu berbentuk syair.
2. Fungsi Selawat Dulang
1. Fungsi kerayaan keagamaan adat
Perayaan keagamaan yang dimaksud adalah kegiatan atau acara untuk
mempenringati peristiwa-peristiwa keagamaan yang berkaitan dengan agama
islam,seperti perayaan hari maulid nabi,muhammmad saw,.perayaan hari maulid
nabi merupakansebuah upacara relegius umat islam dalam rangka memperingati
hari kelahiran nabi saw.kegunaan acara salawuik dulang pada acara tersebut
adalah untuk memberikan kesadaran pada masyaraka minangkabau agar lebih
menhayati dan memahami betul masalah yang berhubungan dengan agama islam
serta digunakan untuk memberikan pertunjuk tentang hal-hal yang benar dan yang
salah menurut ajaran agama.acara selawat dulang juga digunakan untuk
memeriahkan pertunjukan katan kuram maksudnya adalah sebgai hadiah bagi
anak-anak dan orang yang melihat saat acara katam kuram tersebut jadi fungsinya
disisni adalah sebagai hiburan dan pertunjukan bagimorang-orang yang ada dalam
acara yang diikuti tersebut.

2
2. Fungsi pengukuhan ikatan sosial masyarakat
Pemberitahuan acara selawat dulang biasanya dilakukan melalui pengeras
suaramesjid yang difungsikan sebagai pengganti undangan kepada masyarakat
sekeliling nagari.acara pengumpulan dana sebagai cerminan ikatan sosial
kemasyarakatan itu biasanya dilaksanakan pada hari-hari raya islam.
3. Fungsi sebagai media informasi dan transformasi nilai
Pertunjukan selawat dulang juga digunakn sebagai propaganda untuk
menyebarkan program-program pemerinta,mengenai hasil-hasil pembangunan
disegala bidang(seperti bidang ekonomi,sosial dan lainya).
4. Fungsi dakwah
Kesenian salawaik dulang pada awalannya berfungsi sebagai sarana untuk
melakukan dakwah islamiah.sang artis pada pertunjukan salawaik dulang selain
dapat mengakomondasikan kebenaran pada orang lain,melalui objek estetisndan
hasil kreatifitas hasil manusia,juga menyampaikan pesan-pesan dakwah dan
kemanusian sesuai dengan ajaran dan morma-normayang beraku dalam
islam.Selain dengan perkembangan zaman,salawaik dulang yang dulunya
berfungsi sebagai wacana dakwah mengalami perkembangan kekonteks yang
lebih sekuler seperti berfungsi sebagai hiburan yang bersifat komersial.
5. Fungsi integrasi dan keterpaduan sosial
Sebagai ekspresi salawauik dulang berfungsi untuk kebutuhan
biologis,kebudayaan juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhsn instrumental dan
intergratif.kebutuhsn biologis berupa kebutuhsn akan sandagn dan pangan
,kebutuhsn instrumental seperti kebutuhsn akan hukum dan pendidikan.
6. Fungsi hiburan
7. Fungsi komersial
8. Fungsi eksistensi kelompok dan ajang kompetisi

3. Contoh Isi Selawat Dulang


O........dangalah
Salawauik dulang
Dunia rang solok
Tuo jo mudo,tuo jo mudo

3
Bujang jo gadih
Tuo jo mudo
Baralah sorak
Nan jo sorainyo
O......dangalah
Salawaik dulang
Dunia rang solok
Tuo jo modu,tuo jo mudo.

B. SALUANG
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat.
Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang
(Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan
yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain
atau talang yang ditemukan hanyut di sungai. Alat ini termasuk dari golongan alat
musik suling, tetapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi
talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan
diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat
lamang (lemang), salah satu makanan tradisional Minangkabau. dalam mebuat
saluang ini kita harus menentukan bagian atas dan bawahnya terlebih dahulu
untuk menentukan pembuatan lubang, kalau saluang terbuat dari bambu, bagian
atas saluang merupakan bagian bawah ruas bambu. pada bagian atas saluang
diserut untu dibuat meruncing sekitar 45 derajat sesuai ketebalan bambu. untuk
membuat 4 lubang pada alat musik tradisional saluang ini mulai dari ukuran 2/3
dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan untuk lubang kedua dan
seterusnya berjarak setengah lingkaran bambu. untuk besar lubang agar
menghasilkan suara yang bagus, haruslah bulat dengan garis tengah 0,5 cm
Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya
Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang
dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat
memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan
ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga
sebagai teknik manyisiahan angok (menyisihkan napas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang,
sehingga masing-masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri
khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan
Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan

4
biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas
yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
Dahulu, kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera tersendiri yang
berguna untuk menghipnotis penontonnya. Mantera itu dinamakan Pitunang Nabi
Daud. Isi dari mantera itu kira-kira : Aku malapehan pituang Nabi Daud, buruang
tabang tatagun-tagun, aia mailia tahanti-hanti, takajuik bidodari di dalam sarugo
mandanga bunyi saluang ambo, kununlah anak sidang manusia...... dan
seterusnya.

C. RABAB
Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat
dari tempurung kelapa. Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang.
Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau dikenal dengan
istilah Kaba.
Kesenian Rabab sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan
berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, tersebar dibeberapa
daerah dengan wilayah dan komunitas masyarakat yang memiliki jenis dan
spesifikasi tertentu.
Rabab Darek, Rabab Piaman dan Rabab Pasisie merupakan salah satu
kesenian tradisional yang cukup berkembang dengan wilayah dan di dukung oleh
masyarakat setempat. Rabab Darek tumbuh dan berkembang di daerah darek
Minangkabau meliputi Luhak nan Tigo sedangkan Rabab Piaman berkembang di
daerah pesisir barat Minangkabau, yang meliputi daerah tepian pantai (pesisir).
Pesisir Selatan sebagai wilayah kebudayaan Minangkabau yang menurut
geohistorisnya di klasifikasikan kepada daerah Rantau Pasisia yang cakupan
wilayah tersebut sangat luas dan didaerah inilah berkembangnya kesenian Rabab
Pasisia. Rabab Pasisia ditinjau dari aspek fisik pertunjukanya memiliki spesifikasi
tersendiri dan ciri khas yang bebeda dengan rabab lainya. Terutama dari segi
bentuk alat mirip, dengan biola secara historis berasal dari pengaruh budaya
portugis yang datang ke Indonesia pada abad ke XVI melalui pantai barat
Sumatra.Dalam rabab memiliki komposisi tersendiri tergantung kepada lagu yang
diinginkan dengan memainkan lagu yang bersifat kaba sebagai materi pokok.
Lagu yang lahir tesebut merupakan ide gagasan yang berasal dari komunitas
masyarakat yang berbeda namun ada dalam daerah yang sama.
Rebab (Arab ‫ الربابة‬atau ‫ ربابة‬- "busur (instrumen)"), juga rebap, rabab,
rebeb, rababah, atau al-rababa) adalah jenis alat musik senar yang dinamakan
demikian paling lambat dari abad ke-8 dan menyebar melalui jalur-jalur
perdagangan Islam yang lebih banyak dari Afrika Utara, Timur Tengah, bagian
dari Eropa, dan Timur Jauh. Beberapa varietas sering memiliki tangkai di bagian
bawah agar rebab dapat bertumpu di tanah, dan dengan demikian disebut rebab

5
tangkai di daerah tertentu, namun terdapat versi yang dipetik seperti kabuli rebab
(kadang-kadang disebut sebagai robab atau rubab).
Ukuran rebab biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan yang tercakup
dalam suatu membran seperti perkamen atau kulit domba dan memiliki leher
panjang terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada
satu, dua atau tiga senar. Tidak ada papan nada. Alat musik ini dibuat tegak, baik
bertumpu di pangkuan atau di lantai. Busurnya biasanya lebih melengkung
daripada biola.
Rebab, meskipun dihargai karena nada suara, tetapi memiliki rentang yang
sangat terbatas (sedikit lebih dari satu oktaf), dan secara bertahap diganti di
banyak dunia Arab oleh biola dan kemenche. Hal ini terkait dengan instrumen
Irak, Joza, yang memiliki empat senar.Pengenalan rebab ke Eropa Barat telah
mungkin bersamaan dengan penaklukan Spanyol oleh bangsa Moor, di
Semenanjung Iberia. Namun, ada bukti adanya alat musik ini pada abad ke-9 juga
di Eropa Timur: ahli geografi Persia abad ke-9 Ibnu Khurradadhbih mengutip lira
Bizantium (atau lūrā) sebagai alat musik busur khas Bizantium dan setara dengan
rabāb Arab.

6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
salawat dulang adalah penceritaan kehidupan nabi Muhammad, cerita
yang memuji nabi, atau cerita yang berhubungan dengan persoalan agama Islam
dengan diiringi irama bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam besar itu.
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat.
Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang
(Schizostachyum brachycladum Kurz).
Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau yang terbuat
dari tempurung kelapa. Dengan rabab ini dapat tersalurkan bakat musik seseorang.
Biasanya dalam rabab ini dikisahkan berbagai cerita nagari atau dikenal dengan
istilah Kaba.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA
https://kelompoklansia.wordpress.com/2017/12/04/saluang-dan-rabab/
http://pedagogigroup.blogspot.com/2017/12/media-pembelajaran-saluang-dan-
rabab.html

Anda mungkin juga menyukai