Anda di halaman 1dari 6

Assalamualaikum wr.wb….

Salam semangat guru penggerak….

Dalam kesempatan kali ini di modul 1.1.a5 kita akan membahas mengenai menemukenali nilai-nilai
luhur sosio kultural serta penerapannya sesuai dengan pemkiran Kihajar Dewantara.

Namun sebelumnya kami perkenalkan terlebih dahulu kelompok kami Calon Guru Penggerak kelompok
A2 angkatan 9 dengan beranggotakan 5 orang yaitu Pak topan Nugraha, Pak Arip Mulyana, Pak Acep
Aliyadi, Pak Iman Nurzaman dan Pak Ade Nandar. Dimana kami di dampingi fasilitator yang terhormat
Pak Zen Rofik dan Pengajar Praktik Pak Moch. Ucu Sudarsono.

Konsep pemikiran Kihajar Dewantara

Kihajar Dewantara adalah salah satu tokoh terkemuka di Indonesia ia lahir pada tanggal 2 mei 1989
dengan nama Asli Raden mas Soewardi Soerjaningrat, dimana ia memiliki konsep pemikiran revolusioner
dalam bidang pendidikan diantaranya

Yang pertama mengemukakan slogan Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madya Mangun Karso
Tutwuri Handayani

"Makna Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madya Mangun Karso Tutwuri Handayani"
merupakan pepatah atau ajaran dalam budaya Jawa, khususnya dalam filsafat
kehidupan dan pendidikan. Ajaran ini merupakan bagian dari ajaran moral dan etika
yang mengajarkan tentang prinsip-prinsip hidup yang baik dan bijaksana.

Secara harfiah, ajaran ini dapat diuraikan sebagai berikut:

 "Ing Ngarso Sung Tulodo" artinya "Dari depan sebagai contoh".


 "Ing Madya Mangun Karso" artinya "Dari tengah memberikan semangat".
 "Tutwuri Handayani" artinya "Di belakang sebagai pemberi dorongan".

Slogan ini mengajarkan bahwa seseorang harus menjadi contoh yang baik dan benar
(Ing Ngarso Sung Tulodo), memberikan semangat dan motivasi kepada orang lain
(Ing Madya Mangun Karso), serta memberikan dorongan dan dukungan dari
belakang (Tutwuri Handayani). Filosofi ini mendorong sikap kepemimpinan yang
baik, berempati, dan peduli terhadap orang lain.
Pernyataan "pendidikan bertujuan menuntun sesuai kordrat alam dan kodrat zaman"
mengandung pemahaman tentang tujuan dan prinsip-prinsip pendidikan yang mencerminkan
harmoni antara alam dan zaman.

 Kordrat Alam: "Kordrat" dalam konteks ini dapat diartikan sebagai kodrat atau sifat
alami. Pendidikan yang mengikuti kordrat alam berarti pendidikan tersebut menghormati,
mendukung, dan mengarahkan individu sesuai dengan sifat alami mereka. Ini bisa
merujuk pada pengembangan potensi dan bakat alami, serta pembentukan nilai-nilai
moral dan etika yang sesuai dengan prinsip-prinsip alam.
 Kodrat Zaman: "Kodrat zaman" merujuk pada tuntutan, perkembangan, dan kebutuhan
yang ada dalam suatu periode waktu tertentu. Pendidikan yang sesuai dengan kodrat
zaman mengacu pada pengakuan akan perubahan yang terjadi dalam masyarakat,
teknologi, budaya, dan tantangan-tantangan zaman. Ini berarti pendidikan harus mampu
mengajarkan keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman yang relevan dengan konteks
saat ini.

Dengan demikian, pendidikan yang mengikuti prinsip ini akan menggabungkan pemahaman
tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip alami manusia dengan pemahaman tentang tuntutan dan
dinamika zaman. Tujuannya adalah untuk menciptakan individu yang seimbang, memiliki
pengetahuan yang relevan, mampu beradaptasi dengan perubahan, dan tetap teguh pada nilai-
nilai moral yang kokoh.

"Pendidikan berpihak pada murid" adalah konsep pendidikan yang menempatkan perhatian
utama pada kebutuhan, potensi, perkembangan, dan kesejahteraan siswa atau murid. Prinsip ini
menekankan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada penyampaian informasi
dan materi pelajaran, tetapi juga pada pengembangan secara holistik dari individu yang belajar.

eberapa aspek utama dari konsep "pendidikan berpihak pada murid" meliputi:

1. Pembelajaran Berpusat pada Murid: Pendidikan yang berpihak pada murid


menempatkan siswa di pusat proses pembelajaran. Ini berarti menghormati dan
menghargai keunikan, kebutuhan, bakat, minat, dan gaya belajar setiap siswa.
Guru merancang pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan masing-masing siswa.
2. Pemberdayaan Siswa: Konsep ini mendorong siswa untuk aktif dalam
pembelajaran mereka. Mereka diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif,
mengeksplorasi topik yang menarik bagi mereka, dan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan terkait pembelajaran.
3. Pendekatan Diferensiasi: Pendidikan berpihak pada murid menerapkan
pendekatan diferensiasi, di mana pengajaran disesuaikan dengan tingkat
kemampuan dan kebutuhan individu. Ini dapat mencakup penggunaan berbagai
metode, materi, dan strategi pembelajaran yang beragam.
4. Pembelajaran Kontekstual: Guru mencoba untuk membuat koneksi antara
materi pelajaran dengan pengalaman nyata siswa. Ini membantu siswa melihat
relevansi dan pentingnya apa yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pentingnya Kesejahteraan Emosional: Pendidikan berpihak pada murid juga
mengakui pentingnya kesejahteraan emosional siswa. Guru dan lembaga
pendidikan mendukung perkembangan emosional dan sosial siswa, menciptakan
lingkungan yang aman dan inklusif.
6. Evaluasi Berfokus pada Perkembangan: Evaluasi tidak hanya melihat prestasi
akademis, tetapi juga perkembangan keterampilan, pemahaman konsep, dan
kemampuan kritis siswa. Ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk penilaian,
termasuk proyek, presentasi, dan diskusi.

Prinsip "pendidikan berpihak pada murid" bertujuan untuk menciptakan lingkungan


belajar yang mendukung pertumbuhan penuh potensi setiap individu, mempersiapkan
mereka untuk menjadi anggota masyarakat yang berpikiran kritis, kreatif, dan
berkontribusi.

Pembelajaran kreatif, inovatif, dan menyenangkan adalah pendekatan pendidikan yang


menempatkan penekanan pada pengalaman pembelajaran yang lebih menarik, interaktif, dan
bermakna bagi siswa. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa,
memotivasi mereka untuk belajar dengan antusiasme, dan mengembangkan keterampilan yang
lebih luas selain pengetahuan akademis.

1. Kreativitas: Pembelajaran ini mendorong siswa untuk berpikir kreatif


dan mengembangkan gagasan serta solusi baru. Guru menciptakan
lingkungan di mana eksplorasi ide-ide baru didukung dan dihargai.
2. Inovasi: Pendekatan ini melibatkan penggunaan metode, teknologi,
atau pendekatan baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Guru
dan siswa bersama-sama mencari cara-cara baru untuk memahami dan
menerapkan konsep-konsep pembelajaran.
3. Keterlibatan Aktif: Siswa tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Mereka mungkin terlibat
dalam percobaan, proyek, penelitian, diskusi, dan kolaborasi dengan
sesama siswa.
4. Pembelajaran Berbasis Masalah: Pembelajaran ini sering kali berpusat
pada pemecahan masalah nyata. Siswa diberi tantangan untuk
menemukan solusi kreatif untuk masalah-masalah tertentu, yang
membantu mereka mengaitkan konsep akademis dengan situasi dunia
nyata.
5. Kolaborasi: Siswa didorong untuk bekerja bersama dalam kelompok
atau tim untuk mencapai tujuan bersama. Ini membantu
mengembangkan keterampilan kerja sama, komunikasi, dan
kepemimpinan.
6. Penggunaan Teknologi: Teknologi dapat digunakan untuk
memfasilitasi pembelajaran yang lebih dinamis. Ini termasuk
penggunaan multimedia, perangkat lunak pendidikan, dan platform
pembelajaran daring.
7. Koneksi dengan Minat Siswa: Pembelajaran disesuaikan dengan minat
dan hobi siswa. Guru berusaha membuat hubungan antara konsep
pembelajaran dengan hal-hal yang menarik bagi siswa.
8. Pembelajaran Berbasis Pengalaman: Siswa belajar melalui
pengalaman langsung, seperti kunjungan lapangan, eksperimen,
simulasi, dan kegiatan praktis lainnya.
9. Pemberian Umpan Balik Konstruktif: Siswa diberikan umpan balik
yang membantu mereka memahami di mana mereka berada dalam
proses pembelajaran dan bagaimana mereka dapat meningkatkan
keterampilan mereka.
10.Rasa Kesenangan dan Antusiasme: Pembelajaran ini dirancang untuk
menjadi menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar dengan
sukacita dan semangat.

Pembelajaran kreatif, inovatif, dan menyenangkan mendorong siswa untuk


menjadi pembelajar sepanjang hayat yang memiliki keterampilan intelektual,
emosional, dan sosial yang kuat untuk menghadapi tantangan dunia yang
terus berubah.
Pendidikan yang berbasis kearifan lokal merupakan pendekatan pendidikan yang menghargai
dan mengintegrasikan nilai-nilai, budaya, tradisi, dan pengetahuan lokal dalam proses
pembelajaran. Pendekatan ini mengakui pentingnya memahami serta mempertahankan warisan
budaya dan pengetahuan yang ada di lingkungan sekitar dalam konteks pendidikan formal.

Beberapa ciri utama dari pendidikan berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut:

1. Memelihara Identitas Budaya: Pendidikan ini membantu siswa untuk memahami dan
menghargai budaya, adat istiadat, nilai-nilai, bahasa, dan warisan lokal mereka. Ini
membantu siswa memelihara identitas budaya mereka sambil berkembang sebagai
individu yang global.
2. Mengintegrasikan Konteks Lokal: Materi pembelajaran dihubungkan dengan konteks
lokal dan pengalaman siswa. Ini membuat materi menjadi lebih relevan dan bermakna
bagi mereka.
3. Memahami Lingkungan dan Alam Sekitar: Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat
mencakup pemahaman tentang lingkungan alam, pertanian tradisional, cara-cara
berkelautan, dan pengetahuan tentang tanaman obat-obatan, misalnya.
4. Memupuk Kreativitas: Penggunaan kearifan lokal dalam pendidikan dapat merangsang
kreativitas siswa. Mereka mungkin terinspirasi oleh praktik-praktik tradisional untuk
mengembangkan solusi inovatif dalam berbagai konteks.
5. Pengembangan Karakter dan Etika: Banyak kearifan lokal melibatkan nilai-nilai
moral dan etika. Pendidikan ini membantu siswa memahami nilai-nilai tersebut dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. Pendekatan Multidisipliner: Kearifan lokal seringkali melibatkan berbagai aspek
kehidupan, seperti seni, pertanian, ilmu pengetahuan alam, sosial, dan sejarah.
Pendekatan pendidikan ini dapat menciptakan pengalaman belajar yang multidisipliner.
7. Pengenalan Keterampilan Lokal: Siswa dapat diajarkan keterampilan praktis yang
terkait dengan cara hidup lokal, seperti membuat kerajinan tangan tradisional, memasak
makanan tradisional, atau mengenal teknik pertanian lokal.
8. Membangun Rasa Kehormatan dan Kepedulian: Pendidikan ini dapat membantu
siswa memahami makna kehormatan dalam budaya mereka dan mengembangkan rasa
peduli terhadap warisan budaya yang perlu dilestarikan.
9. Pemberdayaan Komunitas Lokal: Melalui pendidikan berbasis kearifan lokal,
komunitas lokal dapat ikut terlibat dalam proses pendidikan dan memiliki peran yang
lebih aktif dalam pembentukan pendidikan anak-anak mereka.
10. Menghormati Keragaman: Pendidikan ini dapat mengajarkan siswa untuk menghargai
dan menghormati keragaman budaya, bahasa, dan latar belakang di lingkungan mereka.

Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat memainkan peran penting dalam membangun identitas
budaya, mempertahankan warisan tradisional, dan mendukung pembangunan berkelanjutan di
tingkat lokal dan global.
Selanjutnya nilai-nilai luhur berdasarkan pemikiran kihajar dewantara diantaranya adalah

Religius, contohnya selalu membiasakan salam antara peserta didik dengan guru.

Kerjasama contohnya mengadakan permainan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama

Kreatifitas contohnya saja memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat atau
menciptakan produk yang unik kemudian mereka promosikan sendiri pada warga sekolah

Kemandirian contohnya membiasakan berbaris kemudian berdoa bersama di dalam kelas

Berikut ini adalah contoh nilai-nilai religius yang bisa di terapkan dalam pembelajaran di sekolah

Terakhir sebelum di tutup ada quote dari kelompok kami

Majulah tanpa harus menyingkirkan, naiklah tinggi tanpa harus menjatuhkan jadilah baik tanpa
harus menjelekan dan jadilah benar tanpa harus menyalahkan orang lain

Demikian pemaparan dari kelompok kami terimakasih wasalam….

Anda mungkin juga menyukai