Anda di halaman 1dari 13

Penyelarasan Konsep Paket Modul 1.

Paradigma dan Visi Guru Penggerak

1. Penyelarasan Konsep Modul 1.1 dan Modul 1.2 – Instruktur

Refleksi Filosofi Pendidikan nasional (Ki Hadjar Dewantara). "Menghamba kepada


murid" merupakan suatu konsep yang merujuk pada sikap atau perilaku seorang
guru atau pengajar yang memberikan pengabdian, pelayanan, atau perhatian yang
tinggi terhadap kebutuhan, perkembangan, dan kesejahteraan para muridnya. Istilah
ini seringkali digunakan dalam konteks pendidikan atau pembelajaran di mana
seorang guru atau pendidik mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan murid di
atas segala-galanya.

Berikut beberapa poin yang bisa menjelaskan pengertian "menghamba kepada


murid":

1. Pentingnya Kesejahteraan Murid: Menghamba kepada murid berarti guru


atau pengajar mengutamakan kesejahteraan fisik, emosional, dan akademik
para muridnya. Mereka berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang
aman, mendukung, dan memotivasi setiap murid untuk mencapai potensi
terbaik mereka.
2. Mengakui Kebutuhan Individual: Guru yang menghamba kepada murid
memahami bahwa setiap murid memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang
berbeda. Mereka berusaha untuk memahami dan merespons kebutuhan
individu setiap murid, memberikan dukungan tambahan atau penyesuaian
yang diperlukan untuk membantu mereka berhasil.
3. Keterbukaan dan Komunikasi: Guru yang menghamba kepada murid
bersikap terbuka dan mudah diakses bagi para muridnya. Mereka
mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami, dan merespons
pertanyaan, kekhawatiran, atau masalah yang mungkin dihadapi oleh murid-
murid mereka. Komunikasi yang efektif memungkinkan guru untuk
memberikan bimbingan dan dukungan yang tepat kepada setiap murid.
4. Pendekatan Pedagogis yang Berpusat pada Murid: Guru yang menghamba
kepada murid mengadopsi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
murid. Mereka memfasilitasi pembelajaran yang aktif dan berpusat pada
kebutuhan dan minat murid, memungkinkan mereka untuk terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangkan keterampilan serta
pengetahuan yang relevan dan bermakna bagi mereka.
5. Pemahaman Akan Perkembangan dan Kepentingan Murid: Guru yang
menghamba kepada murid berinvestasi dalam memahami perkembangan
fisik, sosial, emosional, dan kognitif murid. Mereka menyadari perbedaan
dalam tahap perkembangan dan kepentingan individual, serta menggunakan
pengetahuan ini untuk merancang pengalaman belajar yang sesuai dan
bermanfaat bagi murid.

Dengan menghamba kepada murid, seorang guru atau pendidik menempatkan


kepentingan dan kebutuhan murid sebagai prioritas utama dalam praktik
pembelajaran mereka, dengan tujuan memastikan bahwa setiap murid memiliki
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

"Salam" dan "bahagia" adalah dua konsep yang memiliki makna yang
mendalam dan penting dalam berbagai konteks budaya, agama, dan
kehidupan sehari-hari.

1. Salam: Secara harfiah, "salam" merujuk pada ucapan atau tindakan


yang menyampaikan perdamaian, keselamatan, dan kebaikan kepada
orang lain. Dalam banyak budaya dan agama, salam bukan hanya
sekedar ucapan, tetapi juga merupakan simbol kesopanan, rasa
hormat, dan persaudaraan. Ucapan salam juga sering dihubungkan
dengan pengharapan atas keberkahan dan kebaikan bagi orang yang
menerima salam tersebut. Dalam Islam, misalnya, "Assalamu'alaikum"
adalah salam yang umum digunakan yang berarti "Kesejahteraan atas
kamu".
2. Bahagia: Bahagia merupakan keadaan emosional atau perasaan yang
menyenangkan dan memuaskan. Seseorang merasa bahagia ketika ia
merasa gembira, puas, dan bersemangat dalam hidupnya. Bahagia
bisa timbul dari berbagai faktor, seperti hubungan sosial yang baik,
pencapaian pribadi, kesadaran diri yang tinggi, dan kepuasan hidup
secara umum. Perasaan bahagia tidak hanya memberikan kepuasan
secara emosional, tetapi juga dapat memiliki dampak positif pada
kesehatan fisik dan psikologis seseorang.

Jadi, secara singkat, "salam" menunjukkan keinginan akan perdamaian dan


kebaikan bagi orang lain, sementara "bahagia" adalah keadaan emosional
yang menyenangkan dan memuaskan. Keduanya adalah aspek penting
dalam membangun hubungan yang harmonis dan memperkaya kualitas
hidup.

bagaimana perwujudan menuntun yang tampak dalam kontek sosial budaya di daerah
kita?
Di banyak masyarakat di seluruh dunia, konsep "menuntun" sering kali tercermin
dalam berbagai praktik sosial budaya. Di daerah Anda, ini mungkin tercermin dalam
cara-cara berikut:

1. Pemimpin Masyarakat: Di banyak budaya, terdapat figur pemimpin yang


dihormati dan dianggap sebagai penuntun atau panduan masyarakat. Mereka
bisa menjadi tokoh agama, pemimpin adat, atau pemimpin komunitas yang
memberikan arahan, nasihat, dan dukungan kepada anggota masyarakat
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal-hal seperti keputusan
sosial, kegiatan keagamaan, atau penyelesaian konflik.
2. Tradisi dan Adat Istiadat: Banyak tradisi dan adat istiadat lokal memiliki
peran sebagai penuntun dalam memandu perilaku dan tindakan masyarakat.
Misalnya, upacara adat yang melibatkan prosesi, ritual, dan norma-norma
budaya sering kali menetapkan standar dan tata krama yang diikuti oleh
anggota masyarakat.
3. Keluarga dan Kehormatan: Di banyak masyarakat, keluarga memiliki peran
penting dalam menuntun anggota-anggotanya. Orang tua, kakek nenek, atau
anggota keluarga yang lebih tua sering dihormati sebagai penuntun yang
memberikan nasihat dan pedoman kepada generasi yang lebih muda.
Pemeliharaan kehormatan keluarga dan kepatuhan terhadap nilai-nilai
tradisional sering kali dijunjung tinggi.
4. Pendidikan dan Mentorship: Dalam konteks pendidikan, guru atau mentor
sering dianggap sebagai penuntun yang membimbing siswa atau murid
dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai. Mereka
tidak hanya memberikan pelajaran akademis, tetapi juga memberikan arahan
dan inspirasi untuk pertumbuhan pribadi dan profesional.
5. Kepemimpinan dalam Komunitas: Dalam organisasi atau komunitas lokal,
pemimpin atau tokoh-tokoh masyarakat sering kali bertindak sebagai
penuntun yang memimpin dalam mengatasi masalah-masalah sosial,
ekonomi, atau politik yang dihadapi oleh masyarakat mereka.

Perwujudan "menuntun" dalam konteks sosial budaya di daerah Anda bisa bervariasi
tergantung pada nilai-nilai, tradisi, dan struktur masyarakat lokal. Hal ini dapat
melibatkan berbagai tokoh, praktik, dan institusi yang berperan dalam memberikan
arahan, nasihat, dan dukungan kepada anggota masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupan.

Mengapa pendidikan di indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat


zaman?

Pendidikan di Indonesia, seperti di negara mana pun, perlu mempertimbangkan


kodrat alam dan kodrat zaman karena kedua konsep ini membawa implikasi yang
signifikan terhadap pembangunan manusia yang holistik dan berkelanjutan. Berikut
adalah alasan mengapa pendidikan perlu memperhatikan kedua konsep tersebut:

1. Kodrat Alam: Konsep kodrat alam mengacu pada hukum-hukum alam yang
melandasi kehidupan dan interaksi manusia dengan alam sekitarnya. Dalam
konteks pendidikan, memahami dan menghormati kodrat alam membantu
mengajarkan nilai-nilai keberlanjutan, keseimbangan, dan keberagaman.
Pendidikan yang mempertimbangkan kodrat alam mengajarkan siswa untuk
menjadi warga yang bertanggung jawab terhadap lingkungan,
mempromosikan praktik-praktik yang ramah lingkungan, dan
mengembangkan kesadaran akan pentingnya melestarikan sumber daya alam
untuk generasi mendatang.
2. Kodrat Zaman: Kodrat zaman merujuk pada tuntutan atau realitas zaman saat
ini, termasuk perubahan sosial, ekonomi, teknologi, dan budaya yang terus
berubah. Pendidikan yang mempertimbangkan kodrat zaman harus mampu
mengikuti perkembangan zaman, mempersiapkan generasi muda dengan
keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan dunia
modern. Ini termasuk memasukkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dalam pembelajaran, mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti
pemecahan masalah, kreativitas, kritis, dan komunikasi, serta mengajarkan
toleransi, pluralisme, dan pemahaman antarbudaya.
3. Keseimbangan dan Integrasi: Dengan mempertimbangkan baik kodrat alam
maupun kodrat zaman, pendidikan dapat menciptakan keseimbangan yang
seimbang antara tradisi dan inovasi, antara pelestarian nilai-nilai budaya lokal
dan adaptasi terhadap perubahan global. Ini membantu memastikan bahwa
pendidikan tidak hanya menghasilkan individu yang kompeten secara teknis,
tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai
kemanusiaan, keberagaman, dan keadilan.
4. Kebijakan dan Pembangunan Berkelanjutan: Memperhitungkan kodrat
alam dan kodrat zaman dalam pendidikan juga mendukung pembangunan
berkelanjutan dan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan. Dengan
menyadari dampak dari tindakan manusia terhadap alam, pendidikan dapat
membentuk generasi yang peduli lingkungan dan siap berkontribusi pada
solusi terhadap tantangan-tantangan lingkungan global.

Dengan memperhatikan kedua konsep ini, pendidikan dapat memainkan peran


penting dalam membentuk individu yang memiliki kesadaran lingkungan,
keterampilan abad ke-21, dan pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan yang
universal, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam
masyarakat dan dunia secara keseluruhan.
apa relevansi pemikiran ki hadjar dewantara tentang pendidikan yang berhamba
(berpihak) pada anak dengan peran sebagai pendidik?

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, atau nama aslinya Raden Mas Soewardi


Soerjaningrat, tentang pendidikan yang berhamba pada anak memiliki
relevansi yang besar dengan peran sebagai pendidik karena menekankan
pentingnya menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan, kepentingan,
dan potensi anak. Beberapa relevansi tersebut antara lain:

1. Pentingnya Memahami Kepentingan dan Potensi Anak: Ki Hadjar


Dewantara menekankan bahwa pendidikan harus berpihak pada
anak, artinya pendidikan harus berpusat pada anak dan memahami
kepentingan serta potensi mereka. Sebagai pendidik, memahami dan
menghormati keunikan setiap anak adalah kunci untuk membantu
mereka berkembang secara optimal.
2. Mengutamakan Pengembangan Pribadi dan Potensi Anak:
Pendidikan yang berhamba pada anak menekankan pentingnya
pengembangan pribadi dan potensi anak sebagai fokus utama.
Pendekatan ini memungkinkan pendidik untuk merancang
pengalaman belajar yang relevan, bermakna, dan menarik bagi setiap
anak sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.
3. Pemberdayaan Anak dalam Proses Pembelajaran: Ki Hadjar
Dewantara menekankan pentingnya pemberdayaan anak dalam
proses pembelajaran. Pendidik bertindak sebagai fasilitator atau
pengarah yang membantu anak untuk aktif terlibat dalam
pembelajaran, mendorong kemandirian, inisiatif, dan kreativitas anak
dalam mengeksplorasi dan mengembangkan potensi mereka.
4. Menyesuaikan Metode dan Pendekatan Pembelajaran: Pendidikan
yang berhamba pada anak menuntut pendidik untuk fleksibel dalam
menyesuaikan metode dan pendekatan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik, kebutuhan, dan preferensi individual anak. Ini
membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang berbagai gaya
belajar, kecerdasan, dan minat anak.
5. Menghormati Hak Anak dan Kepentingan Mereka: Pendidikan
yang berhamba pada anak juga menekankan pentingnya
menghormati hak anak sebagai individu yang memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan yang bermutu, relevan, dan inklusif.
Pendidik harus berperan sebagai advokat untuk kepentingan anak,
memastikan bahwa mereka mendapatkan kesempatan yang sama
untuk belajar dan berkembang.

