Perjalanan pendidikan nasional dari perspektif KI Hajar Dewantara
1. Argumentasi kritis (minimum 300 kata dan maksimum 500 kata) tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan (Catatan Reviewer - mohon dielaborasi maksud dari argumen kritis, misalnya untuk memberikan argumen kritisi membutuhkan referensi, data, fakta untuk membimbing mahasiswa sehingga ketika Dosen memeriksa hasil kerja mahasiswa dapat melihat acuan referens yang disajikan). Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang diberi julukan sebagai bapak pendidikan nasional. Bahkan hari lahirnya digunakan sebagai hari pendidikan nasional. Sebagai seseorang dengan latar belakang keluarga bangsawan Ki Hajar Dewantara berusaha turut andil dalam mengupayakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara memiliki perhatian terhadap pendidikan karakter bangsa. Setelah masa pengasingannya dan kembali ke Indonesia Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatiannya dalam bidang pendidikan sebagai bentuk perjuangan meraih kemerdekaan. Dengan teman-temannya beliau membangun Taman Siswa dan aktif sebagai penulis di berbagai surat kabar. Terbelenggu dari tirani penjajahan Belanda mendorongnya untuk memaknai pendidikar secara filosofi dengan tujuan untuk memerdekakan manusia dalam aspek lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), dan batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadì pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar (Sugiarta,.Dkk, 2019). Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan berpikir sendiri. Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa; Pendidikan ialah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan (Ki Suratman, 1987: 12). terdapat dua kalimat kunci yaitu; "tumbuhnya jiwa raga anak" dan "kemajuan anak lahir-batin" dapat dimaknai bahwa manusia bereksistensi ragawi dan rohani. dapun pengertian jiwa dalam budaya bangsa meliputi "ngerti, ngrasa, lan nglakoni cipta, rasa, dan karsa). Kalau digunakan dalam istilah psikologi, ada kesesuaiannya dengan aspek atau domain kognitif, domain emosi, dan domain psikomotorik atau konatif. Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar merek dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapar menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki laku hidupnya dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Menurut Ki Hajar Dewantara pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Merdeka belajar adalah pendidikan yang memerdekakan lahir dan batin peserta didik dan tidak bergantung kepada orang lain. Pendidikan yang memerdekakan merupakan pendidikan yane bertujuan untuk membuat semuas siswa dapat belajar tanpa adanya paksaan. Tujuan pendidikan ini agar siswa tidak hanya menjadi pembelajar yang mandiri tetapi mempunyai tujuan membangun kemandirian dan kemerdekaan dari masyarakat. Tantangan yanag dihadapi anak-anak adalah mereka tidak terbiasa untuk menyuarakan pendapatnya secara pribadi akibat dari sistem pendidikan sebelumnnya yang tidak memerdekakan kebebasan siswa hingga membelenggu pemikiran mereka dan membuat mereka terbiasa disuapi pelajaran yang mereka tidak tahu apa yang mereka pelajari.
Melepaskan belenggu pada pendidikan di Indonesia dalam upaya mewujudkan pendidikan
yang memerdekakan peserta didik memerlukan serangkaian langkah yang kompleks dan berkelanjutan. Beberapa langkah awal yang dapat diambil termasuk: 1. Reformasi Kurikulum: Merevisi kurikulum pendidikan untuk memastikan relevansi, inklusi, dan kebebasan belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitas dan pemikiran kritis. 2. Pelatihan Guru: Memberikan pelatihan yang memadai kepada guru untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, memahami kebutuhan individu, dan mendorong dialog yang terbuka. 3. Fasilitas Pendidikan: Meningkatkan infrastruktur dan fasilitas pendidikan, termasuk akses internet dan teknologi, untuk mendukung pembelajaran yang lebih inklusif dan memerdekakan. 4. Mengurangi Ketidaksetaraan: Mengatasi kesenjangan pendidikan dan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok sosial yang berbeda. 5. Keterlibatan Orang Tua: Mendorong partisipasi aktif orang tua dalam pendidikan anak- anak mereka, sehingga mereka dapat berperan dalam memerdekakan pembelajaran. 6. Menumbuhkan Kemampuan Kritis: Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan problem-solving di antara peserta didik, bukan hanya sekadar menghafal informasi. 7. Mendukung Kreativitas: Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri dan mengembangkan kreativitas dalam berbagai bidang. 8. Mendorong Keterampilan Soft Skills: Fokus pada pengembangan keterampilan seperti komunikasi, kolaborasi, dan empati, yang diperlukan untuk sukses dalam dunia nyata. 9. Evaluasi Berbasis Kinerja: Mengadopsi sistem evaluasi yang tidak hanya berfokus pada tes standar, tetapi juga mencerminkan kemajuan siswa secara holistik. 10. Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan pendidikan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas. Langkah-langkah ini harus diterapkan secara komprehensif dan berkelanjutan, dan memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, perubahan budaya dalam pendidikan juga perlu didorong untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar memerdekakan peserta didik. Sebagai seorang guru, penting untuk melepaskan din dan belenggu praktik-praktik pendidikan yang belum memerdekakan peserta didik karena alasan berikut: 1. Mendorong Kreativitas: Praktik pendidikan yang terlalu kaku dan terpusat pada hafalan seringkali menghambat kreativitas siswa. Dengan melepaskan belenggu ini, Anda dapat memberi siswa lebih banyak kebebasan untuk mengeksplorasi, mengemukakan ide, dan mengembangkan kreativitas mereka. 2. Memotivasi Pembelajaran: Ketika siswa merasa terlibat dalam proses pembelajaran dan merasa memiliki kendali atas apa yang mereka pelajari, mereka cenderung lebih termotivasi untuk belajar. Ini dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik. 3. Pemikiran Kritis: Pendidikan yang memerdekakan peserta didik mendorong pemikiran kritis. Siswa diajak untuk bertanya, menganalisis, dan berpikir mandiri, bukan hanya menerima informasi mentah. 4. Persiapan untuk Dunia Nyata: Dunia nyata penuh dengan kompleksitas dan tantangan yang memerlukan keterampilan seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas. Praktik pendidikan yang memerdekakan membantu siswa mengembangkan keterampilan ini. 5. Dukungan Kebutuhan Individu: Setiap siswa memiliki kebutuhan dan minat yang berbeda. Melepaskan belenggu praktik pendidikan konvensional memungkinkan guru untuk lebih responsif terhadap kebutuhan individu siswa. 6. Meningkatkan Kemandirian: Pendidikan yang memerdekakan peserta didik membantu mereka menjadi mandiri dalam belajar. Mereka belajar bagaimana mengatur waktu, mengatur tujuan, dan mengambil inisiatif dalam proses pembelajaran. 7. Memupuk Inklusi: Pendekatan pendidikan yang memerdekakan juga memupuk inklusi, di mana semua siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus, dapat terlibat dalam pembelajaran dengan cara yang sesuai untuk mereka. 8. Mengembangkan Karakter: Pendidikan yang memerdekakan tidak hanya tentang pengetahuan akademis tetapi juga tentang pengembangan karakter. Siswa dapat belajar nilai-nilai seperti tanggung jawab, etika, dan empati. Mengubah praktik pendidikan untuk lebih memerdekakan peserta didik bisa menjadi tantangan, tetapi dampak positif jangka panjangnya pada perkembangan siswa sangat berharga. Ini melibatkan penggunaan metode pengajaran yang inovatif, penilaian yang berpusat pada kinerja, dan memberikan siswa lebih banyak kontrol atas pembelajaran mereka sendiri. Tiga hal yang mungkin Anda pelajari dari materi tersebut bisa mencakup: 1. Sejarah Pendidikan: Anda mungkin mempelajari perkembangan sistem pendidikan nasional dari masa ke masa, termasuk peristiwa penting, reformasi, dan perubahan kebijakan yang telah terjadi. 2. Pendidikan Inklusif: Bisa saja Anda memahami pentingnya pendidikan inklusif yang mencakup semua kelompok dan individu, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus, serta upaya-upaya yang telah dilakukan dalam hal ini. 3. Peran Pendidikan dalam Pembangunan Nasional: Materi tersebut mungkin juga membahas peran pendidikan dalam pembangunan nasional, termasuk bagaimana pendidikan dapat memengaruhi perkembangan ekonomi, sosial, dan politik suatu negara.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita