Anda di halaman 1dari 4

1. Apa makna kata ‘menuntun’ dalam proses pendidikan anak bagi saya?

Menuntun dalam pendidikan menurut saya adalah sebagai seorang guru, pendidik harus
menjadi pendamping yang menemani peserta didik sampai mencapai tujuannya dalam
menempuh pendidikan. Pendidik harus menjadi fasilitator yang berkolaborasi dengan
peserta didik dalam pendidikan agar peserta didik dapat mencapai kemampuan berpikir
kritis, analisis, kreatif dan kolaboratif.
2. Bagaimana kata “menuntun” saya maknai dalam konteks sosial budaya (nilai-nilai luhur
budaya) di daerah saya? Apa dapat saya lakukan untuk mewujudkan pendidikan anak
yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah saya?
Dalam konteks sosial budaya (nilai-nilai luhur budaya) di daerah saya, ada satu kata
yang menjadi pedoman hidup masyarakat di daerah saya yaitu “Sallombengang” dengan
makna, persatuan, kekompakan, kerjasama, gotong royong, dan saling menghargai.
Makna hidup daerah saya ini menjadi tuntunan untuk masyarakat di manapun berada.
Hal

ini juga menjadi pegangan bagi guru dalam menuntun peserta didik agar mampu
menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam lingkungan baru.
Makna menuntun merujuk pada semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung
Tuladha dimana guru memberikan teladan yang baik kepada peserta didik, Ing Madya
Mangun Karso yaitu guru berperan sebagai pelopor atau pemrakarsa yaitu guru sebagai
pelopor memutuskan banyak ide kepada peserta didiknya. Dan Tut Wuri Handayani
dimana guru berupaya penuh memberi dorongan kepada peserta didik.
3. Mengapa pendidikan anak perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
Berikut adalah beberapa alasan mengapa anak harus mempertimbangkan kordat zaman
dan Kordat alam:
• Memahami Sejarah dan Konteks: Kordat zaman mengacu pada pemahaman tentang
peristiwa dan perkembangan yang telah terjadi dalam sejarah manusia. Anak-anak
yang memahami sejarah dapat mengaitkan peristiwa masa lalu dengan situasi dan
perkembangan saat ini. Ini membantu mereka memahami konteks sosial, budaya,
dan politik di mana mereka hidup.
• Memahami Dampak Perilaku Manusia: Kordat zaman juga melibatkan pemahaman
tentang cara perilaku manusia telah berubah seiring waktu. Anak-anak dapat belajar

bagaimana tindakan dan keputusan yang dibuat oleh generasi sebelumnya dapat
berdampak pada dunia saat ini dan masa depan. Ini dapat memberi mereka wawasan
tentang pentingnya bertindak dengan bijak dan mempertimbangkan dampak jangka
panjang dari tindakan mereka.
• Menjaga Lingkungan: Kordat alam mengacu pada pemahaman tentang lingkungan
alam, termasuk ekosistem, spesies, dan keberlanjutan. Anak-anak perlu belajar
tentang pentingnya menjaga alam dan ekosistem untuk masa depan mereka dan
generasi mendatang. Pemahaman ini dapat mendorong kesadaran lingkungan dan
tindakan berkelanjutan.
• Menghargai Keanekaragaman: Kordat alam juga membantu anak-anak memahami
keanekaragaman alam dan beragam spesies yang ada di planet ini. Ini dapat
mengembangkan rasa hormat dan kepedulian terhadap kehidupan di Bumi. Anak-
anak dapat belajar tentang pentingnya melestarikan spesies dan ekosistem yang
beragam untuk menjaga keseimbangan alam.

• Keterampilan Observasi dan Kritis: Memahami kordat alam dan kordat zaman
melibatkan pengamatan dan analisis. Ini membantu anak-anak mengembangkan
keterampilan observasi dan pemikiran kritis, yang dapat mereka terapkan dalam
berbagai konteks dalam kehidupan sehari-hari.
• Mengembangkan Rasa Kepedulian Sosial: Melalui pemahaman tentang kordat
zaman, anak-anak dapat belajar tentang tantangan sosial yang mungkin dihadapi oleh
masyarakat dan cara-cara untuk memecahkan masalah tersebut. Hal ini dapat
mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan berkontribusi pada
perubahan positif.
4. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang memerdekakan murid” dengan peran
saya sebagai pendidik?
Berikut beberapa aspek penting dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berkaitan
dengan peran guru:
• Guru sebagai Pencerah: Ki Hajar Dewantara dikenal karena pandangannya
tentang peran guru sebagai pencerah. Ia menganggap guru sebagai sumber
pengetahuan, pembimbing, dan figur yang dapat membantu siswa mencapai
potensi maksimal mereka. Guru dianggap memiliki peran penting dalam
membentuk karakter dan kepribadian siswa.
• Guru sebagai Penggerak Pendidikan: Ki Hajar Dewantara adalah pendiri Taman
Siswa, sebuah gerakan pendidikan yang bertujuan untuk menyediakan
pendidikan dasar kepada masyarakat yang lebih luas. Ia percaya bahwa guru
adalah agen perubahan sosial yang dapat meningkatkan taraf pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat.
• Pendidikan Informal dan Budaya Lokal: Ki Hajar Dewantara menganjurkan
pendekatan pendidikan yang mengakomodasi budaya lokal dan pengalaman
siswa. Ia mempromosikan konsep "pendidikan informal" di mana pendidikan
dapat terjadi di luar kelas, dalam konteks kehidupan sehari-hari. Ini
mencerminkan pandangannya bahwa guru harus dapat merespons kebutuhan dan
realitas siswa.
• Hak Pendidikan untuk Semua: Ki Hajar Dewantara mendukung gagasan
pendidikan yang terbuka untuk semua tanpa pandang usia, jenis kelamin, status

sosial, atau latar belakang ekonomi. Ia bertujuan untuk menjadikan pendidikan


sebagai hak bagi semua warga negara, dan guru memiliki peran kunci dalam
mewujudkannya.
• Pendidikan Holistik: Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai sebuah
upaya untuk mengembangkan individu secara holistik, mencakup aspek
intelektual, moral, dan keterampilan. Ia memahami bahwa guru harus
memainkan peran dalam membimbing siswa menuju perkembangan yang
seimbang dalam semua aspek ini.
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Pada tahap ini, untuk memahami secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara

5. Refleksi dan Argumen Kritis (1) – Apa makna kata ‘menuntun’ dalam proses pendidikan
anak bagi saya?

Kata ‘menuntun’ dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya membimbing. Sehingga kata
‘menuntun’ dalam proses pendidikan anak bagi saya adalah membimbing atau membantu anak dalam
mencapai tujuan hidupnya dan mengarahkan bagaimana dapat menjadi manusia yang bisa bermanfaat
bagi diri sendiri dan lingkungannya. Seorang pendidik dapat ‘menuntun’ anak agar dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar sesuai capaian pembelajaran.

6. Refleksi dan Argumen Kritis (2) – Bagaimana kata “menuntun” saya maknai dalam konteks
sosial budaya (nilai-nilai luhur budaya) di daerah saya? Apa dapat saya lakukan untuk
mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah saya?

Dalam konteks sosial budaya (nilai-nilai luhur budaya), kata “menuntun” dapat diartikan sebagai
proses membimbing atau memandu seseorang agar ia dapat mengembangkan kemampuan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi bagian dari masyarakat. Untuk mewujudkan pendidikan
anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah sebagai pendidik dapat berusaha
mempengaruhi karakter pada masing-masing dari peserta didik dengan menunjukkan keteladanan, dan
memberi contoh yang baik kepada peserta didik.

7. Refleksi dan Argumen Kritis (3) – Mengapa pendidikan anak perlu mempertimbangkan
kodrat alam dan kodrat zaman?

Kodrat alam dan kodrat zaman sangat penting dalam pendidikan karena kedua hal ini dapat
mempengaruhi kemampuan dan keterampilan anak. Kodrat alam diartikan sebagai lingkungan alam
tempat peserta didik berada, baik kultur budaya maupun kondisi alam geografisnya. Ini berhubungan
juga dengan karakter dasar anak. Artinya setiap anak sudah mempunyai kemampuan dan
karakteristiknya masing-masing. Oleh dasar itu pendidikan dan pembelajaran harus disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing anak karena kebutuhan setiap anak berbeda-beda. Kemudian
pendidikan juga harus disesuaikan dengan zamannya. Kodrat zaman diartikan perubahan dari waktu ke
waktu. Guru membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup,
berkarya, dan menyesuaikan diri.

8. Refleksi dan Argumen Kritis (4) – Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang
memerdekakan murid” dengan peran saya sebagai pendidik?

Relevansi pemikiran KHD terhadap peran saya sebagai pendidik adalah sebagai pamong yang dapat
mendidik sesuai minat dan potensi yang dimiliki anak. Anak-anak bebas mengekspresikan dirinya
sesuai dengan minatnya. Namun demikian seorang pendidik harus tetap memberikan tuntunan dan
arahan agar murid tidak kehilangan arah. Peran saya sebagai seorang pendidik adalah menuntunnya
dengan memberikan pengajaran dan mengarahkan peserta didik untuk dapat menuju keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidik menjadi fasilitator untuk mengarahkan dan menuntun peserta didik. Dengan
demikian, dalam proses belajar murid merasa senang dan tidak merasa tertekan sehingga anak-anak
dapat menemukan arti merdeka belajar yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai