Anda di halaman 1dari 3

1. 1.

FILOSOFI PEND NAS KHD

1.1.1 Mengapa Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan pembelajaran yang


kontekstual bagi anak dan lingkungan sesuai dengan alam dan zaman?

Pembelajaran akan bermakna dan berdaya guna bagi anak jika sesuai dengan kondisi alam di
mana anak tinggal dan sesuai dengan kodrat zamannya. Sebagai contoh kondisi alam di
Jakarta berbeda dengan pedesaan, permasalahan yang dihadapi masyarakat Jakarta juga
berbeda dengan pedesaan. Agar pembelajaran bermakna bagi siswa permasalahan yang
diangkat dalam pembelajaran adalah permasalahan yang ada di mana siswa tinggal atau sesuai
dengan kodrat alamnya. Demikian juga terkait dengan zaman. Saat ini teknologi berkembang
pesat. Pembelajaran harus mampu menjawab tantangan zaman. Anak harus dibekali dengan
keterampilan abad 21 yaitu 4C (Collaboration, Communication, Critical Thinking, Creative)
Pembelajaran akan bermakna dan berdaya guna bagi anak jika sesuai dengan kondisi alam di
mana anak tinggal dan sesuai dengan kodrat zamannya. Sebagai contoh kondisi alam di
Jakarta berbeda dengan pedesaan, permasalahan yang dihadapi masyarakat Jakarta juga
berbeda dengan pedesaan. Agar pembelajaran kontekstual dan bermakna bagi siswa
permasalahan yang diangkat dalam pembelajaran adalah permasalahan yang ada di mana
siswa tinggal atau sesuai dengan kodrat alamnya. Disamping pembelajaran bersifat nyata, hasil
pembelajaran akan bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa di
masyarakat. Demikian juga terkait dengan zaman. Saat ini teknologi berkembang pesat.
Pembelajaran harus mampu menjawab tantangan zaman. Anak harus dibekali dengan
keterampilan abad 21 yaitu 4C (Collaboration, Communication, Critical Thinking, Creative).
Pembelajaran tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan persoalan pada dunia nyata. Dengan berbekal keterampilan
abad 21 peserta didik akan mampu bernalar kritis dalam menghadapi problematika dalam hidup,
serta mampu mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya dengan baik.

1.1.2 Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak”
dalam peran saya sebagai pendidik?

Relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak” dalam peran saya
sebagai pendidik adalah bahwa guru melakukan pembelajaran semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan belajar murid secara individu. Membantu murid untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan yang setinggi-tingginya. Jadi pembelajaran yang dilakukan harus berdiferensiasi
disesuaikan dengan kesiapan awal murid, gaya belajar dan minat murid

1.1.1.3 Mohon tuliskan satu pengalaman konkrit Anda dalam menerapkan satu pemikiran
filosofis pendidikan KHD dalam lingkungan sekolah maupun keluarga

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat pertama dan utama untuk bersemainya
pendidikan budi pekerti anak. Keluarga juga merupakan ekosistem kecil untuk melatihkan dan mempersiapkan
kehidupan sosial anak. Dalam keluarga anak-anak bisa mendapatkan tuntunan dan teladan dari orang tua. Di
keluarga anak-anak juga bisa belajar bersosial dan memecahkan permasalahan bersama adik dan kakak. Peran
orang tua dalam keluarga sangat penting karena orang tua sebagai guru, panutan dan suri tauladan untuk
pertumbuhan budi pekerti.
Pengalaman konkrit saya dalam menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara di atas adalah saya berusaha menjadi
orang tua yang bisa digugu dan ditiru atau panutan anak-anak dalam berbagai hal, antara lain dalam melakukan
ibadah, menata pola makan sehat dan berolah raga. Saya juga membiasakan anak-anak untuk saling menyayangi
kepada yang muda dan menghormati saudara yang lebih tua. Salam dan salim ketika mau pergi dan ketika pulang
sudah menjadi budaya. Kebiasaan saling menolong dalam keluarga juga saya tanamkan. Berempati kepada yang
mengalami kesusahan dan saling memberikan ucapan selamat atas keberhasilan saudara ini juga menjadi
kebiasaan dalam keluarga. Alhamdulillah anak-anak tumbuh kembang menjadi pribadi yang baik.

1.2. NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK


1.2.1. Ceritakan kaitan antara konsep kebebasan manusia dalam memilih (teori pilihan),
kecerdasan emosional (teori pendidikan positif) dan penguatan nilai-nilai/peran guru dalam
konteks sekolah/lingkungan pendidikan lain yang sistemik dan berkesinambungan.

1.2.2. Tuliskan satu peran nyata Anda di sekolah (atau lingkungan pendidikan yang lain)
ketika terlibat dalam sebuah upaya kolaboratif yang secara konsisten menumbuhkan
manusia agar berkarakter (memiliki nilai-nilai) positif dan mengembangkan
kebijaksanaannya dalam memilih. Gambarkan situasinya, peran/tugas/tindakan Anda,
dan apa refleksi Anda atas hasil yang dicapai.
Belum ada jawaban

Peran saya sebagai pengawas Sekolah memiliki tugas mendampingi Kepala Sekolah dalam
mengembangkan satuan pendidikan yang aman, nyaman dan menyenangkan, bebas dari
buliying . Tindakan nyata yang saya lakukan adalah mendampingi Kepala sekolah dan guru
dalam penerapan disiplin positif di satuan pendidikan. Langkah-langkah yang saya lakukan
adalah sebagai berikut:
1) Melakukan Coaching dengan kepala sekolah untuk mengidentifikasi masalah kedisiplinan
murid di satuan pendidikan
2) Dari hasil coaching diputuskan perlu penerapan disiplin positif di satuan pendidikan. Untuk
membekali guru tentang apa, mengapa dan bagaimana implementasi disiplin positif perlu
adanya In House Training (IHT) di satuan pendidikan dan saya diminta sebagai narasumbernya.
3) Dalam pelaksanaan IHT saya meminta guru secara berkelompok mengeksplor modul tentang
disiplin positif di Platform Merdeka Mengajar (PMM). Ada 4 Modul di PMM yaitu 1) Bolehkah
Memaksa, 2) Restitusi, 3) 5 Posisi Kontrol Guru dan 4) Hukuman VS Konsekuensi VS Restitusi.
4) Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil eksplorasi konsep dan
kelompok lain memberikan tanggapan. Di akhir saya memberikan penguatan dan kesempatan
bertanya.
5) Terakhir pemodelan menyusun keyakinan kelas dan saya sebagai gurunya, sedang Bpk Ibu
guru sebagai murid. Kegiatan ini dimaksudkan agar guru memiliki gambaran bagaimana cara
menyusun keyakinan kelas.
Dari hasil karya pelatihan dan refleksi peserta tergambar guru telah memiliki pemahanan
tentang bagaimana membuat keyakinan kelas dan bagaimana melakukan restitusi saat ada
siswa yang melanggar keyakinan kelas. Selaku pengawas Pembina saya merasa bahagia bisa
mendampingi teman-teman guru belajar tentang disiplin positif. Selama kegiatan terjadi
kolaborasi yang baik antar guru, dan juga guru dengan kepala sekolah dan pengawas.
Selanjutnya saya mendampingi saat guru mengimplementasikan hasil pelatihan di kelas
masing-masing.
1.3 VISI GURU PENGGERAK
1.3.1. Menurut pemahaman Anda, bagaimana Anda mengaitkan proses inkuiri sebagai
proses penggalian kekuatan/aset dan upaya mencapai tujuan dengan proses
transformasi ekosistem pendidikan sebagai suatu sistem yang kompleks?
1.3.2. Tuliskan satu peran nyata Anda di sekolah (atau lingkungan pendidikan yang lain)
ketika terlibat dalam sebuah upaya kolaboratif dalam merumuskan visi/tujuan/rencana
berikut pencapaiannya yang memanfaatkan daya ungkit dalam ekosistem demi
meningkatkan kualitas pembelajaran. Gambarkan situasinya, peran/tugas/tindakan Anda,
dan apa refleksi Anda atas hasil yang dicapai.

Anda mungkin juga menyukai