Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ PERSYARATAN MENJADI KONSELOR ISLAMI DALAM BKI ”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Islam
Dosen Pengampu: Dr. Henni Syafriana Nasution, M.A

DISUSUN
OLEH KELOMPOK VII :

Azur Aini Harahap ( 0303192066 )


Putri Evita Sari Nasution ( 0303192065 )
Nikene Sampin ( 0303192076 )
Sinta Amalia ( 0303192049 )
Lila Madani Monthana ( 0303192078 )

BKPI - 2 SEMESTER IV
PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat, dan karunianya, penulis masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Persyaratan Menjadi Konselor Islami”. makalah ini penulis buat untuk
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah “Konseling Islam”, semoga makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf
dan mengharap kritik serta saran yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya.

Akhir kata penulis sampaikan terimakasih dan penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Medan, 12 Juli 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

A. Pengertian Konselor Islami ............................................................. 3


B. Ciri – ciri dari Kepribadian Konselor Islami ................................... 4
C. Kriteria Konselor Islami ................................................................. 11
D. Peran Konselor Islami dalam Pelaksanaan Bk ................................. 12
E. Tujuan Konseling Islami ................................................................. 13

BAB III PENUTUP .................................................................................. 14

A. Kesimpulan .................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

konselor islami yaitu seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan


konsultasi berdasarkan standar profesi yang dalam tugasnya ia membantu klien dengan
memperhatikan nilai – nilai dan moralitas islami serta ia mampu menjadi teladan yang
baik bagi kliennya.

Kriteria – kriteria dari konselor islami ini diantaranya: (a) Konselor islami hendaklah
orang yang menguasai materi khususnya dalam masalah keilmuan agama islam, sehingga
pengetahuannya mencukupi dalam hal – hal yang berkaitan dengan ,asalah keagamaan (b)
Konselor isalami hendaklah orang yang mengamalkan nilai – nilai agama islam dengan
baik dan konsekuen, tercermin melalui keimanan, ketakwaan, dan pengamalan keagamaan
dalam kehidupan sehari – harinya, (c) Konselor islami sedapat mungkin mampu
mentransfer kaidah – kaidah agama islam secara garis besar yang relevan dengan masala
yang dihadapi klien. (d) Konselor islami hendaklah menguasai metode dan strategi yang
tepat, (e) Konselor islami memiliki pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku
dan (f) Konselor islami hendaknya menguasai bidang psikologi secara integral.

Dari sini nampak, bahwa peran konselor tidak lebih sebagai pendamping, orang yang
mendampingi tentu dekat dengan yang didampingi, dan pendamping duduk dan berdiri
serta dengan yang didampingi. Istilah “pendamping” ini mengandung makna bahwa posisi
konselor adalah sama dihadapan Allah dengan individu yang didampingi, yang
membedakan tinggi rendahnya hanyalah tingkat kepatuhan seseorang terhadap syariat
agama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari konselor Islami ?
2. Apa ciri – ciri dari kepribadian konselor Islami ?
3. Bagaimana kriteria dari konselor Islami ?
4. Apa saja peran konselor Islami dalam pelaksaan Bk ?
5. Apa tujuan konseling Islam?

1
C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian dari konselor Islami.


2. Mengetahui ciri – ciri dari kepribadian konselor Islami.
3. Mengetahui kriteria dari konselor Islami.
4. Mengetahui peran konselor Islami dalam pelaksanaan Bk.
5. Mengetahui tujuan konseling Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSELOR ISLAMI

Konselor Islam dalam tugasnya membantu klien menyelesaikan masalah kehidupan,


haruslah memperhatikan nilai – nilai dan moralitas islami. Apalagi yang ditangani adalah
membantu mengatasi masalah kehidupan yang dialami oleh klien atau konseli, maka
sudah sewajarnyalah konselor harus menjadi teladan yang baik, agar klien merasa
termotivasi dalam menyelesaikan masalah kehidupannya.

Konselor adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan konsultasi


berdasarkan standar profesi. Konselor pada dasarnya tidak dapat melepaskan diri dari
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Konselor selalu terikat dengan keadaan dirinya.
dengan kata lain, faktor kepribadian konselor menentukan corak pelayanan konseling yang
dilakukannya. Kepribadian konselor dapat menentukan bentuk hubungan antara konselor
dan konseli, bentuk kualitas penanganan masalah dan pemilihan arternatif pemecahan
masalah. Tugas konselor pada dasarnya adalah usaha memberikan bimbingan kepada
konseli dengan maksud agar konseli mampu mengatasi permasalahan dirinya. Tugas ini
berlaku bagi siapa saja yang bertindak sebagai konselor. Sekalipun sudah memiliki kode
etik profesi yang menjadilandasan acuan perlindungan konseli, bagi konselor muslim tidak
ada salahnya apabila dalam dirinya juga menambahi sifat-sifat atau karakter-karakter
konselor yang dipandanginya perlu bagi aktifitas konseling. yang terpenting bahwadalam
upaya konseling tersebut harus memenuhi kaidah bahwa pemberian bantuan tidak
didasarkan pada pekerjaannya.

Jadi konselor islami yaitunya seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan
konsultasi berdasarkan standar profesi yang dalam tugasnya ia membantu klien dengan
memperhatikan nilai – nilai dan moralitas islami serta ia mampu menjadi teladan yang
baik bagi kliennya.

3
B. CIRI – CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR ISLAMI

Sebagai pedoman bagaimana kepribadian konselor yang islami (yang tentunya


konselor muslim), dibawah ini akan dijelaskan ciri-cirinya :

a) Seorang konselor harus menjadi cermin bagi konseli.

Firman Allah: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Al-Ahzab:21)

Konselor dalam tugas bimbingannya haruslah merupakan teladan yang baik bagi
anak bimbingan (Klien). Klien secara psikologis datang kepada konselor karena
beberapa alasan diantaranya: keyakinan bahwa diri konselor lebih arif, lebih bijaksana,
lebih mengetahui permasalahan, dan dapat dijadikan rujukan bagi penyelesaian
masalah.
Konselor merupakan teladan bagi klien, meskipun demikian tidak berarti konselor
tanpa cacat. Sebagai manusia yang memiliki berbagai keterbatasan dan kelemahan
perilaku yang dapat dilihat atau dijadikan ukuran kualitas oleh klien. pada derajat
kedekatan tertentu klien sangat memperhatikan prilaku konselor.
Seringkali konselor menghadapi seorang klien yang tidak dikenal, kondisi ini tidak
menuntut konselor tidak berkepribadian baik tau tidak, karena pertemuan konselor
dengan klien berlangsung hanya dalam setting konseling. Akan tetapi, sering pula klien
adalah seseorang yang mengenal konselor dalam setting sosial lebih luas. Pada konteks
ini kualitas kepribadian konselor tidak cukup harus baik pada saat setting konseling,
melainkan harus lebih luas dan permanen. Konselor harus bisa menjadi contoh dan suri
teladan dimanapun dan kapanpun berada.

4
b) Kemampuan bersimpati dan berimpati yang melampaui dimensi duniawi

Firman Allah: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-
Taubah: 128)

Seorang konselor adalah seseorang yang tanggap terhadap persoalan klien. ia dapat
bersimpati pada apa yang terjadi dalam diri klen serta berempati terhadapa apa yang
dirasakan oleh klien. Konselor melalui profesinya berusaha membantu klien sebatas
hubungan profesi (setting konseling), sedangkan diluar konteks konseling dapat
dikatakan hubungan tersebut tidak ada.

Bagi konselor muslim tentu memiiki sisi yang berbeda dari konselor pada umumnya.
Perbedaan tersebut terletak pada sisis sprit dan motivasi memberikan bantuan lebih
berdimensi, tidak sekedar membantu meringankan beban spikologis klien, melainkan
juga berusaha “menyelamatkan” totalitas kehidupan klien. Konselor perlu
mengembangkan rasa iba, kasih sayang sebatas bingkai profesi sedangkan konselor
muslim perlu mengembangkan semangat belas kasih yang berdimensi ukhrawi. jika ia
membantu konseling terdapat dua kemungkinan:

1) Sebagai bukti iman karena berhasil mencintai saudaranya seperti ia mencintai


dirinya sendiri (apabila klien sama-sama muslim).
2) Sebagai bukti iman karena berhasil mencintai manusia secara umum sebagai wujud
rahmatan lil’alamin (apabila konseli/ klien berbeda agama).

5
c) Menjadikan konselor sebagi awal keinginan bertaubat yang melegakan

Firman Allah: Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati
dengan seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya [313]
datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan
ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. (QS. An-nisa:64).

Banyak kasus yang yang dihadapi oleh konselor (sekitar 60%) adalah kasus yang
ada kaitannya dengan perlanggaran klien terhadap kehidupan beragamanya, atau ada
kecenderungan mereka yang melangggar norma agama atau setidaknya lalai terhadap
norma agama. bagi konselor muslim tentu akan memberika bimbingan berdasarkan
fikrah islamiah yang paling mungkin sesuai dengan derajat kasus dan derajat halal,
mandub, mubah, makruh, maupun haram dalam konteks yang dihadapi klien. Sering
dilupakan bahwa konselor padaumumnya, dosa atau kesalahan cukup diratapi di ruang
konseling dan sesudah itu harus diakhiri begitu saja dan semuamenjadi tanggung jawab
klien.

Bagi konselor muslim sebaiknya beranggapan bahwa dosa harus ditaubati sesuai
derajat kesalahan klien, klien tetap harus bertanggung jawab, tetapi sebaiknya konselor
muslim benar-benar turut mendoakan klien (muslim) segera setelah klien keluar dari
ruang konseling. harus diingat bahwa prosedur ini bukanlah semacam ruang
pertaubatan didalam gereja.

6
d) Sikap penghormatan: sopan santun, menghargai eksistensi

Konselor berkewajiban untuk menjawab salam sesuai dengan salam sapaan yang
diajukan klien. Konselor boleh saja menjawab sapaan lebih baik dari klien. Konselor
akan selalu berhadapan dengan kenyataan bahwa klien cendrung tergantung, hormat,
kagum, ataupun jatuh ahati pada konselor. Dalam kondisi tersebut konselor harus
memberikan suatu respons yang lebih baik serta bertanggung jawab terhadapa
kenyataan bahwa hubungan klien dan konselor adalah hubungan manusia. Hubungan
tersebut dapat ditingkatkan menjadi hubungan srahturahmi yang lebih berdimensi luas,
tidak hanya sekedar setting dalam konseling, terutama sirahturahmi pasca konseling,
membangun ukhuwah merupakan prestasi besar.

e) Keberhasilan konseling adalah sesuatu yang baru dikehendaki

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS. An-nisa: 79)

Setiap konselor menghendaki kesuksesan dan keberhasilan. Sebagai profesi,


keberhasilan konesling diukur berdasarkan beberapa banyak konseli yang merasakan
kepuasan pelayanan. Konselor yang kurang tanggap terhadap keberhasilannya dalam
membantu klien termasuk konselor yang hanya berprofesi konselor, tetapi teledor.
Dalam praktiknya banyak konselor yang hanya sekedar bekerja di konseling hanya
alasan ekonomis tanpa memilki idealisme dalam pekerjaannya itu.

7
Konselor muslim dapat menyikapi profesinya dengan keyakinan bahwa keberhasilan
konseling adalah sesuatu yang belum pasti (baru diharapkan). Dengan demikian, ia
akan bekerja keras dan bekerja sesuai dengan idealisme. Apabila berhasil membantu,
tidak merasa dirinya yang berhasil, melainkan diyakini sebagai kebaikan Allah pada
jerih payah konselor dan kemauan kuat klien agar keluar dari masalah yang
menghimpitnya.

f) Motivasi konselor: Konseling adalah suatu bentuk ibadah

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.(QS An- Nahl: 90) .

Konselor hendaknya memulai segala perbuatan adalah bagian dari kebijakan hidup,
bagian dari ibadah. Konseling adalah suatu upaya tausiyah menghilangkan penderitaan
adalah suatu upaya pembebasan manusia dari kekufuran, memperbaiki sifat-sifat
negatif klien adalah upaya menjadikan klien manusia yang sempurna. semua fungsi
konseling pada dasarnya meletakkan segala sesuatu pada posisinya (adil) sebagaimana
fitrah kemanusiaan.

8
g) Konselor harus menempati moralitas islam, kode etik, sumpah jabatan, dan janji

Firman Allah : Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya,
sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu
itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS An- Nahl: 91)
Konselor adalah seorang psikolog yang ahli dibidangnya dan terikat dengan sumpah,
kode etik, dan juga sumpah jabatan apabila posisi tersebut diperoleh melalui suatu
posisi tertentu. Sikap teguh terhadap kde etik ini perlu agar integritas profesi dan klien
terlindungi dalam jangka waktu tertentu. Seperti melindungi identitas klien,
mengungkapkan kasus secara samar, dan anonim untuk kepentingan ilmiah.
Konselor muslimpun demikian, bahkan ia harus berpegang teguh pada moralitas
islam, sebagai seorang muslim ia pada hakikatnya telah bersumpah kepada Allah sebagi
manusia terbaik dan harus menjadi yang terbaik. Ia harus teguh memegang janji yang
dibuat bersama klien. Ia juga memiliki komitmen yang kauat untuk membantu
masyarakat yang luas demi kesejahteraan manusia didunia maupun di akhirat.

9
h) Memiliki pikiran positif (positifis-moralis)

Konselor selalu memiliki aliaran yang mewarnainya. Setiap konselor bertindak dan
berfikir serta memberikan solusi sebagian besar dipengaruhi oleh cara berfikir dan
nilai-nilai yang ada didalam dirinya, serta motivasi melakukan konseling.

Konselor muslimpun mengalami hal yang sama, karena itu tidaklah naif atau salah
apabila konselor muslim memilih aliran yang diyakini kebenarannya. Keyakinan ini
penting karena akan mendorongnya untuk menjadi optimis terhadap setiap kebaikan
dan perbaikan. kenyataan menunjukkan bahwa penyelesaian setiap kasus klinis
hanyalah masalah mengubah kesulitan menjadi kemudahan, perubahan tersbut bagi
seseorang konselor muslim harus dalam rangka ibadah dan kemanusiaan (lintas
dimensi).

Sebagai bagian dari masyarakat manusia, konselor muslim tidak harus menghindari
memberiakan bantuan kepada klien hanya karena perbedaan agama, suku, ataupun
pengelompokkan lainnya. Dengan demikian, konselor muslim bukanlah sesuatu
prediket baru melainkan suatu kepribadian yang inherent dalam diri konselor muslim.
Karena islam adalah rahmatan lil’alamin maka kecemasan akan munculnya pengkotak-
kotakan konselor islami dan bukan islami oleh sebagian pihak adalah salah sasaran.
Mungkin mereka tidak mengenal apa itu rahmatan lil’ alamin Sedangkan kriteria –
kriteria dari konselor islami ini diantaranya:

1) Konselor islami hendaklah orang yang menguasai materi khususnya dalam masalah
keilmuan agama islam, sehingga pengetahuannya mencukupi dalam hal – hal yang
berkaitan dengan ,asalah keagamaan.
2) Konselor isalami hendaklah orang yang mengamalkan nilai – nilai agama islam
dengan baik dan konsekuen, tercermin melalui keimanan, ketakwaan, dan
pengamalan keagamaan dalam kehidupan sehari – harinya.
3) Konselor islami sedapat mungkin mampu mentransfer kaidah – kaidah agam islam
secara garis besar yang relevan dengan masala yang dihadapi klien.
4) Konselor islami hendaklah menguasai metode dan strategi yang tepat.
5) Konselor islami memiliki pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku.
6) Konselor islami hendaknya menguasai bidang psikologi secara integral.

10
C. KRITERIA KONSELOR ISLAMI

Landasan religius dalam bimbingan dan konseling Islami mengimplikasikan bahwa


konselor sebagai ‘’ helper’’ , pemberian bantuan dituntut untuk memiliki pemahaman
akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada klien. Konselor Islami seyogiyanya menyadari bahwa
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien merupakan salah satu
kegiatan yang bernilai ibadah karena dalam proses bantuannya terkadang nilai
menegakkan ‘’amar ma’ruf nahyi munkar’’ (memerintahkan kebikan dan mencegah
kemungkaran). Agar layanan bantuan yang diberikan itu mengandung nilai ibadah, maka
aktivitas bimbingan dan konseling tersebut harus didasarkan kepada keikhlasan dan
kesebaran. Kaitannya dengan persyaratan bagi seorang konselor agama Islam, harus
diperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a) Konselor Islam hendaknya orang yang menguasai materi khususnya dalam masalah
keilmuan agama slam, sehingga pengetahuannya mencakup dalam hal-hal yang
berkaitan dengan masalah keagamaaan.
b) Konselor Islam hendaklah orang yang mengamalkan nilai-nilai agama Islam dan
konsekuen, tercermin melalui keimanan, ketakwaan, dan pengalaman dalam
kehidupannya sehari-hari.
c) Konselor Islami sedapat mungkin mampu mentransfer kaidah-kaidah agama Islam
secara garis besar yang relevan dengan masalah yang dihadapi klien.
d) Konselor islami hendaknya menguasai metode dan strategi yang tepat dalam
menyampaikan bimbingan dan konseling kepada klien, sehingga klien dengan tulus
akan menerima nasihat konselor.
e) Konselor Islami memiliki pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku
baik di tempatnya bekerja maupun di luar tempat bekerja. Perilakunya adalah
perilaku yang terpuji sebagai ”uswatun hasanah”, yang mampu menegakkan “amar
ma’ruf nahi munkar”.
f) Konselor Islami hendaknya menguasai bidang psikologi secara internal, sehingga
dalam tugasnya melaksanakan bimbingan dan konseling akan dengan mudah
menyampaikan nasihat dengan pendekatan psikologi.

