Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 4 :

Perjalanan pendidikan nasional dari perspektif KI Hajar Dewantara


1. Argumentasi kritis (minimum 300 kata dan maksimum 500 kata) tentang gerakan
transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah
kemerdekaan (Catatan Reviewer - mohon dielaborasi maksud dari argumen kritis, misalnya
untuk memberikan argumen kritisi membutuhkan referensi, data, fakta untuk membimbing
mahasiswa sehingga ketika Dosen memeriksa hasil kerja mahasiswa dapat melihat acuan
referens yang disajikan).
Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang diberi julukan sebagai
bapak pendidikan nasional. Bahkan hari lahirnya digunakan sebagai hari pendidikan nasional.
Sebagai seseorang dengan latar belakang keluarga bangsawan Ki Hajar Dewantara berusaha
turut andil dalam mengupayakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara
memiliki perhatian terhadap pendidikan karakter bangsa. Setelah masa pengasingannya dan
kembali ke Indonesia Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatiannya dalam bidang
pendidikan sebagai bentuk perjuangan meraih kemerdekaan. Dengan teman-temannya beliau
membangun Taman Siswa dan aktif sebagai penulis di berbagai surat kabar.
Terbelenggu dari tirani penjajahan Belanda mendorongnya untuk memaknai pendidikar
secara filosofi dengan tujuan untuk memerdekakan manusia dalam aspek lahiriah (kemiskinan
dan kebodohan), dan batiniah (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat,
mentalitas demokratik). Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang
bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadì
pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa.
Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai
model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar (Sugiarta,.Dkk,
2019). Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan
berpikir sendiri.
Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa; Pendidikan ialah usaha kebudayaan yang
bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar dalam kodrat
pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju
ke arah adab kemanusiaan (Ki Suratman, 1987: 12). terdapat dua kalimat kunci yaitu;
"tumbuhnya jiwa raga anak" dan "kemajuan anak lahir-batin" dapat dimaknai bahwa manusia
bereksistensi ragawi dan rohani. dapun pengertian jiwa dalam budaya bangsa meliputi "ngerti,
ngrasa, lan nglakoni cipta, rasa, dan karsa). Kalau digunakan dalam istilah psikologi, ada
kesesuaiannya dengan aspek atau domain kognitif, domain emosi, dan domain psikomotorik
atau konatif.
Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar merek
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya
dapar menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat
memperbaiki laku hidupnya dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Menurut Ki Hajar
Dewantara pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan
proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara
lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Merdeka belajar adalah pendidikan yang memerdekakan lahir dan batin peserta didik dan
tidak bergantung kepada orang lain. Pendidikan yang memerdekakan merupakan pendidikan
yane bertujuan untuk membuat semuas siswa dapat belajar tanpa adanya paksaan. Tujuan
pendidikan ini agar siswa tidak hanya menjadi pembelajar yang mandiri tetapi mempunyai
tujuan membangun kemandirian dan kemerdekaan dari masyarakat. Tantangan yanag dihadapi
anak-anak adalah mereka tidak terbiasa untuk menyuarakan pendapatnya secara pribadi akibat
dari sistem pendidikan sebelumnnya yang tidak memerdekakan kebebasan siswa hingga
membelenggu pemikiran mereka dan membuat mereka terbiasa disuapi pelajaran yang mereka
tidak tahu apa yang mereka pelajari.

Melepaskan belenggu pada pendidikan di Indonesia dalam upaya mewujudkan pendidikan


yang memerdekakan peserta didik memerlukan serangkaian langkah yang kompleks dan
berkelanjutan. Beberapa langkah awal yang dapat diambil termasuk:
1. Reformasi Kurikulum: Merevisi kurikulum pendidikan untuk memastikan relevansi,
inklusi, dan kebebasan belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kreativitas dan pemikiran kritis.
2. Pelatihan Guru: Memberikan pelatihan yang memadai kepada guru untuk mengadopsi
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik, memahami kebutuhan
individu, dan mendorong dialog yang terbuka.
3. Fasilitas Pendidikan: Meningkatkan infrastruktur dan fasilitas pendidikan, termasuk akses
internet dan teknologi, untuk mendukung pembelajaran yang lebih inklusif dan
memerdekakan.
4. Mengurangi Ketidaksetaraan: Mengatasi kesenjangan pendidikan dan ekonomi antara
daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok sosial yang berbeda.
5. Keterlibatan Orang Tua: Mendorong partisipasi aktif orang tua dalam pendidikan anak-
anak mereka, sehingga mereka dapat berperan dalam memerdekakan pembelajaran.
6. Menumbuhkan Kemampuan Kritis: Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan problem-solving di antara peserta didik, bukan hanya sekadar menghafal
informasi.
7. Mendukung Kreativitas: Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat
mereka sendiri dan mengembangkan kreativitas dalam berbagai bidang.
8. Mendorong Keterampilan Soft Skills: Fokus pada pengembangan keterampilan seperti
komunikasi, kolaborasi, dan empati, yang diperlukan untuk sukses dalam dunia nyata.
9. Evaluasi Berbasis Kinerja: Mengadopsi sistem evaluasi yang tidak hanya berfokus pada
tes standar, tetapi juga mencerminkan kemajuan siswa secara holistik.
10. Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan
pendidikan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas.
Langkah-langkah ini harus diterapkan secara komprehensif dan berkelanjutan, dan
memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat secara
keseluruhan. Selain itu, perubahan budaya dalam pendidikan juga perlu didorong untuk
menciptakan lingkungan yang benar-benar memerdekakan peserta didik.
Sebagai seorang guru, penting untuk melepaskan din dan belenggu praktik-praktik pendidikan
yang belum memerdekakan peserta didik karena alasan berikut:
1. Mendorong Kreativitas: Praktik pendidikan yang terlalu kaku dan terpusat pada hafalan
seringkali menghambat kreativitas siswa. Dengan melepaskan belenggu ini, Anda dapat
memberi siswa lebih banyak kebebasan untuk mengeksplorasi, mengemukakan ide, dan
mengembangkan kreativitas mereka.
2. Memotivasi Pembelajaran: Ketika siswa merasa terlibat dalam proses pembelajaran dan
merasa memiliki kendali atas apa yang mereka pelajari, mereka cenderung lebih
termotivasi untuk belajar. Ini dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik.
3. Pemikiran Kritis: Pendidikan yang memerdekakan peserta didik mendorong pemikiran
kritis. Siswa diajak untuk bertanya, menganalisis, dan berpikir mandiri, bukan hanya
menerima informasi mentah.
4. Persiapan untuk Dunia Nyata: Dunia nyata penuh dengan kompleksitas dan tantangan yang
memerlukan keterampilan seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas. Praktik
pendidikan yang memerdekakan membantu siswa mengembangkan keterampilan ini.
5. Dukungan Kebutuhan Individu: Setiap siswa memiliki kebutuhan dan minat yang berbeda.
Melepaskan belenggu praktik pendidikan konvensional memungkinkan guru untuk lebih
responsif terhadap kebutuhan individu siswa.
6. Meningkatkan Kemandirian: Pendidikan yang memerdekakan peserta didik membantu
mereka menjadi mandiri dalam belajar. Mereka belajar bagaimana mengatur waktu,
mengatur tujuan, dan mengambil inisiatif dalam proses pembelajaran.
7. Memupuk Inklusi: Pendekatan pendidikan yang memerdekakan juga memupuk inklusi, di
mana semua siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus, dapat terlibat dalam
pembelajaran dengan cara yang sesuai untuk mereka.
8. Mengembangkan Karakter: Pendidikan yang memerdekakan tidak hanya tentang
pengetahuan akademis tetapi juga tentang pengembangan karakter. Siswa dapat belajar
nilai-nilai seperti tanggung jawab, etika, dan empati.
Mengubah praktik pendidikan untuk lebih memerdekakan peserta didik bisa menjadi
tantangan, tetapi dampak positif jangka panjangnya pada perkembangan siswa sangat berharga.
Ini melibatkan penggunaan metode pengajaran yang inovatif, penilaian yang berpusat pada
kinerja, dan memberikan siswa lebih banyak kontrol atas pembelajaran mereka sendiri.
Tiga hal yang mungkin Anda pelajari dari materi tersebut bisa mencakup:
1. Sejarah Pendidikan: Anda mungkin mempelajari perkembangan sistem pendidikan
nasional dari masa ke masa, termasuk peristiwa penting, reformasi, dan perubahan
kebijakan yang telah terjadi.
2. Pendidikan Inklusif: Bisa saja Anda memahami pentingnya pendidikan inklusif yang
mencakup semua kelompok dan individu, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus,
serta upaya-upaya yang telah dilakukan dalam hal ini.
3. Peran Pendidikan dalam Pembangunan Nasional: Materi tersebut mungkin juga
membahas peran pendidikan dalam pembangunan nasional, termasuk bagaimana
pendidikan dapat memengaruhi perkembangan ekonomi, sosial, dan politik suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai