Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan profesi yang memiliki kedudukan dan peranan strategis dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas sebagi modal utama pembangunan bangsa. Tidak ada
satupun bangsa di dunia ini yang meraih kemajuan dan kemakmuran tanpa diciptakan dari otak
dan tangan-tangan guru, baik melalui sebuah jalur pendidikan formal maupun pendidikan
nonformal.

Tugas seorang guru sangat mulia. Mereka mengajari anak-anak bangsa supaya bisa membaca
dan menulis serta memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian mendidik anak-anak bangsa supaya
menjadi manusia yang baik dan bermartabat untuk orang banyak. Guru mengajar dan mendidik
siswa dalam rangka mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, berakhlak mulia, serta
mampu melakukan perubahan-perubahan di tengah kehidupan bermasyarakat.

Selain itu, seorang guru juga harus mengembangkan diri, memacu diri, meningkatkan kualitas,
dan kemampuannya. Dalam pengembangan diri tersebut, guru tidak bisa hanya sekedar belajar
teori-teori dalam ruangan kelas, melainkan guru harus berpikir tentang hal-hal yang berkaitan
dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan yang terpenting adalah bagaimana seorang
guru harus berpikir secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.

Guru adalah cermin keteladanan bagi anak didiknya. Segala bentuk kemampuan, kecerdasan,
kebijaksanaan, kasih sayang, kerendahan hati, ketulusan, kelebihan, dan segala prestasi akan
diteladani oleh anak didiknya. Inilah salah satu hal yang memotivasi penulis untuk mengikuti
ajang pemilihan guru berprestasi ini. Penulis berharap dengan menjadi guru berprestasi secara
tidak langsung akan memotivasi dan menginspirasi anak didik untuk berprestasi.

Menjadi guru bukan sebuah proses yang hanya dapat dilalui, diselesaikan, dan ditentukan dengan
melalui uji kompetensi atau sertifikasi. Karena menjadi guru menyangkut perkara hati. Hati
harus banyak berperan atau lebih daripada budi. Penulis akui bahwa menjadi guru bukan sekedar
menyampaikan materi di depan kelas, mengajari hitungan, mendikte atau menceramahi anak
didik. Kurang lebih 22 tahun penulis menjadi guru di SMA Negeri 1 Matauli Pandan,
mendapatkan kepribadian anak didik yang beragam. Dengan demikian, cara menghadapinya pun
dengan gaya yang beragam pula.

Sebagai sekolah unggul, SMA Negeri 1 Matauli Pandan menuntut para siswanya belajar dengan
tekun. Siswa wajib untuk menguasai materi dari yang diajarkan gurunya di kelas. Para guru pun
memberikan tambahan pengetahuan kepada siswa sebagai unsur pengayaan dan latihan diluar
jam sekolah.

Guru dituntut untuk mencari tahu secara terus menerus bagaimana seharusnya anak didik belajar.
Maka apabila ada kegagalan anak didik, guru merasa terpanggil untuk menemukan penyebab
kegagalan dan mencari jalan keluar bersama dengan anak didik, dan bukan mendiamkannya atau
malahan menyalahkannya. Dengan demikian, penulis menyadari bahwa beban guru tidak sebatas
transfer pengetahuan, namun penguatan terhadap karakter anak didik jauh lebih penting.
Mengapa demikian?

Tantangan yang dihadapi guru pada jaman sekarang cukup berat. Dalam kehidupan sebagian
masyarakat sekarang, muncul budaya untuk mendapatkan sesuatu tanpa mempertimbangkan lagi
pada norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Pendek kata, tujuan untuk mendapatkan
kepuasan, baik berupa nilai atau materi lainnya, tidak lagi memikirkan bagaimana caranya atau
prosesnya. Yang paling pokok dan terpenting adalah nilai akhir. Sedangkan proses untuk
mendapatkannya adalah persoalan dengan nomor urut paling belakang.

Ada rasa kekhawatiran pada diri penulis, di tengah kehidupan yang serba gampang dan instan
seperti sekarang ini cenderung memengaruhi pola pikir dan karakter anak didik yang tumbuh dan
berkembang dengan tidak lagi memliki komitmen kemanusiaan serta etos keilmuan yang kuat.

1. Permasalahan

Adapun permasalahan dalam makalah ini adalah bagaimana mendidik anak didik agar memiliki
semangat kerja keras dan etos belajar yang tinggi.

2. Strategi Pemecahan Masalah

Tanpa disadari bahwa cara pandang kehidupan masyarakat yang serba gampang telah menjadi
bagian budaya kehidupan masyarakat sekarang ini. Realitas ini mengindikasikan bahwa proses
pendidikan baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dapat dikatakan telah gagal
untuk melahirkan dan menciptakan generasi yang memiliki karakter, visi dan komitmen yang
kelak akan mampu mengangkat bangsa dari jurang keterpurukan.

Fenomena yang muncul pada saat ini cukup memprihatinkan, khususnya yang terjadi dengan
prilaku dan karakter anak didik, mulai dari kejadian tawuran pelajar, pergaulan bebas, narkoba,
pornografi, rendahnya kesadaran mencintai lingkungan, saling ejek suku, merendahkan nilai-
nilai keagamaan, malas belajar serta hidup kotor. Fenomena tersebut menggugah kesadaran para
pelaku pendidikan, apakah sekolah telah gagal mendidik siswa dalam hal membentuk
kepribadian dan akhlak mulia?

Sehubungan dengan hal tersebut di atas menghadapkan penulis pada kerinduan untuk mendesain
ulang sistem pembelajaran yang berlandaskan pada keluhuran akhlak, etika dan moralitas.
Sebagai upaya solusi dalam pembentukan karakter siswa, penulis mencoba dengan
menerapkankan nilai-nilai kearifan lokal “Poda Na Lima” yang melandasi dan menyentuh hati
serta kesadaran para siswa di sekolah. Harapannya adalah nilai yang diambil dari filosofi
kearifan lokal tersebut dapat menjadi pendorong dan pemicu perubahan pada kehidupan
masyarakat akademisi yang jujur dan berintegritas.

Poda Na Lima adalah filosofi kearifan lokal dari Tapanuli yang sudah turun-temurun berlaku di
masyarakat Batak, namun belakangan ini sudah mulai luntur di kalangan kaum muda. Secara
gramatikal Poda Na Lima berasal dari kata: Poda yang berarti nasehat, Na berarti yang, dan
Lima berarti lima. Jadi Poda Na Lima dapat diartikan sebagai Nasehat yang Lima. Adapun isi
Poda Na Lima adalah:

1. Paias Rohamu (bersihkan hati/jiwamu)


2. Paias Pamatangmu (bersihkan badan/ragamu)
3. Paias Parabitonmu (bersihkan pakaianmu)
4. Paias Bagasmu (bersihkan rumahmu)
5. Paias Pakaranganmu ( bersihkan halamanmu)

Bagi masyarakat Tapanuli, Poda Na Lima menjadi sumber nasehat yang sangat mengilhami
sendi kehidupan, dan yang penulis terapkan sebagai dasar penumbuhan karakter siswa dalam
proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Matauli Pandan.

BAB II

IMPLEMENTASI BEST PRACTICE

1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Masalah yang berkaitan dengan budaya instan dan rendahnya semangat belajar para siswa adalah
hal yang mendesak untuk dicarikan solusi dengan segera. Masalah ini tidak main-main. Bila
tidak segera diambil jalan keluar, yang dikhawatirkan adalah wibawa guru akan dilecehkan
siswa.

