Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karena konseling klinikal adalah merupakan kerangka acuan kerja, yang
mendasarkan pada kosep bahwa konselor bukan semata-mata penata dan
pelaksana tes, tetapi dia juga bekerja menghadapi individu sebagai pribadi
seutuhnya. Bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan tertentu tentang
hakikat manusia.
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dengan menggunakan
teknik klinikal menitikberatkan pada pengembangan skill klien sesuai dengan
latar belakang dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan teknik klinikal
tidak semata-mata berorientasi kepada kepada pengembangan intelektual, tetapi
juga berorientasi juga kepada kemampuan personal secara keseluruhan, baik
jasamani maupun rohani. Pada teknik ini, bantuan atau pelayanan yang diberikan
tidak sebatas mengungkapkan masalah-masalah klien atau membimbing
dalam memecahkannya. Namun selanjutnya konselor membantu klien
mengarahkan klien kepada kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa
bermanfaat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam ajaran Al-Qur’an memang ada kandungan ayat yang memerintahkan
umat Islam agar melakukan dan mengerjakan sesuatu pekerjaan hendaklah
didasarkan pada pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki (Al-Isra’ : 36)
karena setiap unsur dari organ-organ tubuh manusia itu selalu ikut terlibat dan
merasakannya juga akan dimintakan pertanggung jawaban dari setiap yang akan
dilakukan. Maka minat dan kemampuan akan berjalan secara seimbang bila
disertai dengan kekuatan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Maka atas dasar ini
pula teknik klinikal yang dikembangkan dalam pelayanan bimbingan dan
penyuluhan (konseling) Islam memberikan tuntutan agar setiap hidup senantiasa
belajar untuk mencari ilmu pengetahuan.
Pelayanan bimbingan dan penyuluha (konseling) yang sudah ditemukan
diatas, maka secara khusus dalam pendekatan Islam ada pula metode dan

1
tekniknya yang bisa digunakan adalah sebagai berikut: Tekni bil-hikan ,
Teknik bil-mujadalah, Teknik ceramah, Teknik diskusi atau dialog dan tanya
jawab,  dan  Teknik persuasif.  

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pskologi Klinikal ?
2. Apa Teknik Konseling Klinikal ?
3. Bagaimana Pendekatan Klinikal ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konselin Klinikal


Ada beberapa definisi yang diajukan para pakar dalam mendefinisikan
konseling. Menurut Dewa Ketut Sukardi, mengambil kesimpulan dari
berbagai definisi konseling, konseling merupakan suatu upaya bantuan yang
dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang
berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam
suasana keahlian yang didasarkan atas norma norma yang berlaku, agar klien
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki
tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.
Definisi diatas tentu akan berkembang lagi, seiring dengan perkembangan
teknologi komunikasi. Sehingga konseling tidak hanya dilakukan dengan
empat mata atau tatap muka, tetapi bisa dengan teleconference, atau dengan
audio video. Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa tujuan konseling
adalah untuk membantu klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri
dalam memperbaiki tingkah lakunya, atau dengan kata lain untuk membuat
klien dapat melakukan hubungan sosial dengan baik.
Konseling klinikal atau yang biasa disebut dengan trait & factor dirintis
oleh Donald G. Paterson (1920), tetapi tokoh yang terkenal adalah Edmund
Griffith Williamson dengan konseling direktifnya. Yang tujuan utamanya
adalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsive
dengan tingkah laku yang rasional, dan melepas tegangan tegangan (tension)
dan memperoleh insight. Menurut Williamson konseling bermaksud untuk
membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan, dan
bertugas untuk membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami
dam mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan
kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan tujuan
hidup dan karir. 

3
Oleh karena itu pada awal perkembangannya konsep konseling klinikal
merupakan konsep konseling jabatan, yang menitik beratkan pada kesesuaian
pendidikan dengan jabatan. Sehingga konseling klinikal / trait & factor
berpegang pada pandangan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan
dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri dari hasil tes psikologis yang
mengukur masing masing dimensi kepribadian, dan menggunakan tes
psikologis itu untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri
ciri dimensi atau aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai
relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan
mengikuti suatu program studi. Sehingga corak konseling klinikal ini
menekankan pada pemahaman diri melalui tes psikologis dan menerapkan
pemahaman itu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.1

B. Teknik Konselin klinikal


Pendekatan teknik klinikal tidak semata-mata berorientasi kepada kepada
pengembangan intelektual, tetapi juga berorientasi juga kepada kemampuan
personal secara keseluruhan, baik jasamani maupun rohani. Pada teknik ini,
bantuan atau pelayanan yang diberikan tidak sebatas mengungkapkan
masalah-masalah klien atau membimbing dalam memecahkannya. Namun
selanjutnya konselor membantu klien mengarahkan klien kepada
kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa bermanfaat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Dalam ajaran Al-Qur’an memang ada kandungan ayat yang
memerintahkan umat Islam agar melakukan dan mengerjakan sesuatu
pekerjaan hendaklah didasarkan pada pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki (Al-Isra’ : 36) karena setiap unsur dari organ-organ tubuh manusia
itu selalu ikut terlibat dan merasakannya juga akan dimintakan pertanggung
jawaban dari setiap yang akan dilakukan. Maka minat dan kemampuan akan
berjalan secara seimbang bila disertai dengan kekuatan ilmu pengetahuan

file:///C:/Users/Kangker/Downloads/Konseling%20Klinikal%20ilham.html.
1

Diakses Pada Tanggal 09 oktober 2018. Pukul 21.29 WITA.

4
yang dimiliki. Maka atas dasar ini pula teknik klinikal yang dikembangkan
dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam memberikan
tuntutan agar setiap hidup senantiasa belajar untuk mencari ilmu
pengetahuan. Pelayanan bimbingan dan penyuluha (konseling) yang sudah
ditemukan diatas, maka secara khusus dalam pendekatan Islam ada pula
metode dan tekniknya yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
a. Tekni bil-hikan : yaitu cara yang bijaksana, bersifat akademis dan elegan.
Teknik ini biasanya digunakan dalam menghadapi klien yang terpelajar,
intelek, dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, tetapi bersifat ragu-
ragu bahkan kurang yakin terhadap ajaran agama, sehingga menjadi
masalah baginya.
b. Teknik bil-mujadalah : yaitu melalui perdebatan yang digunakan dalam
menunjukan dan membuktikan kebenaran dengan menggunakan dalil-
dalil rasional. Teknik ini digunakan terhadap klien yang sangat kritis atau
tidak dapat menerima begitu saja terhadap apa-apa yang disampaikan
konselor agama.
c.  Teknik ceramah : yaitu penjelasan yang bersifat umum,  cara ini lebih
tepat diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance). Tetapi
pembimbing atau konselor berupaya menyesuaikan apa-apa yang
disampaikannya dengan kondisi terbimbing dan beragam.
d.   Teknik diskusi atau dialog dan tanya jawab : kelebihan dari teknik ini
adalah klien dapat menyampaikan secara luas apa-apa yang dirasakannya,
selanjutnya konselor dapat memberikan jawaban yang lebih memuaskan.
Sehingga permasalahan klien dapat diselesaikan secara langsung, tetapi
membutuhkan waktu yang banyak.
e. Teknik persuasif : yaitu dorongan-dorongan yang positif, bersifat santai,
dan hiburan yang mendidik, sehingga klien termotivasi untuk melakukan
nasehat konselor dengan senang hati.2
C. Pendekatan konselin klinikal
2
https://www.silindershare.net/jenyhariantoo8/pendekatan-dalam-konseling.hal.Diakses
pada Diakses Pada Tanggal 09 oktober 2018. Pukul 21.29 WITA.

5
istila klinikal, apakah dalam arti diaknosisi klinikalmaupun konselin
klinikal adalah merupakan keranka acuan kerja, yang mengdasarkan pada
konsep bahwa konselor bukanlah semata mata pinta dan pelaksana tes tetapi
dia juga bekerja menghadapi indifidu sebagai pribadi seutuhnya. Jadi, ini
berarti bahwa konselin klinikal didasari pada pandangan tentang hakikat
manusia3
Secara konseptual konseling klinikal sebenarnya telah mulai dirintis oleh
Donal G. Paterson pada 1920, dia memusatkan penelitiannya atau studi
terutama berpusat pada perbedaan individu dan pengembangan tes. Walaupun
demikian, istilah konseling klinikal sering dikaitkan dengan nama Edmund
Griffith Williamson yang populer dengan konseling direktifnya. Tujuan
utama Wiliamson adalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional
impulsif dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan tegangan
(tension) dan diperolehnya insight dipandang sebagai suatu hal yang urgen.4
1. Asumsi dasar konseling klinikal
Proses konselin itu berlangsung dilandasi beberapa asumsi dasar tentang
pola hubungan antara konselor dan klien dan bagaimna keterlibatan serta
peranan mereka didalamnya. Adapun asumsi dasar yaitu
a. Walaupun konseling itu bertujuan untuk membantu individu (klien)
mencapai tingkat perkembangan yang optimal, tetapi kehidupan sosial
individu dengan segala hambatan dan kekurangannya dalam mencapai tujuan
tidaklah diabaikan.
b. Konseling bukan saja menghargai keunikan atau kekhasan individu,
tetapi juga mengakui akan adanya ketergantungan individu yang satu
terhadap individu lainnya. Karena individu itu akan bermakna apabila
ada kaitannya dengan individu lainnya.
c. Konseling menganggap kesukarelaan dari individu untuk menerima
konseling adalah penting. Tetapi keterbatasan untu menerima konseling
secara sekarela pada individu tetap dan selalu ada, karena konselor
3
Drs. Dewan ketutu sukardi,pengantar pelaksanaan program BK Di Sekolah,hal.142
4
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. Ke-2. , h. 175.

6
memiliki tanggung jawab untuk mendorong klien yang memerlukan dan
bahkan yang dianggap perlu memperoleh konseling.
d. Konseling itu diperlukan oleh klien jika klien menghadapi suatu masalah
yang tidak dapat diatasi atau tidak dapat dipecahkan sendiri. Jadi,
konseling klinikal ini bersifat remedial dan juga menangani klien (siswa)
yang mengalami keterlambatan dalam perkembangannya.
e. Hubungan konseling adalah bersifat netral; terhadap norma dan nilai-
nilai yang dianut oleh klien. Walaupun demikian, hubungan konseling
tidaklah terlepas dari pengaruh pola berfikir konselor, karena ia
mempunya tujuan tertentu.
f. Tujuan utama dari konseling adalah membatu individu untuk dapat
memahami dirinya secara rasional. Ini berarti bahwa tujuan konseling
adalah untuk membatu memecahkan masalah yang dihadapi oleh
individu, dengan melihat secara objektif berbagai kesulitan yang berasal
dari lingungan dalam kaitannya dengan kesulitan yang dihadapi oleh
individu itu sendiri.5
2. Tujuan konselin klinikal
tujuan dari pelaksanaan layanan konseling klinikal dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Klien (peserta didik) yang perlu mendapat bantuan adalah peserta
didik yang menghadapi masalah yang tidak dapat memecahkan
masalahnya, konselor harus memahami dengan saksama seluk-beluk
dan lika-liku masalah yang dihadapi oleh peserta didik sebagai suatu
dasar bagi konselor dalam menentukan teknik atau pendekatan yang
tepat.
b. Karena pada dasarnya konseling klinikal merupakan suatu proses
personalisasi dan individualisasi, maka tujuan daru konseling adalah
untuk membantu peserta didik mempelajari, memahami, dan
menghayati dirinya sendiri serta lingkungannya (proses individu-

http://rwiewied.blogspot.com/2011/03/pendekatan-konseling-klinikal.htm. Diakses Pada


5

Tanggal 09 oktober 2018. Pukul 21.29

7
alisasi), serta melancarkan terjadinya proses pengembangan diri,
pemahaman diri, perwujudan cita-cita, dan penemuan identitas diri
(proses personalisasi).6
Tujuan lain dari pendekatan konseling klinikal adalah agar individu
mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu k
untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya secara
optimal. Untuk mencapai tujuan ini, pola hubungan yang penuh dengan
keakraban, bersahabat, perhatian, dan ikut merasakan apa yang dirasakan
orang lain perlu ditanamkan dalam proses hubungan konseling.7
3. Langkah-langkah konseling klinikal
Dalam pelaksanaan konseling klinikal, E.G. Wiliamson menyarankan
enam langkah yang harus ditempuh, yaitu:
a. Analisis
Merupakan langkah untuk memahami kehidupan individu, dengan
mengumpulkan data dari berbagai sumber yang bertujuan untuk
mengetahui bakat, minat, motif motif, kehidupan emosional, dan
karakteristik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian
diri
b. Sintesis
Merupakan langkah menghubungkan dan merangkum data,
sehingga menunjukkan bakat, kelemahan, atau kekuatan klien, serta
kemampuan penyesuaian diri.
b. Diagnosis
Langkah untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat
mengarahkan pada permasalahan, sebabnya, serta sifat klien yang
relevan dan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
c. Prognosis

6
Ibid.,,, h. 176.
7
Drs. Dewan ketutu sukardi,pengantar pelaksanaan program BK Di Sekolah,hal.147

8
Merupakan langkah untuk meramalkan akibat yang mungkin
timbul dari masalah itu, dan memunculkan alternative yang dapat
diambil untuk menghadapi permasalahan.
d. Konseling atau treatment 8
Merupakan hubungan untuk membantu klien menemukan sumber diri
sendiri maupun sumber dari luar dirinya dalam upaya mencapai
perkembangan dan penyesuaian yang optimal sesuai dengan
kemampuannya
e. Tindak lanjut
Langkah ini merupakan langkah untuk membantu klien melakukan
program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali
memecahkan masalah masalah baru yang berkaitan dengan masalah
9
semula.

BAB III
8
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. Ke-2. , h182
9
https://ariskfiles.blogspot.com/2010/07/konseling-klinikal.html .Diakses Pada Tanggal
09 oktober 2018. Pukul 21.29 WITA.

9
PENUTUP
A. Kesimpulang
Konseling klinikal atau yang biasa disebut dengan trait & factor dirintis
oleh Donald G. Paterson (1920), tetapi tokoh yang terkenal adalah Edmund
Griffith Williamson dengan konseling direktifnya
Yang tujuan utamanya adalah membantu klien mengganti tingkah laku
emosional dan impulsive dengan tingkah laku yang rasional, dan melepas
tegangan tegangan (tension) dan memperoleh insight.
Pendekatan teknik klinikal tidak semata-mata berorientasi kepada kepada
pengembangan intelektual, tetapi juga berorientasi juga kepada kemampuan
personal secara keseluruhan. maka secara khusus dalam pendekatan Islam ada
pula metode dan tekniknya yang bisa digunakan adalah sebagai berikut.
a. Tekni bil-hikan 
b. Teknik bil-mujadalah 
c.   Teknik ceramah
d.    Teknik diskusi atau dialog dan tanya jawab
e. Teknik persuasif
istila klinikal, apakah dalam arti diaknosisi klinikalmaupun konselin
klinikal adalah merupakan keranka acuan kerja, yang mengdasarkan pada
konsep bahwa konselor bukanlah semata mata pinta dan pelaksana tes tetapi
dia juga bekerja menghadapi indifidu sebagai pribadi seutuhnya
B. Saran
Demikian makalah kami makala semoga bermaanfaat saya sadari bahwa
makala ini tidak sempurna, jadi saya harap komentar dan keritiknya yang
membangun

10

Anda mungkin juga menyukai