Anda di halaman 1dari 50

PANDUAN PEMBUATAN INSTRUMEN NON TES

SECARA DARING
(PRAKTIKUM)

SHOFIA MAWADDAH

1
KATA PENGANTAR

Panduan Pembuatan Instrumen Non Tes Secara Daring ini

disusun sebagai pedoman dalam penguasaan kompetensi dalam

bidang aplikasi instrumentasi sebagai satu bentuk layanan pendukung

bimbingan dan konseling di sekolah. Buku panduan ini dilengkapi

dengan Langkah-langkah penyusunan, format instrumen, serta

pedoman pengumpulan data secara daring yang dapat digunakan

mahasiswa untuk membangun kompetensi mahasiswa di bidang

asesmen BK teknik non-tes.

Diharapkan panduan ini dapat bermanfaat dan akan dilakukan

perbaikan hingga menemukan format yang terbaharu, efektif dan

efisien.

Medan, Juli 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................ 3
A. Tujuan Panduan Pembuatan Instrumen ................................... 5
B. Pengertian Instrumen ............................................................... 7
C. Rambu-Rambu Pemilihan Instrumen ....................................... 7
D. Langkah-langkah Pembuatan Instrumen ................................. 9
E. Pengumpulan Data Jarak Jauh .............................................. 10
BAB II METODE SURVEI ................................................................. 11
A. Pengertian Metode Survei ...................................................... 11
B. Tujuan dan Jenis Metode Survei ............................................ 12
C. Tahapan Metode Survei ......................................................... 13
D. Mengembangkan Instrumen Survei ....................................... 13
E. Pengumpulan Data Jarak Jauh .............................................. 17
III METODE SKALA SIKAP ............................................................... 19
A. Pengertian Metode Skala Sikap ............................................. 19
B. Tujuan dan Gradasi Penilaian Skala Sikap Likert .................. 19
C. Tahapan Penyusunan Skala Sikap ........................................ 21
D. Mengembangkan Instrumen Skala Sikap Likert ..................... 21
E. Pengumpulan Data Secara Jarak Jauh .................................. 26
IV METODE OBSERVASI ................................................................. 27
A. Pengertian Metode Observasi ................................................ 27
B. Tujuan dan Jenis Observasi ................................................... 28
C. Tahapan Penyusunan Panduan Observasi ............................ 29
D. Mengembangkan Instrumen Panduan Observasi .................. 29
E. Pengumpulan Data Secara Jarak Jauh .................................. 34

3
V METODE WAWANCARA .............................................................. 35
A. Pengertian Metode Wawancara ............................................. 35
B. Tujuan dan Jenis Wawancara ................................................ 36
C. Tahapan Penyusunan Panduan Wawancara ......................... 37
D. Mengembangkan Instrumen Pedoman Wawancara .............. 37
E. Pengumpulan Data Secara Jarak Jauh .................................. 41
BAB VI PANDUAN PEMBUATAN GOOGLE FORM ........................ 42
A. Pengertian Google Form ........................................................ 42
B. Kegunaan Google Form ......................................................... 42
C. Cara Membuat Google Form .................................................. 42

4
BAB I PEMBUATAN INSTRUMEN NON TES

A. Tujuan Panduan Pembuatan Instrumen


Kemampuan pengembangan instrumen non-tes merupakan
salah satu kompetensi yang harus dimiliki dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Pengembangan instrumen non-
tes dilakukan untuk memperoleh data ataupun informasi yang
dibutuhkan sebagai dasar dalam merencanakan dan menentukan
layanan yang sesuai dengan permasalahan atau kondisi peserta didik.
Pembahasan dalam buku panduan pembuatan instrumen non-
tes ini secara umum ditujukan agar dapat membangun kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam
menyusun instrumen non-tes dalam bimbingan konseling atau
mengadaptasi instrrumen yang sudah ada sesuai dengan karakteristik
responden dan wilayah administratif. Milfayetty (2011a) menyatakan
bahwa praktikum asesmen non-tes dilakukan dengan harapan
mahasiswa mampu:
1. Menguasai hakikat asesmen
Mahasiswa diharapkan dapat memahami perlunya data objektif
yang diperoleh melalui asesmen sebagai upaya pemahaman
individu secara fundamental (mendasar), holistik (menyeluruh)
dan transenden (penuh makna) dalam layanan bimbingan
konseling.
2. Memilih teknik assesmen sesuai dengan kebutuhan layanan
bimbingan konseling
Mahasiswa diharapkan dapat memiliki kecermatan dalam
menentukan teknik assesmen dan ketelitian dalam memilih
instrumen dengan mempertimbangkan relevansi, validitas dan

5
reabilitas sehingga dapat bermanfaat sebagai kegiatan
pendukung dalam keseluruhan dan keutuhan layanan
bimbingan konseling.
3. Menyusun dan mengembangkan instrumen assesmen untuk
keperluan bimbingan dan konseling
Mahasiswa diharapkan dapat memiliki kreativitas dalam
menyusun instrumen baru ataupun mengadaptasi instrumen
yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi instrumen
yang valid dan reliabel.
4. Mengadministrasikan assesmen untuk mengungkap masalah-
masalah konseli
Mahaiswa diharapkan dapat bertanggungjawab terhadap
keseluruhan proses mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pemberian motivasi hingga pengendalian dalam
pengadministrasian assesmen secara daring.
5. Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan
bimbingan dan konseling
Mahasiswa diharapkan dapat memiliki kesediaan untuk
mengakses data dari berbagai dokumen seperti himpunan data,
sehingga pemahaman terhadap konseli dapat diperoleh secara
utuh.
6. Menggunakan hasil assesmen dalam pelayanan bimbingan
konseling dengan tepat
Mahasiswa diharapkan dapat memiliki kearifan dalam
memberikan informasi dan menggunakan hasil assesmen
hanya untuk kepentingan konseli semata.
7. Menampilkan tanggungjawab profesional dalam praktik
assesmen

6
Mahasiswa diharapkan dapat memiliki integritas dan mematuhi
kode etik dalam praktik assesmen.

B. Pengertian Instrumen
Instrumen dalam proses asesmen adalah alat bantu yang
digunakan untuk mengumpulkan data dan mengungkapkan berbagai
fenomena, informasi atau kondisi sebenarnya yang terjadi (Milfayetty,
2011b). Tujuan penggunaan instrumen dalam proses asesmen adalah
agar asesmen dapat dilakukan secara sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Beberapa contoh bentuk instrumen asesmen non-tes dalam
Bimbingan dan Konseling, misalnya, survei, skala sikap, daftar cek
masalah, checklist pengamatan, pedoman wawancara, dan sosiometri.
Selanjutnya, perlu dipahami bahwa tidak semua jenis instrumen
cocok digunakan untuk semua jenis asesmen. Pemilihan instrumen
yang akan digunakan akan sangat bergantung pada data seperti apa
yang ingin diperoleh dan permasalahan seperti apa yang ingin dijawab
melalui proses asesmen tersebut.

C. Rambu-Rambu Pemilihan Instrumen


Pemilihan instrumen yang akan digunakan sebaiknya
didasarkan kepada rambu-rambu yang tepat. Hal ini dilakukan agar
jenis instrumen yang dipilih sesuai dengan tujuan pengukuran dan
dapat mengumpulkan data yang ingin diperoleh.
Adapun rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam pemilihan instrumen pengumpulan data dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:

7
Instrumen
Jenis
No Metode yang Tujuan Pengukuran
Data
dibutuhkan
a. Memperoleh informasi yang
bersifat faktual
b. Mengetahui keadaan diri atau
1 Survei Kuantitatif Kuesioner keadaan di luar diri responden
c. Mengetahui kondisi atau
kejadian di masa lalu atau
sedang terjadi
a. Memperoleh informasi yang
bersifat pendapat, persepsi
sikap, dan perasaan
responden
2 Skala Sikap Kuantitatif Skala Likert b. Mengetahui keadaan diri dan
keadaan di luar diri responden
c. Mengetahui kondisi atau
kejadian di masa lalu atau
sedang terjadi
a. Mengetahui perilaku yang
meliputi banyak aspek yang
sudah diketahui jenis objek
pengamatannya dan yang
tidak memerlukan penjelasan
Check list
Kuantitatif b. Mengetahui proses kejadian
Pengamatan
yang melibatkan banyak
aspek yang dapat diduga
Pengamatan
3 kemunculannya serta tidak
(Observasi)
memerlukan penjelasan
urutan kejadian
a. Mengetahui perilaku yang baru
diketahui kerangka garis
Pedoman besarnya saja
Kualitatif
pengamatan b. Mengetahui proses kejadian
yang baru diketahui kerangka
garis besarnya saja
a. Memperoleh informasi
mengenai keadaan faktual
responden secara mendalam
b. Mengetahui penjelasan
Pedoman
4 Wawancara Kualitatif mengenai keadaan diri dan
wawancara
keadaan di luar diri responden
c. Mengetahui kondisi atau
kejadian di masa lalu atau
sedang terjadi

8
D. Langkah-langkah Pembuatan Instrumen
Djaali dan Muljono (2008) menjelaskan bahwa dalam proses
pembuatan instrumen, terdapat 12 langkah yang harus dilalui, yaitu
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan utama penggunaan instrumen.
2. Mengidentifikasi variabel yang akan diukur.
3. Menentukan instrumen yang akan digunakan
4. Menjabarkan dimensi dan indikator tingkah laku yang
menggambarkan konstruk teoritis setiap variabel yang akan
diukur.
5. Menyusun kisi-kisi (blueprint) yang berisikan rangkuman
rancangan penyusunan butir instrumen sesuai dengan konstruk
teoritis setiap variable yang akan diukur.
6. Penulisan item-item instrumen
7. Mengembangkan panduan pengadministrasian, penskoran dan
penafsiran skor instrumen.
8. Mengkaji ulang instrumen tersebut yang dilakukan oleh peneliti
sendiri dan oleh pendapat ahli di bidangnya.
9. Melakukan uji coba terhadap instrumen yang telah
dikembangkan yang bertujuan untuk mengetahui; (a) apakah
instrumen tersebut dapat diadministrasikan; (b) apakah setiap
butir instrumen yang telah dibuat dapat dipahami oleh subjek
penelitian; (c) mengetahui validitas; (d) mengetahui reliabilitas.
10. Perbaikan instrumen sesuai dengan hasil uji coba.
11. Penyusunan kembali perangkat instrumen yang terpakai untuk
memperoleh data yang akan digunakan.

9
E. Pengumpulan Data Jarak Jauh
Pengambilan data yang dilakukan secara jarak jauh mengikuti
kaidah dan aturan sesuai dengan penelitian secara tradisional pada
umumnya. Adapun pertimbangan untuk menggunakan teknik
pengumpulan data secara jarak jauh (contoh: menggunakan telepon,
panggilan video, platform online dan e-mail) dilakukan untuk alasan
efisiensi waktu, biaya dan keamanan (Mann & Stewart, 2000; Oltmann,
2016)
Beberapa perbedaan pokok antara pengumpulan data secara
jarak jauh dan langsung adalah terletak pada sarana yang digunakan,
cara penyampaian kepada responden serta cara mendapatkan
responden. Dalam pengumpulan data jarak jauh, sarana yang
digunakan adalah komputer yang tersambung dengan Internet atau
telepon. Cara pengambilan data dapat menggunakan platform online,
website atau panggilan telepon dan video. Sedangkan cara
mendapatkan responden dengan menggunakan teknik sampling yang
benar dan pemanfaatan nomor kontak atau e-mail pribadi.

10
BAB II METODE SURVEI

A. Pengertian Metode Survei


Metode penelitian survei digunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data informasi tentang poplasi yang besar. Penelitian
survei digunakan untuk memecahkan masalah-masalah isu berskala
besar yang aktual dengan populasi sangat besar (Milfayetty, 2011b).
Survei berbeda dengan sensus. Survei adalah pengumpulan
data dari suatu populasi dengan memilih sampel, sedangkan sensus
adalah pengumpulan data terhadap seluruh anggota populasi. Selain
itu, survei tidak selalu identik dengan kuesioner, meskipun teknik
pengumpulan data survei seringkali menggunakan kuesioner karena
berhubungan dengan sampel berjumlah besar.
Ada tiga karakteristik pokok pada metode survey, yaitu:
1. Data informasi dikumpulkan dari kelompok besar orang dengan
tujuan mendiskripsikan berbagai aspek yang sifatnya faktual,
2. Data informasi diperoleh dari pengajuan pertanyaan (tertulis
dan bisa juga lisan) dari populasi,
3. Data informasi diperoleh dari sampel bukan dari populasi.
Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk
melakukan penelitian survei, antara lain:
1. Penelitian survei dapat digunakan untuk sampel yang besar.
2. Penggunaan kuesioner dapat menghasilkan data/informasi
yang beragam dari setiap responden/individu dengan variabel
penelitian yang banyak.
3. Data yang diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada
populasi.

11
B. Tujuan dan Jenis Metode Survei
Adapun tujuan dari metode survei, yaitu
1. Memperoleh gambaran umum yang bermanfaat untuk membuat
perencanaan dan kebijakan publik (sensus).
2. Menerangkan atau menjelaskan keadaan (mempelajari suatu
fenomena).
3. Mengungkapkan fakta dan data diri individu atau sampel
populasi.
Ada beberapa kategori survei dilihat dari proses
pelaksanaannya dan perlakuan terhadap sampel, yaitu:
1. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). Data hanya
dikumpulkan untuk waktu tertentu saja dengan tujuan
menggambarkan kondisi populasi.
2. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). Survei dilakukan
berulang untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena
dari waktu ke waktu.
3. Survei Tracking/Trend. Survei dilakukan pada populasi yang
sama namun dengan sampel berbeda untuk mengetahui
kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
4. Survei Panel. Survei dilakukan terhadap sampel yang sama
untuk memahami suatu fenomena dari waktu ke waktu.
5. Survei Cohort. Survei dilakukan pada sekelompok populasi
yang spesifik untuk mengetahui perkembangan suatu fenomena
dari waktu ke waktu.

12
C. Tahapan Metode Survei
Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan seperti
pada gambar 2.1. di bawah ini:

Gambar 2.1. Tahapan Metode Survei

D. Mengembangkan Instrumen Survei


Setelah menentukan masalah dan variabel yang akan diukur
dalam proses asesmen, maka langkah selanjutnya adalah membuat
rancangan instrumen metode survei.

1. Membuat Kisi-kisi Instrumen


Desain kisi-kisi merupakan konseptualisasi atas sebuah
fenomena atau gejala sosial yang akan diturunkan dari variabel-
variabel penelitian sampai ke tingkat indikator. Berikut contoh format
kisi-kisi untuk metode survei:

13
Tabel 1. Contoh Format Kisi-Kisi Metode Survei

Total
No Dimensi Unsur-unsur Data Nomer Aitem
Aitem
Nama, nomor induk,
kelas, jenis kelamin,
Identitas tempat dan tanggal lahir, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
1 10
responden alamat, suku, agama, 8, 9, 10
hobi dan anak ke berapa
di dalam keluarga
Nilai ulangan, nilai
kegiatan ekstrakulikuler,
2 Prestasi Belajar nilai ujian akhir, nilai yang 11, 12, 13, 14,15 5
menonjon dan nilai yang
kurang menonjol
Total 15

2. Menulis Aitem Pertanyaan


Terdapat 4 jenis pertanyaan yang dapat digunakan dalam
metode survei, yaitu:
a. Pertanyaan tertutup. Kemungkinan jawaban sudah
ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi
kesempatan untuk memberikan jawaban lain.
Misal : “Apakah Anda pernah terlambat datang ke
sekolah?”
Opsi jawaban : 1. Pernah 2. Tidak pernah

b. Pertanyaan terbuka. Kemungkinan jawaban tidak


ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas
memberikan jawaban.

14
Misal : “Menurut pendapat Anda, apakah tantangan yang
paling sering dihadapi saat belajar matematika?”

c. Kombinasi tertutup dan terbuka. Jawabannya sudah


ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan
terbuka.
Misal : “Apakah Anda pernah mendengar tentang teknik-
teknik berhitung secara cepat?”
Opsi jawaban : 1. Pernah 2. Tidak pernah (Jika
pernah) Teknik-teknik apa yang pernah Anda dengar?

d. Pertanyaan semi terbuka. Pada pertanyaan semi


terbuka, jawabanya sudah tersusun tetapi masih ada
kemungkinan jawaban tambahan.
Misal : “Mata pelajaran apa yang Anda sukai?”
Opsi jawaban : (1) Matematika (2) Biologi (3) Fisika (4)
Kimia (5) Lainnya . . . (sebutkan)

Dalam menulis aitem pertanyaan, beberapa petunjuk yang


harus diperhatikan, yaitu:
a. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah
dimengerti oleh semua responden. Hindari istilah yang
hebat tetapi kurang atau tidak dimengerti responden.
Misal : “Bagaimana perasaaan Anda belajar di sekolah
bonafide?”
b. Usahakan agar pertanyaan jelas dan khusus.
Misal : “Berapa orang yang belajar di sini?”

15
Apakah yang dimaksud “di sini” adalah bangunan, rumah
atau yang lain? Arti kata “di sini” harus dijelaskan dan
konsisten.
c. Hindari pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu
tujuan atau pengertian.
Misal : “Jelaskan bagaimana perasaan Anda belajar di
sekolah ini dan rencana Anda selanjutnya?. Lebih baik
pertanyaan ini dipisah menjadi, “Jelaskan perasaan Anda
belajar di sekolah ini” dan, “Jelaskan rencana Anda ke
depan”.
d. Hindari pertanyaan yang mengandung arahan atau
sugesti jawaban.
Misal : “Pada jam istirahat, apakah Anda pergi ke kantin
atau ke tempat lain?”. Sebagai gantinya bisa
menanyakan pertanyaan yanglebih netral, “Apa yang
Anda lakukan saat jam istirahat?”
e. Pertanyaan harus berlaku untuk semua respoden.
Misal : “Sebutkan rencana pilihan program studi Anda ke
Perguruan Tinggi?” Ternyata dia berencana tidak
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Seharusnya
ditanyakan terlebih dahulu “Apakah Anda berencana
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi?” Kalau
jawabannya “Ya” lalu ditanyakan “rencana program studi
pilihan”

3. Pretest atau Survey Pendahuluan


Pretest dilakukan untuk menyempurnakan kuesioner survei
yang telah disusun. Melalui pretest akan diketahui berbagai hal, yaitu :

16
a. Apakah terdapat pertanyaan tertentu yang perlu dihilangkan.
Pertanyaan tertentu mungkin tidak relevan untuk responden
yang diteliti, oleh karena itu perlu dihilangkan.
b. Apakah terdapat pertanyaan tertentu yang perlu ditambahkan.
Pertanyaan tertentu mungkin terlupa atau muncul pernyataan
yang relevan yang perlu ditambahkan.
c. Apakah setiap pertanyaan sudah dapat dimengerti dengan baik
oleh responden dan dipahami dengan mudah.
d. Apakah urutan pertanyaan perlu diubah.
e. Apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperhalus dengan
mengubah pilihan kata yang digunakan.
Untuk penentuan jumlah responden pretest tidak ada patokan
pasti dan tergantung pada homogenitas responden.
Untuk pretest biasanya sebanyak 30 - 50 orang sudah mencukupi
dan dipilih responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan
responden yang akan sesungguhnya diteliti.

E. Pengumpulan Data Jarak Jauh


Pada umumnya, metode survei dilakukan secara tatap muka
dengan responden. Misalnya, seluruh murid dalam satu kelas dijadikan
responden dan mengisi kuesioner secara serentak. Namun
pengumpulan data secara jarak jauh juga dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengisian survei melalui telpon. Responden dihubungi melalui
telepon dan peneliti membacakan pertanyaan lalu kemudian
menuliskan jawaban responden.
2. Kuesioner dikirimkan lewat kantor pos. Cara ini dapat dilakukan
untuk kuesioner yang singkat dan mudah dijawab. Namun, cara

17
ini memiliki kekurangan, yaitu besar kemungkinan kuesioner
tidak dikembalikan oleh responden.
3. Kuesioner dikirim melalui email. Peneliti dapat memanfaatkan
aplikasi yang tersedia seperti Google Form atau Survey
Monkey, lalu kemudian melampirkan link formulir online tersebut
ke email yang akan dikirim. Atau peneliti dapat menjadikan file
kuesioner sebagai lampiran dalam bentuk Ms. Word atau Ms.
Excel agar mudah diisi.

18
III METODE SKALA SIKAP

A. Pengertian Metode Skala Sikap


Umumnya, sikap didefinisikan sebagai pengaruh atau
penolakan, penilaian, suka atau tidak suka, atau penilaian positif
atau negatif terhadap suatu obyek psikologis (Rahardjo & Gudnanto,
2016). Pengukuran tentang sikap umumnya tidak mudah karena
sikap merupakan variabel yang abstrak. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu instrumen pengukuran sikap yang sudah teruji validitas dan
reliabilitasnya
Hal ini sejalan dengan Kusaeri (2019) yang menyatakan bahwa
pengukuran sikap merupakan kegiatan yang bersifat kompleks,
karena berkaitan dengan nilai-nilai yang sulit untuk diukur. Hasil
penilaian sikap harus dipahami sebagai proses bukan sebagai hasil
proses pembelajaran yang instan dinilai oleh pendidik pada setiap
kali menyelesaikan proses pembelajaran. Oleh karenanya,
penilaian ini merupakan proses akumulatif terhadap perilaku
individu selama periode waktu tertentu.
Untuk memudahkan penyusunan instrumen sikap, maka dalam
panduan ini akan di bahas mengenai skala sikap Likert yang umum
dipakai dalam asesmen BK Teknik Non-Tes.

B. Tujuan dan Gradasi Penilaian Skala Sikap Likert


Adapun tujuan dari metode skala sikap Likert, yaitu:
1. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
kejadian atau gejala sosial.

19
2. Skala Likert digunakan untuk mengukur kesetujuan dan
ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek, yang
jenjangnya bisa tersusun atas beberapa tingkat
persetujuan.
Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala Likert ini terdiri
dari 5 pilihan skala yang mempunyai gradasi dari Sangat Setuju
(SS) hingga Sangat Tidak Setuju (STS). 5 pilihan tersebut
diantaranya adalah :
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Ragu-ragu (RG)
4. Tidak Setuju (TS)
5. Sangat Tidak Setu (STS)
Selain gradasi Persetujuan, dapat juga digunakan pada
beberapa jenis gradasi tentang sikap dan pendapat. Seperti :
1. Sangat Suka
2. Suka
3. Netral
4. Tidak Suka
5. Sangat Tidak Suka
Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
1. Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4),
ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik
(1)
2. Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2),
ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/
baik (5).

20
C. Tahapan Penyusunan Skala Sikap
Adapun tahapan dalam penyusunan instrumen skala sikap,
yaitu:

Gambar 3.1. Tahapan Metode Skala Sikap

D. Mengembangkan Instrumen Skala Sikap Likert


Setelah menentukan masalah dan variabel yang akan diukur
dalam proses asesmen, maka langkah selanjutnya adalah membuat
rancangan instrumen metode skala sikap Likert.

1. Menyusun Kisi-kisi
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah
mendefinisikan variabel secara operasional. Variabel yang telah
ditentukan dipecah ke dalam beberapa sub variabel yang lebih kecil
atau dimensi dari variabel yang akan diukur. Selanjutnya
mendefinisikan indikator perilaku setiap dimensi yang kemudian
dituangkan ke dalam kisi-kisi skala sikap Likert (Suryabrata, 2000).
Berikut contoh format kisi-kisi untuk metode skala sikap Likert:

21
Tabel 3.1. Format Kisi-kisi Skala Sikap Likert
Indikator Pernyataan Komponen Sikap Total
No Dimensi
perilaku Aitem Favourable Unfavourable Aitem
Pernyataan
Indikator Favourable 1
perilaku 1 Pernyataan
1 Dimensi 1 1, 4 2 3
Unfavourable 1
Indikator Pernyataan
perilaku 2 Favourable 2
Indikator Pernyataan
perilaku 1 Favourable 1
2 Dimensi 2 3 5 2
Indikator Pernyataan
perilaku 2 Unfavourable 1
Total Aitem 5

2. Menulis Pernyataan Aitem


Ancok (1997) menyatakan bahwa dalam penulisan pernyataan
aitem skala sikap Likert, harus memenuhi 14 kriteria informal,
yaitu:
a. Hindari pernyataan yang berhubungan dengan masa
lampau karena tidak semua responden mengetahuinya.
Contoh: Pada tahun 1994, semua dosen jurusan Bimbingan
dan Konseling berasal dari Fakultas Psikologi Universitas
Negeri Malang.
b. Hindari pernyatan faktual atau dapat diinterpretasikan
sebagai sesuatu yang faktual. Data faktual diukur dengan
kuesioner pada metode survei.
Contoh: Mata kuliah asesmen BK Teknik Non-Tes terdiri dari
3 SKS

22
c. Hindari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari
satu arti.
Contoh: Penampilan dosen pengampu mata kuliah
asesmen BK teknik non-tes sangat menarik.
Kata penampilan memiliki makna ganda, yaitu dapat
diartikan sebagai penampilan fisik dan dapat pula
penampilan pengajaran.
d. Hindari pernyataan yang tidak relevan dengan obyek
psikologis yang sedang dibahas.
Contoh: Saya tidak menyukai sikap dosen pengampu mata
kuliah asesmen BK teknik non-tes.
Sikap dosen tidak termasuk ke dalam dimensi ataupun
indikator yang sedang diukur.
e. Hindari pernyatan yang cenderung didukung atau ditolak
semua orang.
Contoh: Belajar asesmen BK teknik non-tes sama seperti
belajar metode pengukuran dalam penelitian.
Sebagian besar responden mungkin akan menjawab setuju
terhadap pernyatan di atas.
f. Pilih pernyataan dengan bahasa yang sederhana, jelas, dan
langsung.
Contoh: Saya mampu mengerjakan soal ujian mata kuliah
asesmen BK teknik non-tes dengan baik.
g. Pernyataan harus pendek, tidak lebih dari 20 kata.
Contoh: Saya bisa memahami materi mata kuliah asesmen
BK teknik non-tes dengan mudah.
h. Setiap pernyataan harus memuat hanya satu topik pikiran.
Contoh: Cara mengajar yang diberikan tidak menarik.

23
i. Hindari pernyatan dengan kata-kata selalu, semua, tidak
pernah, dan tidak.
Contoh: Dosen mata kuliah asesmen BK teknik non-tes
selalu datang tepat waktu.
j. Kata-kata hanya, cuma, dan kata lainnya dengan arti mirip
harus digunakan dengan hati-hati.
Contoh: Hanya mahasiswa yang pintar saja yang bisa
mendapatkan nilai A pada mata kuliah ini.
k. Bila memungkinkan, pernyataan disampaikan dalam bentuk
kalimat sederhana, tidak dalam bentuk kalimat kompleks.
Contoh: Belajar asesmen BK teknik non-tes tidak ada
gunanya untuk saya.
l. Hindari menggunakan kata-kata dalam pernyataan yang
mungkin tidak dimengerti oleh semua target responden.
Contoh: Saya menyukai semua mata kuliah yang ada di
jurusan PPB/BK.
Singkatan PPB/BK belum tentu dimengerti oleh semua
orang kecuali arti singkatan ini telah dijelaskan pada
pernyataan sebelumnya.
m. Hindari menggunakan kalimat negatif ganda.
Contoh: Tidak adanya umpan balik yang diberikan pada
tugas kelompok, menurunkan semangat belajar saya.
Setelah butir-butir pernyataan tersusun, langkah selanjutnya
adalah mengkonsultasikan pada ahli atau kalibrasi ahli untuk
direview.

24
3. Pretest atau Uji Coba
Uji coba instrumen dilakukan sebelum kuesioner skala sikap
diberikan kepada responden. Tujuan dari uji coba instrumen ini
adalah untuk menghindari pernyataan yang kurang jelas
maksudnya, menghilangkan kata-kata yang sulit dijawab, serta
mempertimbangkan penambahan dan pengurangan item
berdasarkan hasil perhitungan validitas dan reliabilitasnya.
Untuk penentuan jumlah responden uji coba tidak ada patokan
pasti dan tergantung pada homogenitas responden. Untuk uji
coba biasanya sebanyak 30 - 50 orang sudah mencukupi dan dipilih
responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden
yang akan sesungguhnya diteliti.
a. Uji Validitas Skala Likert
Uji Validitas skala likert menggunakan uji validitas Pearson
Product Moment. Pada prinsipnya, uji ini mengkorelasikan
atau membandingkan antara masing-masing skor aitem
dengan skor total yang diperoleh dari jawaban responden.
Perhitungan uji validitas ini dapat menggunakan bantuan
SPSS.
Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini, yaitu:
1) Jika nilai r hitung > r tabel, maka aitem soal dinyatakan
valid.
2) Jika nilai r hitung < r tabel, maka aitem soal dinyatakan
tidak valid.

25
b. Uji Reliabilitas Skala Likert
Uji Reabilitas skala likert menggunakan uji reliabilitas Alpha
Cronbach. Perhitungan nilai angka Alpha Cronbach dapat
dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS.
Adapun dasar pengambilan keputusan, yaitu:
1) Jika nilai r hitung > 0.6, maka dapat kuesioner skala
dinyatakan reliabel.
2) Jika nilai r hitung < 0.6, maka kuesioner skala dinyatakan
tidak reliabel

E. Pengumpulan Data Secara Jarak Jauh


Pada umumnya, metode skala dilakukan secara tatap muka
dengan responden. Namun pengumpulan data secara jarak jauh juga
dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengisian skala melalui telpon. Responden dihubungi melalui
telepon dan peneliti membacakan pertanyaan lalu kemudian
menuliskan jawaban responden.
2. Kuesioner skala dikirimkan lewat kantor pos. Cara ini dapat
dilakukan untuk kuesioner yang singkat dan mudah dijawab.
Namun, cara ini memiliki kekurangan, yaitu besar kemungkinan
kuesioner tidak dikembalikan oleh responden.
3. Kuesioner skala dikirim melalui email. Peneliti dapat
memanfaatkan aplikasi yang tersedia seperti Google Form atau
Survey Monkey, lalu kemudian melampirkan link formulir online
tersebut ke email yang akan dikirim. Atau peneliti dapat
menjadikan file kuesioner sebagai lampiran dalam bentuk Ms.
Word atau Ms. Excel agar mudah diisi.

26
IV METODE OBSERVASI

A. Pengertian Metode Observasi


Secara sederhana, metode observasi adalah melihat
dan mendengarkan peristiwa atau tindakan yang dilakukan oleh
orang-orang yang diamati, kemudian merekam hasil
pengamatannya dengan catatan atau alat bantu lainnya.
Di dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut
pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi,
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 2006).
Sukandarrumidi (2002) menjelaskan bahwa ciri-ciri observasi
dalam metodelogi penelitian, yaitu:
1. Mempunyai arah yang khusus
2. Dilakukan dengan sistematika, bukan sesuka hati
3. Bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang
tipe perilaku tertentu
4. Melakukan pencatatan dengan segera, bukan
mengandalkan dan menyandarkan diri pada ingatan
5. Memerlukan keahlian dalam mengamati
6. Hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan.

Observasi sebaiknya dilakukan oleh minimal dua orang untuk


menjaga validitas dan keakuratan pengamatan. Pencatatan hasil
pengamatan harus dilakukan oleh observer seobyektif mungkin.

27
Kegiatan observasi dapat dilaksanakan dalam berbagai situasi
seperti kegiatan di dalam dan di luar kelas, diskusi/kerja kelompok,
tanya jawab, ataupun melakukan pengamatan lewat film/video.

B. Tujuan dan Jenis Observasi


Metode observasi dugunakan sebagai cara untuk melihat dan
mengamati perubahan fenomena–fenomena sosial atau alam yang
dinamis. Adapun tujuan dari penggunaan metode observasi, antara
lain:
1. Memberi gambaran tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan objek penelitian sehingga memungkinkan peneliti untuk
menarik kesimpulan berdasarkan hasil observasi.
2. Menjelaskan proses peristiwa terjadi dan bisa menguji kualitas
atau spekulasi mengapa sesuatu terjadi dalam aturan
nyatanya.
3. Mencatat indikasi yang terkadang tidak nyata berlangsungnya.
4. Mencatat keadaan yang tidak bisa direplikasikan dalam
eksperimen.
5. Mencatat kronologi peristiwa dengan berurutan.

Observasi memang mengamati dengan melihat dan


mendengar. Tetapi sebagai metode penelitian, observasi memiliki
karakteristik dan teknik tertentu. Jenis-jenis obervasi berdasarkan
pelaksanaanya terbagi ke dalam dua jenis yaitu:
1. Observasi Partisipatif
Dalam teknik ini observer ikut dan terlibat dalam kegiatan
individu yang akan diobservasi. Selain itu, observer juga

28
bertanggung jawab terhadap hasil dari objek yang sedang
diteliti.
2. Observasi Non-Partisipatif
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik observasi
partisipatif, dimana observer tidak ikut terlibat dalam kegiatan
observasi, melainkan hanya sebagai pengamat dari luar yang
menilai atau melihat dari jauh.

C. Tahapan Penyusunan Panduan Observasi


Adapun tahapan penyusunan Panduan Observasi, yaitu:
1. Penentuan masalah yang akan diamati
2. Identifikasi aspek-aspek pengukuran dari variabel yang akan
diamati
3. Pembuatan kisi-kisi panduan observasi
4. Penyusunan panduan observasi berdasarkan kisi-kisi yang
telah dibuat
5. Uji coba instrumen panduan observasi
6. Perbaikan panduan observasi berdasarkan hasil uji coba

D. Mengembangkan Instrumen Panduan Observasi


Jika peneliti sudah dapat mengidentifikasi masalah dan aspek-
aspek pengukuran dari variabel yang akan diamati, maka tahapan
berikutnya adalah menyusun kisi-kisi, membuat panduan, dan
melakukan uji coba instrumen.

29
1. Menyusun Kisi-kisi
Adapun format kisi-kisi yang dapat digunakan untuk menyusun
panduan observasi, yaitu:

No Dimensi Indikator Perilaku Total Aitem


Memukul
1 Kekerasan fisik Menendang 3
Mencubit
Meneriaki
2 Kekerasan verbal 2
Memaki
Total Aitem 5

2. Menyusun Panduan Observasi


Agar dapat merekam data observasi secara sistematis, maka
observer dapat menggunakan beberapa format tertentu yang
dipersiapkan terlebih dahulu
Secara umum, terdapat 3 format panduan observasi, yaitu:

a. Lembar Ceklis
Lembar ceklis berisikan daftar perilaku yang ingin diamati
berdasarkan hasil penjabaran dimensi variabel yang
hendak diukur.

30
Adapun format yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:

Pengamatan
No Indikator Perilaku Responden 1 Responden 2 Responden 3
A B C A B C A B C
Merespon saat
1 v v v
dipanggil Namanya
Mengerti satu
2 v v v
instruksi gurunya
Mengingat nama
3 v v v
temannya

Keterangan:
A, B, dan C adalah kategori kemunculan perilaku yang
telah disepakati sebelumnya. Kategori dapat disesuaikan
dengan perilaku yang sedang diamati.
A: Bisa
B: Bisa dengan bantuan
C: Tidak bisa

b. Lembar Skala Jenjang


Adapaun format skala jenjang dinyatakan dalam
bentuk angka (1, 2, 3) atau dalam bentuk naratif (tidak
pernah, kadang-kadang, selalu). Perlu diingat bahwa
observer harus menyepakati definisi setiap jenjang skala
(contoh: kadang-kadang dan selalu) setara dengan berapa
kali kemunculan perilaku yang diamati

31
Sebagai contoh: Kategori kadang-kadang di cek jika
kemunculan perilaku sebanyak 2 kali, dan kategori sedang
di cek jika kemunculan perilaku lebih dari 5 kali).
Berikut adalah format lembar skala jenjang:

Nama :
Tanggal :
Lokasi :
Kadang-
No Indikator Perilaku Tidak Pernah Selalu
kadang
Meminta maaf saat
1 V
berbuat salah
Mengucapkan terima
2 kasih saat dibantu V
temannya
Menawarkan bantuan
3 V
kepada temannya

c. Lembar Sampling Waktu


Pada format lembar sampling waktu, kemunculan
perilaku diamati dalam rentang waktu tertentu. Observer
dapat menentukan sendiri berapa interval waktu
pengamatan, dan bagaimana perilaku akan dicatat,
apakah di cek atau dengan menggunakan kode frekuensi
kemunculan perilaku. Jika menggunakan kode maka harus
didefiniskan setiap kode frekuensi setara dengan berapa
kali kemunculan perilaku yang sedang diamati.
Berikut adalah contoh format lemabr dampling waktu,
yaitu:

32
Indikator Interval Waktu
No Keterangan
Perilaku 9.00 9.05 9.10 9.15 9.20 9.25
Memukul
Memukul
1 KD TA S TA S KD anto, sani
temannya
dan toni
Meneriaki Meneriaki
2 KD KD TA TA S KD
temannya anto dan toni

Keterangan:
TA: Tidak ada
KD: Kadang-kadang (Kemunculan < 2 kali)
S: Sering (Kemunculan > 2 kali)

3. Pretest atau Uji Coba


Dalam penyusunan lembar panduan observasi, pretest atau uji
coba dilakukan untuk mengetahui validitas empiris, reliabilitas
instrumen melalui konsistensi antar observer (interrater reliability).
Validitas lembar panduan observasi diukur dengan
menggunakan pertimbangan dari para ahli dalam bidang variabel
yang diukur (judgement expert).
Selanjutnya, revisi diberikan untuk memperbaiki aitem-aitem
pernyataan yang masih kurang baik dan tidak relevan dengan
indikator perilaku yang sedang diukur.

33
E. Pengumpulan Data Secara Jarak Jauh
Metode observasi dapat dilakukan secara jarak jauh dengan
merekam kegiatan atau peristiwa yang ingin diamati. Selanjutnya
observer melakukan pengamatan berdasarkan hasil rekaman
tersebut.
Kekurangan dari pengumpulan data secara jarak jauh adalah
metode observasi yang dapat dilakukan sifatnya terbatas, yaitu
hanya metode observasi non-partisipatoris dimana observer tidak
terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh responden.
Dalam praktikum mata kuliah Asesmen BK Teknik Non-Tes
secara daring ini, metode observasi akan dilakukan dengan
mengamati perilaku dari film atau video.

34
V METODE WAWANCARA

A. Pengertian Metode Wawancara


Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan
narasumber. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara Terstruktur
Pada wawancara terstruktur, peneliti sudah membuat daftar
pertanyaan secara rinci dan sistematis. Demikian pula dengan
urutan topik yang akan ditanyakan. Dalam wawancara
terstruktur umumnya peneliti memiliki pedoman wawancara.
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Pada wawancara tidak terstruktur, peneliti belum menentukan
topik yang akan ditanyakan, sehingga peneliti memiliki
kebebasan untuk menanyakan apa saja.
Saat pelaksanaan, kendala yang umumnya dihadapi saat
menggunakan wawancara terstruktur adalah peneliti menjadi kaku
karena terpaku pada pedoman wawancara yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Sehingga komunikasi antara peneliti ddengan
responden kurang baik dan responden menjadi tidak terbuka.
Sedangkan pada wawancara tidak terstruktur, kendala yang
biasanya dihadapi adalah peneliti kurang mampu membatasi
masalah yang ingin digali atau terbawa arus pembicaraan
responden. Sehingga sering terjadi penyimpangan pokok
pembicaraan yang seharusnya.

35
Disarankan bagi peneliti untuk membuat pedoman wawancara
semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur merupakan
perpaduan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
dimana peneliti memiliki pedoman wawancara yang telah disusun,
dan saat melakukan wawancara dapat menyesuaikan pertanyaan
lanjutan secara bebas. Sehingga wawancara menjadi lebih hidup,
bebas, dan berkembang, namun tetap mengarah pada pokok topik
yang ingin digali.

B. Tujuan dan Jenis Wawancara


Pada umumnya wawancara bertujuan untuk memperoleh
informasi yang akurat secara langsung dari narasumber dengan
cara mengajukan serangkaian pertanyaan (Milfayetty, 2011c).
Secara khusus wawancara memiliki beberpa tujuan, yaitu:
1. Menggali informasi atau data dari orang pertama (data primer)
2. Melengkapi informasi atau data yang dikumpulkan dari metode
pengumpulan data lainnya.
3. Menguji kebenaran hasil data yang diperoleh dari teknik
pengumpul data lainnya.
Berdasarkan jumlah orang diwawancarai, wawancara dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Wawancara individual. Wawancara individual adalah
wawancara dimana satu orang peneliti menghadapi satu orang
responden saat wawancara berlangsung.
2. Wawancara kelompok. Wawancara kelompok adalah
wawancara dimana satu orang peneliti menghadapi lebih dari
satu orang responden sekaligus.

36
C. Tahapan Penyusunan Panduan Wawancara
Adapun tahapan penyusunan panduan wawancara, yaitu:
3. Penentuan masalah yang akan diamati
4. Identifikasi aspek-aspek pengukuran dari variabel yang
akan diamati
5. Pembuatan kisi-kisi pedoman wawancara
6. Penyusunan pedoman wawancara berdasarkan kisi-kisi
yang telah dibuat
7. Uji coba instrumen pedoman wawancara
8. Perbaikan pedoman wawancara berdasarkan hasil uji
coba

D. Mengembangkan Instrumen Pedoman Wawancara


Beberapa hal pokok yang perlu dipersiapkan sebelum
menyusun pedoman wawancara adalah menentukan variabel
permasalahan yang ingin digali dan dimensi-dimensi
pengukurannya. Sehingga dapat dituangkan ke dalam kisi-kisi
instrumen pedoman wawancara.

37
9. Menyusun Kisi-kisi
Di bawah ini adalah contoh format kisi-kisi untuk membuat
pedoman wawancara.

Indikator Total
No Dimensi Pertanyaan
Perilaku Aitem
Jenis Pertanyaan 1
Perundungan
1 Perundungan 3
Penyebab Pertanyaan 2
Dampak Pertanyaan 3
Strategi Pencegahan Pertanyaan 4
2 2
Penanganan Penanganan Pertanyaan 5
Total Aitem 5

Adapun contoh format pedoman wawancara semi terstruktur


yang dapat digunakan, yaitu:

38
Pedoman Wawancara
Wawancara ke :
Tujuan :
Nama Responden :
Tanggal :
Lokasi :
Nama Pewawancara :

No Pertanyaan Jawaban
Bagaimana pendapat Anda mengenai kasus
perundungan yang terjadi baru-baru ini?
1 a. Bentuk perundungan yang terjadi
b. Pelakunya
c. Korbannya
Menurut pengamatan Anda, mengapa hal ini
bisa terjadi?
2
a. Akar masalah
b. Faktor penyebab
Menurut pendapat Anda, apa dampak dari
kasus perundungan ini?
a. Bagi korban
3 b. Bagi pelaku
c. Bagi pihak guru
d. Bagi pihak orang tua
e. Bagi pihak sekolah
Kesimpulan/ Catatan:
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................

39
10. Menulis Aitem Pertanyaan
Rahardjo dan Gudnanto menjelaskan bahwa hal-hal yang
perlu diperhatikan saat menulis aitem pertanyaan wawancara, yaitu:
a. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan mudah
dipahami.
b. Hindari istilah-istilah yang bersifat teknis. Misalnya:
Bagaimana pendapat Anda mengenai need of
achievement siswa Anda?. Sebaiknya kalimat disusun
menjadi, Bagaimana pendapat Anda mengenai
keinginan berprestasi siswa Anda?
c. Hindari pernyataan yang sifatnya sugestif atau
memberikan indikasi mengenai jawaban ideal yang
diharapkan. Misalnya: Apa siswa Anda sering berkelahi
di kelas?. Sebaiknya pertanyaan disusun menjadi,
Bagaimana pergaulan siswa-siswa Anda di kelas?.

11. Pretest atau Uji Coba


Dalam penyusunan lembar pedoman wawancara, pretest
atau uji coba dilakukan untuk memastikan bahwa pedoman
wawancara yang telah di susun menghasilkan data yang valid,
relevan, tidak mengandung bias, dan komunikatif (Rahardjo &
Gudnanto, 2016).
a. Valid
Pedoman wawancara dikatakan valid apabila
menghasilkan pendapat responden tanpa adanya
pengaruh dari luar. Validitas wawancara sangat
ditentukan oleh keterampilan pewawancara saat proses
wawancara.

40
b. Relevan
Pedoman wawancara dikatakan relevan apabila
informasi yang diperoleh saat wawancara sesuai
dengan tujuan dan topik yang ditentukan dalam kisi-kisi
pedoman wawancara yang telah di susun.
c. Tidak mengandung bias
Pedoman wawancara dikatakan tidak mengandung bias
apabila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak
bersifat sugestif, mengarahkan, menghakimi,
memberikan kemungkinan jawaban yang sempit atau
tertutup serta tidak mengandung unsur praduga.
d. Komunikatif
Pedoman wawancara dikatakan komunikatif apabila
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mudah dan cepat
dimengerti oleh responden.

E. Pengumpulan Data Secara Jarak Jauh


Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara dapat
pula dilakukan secara jarak jauh melalui media-media tertentu,
misalnya telepon, panggilan video atau aplikasi video conference
seperti Zoom Meeting, Webex, Google Meeting.
Kekurangan dari pengumpulan data dengan metode
wawancara secara jarak jauh adalah peneliti tidak bisa mengamati
bahasa tubuh responden saat menjawab pertanyaan. Selain itu juga
peneliti umumnya memiliki kendala dalam membangun kedekatan
yang dengan responden, sehingga sulit menciptakan situasi
wawancara yang bebas, terbuka, hangat dan menyenangkan.

41
BAB VI PANDUAN PEMBUATAN GOOGLE FORM

A. Pengertian Google Form


Google Form merupakan aplikasi dari Google yang
menyediakan layanan pembuatan formulir online. Google Form
dapat digunakan seara gratis jika sudah mempunyai akun Gmail.
Google Form juga dapat diintegrasikan dengan produk Google
lainnya seperti Google Drive dan Google Docs sehingga dapat
diakses dimana saja.

B. Kegunaan Google Form


Google Form dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan melakukan
survey, skala sikap atau menyebarkan formulir penelitian. Dengan
menggunakan Google Form, semua data yang dihasilkan akan
tersimpan di server milik Google sehingga data menjadi aman dan
bisa diakses kapan saja.

C. Cara Membuat Google Form


Adapun langkah-langkah menggunakan Google Form, yaitu:

1. Langkah 1: Memuat Akun Google


Jika belum memiliki akun email google, harus membuat
akun terlebih dahulu. Adapun cara membuat akun email
Google, yaitu:
e. Buka situs Gmail
f. Klik Sign Up
g. Ikuti proses registrasi sampai selesai

42
2. Langkah 2: Membuat Form Baru
Terdapat beberapa cara untuk membuat formulir baru, yaitu:

a. Dari forms.google.com, klik Blank atau pilih template.

43
b. Dari drive.google.com, klik New > Lainnya. Di samping
Google Forms, arahkan ke Panah kanan dan klik Blank
form or From a template.

c. Beri nama formulir Anda: Di pojok kiri atas, klik Untitled


form atau nama formulir template dan ketik nama baru.

d. (Opsional) Tambahkan deskripsi: Di bawah nama form,


tambahkan teks Anda.
e. (Opsional) Ubah warna latar belakang atau tema: Klik
palet (Palet Warna) lalu pilih warna atau tema.

44
f. Gunakan kotak dropdown di bawah isian pertanyaan
untuk memilih jenis pertanyaan, seperti pilihan ganda,
kotak centang, jawaban singkat, dan lainnya.

g. Tambahkan opsi respons (jika berlaku untuk jenis


pertanyaan Anda).
h. (Opsional) Kemudian untuk menentukan apakah orang
harus menjawab pertanyaan, klik Required.
i. Selanjutnya untuk menambahkan pertanyaan baru,
klik ‘Add Question’.
j. Untuk menambahkan salinan pertanyaan yang ada,
klik ‘Duplicate’.

Perubahan selama membuat formulir akan disimpan secara


otomatis. Untuk melihat pratinjau, klik ‘Pratinjau’ di kanan atas.

45
3. Langkah 3: Menyebarkan Google Form
Jika Google Form sudah selesai dibuat, terdapat beberapa
cara untuk menyebarkan atau mengirimkannya kepada
responden. Diantaranya yaitu dengan mengirimkannya melalui
email, menyalin dan menempelkan tautan dalam pesan chat,
menyematkannya di situs web atau berbagi tautan di media
sosial. Cara mengirimkan Google Form, yaitu:
a. Dikanan atas, klik Kirim.
b. (Opsional) Untuk mengumpulkan alamat email: Jika
pendengar formulir terbatas pada organisasi Anda,
periksa secara otomatis kumpulkan alamat email
organisasi responden Anda. Jika Anda
mendistribusikan formulir secara eksternal, periksa
Kumpulkan alamat email.

c. Pilih bagaimana Anda ingin mengirim formulir:


d. Masukkan alamat email di kolom Kepada. Anda dapat
menyesuaikan konten subjek dan pesan.

46
e. Link-Klik Link ‘insert link’. Anda dapat mempersingkat
URL. Klik Salin dan tempel tautan ke obrolan,
percakapan, atau email.
f. Konten situs web-Klik kode Embed. Anda dapat
menentukan dimensi bingkai sebaris. Klik Copy dan
paste HTML ke dalam website atau blog Anda.
g. Untuk mengirimkan Forms Anda pada disosial media
yang Anda miliki Anda tinggal Klik salah satu ikon media
sosial.

4. Langkah 4: Melihat Hasil Analisa Data


Setelah formulir disebarkan dan diisi oleh responden, cara
melihat data yang dihasilkan, yaitu:
a. Buka formulir yang telah dibuat
b. Klik tab “Responses”

c. Untuk melihat rangkuman data klik tab “Summary”

47
d. Untuk melihat data secara individual, klik tab
“Individual”
e. Klik logo Spreadsheet di kanan atas untuk
mendownload hasil data formulir yang terkumpul
dalam bentuk spreadsheet

48
DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. (1997). Teknik Penyusunan Skala


Pengukuran. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan
Universitas Gadjah Mada.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali & Mulyono. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.


Jakarta: Grasindo (Gramedia Widiasarana).

Kusaeri, K., Sutini, S., Suparto, S., & Wardah, F. (2019). The validity
and inter-rater reliability of project assessment in
mathematics learning. Beta: Jurnal Tadris Matematika, 12(1),
1-13.

Mann, C., & Stewart, F. (2000). Internet communication and


qualitative research: A handbook for researching online.
London: Sage.

Milfayetty, Sri. (2011a). Asesmen Non Tes dalam Bimbingan


Konseling. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Milfayetty, Sri. (2011b). Asesmen Teknik Non Tes Dalam Bimbingan


Konseling. Medan: Unimed.

Milfayetty, Sri. (2011c). Asesmen Psikologis Teknik Non Tes. Medan:


Unimed.

Oltmann, S. (2016, May). Qualitative interviews: A methodological


discussion of the interviewer and respondent contexts.
In Forum Qualitative Sozialforschung/ Forum: Qualitative
Social Research (Vol. 17, No. 2).

49
Rahardjo, S & Gudnanto. (2016). Pemahaman Individu: Teknik Non
Tes. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sukandarrumidi. 2002. Metode Penelitian. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologis.


Yogyakarta: Andi Offset

50

Anda mungkin juga menyukai