Anak didik sudah keletihan dan kelelahan memamah ilmu dari sejumlah pelajaran. Ditambah
juga dengan rentang panjangnya waktu belajar, sedari pagi hingga ditambah senja. Sambil bawa
beban buku di pundaknya dan jalan tertatih-tatih, apa kita masih yakin bahwa sekolahnya dapat
menyenangkan? Kehadiran guru yang menyejukan adalah sebuah keniscayaan yang
menghantarkan mereka pada kesalehan. Mengajar dengan cinta dari seorang guru akan
membawa kekuatan para anak didik untuk mengenali dirinya, intelektualnya, bahkan mengobati
kegersangan jiwanya. Dani Ronnie M (2009) dalam bukunya The Power of Emotional and
Adversity Quotient for Teacher menuliskan bahwa kasih sayang yang ikhlas dari sang guru
kepada para anak didiknya akan menyebar dan gaungnya akan terasa sampai ke jiwa. Kekuatan
kasih sayang dan cinta guru, sungguh akan mampu meluluhkan segala kebekuan, sanggup
menyembuhkan semua rasa sakit serta ia akan menyejukan rongga-rongga kegersangan rohaniah
anak didik.

Hal di atas, alasan yang dianggap tepat oleh penulis adalah dengan jalan mengetuk pintu hatinya,
dengan cara menanamkan filosofi kearifan lokal sekaligus menggali nilai-nilai yang hampir tidak dikenal
para siswa.

1. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah

Nilai-nilai Poda Na Lima merupakan cerminan perilaku kehidupan, sikap, toleransi hidup dalam
satu komunitas yang ditandai dengan munculnya bias-bias perilaku berdasarkan pemahaman
seseorang terhadap sila demi sila Poda Na Lima, yakni:
1. Paias Rohamu (bersihkan hati/jiwamu)

Artinya setiap manusia diwajibkan untuk membersihkan hati ataupun jiwanya masing-masing,
karena hanya dengan jiwa yang bersih, manusia bisa saling menerima dan saling memberi.

Kebersihan hati merupakan pangkal dari segala perbuatan dalam kehidupan. Nilai-nilai karakter
yang terkandung dalam nasehat ini yaitu sikap religius, jujur, keikhlasan, rela berkorban, rela
membantu, rasa kasih sayang, dan menghindari segala perbuatan buruk.

2. Paias Pamatangmu (bersihkan badan/ragamu)

Poda (nasehat) ini manyarankan untuk selalu membersihkan badan ataupun raga. Maksudnya
adalah agar senantiasa bersih jasmani ataupun fisik secara keseluruhan. Pamatang
(badan/raga/fisik) dapat diartikan meliputi pemeliharaan seluruh badan/raga maupun panca indra.

Jadi setiap warga sekolah wajib menjaga kebersihan badan/raga/fisik masing-masing yang berarti
juga mengandung nilai karakter seperti disiplin, mandiri, tanggung jawab terhadap diri sendiri
dan orang lain.

3. Paias Parabitonmu (bersihkan pakaianmu)

Poda tentang pakaian ini menganjurkan agar selalu bersih pakaian, baik itu pakaian dalam arti
yang sebenarnya maupun pakaian dalam arti yang lebih luas. Pakaian sebenarnya adalah baju
ataupun celana yang dipakai, dalam pengertian lain pakaian bisa juga simbol-simbol yang sering
digunakan di masyarakat seperti marga, jadi harus selalu menjaga nama baik dari marga
keturunan. Yang berarti juga harus menjaga nama baik sekolah, agama, bangsa dan negara.

Nilai karakter yang terdapat dalam poda yang ketiga ini adalah menjaga nama baik, kreatif,
percaya diri dan .menghargai orang lain.

4. Paias Bagasmu (bersihkan rumahmu)

Bagas berarti rumah, rumah harus bersih baik secara fisik maupun keseluruhan isi rumah itu
sendiri. Artinya setiap warga diwajibkan untuk selalu membersihkan ruang belajar, atau ruangan
ibadah.

Poda ini yang mengharapkan agar semua warga yang berada di lingkungan sekolah, bersih secara
fisik dan dapat memelihara kebersihan tersebut, yang juga berarti harus dapat merawat dan
menjaga nama baik sekolah, agama, bangsa dan negara.

Nilai karakter yang terkandung dalam poda keempat ini adalah keikhlasan, keteladanan, kerja
keras, dan kepedulian sosial.

5. Paias Alamanmu (bersihkan pekaranganmu)


Pakarangan bisa diartikan sebagai lingkungan sekitar kita. Poda atau nasehat yang kelima ini
mengunci semua poda sebelumnya. Lingkungan sekitar harus bersih secara fisik, dan juga harus
bersih secara kekerabatan. Di Tapanuli masyarakatnya hidup secara sosial dan dalam adat
budayanya ada yang disebut dengan dalihan natolu, begitu juga di sekolah setiap warga sekolah
dianjurkan untuk selalu menjunjung tinggi budaya dalihan natolu. Sehingga muncul sifat
menghargai dan mengayomi. Hubungan kekerabatan harus tetap dipelihara dengan baik.

Upaya penerapkan nilai-nilai Poda Na Lima yang dapat diterjemahkan sebagai model kegiatan
dan program pembelajaran di sekolah dijelaskan dalam tabel berikut:

Luar
Poda Na Model Kegiatan Program Nyata
Maknawi Filosofi
Lima di Sekolah
an
1. Pembinaan Keagamaan siswa
sesuai dengan
Paias Pembenahan/pening
Kurikulum 2013:Rohis dan
Rohamu Bersih kan katan bidang
Rokris.
hati/jiwamu spiritual dan
keagamaan
2. Pembinaan Sikap Religius
Siswa

Prestssi
akademik
siswa
1. Penekanan Disiplin Cinta
Pembenahan/pening Lingkungan.
Paias katan bidang
Bersih kan
Pamatangmu akademis dan non 2. Pembinaan Peserta Lomba dan
badan/
akademis yang Bakat Prestasi siswa
ragamu
berhubungan dengan
kemampuan diri 3. Pola Pengasuhan Siswa dan
Orangtua

Paias
Parabitonmu Bersih kan Pembenahan/pening 1. Duta Pariwisatadan
pakaianmu katan bidang Lingkungan
penampilan
diri/sosial 2. Pemilihan Miss/Mas sebagai
Duta Matauli

3. Pengadaan Media Sekolah

1. Program Undang Tokoh


Lingkungan

2. Penetapan hari “Hias Beriman”


Paias Bersih kan Pembenahan/pening
Bagasmu rumah mu katan kepedulian dan
3. Pembenahan Teknologi
pengembangan
Informasi sekolah
sekolah
4. Aksi penanaman seribu pohon

1. Program Pengabdian dan Bakti


Paias Pembenahan/pening
Masyarakat
Alaman mu Bersih kan katan kepercayaan
pekaranganmu masyarakat dan
2. Kerja sama dengan lembaga
orang tua
lain.

3. Pertukaran pelajar.

Berikut penjelasan implementasi nilai kearifan lokal Poda Na Lima di SMA Negeri 1 Matauli
Pandan dalam model program kegiatan di sekolah:

1. Paias Rohamu (bersihkan hati/jiwamu)

Memelihara kebersihan dan kesucian jiwa adalah nasehat baik yang diambil dari Poda pertama
agar siswa selalu menjadikan hubungan Tuhan dengan manusia, hubungan antara manusia
dengan manusia, maupun hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Model Program
sekolah yang merupakan contoh dalam nilai pertama ini adalah:

1. Mengadakan kegiatan Rohis maupun Rokris

Rohis merupakan Kegiatan Rohani Islam sedangkan Rokris merupakan kegiatan Rohani Kristen.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jumat pukul 12.30 sampai dengan pukul 14.00. Putera yang
beragama Islam ke masjid sedangkan yang puteri melakukan pengajian di sekolah. Para siswa
yang beragama Kristen melakukan kebaktian mingguan di AULA sekolah.

Para siswa dibimbing oleh guru agama dengan pemberian ceramah tentang bagaimana
pendalaman bidang keagamaan. Kegiatan ini diharapkan dapat membatasi dan antisipasi prilaku
siswa yang menyimpang dari kebenaran.

1. Pembinaan Sikap Religius Siswa

Pembinaan ini dilakukan kepada para siswa untuk lebih mengilhami Kompetensi Religius dan
keagamaan dalam penerapan kurikulum 2013. Kegiatan ini dilaksanakan dalam kegiatan:

1. Jumat Sedekah, dengan mengumpulkan koin Rp. 500 atau sukarela tiap siswa
2. Santunan Anak Yatim Piatu, berupa pengumpulan botol bekas, buku atau pakaian bekas.

2. Paias Pamatangmu (bersihkan badan/ragamu)

Paias Pamatangmu (bersihkan badanmu/ragamu) menasehatkan pada siswa selalu memelihara


kebersihan badan/raga siswa baik secara fisik maupun kebersihan tingkah laku siswa dari
berbagai perbuatan yang tidak baik. Untuk pembentukan raga yang baik tentu manusia
membutuhkan asupan yang baik dan pola hidup yang baik pula. Pamatang (badan/raga) ini bisa
diartikan meliputi pemeliharaan yang meliputi seluruh badan/raga juga panca indra yang
mendorong manusia untuk berbuat baik atau buruk. Hal ini akan berdampak menciptakan konsep
diri seperti yang diinginkan. Program yang menyangkut hal adalah seperti yang dijelaskan di
bawah ini.

1. a) Penekanan disiplin dan karakter cinta lingkungan ketika apel pagi

Apel ini merupakan persiapan sebelum belajar di mulai. Para siswa mendengarkan dari pembina
apel yang terkait dengan pemberian nasihat-nasihat dalam belajar sehari-hari. Mengajak para
siswa agar memiliki kesadaran untuk menjaga keharmonisan warga sekolah dan lingkungan
sekitar sekolah. Sebagai pembina apel biasanya mengundang tokoh masyarakat dan alumni.
Tujuannya adalah melatih disiplin diri dengan pengecekan kesiapan sebelum belajar,
mendengarkan berbagai informasi, misalnya: 1). Membuang sampah bekas jajan ke tempat
sampah. 2) Membersihkan ruangan kelas sebelum dan sesudah proses belajar dan mengajar. 3)
Menerapkan komando 3 S (Salam, Sapa, dan Senyum)

1. b) Pola Pengasuhan (Adik/Kakak dan Orang tua Asuh)

Sejak awal masuk, para siswa dianjurkan memiliki adik/kakak asuh serta mengangkat guru
sebagai orang tua asuh. Hal ini dikondisikan karena sebagian siswa berasal dari daerah-daerah
luar Pandan, Tapanuli Tengah. Maksudnya agar para siswa merasa memiliki saudara serta orang
tua di sekolah yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman dalam belajar. Pola pengasuhan
ini para siswa diajarkan saling tegur sapa, saling menghormati, memahami dan peduli tehadap
sesama kawan. Pola kehidupan siswa yang dibingkai dengan cara-cara pengasuhan ini
diharapkan terjadi kasih sayang sesama.
1. c) Pembinaan peserta lomba dan kompetisi lain.

Pembinaan peserta diberbagai Olimpiade/event sengaja diintensifkan guna mendorong dan


menyiapkan siswa dalam meraih berbagai prestasi. Setiap seleksi dan kompetisi maupun
berbagai olimpiade, pembinaan tetap dilakukan secara khusus.

3. Paias Parabitonmu (bersihkan pakaianmu)

Paias Parabitonmu (bersihkan pakaianmu) menasehatkan siswa untuk selalu memelihara


kebersihan pakaian, baik itu secara fisik berupa pakaian penutup aurat maupun pakaian yang
berarti simbol-simbol yang siswa kenakan yang menyertai kehidupan siswa sehingga tercipta
lingkungan yang indah dan nyaman. Dalam hal ini, pakaian merupakan penampilan diri dan
konsep diri siswa yang modern dan berwibawa. Penampilan diri menjadi bagian penting untuk
menciptakan kerapian, kebersihan dan kenyamanan diri dalam menuntut ilmu. Program-program
yang menyangkut dengan hal ini adalah sebagai berikut.

1. Penyiapan peserta Duta Pariwisata.

Duta pariwisata Tapanuli Tengah berasal dari SMA Negeri 1 Pandan. Sebelumnya telah
dilakukan seleksi sebagai penilaian penampilan para siswa-siswi.

1. Mengadakan kegiatan pemilihan MISS dan MAS Matauli.

MISS dan MAS SMA Negeri 1 Matauli Pandan dipilih setiap tahunnya. Kegiatan ini mendorong
dan meningkatkan kepedulian terhadap penampilan serta pemberian penghargaan terhadap
orang-orang yang mempu menjadi teladan dalam penampilan.

1. c) Pengadaan Media Penerbitan sekolah seperti poster, majalah dan buku

Matriks adalah nama majalah sekolah yang diterbitkan dalam kurun waktu 3 bulan sekali. Selain
itu, pembuatan poster dan penerbitan buku tahunan selalu diadakan guna memberikan informasi
kepada siswa dan masyarakat. Penerbitan ini juga merupakan sebuah program yang memberikan
kontribusi terhadap ‘pembangunan rumah’ di mata eksternal.

4. Paias Bagasmu (bersihkan rumahmu)

Paias Bagasmu (bersihkan rumahmu) menasehatkan kepada para siswa senantiasa memelihara
kebersihan rumah secara fisik maupun sekolah (rumah) yang diartikan sebagai keluarga siswa.
Sekolah merupakan tempat menimba ilmu yang harus dijaga. Sekolahku adalah rumahku.
Slogan ini sangat cocok diterapkan dalam nilai Poda Na Lima yang keempat ini. Filosofi sekolah
sebagai rumah merupakan nilai yang bisa diterapkan agar menciptakan suasana yang nyaman
bagi siswa di sekolah ketika menuntut ilmu. Berikut program yang telah dilakukan:

1. Program Mengundang Tokoh Lingkungan


Program ini mempunyai makna sebagai sarana yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh ilmu
pengetahuan dan cara pandang dari para tokoh yang diundang yang berbicara tentang makna
pelestarian lingkungan dan keseimbangnnya. Diantara tokoh yang pernah diundang adalah
Koordinator YEL, Ka Bapedalda, Manusia Rimba, Ketua Kampung Adat.

1. Penetapan Hari “Hias Beriman”

Hari Sabtu merupakan hari “Hias Berriman” kepada civitas akademika SMA Negeri 1 Matauli
Pandan. Hari ini sebagai hari pemaksimalan dan perwujudan lingkungan “Hias Beriman” dengan
melakukan kegiatan rutin seperti kurve kebersihan lingkungan, hemat energi dan air, dan kerja
bakti.

1. Pembenahan teknologi informasi di sekolah

Pembenahan Teknologi informasi dilakukan dalam memberikan totalitas pelayanan kepada


civitas akademika dalam melakukan aktivitas. Sarana ini juga merupakan bagian dari ‘rumah’
yang harus dikembangkan guna meningkatkan kineja yang lebih maksimal.

1. Penanaman Seribu Pohon

Program ini merupakan kegiatan rutin semesteran yang melibatkan siswa secara langsung dalam
cinta dan lestarikan pohon untuk hijau lingkungan. Dengan kegiatan ini, diharapkan siswa
merasa memiliki lingkungan sehingga suasana “Hias Beriman” bisa tercipta dan tetap terjaga.

5. Paias Pakaranganmu ( bersihkan halamanmu)

Paias Pakaranganmu (bersihkan halamanmu) artinya siswa harus senantiasa menjaga kebersihan
lingkungan dimana tempat siswa tinggal. Dalam arti sempit pekarangan bisa diartikan
pekarangan rumah tapi bisa juga lingkungan dimana siswa tinggal. Jika dikaitkan dengan
sekolah, maka lingkungan pekarangan yang dimaksudkan dapat berupa lingkungan kerja sama
sekolah dengan berbagai stakehorlder pendidikan. Berikut ini program-program yang sesuai
dengan hal tersebut.

1. Program pengabdian kepada masyarakat

Peduli Sinabung adalah salah satu program yang telah dilaksanakan ketika letusan gunung
sinabung melanda sebagian besar Kabupaten Karo. SMA Negeri 1 Matauli Pandan ikut
berpartisipasi sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

1. Kerja sama dengan lembaga lain

Guna mengembangkan relasi dan keberlanjutan studi para lulusan, telah dilakukan kerja sama
dalam bidang pendidikan dan pertukaran informasi dengan beberapa universitas dan sekolah
kedinasan seperti: USU, Unimed, UI, ITB, STAN, STIN dan lain-lain.

1. Pertukaran pelajar
SMA Negeri 1 Matauli Pandan selalu mengadakan pertukaran pelajar dengan beberapa negara.
Ini merupakan sebuah kepercayaan dunia terhadap pengelolaan yang telah dilakukan selama ini.

1. Hasil Yang Dicapai


2. Adanya kesadaran yang terlahir dan tercipta dari dalam diri para siswa akan pentingnya
makna dan kebutuhan belajar.
3. Menanamkan nilai-nilai luhur tentang semangat hidup, kejujuran dan integritas tinggi di
kalangan siswa.
4. Menghargai jerih payah bagaimana mendapatkan sesuatu, bukan mengharap hasil dengan
mudah.
5. Prestasi akademik siswa yang tinggi.

1. Kendala-kendala Yang Dihadapi

SMA Negeri 1 Matauli Pandan merupakan miniatur kehidupan keberagaman di sekolah


khususnya di wilayah Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan terdapat 60% dari jumlah siswa
beragama Islam, 30% agama Kristen Protestan, 8% Kristen Katolik dan sisanya agama Budha.
Kemudian terdapat kurang lebih 13 beragam suku dan ras, mulai dari Batak Mandailing, Batak
Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Padang, Nias, Batak Pesisir, Aceh, Jawa, Madura, Sunda,
Melayu, dan Bali.

Perlu waktu untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada anak didik agar tidak mendapatkan
perlawanan sikap remajanya yang egois dan ingin menang sendiri. Dan dibutuhkan kesabaran
penulis untuk menyampaikan nilai-nilai ini.

1. Faktor-faktor Pendukung

Sarana pendukung belajar di SMA Negeri 1 Matauli Pandan cukup lengkap. Begitu pula dengan
prasarana gedung sekolah yang berlantai dua dan berasrama dengan empat lantai. Sarana
pendukung akademik misalnya laboratorium IPA, Bahasa, Matematika, Agama dan Sport.
Terdapat juga kolam renang ukuran olympik, poliklinik, perpustakaan dua lantai, gymnasium,
tribun dan lapangan olahraga serta asrama siswa.

1. Alternatif Pengembangan

Berbagai program di sekolah bisa dijadikan program untuk membangun karakter peserta didik
peduli lingkungan. Karena itu langkah-langkah yang dapat dilakukan semua warga sekolah dan
menjadi pembiasaan adalah:
1. i) Konsep karakter peduli lingkungan pada kegiatan pembelajaran, dengan cara:

(a) Menanamkan nilai kebaikan/manfaat bagi kehidupan apabila lingkungan hidup tetap terjaga
kelestariannya. Sebagai contoh fungsi pohon adalah untuk menahan laju air. Hutan mampu
membuat lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah 60-80 persen. Dengan kemampuan ini,
keberadaan pohon dapat meningkatkan cadangan air tanah. Selain dapat menahan laju air, akar
pohon berfungsi erosi tanah. Tanah yang terkikis akan masuk ke aliran sungai dan menyebabkan
terjadinya endapan. Dengan memasukan konsep fungsi pohon diharapkan peserta didik memiliki
kesadaran bahwa pohon memiliki nilai penting bagi lingkungan;

(b) Menggunakan cara yang membuat peserta didik memiliki alasan atau keinginan untuk
berbuat baik bagi lingkungan hidup;

(c) Mengembangkan sikap mencintai lingkungan hidup; dan

(d) Melaksanakan kegiatan-kegiatan melestarikan lingkungan hidup.

1. ii) Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam mengelola
lingkungan hidup dalam segala tingkah laku siswa. Beberapa slogan untuk membangun
kepedulian lingkungan misalnya kebiasaan memilah sampah, menjaga kebersihan,
mendaur ulang sampah, dan menghemat kertas air, dan listrik.

iii) Pemantauan kontinu. Beberapa hal yang selalu dipantau antara lain: kedisiplinan membuang
sampah sesuai dengan tempatnya, kebiasaan merawat tanaman yang ada di taman sekolah, dan
kebiasaan menghemat kertas dan listrik, dan kebiasaan lainnya.

Sebuah kata bijak menyatakan bahwa menabur kebiasaan akan menuai karakter. Indahnya
kehidupan yang diwarnai dengan bentuk pribadi yang peduli lingkungan tak lepas dari kebiasaan
yang dibangun. Beberapa landasan yang harus dimiliki sekolah yakni landasan visi, misi, dan
tujuan sekolah dalam pengelolaan lingkungan. Landasan kedua adalah komitmen, motivasi, dan
kebersamaan dan landasan ketiga adalah kontrol, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan. Dan
yang membingkai landasan-landasan tersebut adalah nilai kearifan lokal Poda Na Lima atau
Lima Nasehat yang memberikan benang merah kegiatan sekolah yang dilaksanakan untuk
mewujudkan lingkungan sekolah yang Hias Beriman.

BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Simpulan

Melalui semangat falsafah Poda Na Lima mampu mengilhami dan menumbuhkan kesadaran
para siswa SMA Negeri 1 Matauli Pandan untuk memahami dirinya dengan baik. Siswa
menyadari arti penting kejujuran, integritas, semangat belajar dan etos kerja yang tinggi serta
peduli terhadap sesama dengan jiwa yang dipancarkan Poda Na Lima. Juga karakter siswa yang
mencintai lingkungan sangat diperlukan pada masa kini agar terwujud lingkungan sekolah yang
“Hias Berriman – Hijau, Asri, Bersih, Indah, dan Nyaman.”

Aplikasi pendidikan karakter yang dapat diterapkan di SMA Negeri 1 Matauli Pandan yang
dilandasi dengan nilai luhur Poda Na Lima dengan cara membangun karakter dengan
keteladanan dan pembiasaan yang dilakukan oleh semua komponen, dimulai dari pimpinan,
guru, pegawai, siswa dan keterlibatan orang tua.

Falsafah Poda Na Lima menjadi model penumbuhan karakter peserta didik sekaligus pilar yang
dapat menggerakan kesadaran anak didik tentang pentingnya makna belajar dan kerja keras,
khususnya siswa SMA Negeri 1 Matauli Pandan.

1. Rekomendasi

Penulis merekomendasikan beberapa hal:

1. Poda Na Lima menjadi salah satu panduan/nilai yang patut digugu dalam membentuk
karakter siswa, harapannya tidak hanya Poda Na Lima sebagai sumber referensi tetapi
juga kearifan lokal lain yang dapat mengilhami penumbuhan karakter anak didik.
2. Filosofis Poda Na Lima tidak hanya diterapkan dalam pembentukan karakter siswa pada
proses pembelajaran, namun dapat dikembangkan pada bidang lain.
3. Nasehat Poda Na Lima dapat menjadi sumur yang tak kunjung kering di musim kemarau
panjang, namun dapat berfungsi juga sebagai peredam gejolak anak didik yang
menyimpang atau hal lain.

Anda mungkin juga menyukai