Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN

KREATIF



NAMA MAHASISWA : TASYA SASTIRA HARAHAP

NIM : 1203151048

DOSEN PENGAMPU : DRA. RAHMULYANI, M.PD, KONS

MATA KULIAH : PEMBELAJARAN KREATIF

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2021
A. Defenisi Kreatifitas
Kreatifitas merupakan “kekayaan pribadi”(personalproperties)yangdiwujudkan dalam sikap atau
karakter seperti fleksibel, terbuka, otonom, lapang dada, keinginan mencoba sesuatu
(penasaran), firm(strongminded),kemampuanmenjabarkan gagasan, kemampuan menilai diri
sendiri secara realistis (mengenal dirinya : ‘arafa nafsahu) yang kesemuanya diperlukan
(prasyarat) untuk memunculkan kreaifi-tas. Pengembangan kreatifitas dalam kelas
(pembelajaran) akan menghasilkan peserta didik kreatif. peserta didik yang kreatif pada
umumnya memiliki kemampuan lebih tinggi dan tangguh dibanding peserta didik biasa (tidak
kreatif). Kemampuan berfikir kreatif sebagai komponen kreatif akan menghasilkan pembelajaran
efektif atau lebih jauh mengembangkan daya nalar tinggi yang dapat digunakan untuk mengatasi
persoalan pembelajaran. Pengembangan potensi kreatif peserta didik akan menghasilkan
superior learning. Peserta didik yang memiliki ke- mampuan berfikir kreatif akan memiliki
motivasi intrinsik yang tinggi dalam belajardan memiliki daya dorong kuat, percaya diridan
kemampuan berfikir yang tinggi.
Menurut para ahli, pengertian pembelajaran kreatif adalah proses belajar yang berlangsung
seumur hidup atau longlife education pada setiap orang. Mereka yang menerapkan longlife
education ini memperlihatkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik secara kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Oleh karena itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM
menurut Dasim Budimansyah, dkk (2013 :74-76) yaitu :
1. Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan
berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau
anak bukan Indonesia selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat
tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi
berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru
memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru
yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang
subur seperti yang dimaksud.
2. Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang
bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam
kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama,
melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan
lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan
mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar
anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak
sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini
dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas
sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini
memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga
menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative
pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu
dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan
pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika...”
lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup
(jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang
menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya
dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa
lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat
membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu
masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau
budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat
berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar
dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat
dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-
gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat,
merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat
gambar/diagram.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar
akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada
siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya
lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik
pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih
bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
8. Membedakan antara aktif fisikal dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila
menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja
diatur berkelompok siswa duduk duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah cirri dari
PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisikal. Sering bertanya, mempertanyakan
gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.

B. Pentingnya Kreativitas dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


Salah satu keresahan yang muncul kepermukaan akhir-akhir ini adalah rendahnya mutu
pendidikan. Ini tampak pada lulusan-lulusan yang kurang mampu menghadapi tantangan zaman
yang sering disoroti oleh masyarakat pemakai lulusan tersebut. Sudah banyak upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah itu, seperti penyelenggaraan penataran-penataran untuk
para tenaga pengajar, pemberian pendidikan tambahan kepada para tenaga pengajar,baik yang
berlangsung di dalam maupun di luar negeri, pengubahan kurikulum, penyelenggaraan seminar-
seminar, dan sebagainya. Namun masalah sangat cepat akan membuat keadaan itu lebih parah
jika tidak diantisipasi dengan cepat dan tepat, karena akan memperlebar jurang pemisah antara
yang seharusnya diketahui para peserta didik dan yang diketahuinya. Setiap hari informasi
melimpah, terutama melalui media cetak seperti surat kabar, buku, dan majalah. Ini telah
melahirkan revolusi informasi yang oleh Toffler (1988:29) diistilahkan dengan the third wave
(gelombang ketiga). Keadaan ini harus dihadapi oleh para peserta didik di Negara kita dengan
persiapan yang memadai dan kemampuan beradaptasi yang inovatif dan kreatif agar mereka
tidak menjadi lulusan yang dihanyutkan oleh gelombang informasi ke dalam lembah kebodohan
dan dapat terhindar dari future shock. Gejala tentang rendahnya mutu pendidikan dewasa ini,
diantaranya muncul dalam bentuk rendahnya kreativitas para lulusan yang diduga merupakan
cerminan dari tingkat berpikirnya yang rendah. Sudah tentu ini merupakan produk pendidikan
dari sistem pendidikan yang kurang atau bahkan tidak mengembangkan keseluruhan dimensi
psikologis individu, baik dimensi kognitif, afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Dimensi
psikologis yang tampaknya kurang mendapat perhatian dari sistem pendidikan dewasa ini adalah
aspek kreativitas. Padahal kreativitas individu dalam era globalisasi dan informasi yang ditandai
oleh kompleksitas kehidupan manusia sebagaimana dilukiskan oleh Toffler sangat dibutuhkan.
Sebab kreativitas dapat melahirkan inovasi yang mengendap dalam manifestasi budaya. Melalui
kreativitas itulah kehidupan manusia menjadi penuh makna.
C. Mengenal Tentang Pembelajaran Kreatif
Tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa kreatif itu lebih bernilai dibandingkan cerdas. Opini
tersebut dapat dipahami mengingat di zaman sekarang tantangan dan problema kehidupan kian
kompleks. Untuk mencari solusi orang perlu mencari ide baru yang inovatif dan tanpa kreativitas
yang tinggi hal ini sulit diwujudkan. Tanah Air kita membutuhkan para teknokrat dan pemikir
yang kreatif untuk merespon perkembangan kehidupan yang kian cepat terkait dengan teknologi
dan ilmu pengetahuan. Inilah sebabnya lembaga pendidikan akan menjadi ujung tombak dalam
mencetak siswa siwa yang kreatif. Mereka yang kreatif berpotensi lebih baik dalam
mengembangkan daya nalar dan menemukan solusi dari berbagai permasalahan pembelajaran.
Jika dikembangkan potensi berpikir kreatif akan membangun motivasi diri yang tinggi untuk hal-
hal positif. Ini misalnya kemauan yang kuat untuk belajar, memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
serta mampu berpikir tinggi. Pembelajaran kreatif dan inovatif diharapkan dapat memberikan
bekal yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dan masalah dalam hidup yang tak
menentu. Menurut para ahli, pengertian pembelajaran kreatif adalah proses belajar yang
berlangsung seumur hidup atau longlife education pada setiap orang. Mereka yang menerapkan
longlifeeducation ini memperlihatkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik secara kognitif,
afektif, dan psikomotorik.

D. Peranan Sekolah dan BK Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kreatif


Untuk menyelenggarakan pembelajaran kreatif pada suatu institusi pendidikan, syaratnya adalah
adanya pendidik dan pimpinan sekolah kreatif. Beberapa ahli pendidikan memberikan definisi
yang beragam mengenai guru kreatif, tetapi secara umum ada beberapa kriteria yang
menunjukkan ciri tersebut.
1. Selalu Mempunyai Ide yang Fresh
Seorang guru idealnya selalu mendapatkan ide baru yang membawa manfaat bagi siswa pada
aktivitas mengajarnya. Inilah sebabnya guru perlu meluangkan waktu untuk menambah
wawasan agar mempunyai banyak referensi inovatif untuk kegiatan belajar mengajar.
2. Tampil Beda
Secara tampilan para pendidik ini juga terlihat berbeda dibandingkan rekan-rekan sesama
gurunya. Biasanya guru kreatif juga lebih populer di mata siswa.
3. Fleksibel
Alih-alih menciptakan suasana kelas yang kaku, guru yang kreatif bersikap lebih fleksibel. Meski
demikian mereka tetap memiliki prinsip namun tanpa melupakan bahwa setiap peserta didik
mempunyai karakter dan kompetensi yang berbeda-beda.
4. Supel
Kepandaiannya dalam bergaul membuat guru lebih mudah memahami siswa. Mereka dapat
bersikap layaknya sahabat, namun tetap professional dalam menunaikan tugasnya sebagai guru.
5. Menyenangkan
Kepribadian guru kreatif biasanya juga menyenangkan, mempunyai selera humor yang bagus,
dan sanggup menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan.
6. Sering Bereksperimen
Pendidik yang kreatif tidak akan berhenti setelah kegiatan rutin mengajarnya selesai. Yang
bersangkutan akan berupaya meningkatkan kualitas diri dengan melakukan berbagai uji coba. Ini
misalnya menerapkan metode-metode pengajaran baru hasil dari training peningkatan
kompetensi guru yang diikuti.
7. Cekatan
Dalam keseharian guru akan terlihat sigap dan tidak pernah menunda-nunda suatu tugas. Selain
itu guru kreatif juga dapat memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan aktivitas
hariannya dengan cepat. Konsep pembelajaran kreatif pada suatu lembaga pendidikan akan
dapat diimplementasikan jika mendapat dukungan dari pimpinan atau kepala sekolah. Yang
bersangkutan akan bersedia memberikan ruang seluas-luasnya bagi guru dan warga sekolah
untuk menuangkan kreativitas mereka. Dalam membuat keputusan, idealnya kepala sekolah
mengadakan dialog dengan melibatkan semua pihak terkait. Dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya kepala sekolah mampu menjadi sosok inspiratif yang bersedia. Dia akan
bersedia menyediakan waktu, sumber daya, dan akses untuk membangun lingkungan yang
kondusif sebagai sarana terjadinya pembelajaran kreatif. Terkait contoh model pembelajaran
kreatif di dunia pendidikan sejatinya sudah berkembang dengan bentuk yang sangat beragam.
Tujuan penerapan metode pembelajaran variatif adalah untuk meningkatkan minat belajar
peserta didik. Ini karena suasana di kelas lebih nyaman dan seru sehingga siswa tidak mudah
bosan.
Untuk menambah referensi inilah beberapa model pembelajaran kreatif yang dapat diterapkan
untuk tingkat sekolah.
1. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah perilaku berakting untuk membuat siswa merasakan
sebuah situasi serta karakter yang dimainkannya. Metode ini akan membantu peserta didik
meningkatkan imajinasi dan daya kreativitasnya.
2. Talking Stick
Metode pembelajaran ini adalah bentuk latihan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak
dengan berbicara atau menjawab pertanyaan. Guru akan memutar musik dan siswa secara
estafet memindahkan tongkat kepada teman di sampingnya dan demikian seterusnya hingga
music berhenti. Orang terakhir yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan.
3. Tebak Kata
Model pengajaran ini cocok untuk berlatih menghafal dengan cara yang seru seperti menjadi
peserta kuis di kelas. Materi dan model permainannya dapat disesuaikan dengan tema yang
dipelajari.
4. 4. Media Pengajaran
Menggunakan alat peraga dalam pengajaran adalah salah satu contoh pembelajaran kreatif di SD.
Ini misalnya model ekosistem untuk pelajaran sains, flash card untuk Bahasa Inggris, atau
berbagai bentuk bangun untuk pengajaran matematika.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru.
1. Faktor Internal (warisan dan psikologis)
2. Faktor Eksternal: (lingkungan sosial danbudaya)
a. Latar belakang pendidikan guru
b. Pelatihan guru dan organisasi perguruan
c. Pengalaman mengajar
d. Kesejahteraan guru.
•Kreatifitas Guru:
a. Kreativitas dalam penggunaan Media Pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah “proses komunikasi antara guru dan siswa melalui bahasa verbal
sebagaimedia utama penyampaian materi pelajaran. Proses pembelajaran sangat bergantung
pada guru sebagai sumber belajar. Media pendidikan atau media pembelajaran menurut Rossi
dan Breidle yang dikutip oleh Wina Sanjaya, mengemukakan bahwa “media pembelajaran adalah
seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapi tujuan pendidikan seperti radio,
televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Radio dan televisi kalau digunakan dandiprogram
untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.
b. Kreativitas dalam Penggunaan Metode,Strategi dan model Pembelajaran.
Agar metode yang akan digunakan dalam suatu pembelajaran bisa lebih efektif maka guru harus
mampu melihat situasi dan kondisi siswa, karena tingkat kemampuanintelegensi setiap siswa
berbeda-beda. Maka dari itu sebagai seorang pendidik, guru selalu dituntut untuk mampu
menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman serta dapat memotivasi peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar
secara optimal.
c. Materi pembelajaran yang autentik.
d. Kemampuan berpikir yang berbeda daribiasanya ( out of the box).
e. Perilaku guru dalam layanan pembelajaran meliputi; mengembangkan ide/inisiatif,
memberikan pujian danhukuman ( reward and punishment), berpikir kritis, berkarakter kuat.
• Pengembangan Kreatifitas Guru dalam pembelajaran kreatif.
a. Menciptakan kelas dengan visualisasi gamba r- gamba r se sua i tema pembelajaran.
b. Penerapan teknologi di kelas.
c. Memberikan materi yang sesuai dengan kejadian / pengalaman hidup (authenticmaterial)
d. Mengadakan diskusi yang produktif.
F. Upaya guru bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kreativitassiswa
Deskripsi data tentang upaya yang dilakukan oleh guru BK dalam mengembangkan kreativitas
siswa meliputi:
1. Penciptaan rasa aman pada siswa agar mau bertindak dan mengutarakan gagasan atau
pemikirannya.
Berdasarkan enam upaya yang dilakukan oleh guru BK dalam menciptakan rasa aman kepada
siswa agar siswa mau bertindak dan mengutarakan gagasan atau pemikirannya yaitu guru BK (1)
memahami siswa dengan cara menjaga dan menjalin hubungan baik serta mendekatkan diri
dengan siswa; (2) mendengarkan dan memberikan tanggapan tentang hal-hal yang disampaikan
oleh siswa; (3) menghargai pendapat siswa dengan cara tidak memberikan respon negatif
terhadap siswa; (4) memberikan pengarahan kepada siswa bahwa semua siswa memiliki hak
untuk mengutarakan gagasan dan pemikirannya; (5) memberikan penghargaan dan pujian
kepada siswa; dan (6) meningkatkan kepercayaan diri siswa dan memotivasi siswa untuk selalu
berani mengutarakan gagasan atau pemikirannya.
2. Pengakuan terhadap kelebihan- kelebihan anak kreatif .
Disimpulkan tiga upaya yang dilakukan oleh guru BK dalam mengakui kelebihan-kelebihan anak
kreatif yaitu guru BK (1) memberikan pujian dan penghargaan kepada siswa yang kreatif; (2)
mengikutsertakan siswa dalam berbagai perlombaan baik di sekolah maupun di luar sekolah; dan
(3) mengumumkan, memperlihatkan, dan menampilkan hasil karya kreatif siswa.
3. Strategi/kiat guru bimbingan dan konseling mendukung siswa menjadi lebih kreatif
Ada enam upaya yang dilakukan oleh guru BK berkenaan dengan strategi/kiat yang mendukung
siswa menjadi lebih kreatif yaitu (1) memasukkan kreativitas ke dalam program layanan
bimbingan dan konseling, baik itu layanan informasi maupun layanan penguasan konten; (2)
melakukan kerjasama dengan warga sekolah untuk mengadakan outbond pada akhir-akhir
semester; (3) guru bimbingan dan konseling membina dan menempatkan siswa kreatif sesuai
dengan potensi yang dimilikinya; (4) memberikan semangat atau motivasi kepada siswa (5)
memberikan dukungan terhadap anak agar anak terus menciptakan karya- karya yang lebih
kreatif, dan (6) memberikan pujian atas hasil karya siswa kreatif.
4. Membantu anak kreatif memahami perbedaannya dengan anak-anak yang lain
Dapat disimpulkan tiga upaya yang dilakukan oleh BK dalam mengakui kelebihan-kelebihan anak
kreatif yaitu guru BK (1) melakukan pengelompokan terhadap siswa berdasarkan nilai yang
diperoleh dalam pembelajaran di kelas pada mata pelajaran tertentu; (2) memberikan
pemahaman kepada siswa tentang konsep bahwa anak-anak kreatif itu berbeda dengan anak-
anak lainnya, pemahaman ini dilakukan dengan cara memberikan layanan informasi, layanan
bimbingan kelompok, dan layanan konselingindividual; (3) mempersiapkan anak untuk bisa
mengatasi segala permasalahan yang ditimbulkan akibat dari mereka yang memiliki perbedaan
dari anak yang lainnya; dan (4) memberikan bimbingan secara lebih khusus bagi anak-anak
kreatif dalam belajar.
5. Memberikan peluang atau kesempatan kepada siswa kreatif untukmengkomunikasikan
gagasannya.
Dapat disimpulkan tujuh upaya yang dilakukan oleh guru BK dalam memberikan peluang atau
kesempatan kepada siswa kreatif untuk mengkomunikasikan gagasannya yaitu guru BK (1)
menyediakan sebuah kotak suara khusus bagi siswa di ruang bimbingan dan konseling, sehingga
siswa bisa memasukkan tulisannya yang berisikan tentang segala gagasan dan inspirasi siswa;
(2) penempatan siswa pada kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan potensinya; (3)
mempersilahkan anak untuk mengutarakan gagasannya atau menampilkan hasil karya siswa
kreatif; (4) mengikutsertakan anak dalam berbagai perlombaan baik yang diadakan di sekolah
ataupun di luar sekolah; (5) menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan siswa untuk
dapat menyalurkan kreativitasnya; (6) mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah dalam
kegiatan ekstrakurikuler untuk melibatkan keikutsertaan anak- anak kreatif dalam kegiatan
tersebut; dan (7) menempatkan siswa pada posisi sesuai dengan potensinya dalam kegiatan
ekstrakurikuler.

Anda mungkin juga menyukai