11
D. PERAN KONSELOR ISLAMI DALAM PELAKSANAAN BK

Peran utama konselor dalam konseling adalah sebagai pengingat. Yaitu sebagai orang
yang mengingatkan individu yang di bimbing dengan cara Allah. Dikatakan mengingat
karena

a) Pada dasarnya individu telah memiliki iman, jika iman yang ada pada individu lupa
merawatnya, lupa memberi pupuknya, atau diserang penyakit ; akibatnya iman itu
tidak tumbuh dan tidak berfungsi dengan baik.
b) Allah telah mengutus Rasulnya dengan membawa kitab suci sebagai pedoman
hidup, jika ada individu yang mengalami kebingungan atau salah jalan diduga
mereka belum memahami petunjuk itu. Oleh karena itu kita sebagai m’min yang
memiliki keahlian konselor berkewajiban untuk mengingatkannya.

Setelah konselor memberi ingat kepada saudaranya yang sedang lupa konselor sudah
tidak berdosa lagi, dan tidak perlu berkecil hati jika ternyata belum berhasil sebab
sebagian hasilnya masih bergantung kepada (1) kesediaan individu untuk menerima
petunjuk Allah, dan (2) Idzin Allah. Siapa yang beriman dan menyambut tuntutan Allah,
maka Allah akan melimpahkan karunia kepada mereka tetapi barang siapa yang berpaling
dari Allah maka Allah akan menyiksanya dengan siksa yang terbesar.

Dari sini nampak, bahwa peran konselor tidak lebih sebagai pendamping, orang yang
mendampingi tentu dekat dengan yang didampingi, dan pendamping duduk dan berdiri
serta dengan yang didampingi. Istilah “pendampin” ini mengandung makna bahwa posisi
konselor adalah sama dihadapan Allah dengan individu yang didampingi, yang
membedakan tinggi rendahnya hanyalah tingkat kepatuhan seseorang terhadap syariat
agama. Dalam istilah pendamping terkandung pula makna bahwa hubungan konselor
dengan individu yang dibimbing adalah dekat (seperti orang yang menuntun), dengan
sesama makhluk ciptaan Allah yang sama-sama ada berkewajiban saling mengingatkan
dan saling menolong.

12
E. TUJUAN KONSELING ISLAMI

Adapun tujuan dari konseling islam yaitu : terbinanya fitrah-iman individu hingga
membuahkan amal saleh yang yang dilandasi dengan keyakinan yang benar bahwa:

a) Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang harus selalu tunduk dan patuh pada
segala aturan-Nya.
b) Selalu ada kebaikan (hikmah) di balik ketentuan (taqdir) Allah yang berlaku atas
dirinya.
c) Manusia adalah hamba Allah, yang harus ber-ibadah hanya kepada-Nya sepanjang
hayat.
d) Ada fitrah (iman) yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia, jika fitrah itu
dipelihara dengan baik akan menjamin kehidupannya selamat di dunia dan akhirat.
e) Esensi iman bukan sekedar ucapan dengan mulut, tetapi lebih dari itu adalah
membenarkan dengan hati, dan mewujudkan dalam amal perbuatan.
f) Hanya dengan melaksanakan syariat agama secara benar, potensi yang
dikaruniakan Allah kepadanya bisa berkembang optimal dan selamat dalam
kehidupan di dunia dan akhirat.
g) Agar individu bisa melaksanakan syariat islam dengan benar, maka ia harus
berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memahami dan mengamalkan
kandungan kitab suci Al-qu’an dan sunnah rasul-Nya.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konselor Islam dalam tugasnya membantu klien menyelesaikan masalah kehidupan,


haruslah memperhatikan nilai – nilai dan moralitas islami. Apalagi yang ditangani adalah
membantu mengatasi masalah kehidupan yang dialami oleh klien atau konseli, maka
sudah sewajarnyalah konselor harus menjadi teladan yang baik, agar klien merasa
termotivasi dalam menyelesaikan masalah kehidupannya.

Landasan religius dalam bimbingan dan konseling Islami mengimplikasikan bahwa


konselor sebagai ‘’ helper’’ , pemberian bantuan dituntut untuk memiliki pemahaman
akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada klien.

B. SARAN

Demikian makalah yang dapat penulis buat, sebagai manusia biasa penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini
berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para para pembaca
dan kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Gudnanto, 2015, Peran Bimbingan dan Konseling Islam Untuk Mencetak Generasi Emas
Indonesia. Jurnal Konseling Gusjigang: Vol 1, No.1

Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Kreasindo Media Cita, 2010)

Lahmuddin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007.

Al- jauziyah,Ibnu Qoyyim, 2009. Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
. Vol 1,2,4,5,7,8,9,13,14,15. Jakarta: Lentera Hati

15

Anda mungkin juga menyukai