Dengan demikian, pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang


berhamba pada anak memberikan pandangan yang mendalam tentang
bagaimana pendidikan seharusnya dijalankan, dengan pendidik berperan
sebagai pembimbing yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
optimal anak sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan hak mereka sebagai
individu.

apa maksud dari tergerak, bergerak, menggerakkan di guru penggerak?

Konsep "guru penggerak" mencerminkan peran seorang guru dalam mendorong


atau menginspirasi perubahan dan kemajuan dalam pembelajaran dan
perkembangan siswa. Istilah-istilah seperti "tergerak", "bergerak", dan
"menggerakkan" dapat memiliki makna yang berbeda-beda tergantung pada
konteksnya, tetapi dalam konteks "guru penggerak", mereka mengacu pada tindakan
atau proses yang dilakukan oleh guru untuk menghasilkan perubahan positif dalam
lingkungan belajar dan perkembangan siswa. Berikut adalah penjelasan untuk setiap
istilah:

1. Tergerak: Ini mengacu pada keadaan di mana guru merasa terinspirasi atau
terdorong untuk melakukan tindakan atau perubahan tertentu. Mungkin ada
faktor-faktor eksternal atau internal yang membuat guru merasa perlu untuk
bertindak atau bereaksi dalam suatu situasi. Misalnya, seorang guru dapat
merasa tergerak oleh kebutuhan siswa yang khusus atau oleh suatu isu yang
muncul dalam lingkungan sekolah.
2. Bergerak: Ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya merasa terinspirasi atau
terdorong, tetapi juga melakukan tindakan konkret untuk menciptakan
perubahan atau kemajuan dalam pembelajaran dan perkembangan siswa.
Guru yang bergerak akan aktif mencari solusi, mengimplementasikan strategi,
atau melakukan intervensi yang diperlukan untuk memperbaiki situasi atau
membantu siswa mencapai tujuan mereka.
3. Menggerakkan: Ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya bertindak untuk
dirinya sendiri, tetapi juga mempengaruhi atau memotivasi orang lain untuk
bertindak. Guru yang menggerakkan mungkin menjadi agen perubahan yang
memotivasi rekan-rekan sejawatnya, siswa, atau pihak lain dalam lingkungan
pendidikan untuk berpartisipasi dalam upaya perubahan atau untuk
mengambil langkah-langkah menuju tujuan bersama.

Jadi, dalam konteks "guru penggerak", istilah-istilah ini menyiratkan bahwa seorang
guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai agen perubahan
yang aktif dalam menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, responsif, dan
bermakna, serta dalam membantu siswa mencapai potensi mereka secara penuh.

2. Konsep Alur MERDEKA Modul 1.1 dan Modul 1.2 - Fasilitator


Foto Dukumentasi
3. Unggah Lembar Aktivitas Alur MERDEKA Modul 1.1. dan 1.2.
4. Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara adalah salah satu tokoh pendidikan Indonesia yang memiliki
filosofi pendidikan yang sangat berpengaruh. Beberapa poin penting dalam refleksi
atas filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah:

1. Pendidikan sebagai Hak Setiap Anak: Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa


setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak tanpa
memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya mereka. Pendidikan harus
menjadi hak universal yang diakses oleh semua orang.
2. Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi: Filosofi pendidikan Ki Hadjar
Dewantara menekankan pentingnya pendidikan dalam mengembangkan potensi
setiap individu. Pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi
juga tentang pengembangan karakter, keterampilan, dan bakat yang dimiliki oleh
setiap anak.
3. Pendidikan sebagai Pemberdayaan: Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa
pendidikan memiliki peran penting dalam pemberdayaan individu dan masyarakat.
Melalui pendidikan yang berkualitas, individu dapat menjadi agen perubahan yang
mampu meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri dan masyarakat di sekitarnya.
4. Pendidikan sebagai Sarana Membentuk Kebangsaan: Ki Hadjar Dewantara juga
meyakini bahwa pendidikan memainkan peran kunci dalam pembentukan identitas
nasional dan kebangsaan. Melalui pendidikan, anak-anak diajarkan untuk
mencintai dan memahami budaya, sejarah, dan nilai-nilai bangsa mereka.
5. Pendidikan sebagai Proses Seumur Hidup: Ki Hadjar Dewantara mengajarkan
bahwa pendidikan tidak berhenti ketika seseorang meninggalkan bangku sekolah.
Sebaliknya, pendidikan harus menjadi proses yang berkelanjutan sepanjang hidup,
di mana individu terus belajar, berkembang, dan berkontribusi kepada masyarakat.

Dalam refleksi atas filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, penting bagi kita untuk
memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diusungnya serta menerapkannya dalam
konteks pendidikan kita hari ini demi mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang lebih
luas.

6. Refleksi Nilai dan Peran Guru Penggerak


Refleksi Nilai dan Peran Guru Penggerak:

1. Pentingnya Keberanian dan Keteladanan: Sebagai seorang Guru Penggerak,


saya menyadari bahwa nilai-nilai seperti keberanian dan keteladanan sangat
penting dalam menjalankan peran ini. Saya perlu memiliki keberanian untuk
memimpin perubahan, menghadapi tantangan, dan mengambil langkah-
langkah inovatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, saya
juga perlu menjadi teladan bagi rekan guru dan siswa, sehingga mereka
terinspirasi untuk mengikuti jejak dan tekad saya dalam mewujudkan
perubahan positif.
2. Komitmen terhadap Peningkatan Pendidikan: Sebagai seorang Guru
Penggerak, saya memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan
pendidikan di lingkungan saya. Saya menyadari bahwa perubahan tidak akan
terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan upaya yang terus-menerus dan
komitmen yang teguh. Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk terus belajar,
mengembangkan diri, dan bekerja sama dengan rekan guru, siswa, orang tua,
dan pihak terkait lainnya untuk mencapai visi pendidikan yang lebih baik.
3. Kolaborasi dan Keterlibatan Aktif: Sebagai seorang Guru Penggerak, saya
memahami pentingnya kolaborasi dan keterlibatan aktif dalam menciptakan
perubahan yang berkelanjutan. Saya tidak bisa bekerja sendiri, tetapi perlu
bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan,
termasuk rekan guru, kepala sekolah, siswa, orang tua, dan komunitas lokal.
Dengan berkolaborasi dan melibatkan semua pihak, kita dapat
mengidentifikasi masalah, merancang solusi yang efektif, dan mewujudkan
perubahan yang signifikan.
4. Keterbukaan terhadap Inovasi dan Perubahan: Sebagai seorang Guru
Penggerak, saya siap untuk menjadi agen perubahan dan menerima inovasi
dalam pendidikan. Saya menyadari bahwa dunia pendidikan terus berkembang
dan berubah, dan sebagai seorang guru, saya harus terbuka terhadap ide-ide
baru, metode pembelajaran yang inovatif, dan teknologi pendidikan yang baru.
Dengan mempraktikkan keterbukaan terhadap inovasi dan perubahan, saya
dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan relevan
bagi siswa.
5. Pemberdayaan Diri dan Orang Lain: Sebagai seorang Guru Penggerak, saya
percaya pada konsep pemberdayaan diri dan orang lain. Saya menyadari
bahwa setiap individu memiliki potensi yang belum tergali sepenuhnya, dan
sebagai guru, saya memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa dan rekan
guru mengembangkan potensi mereka. Saya akan memberdayakan diri sendiri
melalui pembelajaran berkelanjutan dan pembaruan diri, sambil juga
memberdayakan orang lain dengan memberikan dukungan, bimbingan, dan
motivasi untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan dan kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai